Anda di halaman 1dari 9

EUTHANASIA MENURUT

PANDANGAN AGAMA KATOLIK


Dosen Pengajar: Silvester Adinugraha, S. S., M.Hum

DISUSUN OLEH:
Elsa Margaretha PO6220122061
Ghia Septya Hardi PO6220122062
Hikmah Safitri PO6220122063
Jonathan Adhinata Baboe PO6220122066
Nadia PO6220122080
Stevya Feviardhani PO6220122095

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA


PRODI DIII KEPERAWATAN REGULER 25B
2022/2023
KATA PENGANTAR
 
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha esa atas segala Rahmat, dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah " Euthanasia Menurut Pandangan Agama
Katolik" untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama dengan baik meskipun masih banyak
kekurangan di dalamnya. Dan kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Silvester Adinugraha,
S. S., M.Hum yang telah membimbing dan memberikan tugas ini.

Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak
orang namun dalam pembuatan makalah ini tentu saja masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah kami
ini dimasa yang akan datang.

Palangkaraya 22 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................I


DAFTAR ISI......................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................III
A. LATAR BELAKANG............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN.........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................IV
a) Pengertian & Penyebab Euthanasia
b) Bentuk Tindakan Euthanasia
c) Euthanasia Berdasarkan Pemberian Ijinnya
d) Euthanasia Menurut Hukum di Indoensia
e) Euthanasia Menurut Pandangan Gereja Katolik
KESIMPULAN..................................................................................................................V
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................VI
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menghindari adanya kemajuan dan
perkembangan di bidang hukum tidak terkecuali dalam segi teknologi dan medis. Dengan adanya
perkembangan pengetahuan dan teknologi medis, seorang dokter dapat membantu menyembuhkan
penyakit ataupun sesuatu kecelakaan. Upaya penyembuhan yang dilakukan oleh dokter bertujuan
untuk meningkatkan harapan untuk agar pasien dapat hidup, selain dengan menggunakan obat-obatan
dan alat-alat tertentu sebagai penunjang kehidupan. ‘Dengan menggunakan peralatan medis yang
canggih, dokter dapat membantu pasien dalam mengurangi penderitaan dan rasa sakit yang
disebabkan oleh suatu penyakit maupun sebuah kecelakaan.

Penderitaan yang dialami oleh pasien terkadang menimbulkan rasa sakit yang luar biasa
bahkan menghilangkan kesadaran dari pasien. Kondisi tersebut akan mendorong pasien atau
keluarganya meminta pendapat dokter untuk segera keluar dari penderitaan yang dirasakan pasien
atau dokter mempunyai pendapat tertentu untuk mengahiri perderitaan dari si pasien tersebut. Adapun
upaya yang digunakan untuk mengahiri penderitaan pasien diantaranya dengan cara mempercepat
kematiannya atau disebut juga dengan euthanasia.

Istilah eu- thanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu dan thanatos. Kata eu berarti baik,
tanpa penderitaan dan thanatos berarti mati, maka dari itu dalam mengadakan euthanasia arti
sebenarnya bukan untuk menyebabkan kematian, akan tetapi untuk mengurangi atau meringankan
penderitaan orang yang sedang menghadapi kematiannya. Sejauh ini Indonesia memang belum secara
lengkap mengatur tentang euthanasia atau menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan dirinya
sendiri. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) memuat ketentuan bahwa euthanasia
merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan dapat diancam dengan sanksi pidana. Hal ini dapat
dilihat dalam Pasal 344 KUHP.

Berdasarkan uraian di atas, mengingat pentingnya mengenai pendapat euthanasia yang


kontroversi, dengan ini penulis tertarik menyusun penulisan makalah dalam perpektif agama katolik
dengan judul: “EUTHANASIA MENURUT PANDANGAN AGAMA KATOLIK”.

B. Rumusan Masalah
Atas dasar uraian yang telah penulis kemukakan pada latar belakang masalah
tersebut, maka rumusan masalah yang penulis ajukan adalah :
1. Bagaimana Pandangan Agama Katolik Terhadap Tindakan Euthanasia?
2. Bagaimana Pandangan Hukum Indonesia Terhadap Tindakan Euthanasia?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pandangan agama katolik terhadap tindakan euthanasia
2. Untuk mengetahui apa saja hukum yang mengatur pelaksanaan euthanasia di Indoensia
3. Untuk mengetahui apa saja bentuk tindakan euthanasia .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Euthanasia
Istilah euthanasia berasal dari bahasa Yunani yaitu “Euthanatos.” Eu berarti
baik, tanpa penderitaan dan Thanatos berarti mati. Jadi dapat disimpulkan bahwa Euthanasia artinya
mati dengan baik, atau mati dengan tanpa penderitaan atau maticepat tanpa derita.Menurut kamus
hukum, Euthanasia adalah menghilangkan nyawa tanpa rasasakit untuk meringankan sakaratul maut
seorang penderita yang tak ada kemungkinan sembuh lagi.

Menurut pandangan dokter, Euthanasia adalah dengan sengaja tidakmelakukan sesuatu untuk
memperpanjang hidup seorang pasien atau sengajamelakukan sesuatu untuk memperpendek hidup
atau mengakhiri hidup seorang pasien,dan dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri. Profesinya
seorang dokter tidak bolehmelakukan penguguran kandungan (Abortus Provocatus), mengakhiri
kehidupanseorang pasien yang menurut ilmu dan pengetahuan tidak mungkin akan sembuh lagi
(euthanasia).

Menurut Kamus Kedokteran euthanasia mengandung dua pengertian.Pertama, suatu kematian


yang mudah atau tanpa rasa sakit. Kedua, pembunuhandengan kemurahan hati, pengakhiran
kehidupan seseorang yang menderita penyakityang tak dapat disembuhkan dan sangat menyakitkan
secara hati-hati dan disengaja.

Adapun penyebab tindakan euthanasia dilakukan yakni:

• Rasa sakit yang tidak tertahankan

• Manusia memiliki hak untuk mati secara bermartabat

• Ketidakmampuan secara finansial

• Keadaan yang tidak berbeda dengan orang mati

B. Bentuk Tindakan Euthanasia


 Euthanasia Pasif

Euthanasia pasif adalah tindakan mempercepat kematian pasien dengan cara menolak
memberikan pertolongan seperti menghentikan atau mencabut segala pengobatan yang menunjang
hidup si pasien. Apabila petugas medis/dokter membiarkan pasien meninggal atau pasien menolak
untuk diberikan pertolongan oleh dokter dengan cara menghentikan pemberian obatobatan bagi
pasien, misalnya seperti memberhentikan alat bantu pernapasan (alat respirator) maka secara otomatis
pasien meninggal. Cara yang dilakukan oleh dokter tersebut merupakan euthanasia pasif.

 Euthanasia aktif

Euthanasia Aktif adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja secara medis melalui
intervensi atau tindakan aktif oleh seorang petugas medis (dokter), bertujuan untuk mengakhiri hidup
pasien. Euthanasia aktif sengaja dilakukan untuk membuat pasien yang bersangkutan meninggal, baik
dengan cara memberikan obat bertakaran tinggi (over dosis) atau menyuntikkan obat dengan dosis
atau cara lain yang dapat mengakibatkan kematian.

Euthanasia aktif dibagi lagi menjadi euthanasia aktif langsung (direct) dan euthanasia aktif
tidak langsung (indirect).

 Euthanasia aktif langsung adalah dilakukannya tindakan medik secara


terarah yang diperhitungkan akan mengakhiri hidup pasien atau memperpendek hidup
pasien. Jenis euthanasia ini biasa disebut 12 mercy killing. Contohnya, dokter
memberikan suntikan zat yang dapat segera mematikan pasien.
 Euthanasia aktif tidak langsung adalah keadaan dimana dokter atau tenaga
medis melakukan tindakan medik tidak secara langsung untuk mengakhiri hidup
pasien, namun mengetahui adanya resiko yang dapat memperpendek atau mengakhiri
hidup pasien. Contohnya, mencabut oksigen atau alat bantu kehidupan lainnya.

C. Euthanasia Menurut Pemberian Ijinnya


 Eutanasia di luar kemauan pasien: yaitu suatu tindakan eutanasia yang
bertentangan dengan keinginan si pasien untuk tetap hidup. Tindakan eutanasia
semacam ini dapat disamakan dengan pembunuhan.
 Eutanasia secara tidak sukarela: Eutanasia semacam ini adalah yang
seringkali menjadi bahan perdebatan dan dianggap sebagai suatu tindakan yang keliru
oleh siapapun juga.Hal ini terjadi apabila seseorang yang tidak berkompeten atau
tidak berhak untuk mengambil suatu keputusan misalnya statusnya hanyalah seorang
wali dari si pasien (seperti pada kasus Terri Schiavo). Kasus ini menjadi sangat
kontroversial sebab beberapa orang wali mengaku memiliki hak untuk mengambil
keputusan bagi si pasien.
 Eutanasia secara sukarela : dilakukan atas persetujuan si pasien sendiri,
namun hal ini juga masih merupakan hal kontroversial.

D. Euthanasia Menurut Hukum Di Indonesia

Berdasarkan hukum di Indonesia maka eutanasia adalah sesuatu perbuatan yang melawan
hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan perundang-undangan yang ada yaitu pada Pasal 344 Kitab
Undang-undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa "Barang siapa menghilangkan nyawa orang
lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh,
dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun". Juga demikian halnya nampak pada pengaturan pasal-
pasal 338, 340, 345, dan 359 KUHP yang juga dapat dikatakan memenuhi unsur-unsur delik dalam
perbuatan eutanasia. Dengan demikian, secara formal hukum yang berlaku di negara kita memang
tidak mengizinkan tindakan eutanasia oleh siapa pun. Adapun isi dari pasal-pasal tersebut:

 pasal 359 KUHP "Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang
dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya
satu tahun."
 Pasal 345 KUHP "Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk
membunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu, atau mem berikan daya
upaya itu jadi bunuh diri, dihukum penjara selama lamanya empat tahun."
 Pasal 340 KUHP "Barangsiapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu
menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan
dengan hukuman mati atau penjara selama-lama nya seumur hidup atau
penjara selama-lamanya dua puluh tahun."
 pasal 344 KUHP "Barang siapa menghilangkan jiwa dari orang lain atas per
mintaan orang itu sendiri, yang disebutnya dengan nyata dan sungguh-
sungguh, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun."

E. Euthanasia Menurut Pandangan Gereja Katolik


 Perintah ke 5 dari 10 Perintah Allah "Jangan membunuh."
 Roma 14:8 bdk Fil 1:20 “Bila kita hidup, kita hidup bagi Tuhan, bila kita
mati, kita mati bagi Tuhan. Apakah kita mati atau hidup, kita adalah milik Tuhan."
 Paus Paulus VI; Amanat kepada Sidang Umum PBB (4 Oktober 1965) &
Homili Misa Penutupan Tahun Suci (25 Desember 1965) "kemajuan teknik dan dan
ilmu manusia yang canggih tetap memperhatikan pengabdian pada manusia. Maka
intervensi untuk memperjuangkan nilai-nilai dan hak-hak pribadi manusia harus
dijaga. Orientasi dan pemikiran yang jernih untuk menolong kehidupan manusia
pertama-tama mengalir dari semua kaum beriman kristiani dan juga kepada mereka
yang mengakui perutusan Gereja, yang ahli dalam kemanusiaan, dalam pengabdian
cintakasih dan kehidupan"
 Paus Yohanes Paulus II; Evangelium Vitae, artikel 57 "Jadi, dengan
otoritas yang diberikan Kristus kepada Petrus dan para penerusnya, dan di dalam
persekutuan dengan para uskup Gereja Katolik, saya menegaskan bahwa tindakan
pembunuhan seorang manusia tak bersalah selalu merupakan tindakan yang
sungguh tidak bermoral. Pengajaran ini, berdasarkan hukum ya ng tidak tertulis, di
mana manusia dalam terang akal budi, mene mu-kannya dalam hatinya (lih. Rm 2:14-
15), ditegaskan kemba li oleh Kitab Suci, diteruskan oleh Tradisi Gereja dan
diajarkan o leh Ma- gisterium biasa dan universal".
 Paus Yohanes Paulus II; Evangelium Vitae, artikel 65 "Euthanasia dalam
artinya yang sesungguhnya dimengerti sebag ai sebuah tindakan atau pengabaian
yang dilakukan dengan tujuann untuk menyebabkan kematian, dengan maksud untuk
meni adakan semua penderitaan. Sesuai dengan pengajaran Magisterium dari para
pendahulu saya, dan dalam persekutuan dengan para uskup Gereja Katolik, saya
menegaskan bahwa euthanasia adalah pelang-garan yang berat terhadap hukum
Tuhan, sebab hal tersebut merupakan pembunuhan seorang manusia secara
disengaja dan secara moral tidak dapat dibenarkan. Ajaran ini berdasarkan
hukum kodrat dan sabda Allah yang tertulis, ya g diteruskan oleh Tradisi Suci Gereja,
dan diajarkan oleh Magist erium Gereja"
 Gaudium Et Spes Artikel 27 “Selain itu apa saja yang berlawanan
dengan kehidupan sendiri, misalnya bentuk pembunuhan yang mana pun juga,
penumpasan suku, pengguguran, eutanasia tau bunuh diri yang disengaja; apa pun
yang melanggar keutuhan pribadi manusia, seperti pemenggalan anggota badan,
siksaan yang ditimpakan pada jiwa maupun raga, usaha-usaha paksaan psikologis;
apa pun yang melukai martabat manusia, seperti kondisi-kondisi hidup yang tidak
layak manusiawi, pemenjaraan yang sewenang-wenang, pembuangan orang-orang,
perbudakan, pelacuran, pe rdagangan wanita dan anak-anak muda; begitu pula
kondisi-kondisi kerja yan g memalukan, sehingga kaum buruh diperalat semata-mata
untuk menarik keun tungan, dan tidak diperlakukan sebagai pribadi-pribadi yang
bebas dan bertan ggung jawab: itu semua dan hal-hal lain yang serupa memang
perbuatan yang keji. Dan sementara mencoreng peradaban manusiawi,
perbuatan-perbuatan itu lebih mencemarkan mereka yang melakukannya, dari
pada mereka yang men anggung ketidak-adilan, lagi pula sangat berlawanan
dengan kemuliaan Sang Pencipta.
 Kongregasi Doktrin Iman (5 Mei 1980) "Keputusan sengaja untuk
merampas kehidupan seorang manusia selalu merup akan kejahatan moral dan
tidak akan dapat dianggap licit (sesuai aturan), baik.s ebagai tujuan ataupun
sebagai cara untuk mencapai sebuah tujuan yang baik. Nyatanya, itu adalah
tindakan berat yang menyangkut ketidaktaatan kepada hu kum moral, dan sungguh
kepada Tuhan sendiri, Pencipta dan Penjamin hukum tersebut; [tindakan itu]
bertentangan dengan kebajikan mendasar tentang keadilan dan cinta kasih. Tak ada
sesuatupun dan tak seorangpun dapat dengan cara apapun mengizinkan
pembunuhan seorang manusia, apakah itu dalam bentuk janin atau embrio, seorang
bayi ataupun dewasa, seorang tua, atau ses eorang yang menderita karena penyakit
yang tidak dapat disembuhkan, atau seseorang yang dalam keadaan sekarat.
Selanjutnya, tak seorangpun diizinkan untuk meminta dilakukannya tindakan
pembunuhan ini, entah bagi dirinya sendiri atau untuk orang lain yang dipercaya- kan
kepadanya, atau tak seorangpun dapat menyetujuinya, baik secara eksplisit ataupun
implisit. Tidak juga ada o oritas legitim apapun yang dapat merekomenda-sikan
ataupun mengizinkan tindakan tersebut.

KESIMPULAN
Euthanasia menjadi sesuatu yang tidak dapat dibenarkan ketika kemudian ada campur tangan
orang lain didalamnya. Hak untuk mematikan dan menghidupi seseorang adalah hak Tuhan.
Seseorang yang berada dalam situasi sulit sekalipun harus mencari kehendak Tuhan dan tugas
orang Kristen/orang percaya untuk menghibur dan meyakinnya untuk menghadapi kematian
dengan sukacita.

DAFTAR PUSTAKA
Rademaker, Ben. Hidup dan Mati: Pilihan Teks-Teks Kitan Suci Mengenai Hidup dan Mati Dari
Manusia-Manusia yang Tangguh dalam Harapan Diterjemahkan. Alex Beding. Ende: Nusa Indah,
1982

Mukti, Ali Ghufron. Abortus, Bayi Tabung, Euthanasia, Transplantasi Ginjal, dan Operasi Kelamin
dalam Tinjauan Medis, Hukum, dan Agama Islam. Yogyakarta: Aditya Media, 1993.

Anda mungkin juga menyukai