DISUSUN OLEH:
Elsa Margaretha PO6220122061
Ghia Septya Hardi PO6220122062
Hikmah Safitri PO6220122063
Jonathan Adhinata Baboe PO6220122066
Nadia PO6220122080
Stevya Feviardhani PO6220122095
Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak
orang namun dalam pembuatan makalah ini tentu saja masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah kami
ini dimasa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Negara Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menghindari adanya kemajuan dan
perkembangan di bidang hukum tidak terkecuali dalam segi teknologi dan medis. Dengan adanya
perkembangan pengetahuan dan teknologi medis, seorang dokter dapat membantu menyembuhkan
penyakit ataupun sesuatu kecelakaan. Upaya penyembuhan yang dilakukan oleh dokter bertujuan
untuk meningkatkan harapan untuk agar pasien dapat hidup, selain dengan menggunakan obat-obatan
dan alat-alat tertentu sebagai penunjang kehidupan. ‘Dengan menggunakan peralatan medis yang
canggih, dokter dapat membantu pasien dalam mengurangi penderitaan dan rasa sakit yang
disebabkan oleh suatu penyakit maupun sebuah kecelakaan.
Penderitaan yang dialami oleh pasien terkadang menimbulkan rasa sakit yang luar biasa
bahkan menghilangkan kesadaran dari pasien. Kondisi tersebut akan mendorong pasien atau
keluarganya meminta pendapat dokter untuk segera keluar dari penderitaan yang dirasakan pasien
atau dokter mempunyai pendapat tertentu untuk mengahiri perderitaan dari si pasien tersebut. Adapun
upaya yang digunakan untuk mengahiri penderitaan pasien diantaranya dengan cara mempercepat
kematiannya atau disebut juga dengan euthanasia.
Istilah eu- thanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu dan thanatos. Kata eu berarti baik,
tanpa penderitaan dan thanatos berarti mati, maka dari itu dalam mengadakan euthanasia arti
sebenarnya bukan untuk menyebabkan kematian, akan tetapi untuk mengurangi atau meringankan
penderitaan orang yang sedang menghadapi kematiannya. Sejauh ini Indonesia memang belum secara
lengkap mengatur tentang euthanasia atau menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan dirinya
sendiri. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) memuat ketentuan bahwa euthanasia
merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan dapat diancam dengan sanksi pidana. Hal ini dapat
dilihat dalam Pasal 344 KUHP.
B. Rumusan Masalah
Atas dasar uraian yang telah penulis kemukakan pada latar belakang masalah
tersebut, maka rumusan masalah yang penulis ajukan adalah :
1. Bagaimana Pandangan Agama Katolik Terhadap Tindakan Euthanasia?
2. Bagaimana Pandangan Hukum Indonesia Terhadap Tindakan Euthanasia?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pandangan agama katolik terhadap tindakan euthanasia
2. Untuk mengetahui apa saja hukum yang mengatur pelaksanaan euthanasia di Indoensia
3. Untuk mengetahui apa saja bentuk tindakan euthanasia .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Euthanasia
Istilah euthanasia berasal dari bahasa Yunani yaitu “Euthanatos.” Eu berarti
baik, tanpa penderitaan dan Thanatos berarti mati. Jadi dapat disimpulkan bahwa Euthanasia artinya
mati dengan baik, atau mati dengan tanpa penderitaan atau maticepat tanpa derita.Menurut kamus
hukum, Euthanasia adalah menghilangkan nyawa tanpa rasasakit untuk meringankan sakaratul maut
seorang penderita yang tak ada kemungkinan sembuh lagi.
Menurut pandangan dokter, Euthanasia adalah dengan sengaja tidakmelakukan sesuatu untuk
memperpanjang hidup seorang pasien atau sengajamelakukan sesuatu untuk memperpendek hidup
atau mengakhiri hidup seorang pasien,dan dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri. Profesinya
seorang dokter tidak bolehmelakukan penguguran kandungan (Abortus Provocatus), mengakhiri
kehidupanseorang pasien yang menurut ilmu dan pengetahuan tidak mungkin akan sembuh lagi
(euthanasia).
Euthanasia pasif adalah tindakan mempercepat kematian pasien dengan cara menolak
memberikan pertolongan seperti menghentikan atau mencabut segala pengobatan yang menunjang
hidup si pasien. Apabila petugas medis/dokter membiarkan pasien meninggal atau pasien menolak
untuk diberikan pertolongan oleh dokter dengan cara menghentikan pemberian obatobatan bagi
pasien, misalnya seperti memberhentikan alat bantu pernapasan (alat respirator) maka secara otomatis
pasien meninggal. Cara yang dilakukan oleh dokter tersebut merupakan euthanasia pasif.
Euthanasia aktif
Euthanasia Aktif adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja secara medis melalui
intervensi atau tindakan aktif oleh seorang petugas medis (dokter), bertujuan untuk mengakhiri hidup
pasien. Euthanasia aktif sengaja dilakukan untuk membuat pasien yang bersangkutan meninggal, baik
dengan cara memberikan obat bertakaran tinggi (over dosis) atau menyuntikkan obat dengan dosis
atau cara lain yang dapat mengakibatkan kematian.
Euthanasia aktif dibagi lagi menjadi euthanasia aktif langsung (direct) dan euthanasia aktif
tidak langsung (indirect).
Berdasarkan hukum di Indonesia maka eutanasia adalah sesuatu perbuatan yang melawan
hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan perundang-undangan yang ada yaitu pada Pasal 344 Kitab
Undang-undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa "Barang siapa menghilangkan nyawa orang
lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh,
dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun". Juga demikian halnya nampak pada pengaturan pasal-
pasal 338, 340, 345, dan 359 KUHP yang juga dapat dikatakan memenuhi unsur-unsur delik dalam
perbuatan eutanasia. Dengan demikian, secara formal hukum yang berlaku di negara kita memang
tidak mengizinkan tindakan eutanasia oleh siapa pun. Adapun isi dari pasal-pasal tersebut:
pasal 359 KUHP "Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang
dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya
satu tahun."
Pasal 345 KUHP "Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk
membunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu, atau mem berikan daya
upaya itu jadi bunuh diri, dihukum penjara selama lamanya empat tahun."
Pasal 340 KUHP "Barangsiapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu
menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan
dengan hukuman mati atau penjara selama-lama nya seumur hidup atau
penjara selama-lamanya dua puluh tahun."
pasal 344 KUHP "Barang siapa menghilangkan jiwa dari orang lain atas per
mintaan orang itu sendiri, yang disebutnya dengan nyata dan sungguh-
sungguh, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun."
KESIMPULAN
Euthanasia menjadi sesuatu yang tidak dapat dibenarkan ketika kemudian ada campur tangan
orang lain didalamnya. Hak untuk mematikan dan menghidupi seseorang adalah hak Tuhan.
Seseorang yang berada dalam situasi sulit sekalipun harus mencari kehendak Tuhan dan tugas
orang Kristen/orang percaya untuk menghibur dan meyakinnya untuk menghadapi kematian
dengan sukacita.
DAFTAR PUSTAKA
Rademaker, Ben. Hidup dan Mati: Pilihan Teks-Teks Kitan Suci Mengenai Hidup dan Mati Dari
Manusia-Manusia yang Tangguh dalam Harapan Diterjemahkan. Alex Beding. Ende: Nusa Indah,
1982
Mukti, Ali Ghufron. Abortus, Bayi Tabung, Euthanasia, Transplantasi Ginjal, dan Operasi Kelamin
dalam Tinjauan Medis, Hukum, dan Agama Islam. Yogyakarta: Aditya Media, 1993.