Anda di halaman 1dari 36

DISCOVERY LEARNING 1

PENGOBATAN DAN PERAWATAN ISLAMI


Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Penugasan DL 1 Modul Keperawatan Islami
Dosen Pengampu : Ns. Kustati BL. M.Kep., Sp., Kep An

KELOMPOK 4 B :
Yenni Triana Ahmad 11201040000093
Zoga Gymnastiar 11201040000094
Fias Amy Destya 11201040000095
Feby Oktaviani 11201040000096
Farah Adis Triyani 11201040000097
Bouba Banura Sakti 11201040000098
Cahaya Mutiara 11201040000099
Asyari 11201040000100
Abiirul Jannah 11201040000101
Annisa Yuni Rahman 11201040000102
Abdulloh Faqih 11201040000103
Nurul Husnul Khotimah 11201040000104
Putri Rahmadani 11201040000105

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
OKTOBER / 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya
sehingga makalah Discovery Learning 1 "Pengobatan dan Perawatan Ismali
(barat dan timur)" dapat selesai dengan tepat waktu. Makalahini dibuat dengan
tujuan memenuhi tugas pada Modul Keperawatan Medikal Bedah. Selain itu,
penyusunan makalah ini bertujuan juga untuk menambah wawasan kepada
pembaca.
Penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Ns. Kustati
BL. M.Kep., Sp., Kep An. selaku dosen pengampu Modul Keperawatan Islami,
berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penyusun berkaitan
dengan topik yang diberikan. Penyusun juga mengucapkan terima kasih yang
sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun memohon maaf atas kesalahan
dan ketidaksempurnaan kepada pembaca yang menemukan dalam makalah ini.
Penyusun juga mengharapkan adanya kritik serta saran dari pembaca apabila
menemukan kesalahan dalam makalah ini.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Jakarta, 26 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
BAB I ................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Ayat dan Hadist tentang penyakit, pengobatan, dan perawatan ................... 3
B. Penyakit Dan Pengobatan Menurut Ajaran Islam ....................................... 6
C. Pandangan Ulama Terhadap Pengobatan Menurut Ajaran Islam .............. 16
D. Asuhan keperawatan Islami ..................................................................... 24
E. Hukum Pengobatan ................................................................................. 27
F. Obat dan Penyembuhan yang Dilarang..................................................... 29
BAB III .............................................................................................................. 31
PENUTUP.......................................................................................................... 31
A. Kesimpulan ............................................................................................. 31
B. Saran....................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 32

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama rahmatan li al-‘alamin, agama yang membuat
penganutnya terhindar dari marabahaya. Sebagaimana diketahui bersama,
bahwa Islam dalam ajarannya mengandung nilai-nilai yang memerintahkan
umatnya untuk terus beribadah kepada-Nya, kapan dan di manapun.
Namun, dalam menjaga agar dapat beribadah kepada-Nya dibutuhkan fisik
dan jasmani yang kuat. Oleh karena itu, persoalan kesehatan dan menjaga
kesehatan adalah hal yang penting di dalam ajaran Islam. Terganggunya
persoalan kesehatan membuat seseorang tidak dapat berbuat maksimal
dalam menjalankan kewajiban dan tugas- tugas kemanusiaannya. Penyakit
yang terkandung dalam tubuh seseorang dapat mempengaruhi organ syarat,
pikiran dan perasaan. Maka dari itu penguatan tubuh sangat diperlukan
dalam menunjang aktivitas keseharian seseorang. Sehingga mempelajari
ilmu dan metode yang berkaitan dengan kesehatan dirasakan sangat perlu
untuk membahasnya menurut pandangan Al-Qur’an dan hadis Nabi
Muhammad saw. serta mencontoh apa yang telah dipraktekkan pada masa
Rasulullah saw

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Ayat dan Hadist tentang penyakit dan pengobatan?
2. Mengetahui Penyakit Dan Pengobatan Menurut Ajaran Islam?
3. Apa saja penyakit dalam Al-Qur'an?
4. Apa saja pengobatan dalam Al-Qur'an?
5. Apa pengobatan Nabi SAW (Thibun Nabawi)?
6. Apa pandangan Ulama Terhadap Pengobatan Menurut Ajaran Islam?
7. Apa itu pengobatan dengan Al-Qur'an?
8. Apa itu pengobatan dengan puasa?
9. Apa itu asuhan keperawatan Islami?

1
10. Apa itu Hukum pengobatan?
11. Apa itu obat dan Penyembuhan yang dilarang?

C. Tujuan

1. Mengetahui ayat dan Hadist tentang penyakit dan pengobatan?


2. Mengetahui penyakit Dan Pengobatan Menurut Ajaran Islam?
3. Mengetahui apa saja penyakit dalam Al-Qur'an?
4. Mengetahui apa saja pengobatan dalam Al-Qur'an?
5. Mengetahui apa pengobatan Nabi SAW (Thibun Nabawi)?
6. Mengetahui apa pandangan Ulama Terhadap Pengobatan Menurut
Ajaran Islam?
7. Mengetahui apa itu pengobatan dengan Al-Qur'an?
8. Mengetahui apa itu pengobatan dengan puasa?
9. Mengetahui apa itu asuhan keperawatan Islami?
10. Mengetahui apa itu Hukum pengobatan?
11. Mengetahui apa itu obat dan Penyembuhan yang dilarang?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ayat dan Hadist tentang penyakit, pengobatan, dan perawatan

Beberapa ayat dan hadis yang membahas mengenai penyakit dan


pengobatan, di antaranya:
1. QS al-Baqarah/2: 10.
ٰ   ‫فِي  قُلُوبِ ِهم   َّم َرض   ۙ فَزَ ا دَهُ ُم‬
َ   ‫ّللاُ   َم َرضًا   ۚ  َولَ ُهم‬
َ‫عذَا ب  اَلِيم   ۙ بِ َما  كَا نُوا  يَك ِذبُون‬
Terjemahnya:
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan
bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
2. QS al-Maidah/5: 52.
ٰۤ
ِ ُ ‫ارعُونَ   فِي ِهم  يَقُولُونَ   نَخشى  اَن  ت‬
‫صيبَـنَا  دَآئ َِرة‬ ِ ‫س‬َ ُّ‫َـر ى  الَّذِينَ   فِي  قُلُوبِ ِهم   َّم َرض  ي‬َ ‫فَت‬
َ َ ‫على   َم ٰۤا  ا‬
    َ‫س ُّروا  فِ ٰۤي  اَنفُ ِس ِهم  ندِمِ ين‬ َ   ‫ح  اَو  اَمر   ِمن  عِندِه  فَيُص ِب ُحوا‬ َ ‫ّللاُ  اَن  يَّأت‬
ِ ‫ِي   ِبا لفَت‬ َ ‫فَ َع‬
ٰ   ‫سى‬
Terjemahnya:
Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya
(orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan
Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana".
Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada
Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu,
mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam
diri mereka.
3. QS al-Anfal/8: 49.
َ‫عل‬ ٰۤ ‫اِذ  يقُولُ  المن ِفقُونَ   والَّذِينَ   فِي  قُلُوبهم  مرض  غ ََّر‬
‫ى  ّللا  فَ ِا‬
ِٰ َ   ‫َُلءِ   دِينُ ُهم   َ و َمن  يَّت ََو َّكل‬
ٓ َ ‫  هؤ‬ َ َّ ِ ِ َ ُ َ
‫ع ِز يز   َحكِيم‬ َ ٰ ‫َّن‬
َ   ‫  ّللا‬
Terjemahnya:
(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada
penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-orang mukmin)
ditipu oleh agamanya". (Allah berfirman): "Barangsiapa yang

3
bertawakkal kepada Allah, Maka Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana”. Yakni keyakinan mereka terhadap kebenaran
Nabi Muhammad saw. lemah. Kelemahan keyakinan itu, menimbulkan
kedengkian, iri-hati dan dendam terhadap Nabi saw., agama dan orang-
orang Islam
4. QS al-Taubah/9: 125.
ً ‫َوا َ َّما  الَّذِينَ   فِي  قُلُوبِ ِهم   َّم َرض  فَزَ ا دَت ُهم   ِرج‬
َ‫سا  اِلى   ِرج ِس ِهم   َو َما تُوا   َوهُم  كف ُِرون‬
Terjemahnya:
Dan Adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit,
Maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping
kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam Keadaan kafir.
5. QS al-Hajj/22: 53.
‫شيط ُن  فِتـنَةً  لِـلَّذِينَ   فِي  قُلُوبِ ِهم   َّم َرض   َّوا لقَا ِسيَ ِة  قُلُوبُ ُهم‬
َّ ‫ِليَجعَ َل   َما  يُل ِقى  ال‬
ٰ ‫  َو  ا َِّن  ال‬
 ۚ  ‫ظلِمِ ينَ   لَفِي   ِشقَا ق  بَعِيد‬
Terjemahnya:
Dia (Allah) ingin menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu,
sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit
dan yang kasar hatinya. dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu,
benar-benar dalam permusuhan yang sangat.
6. QS al-Nur/24: 50.
‫سولُه‬ ُ ‫علَي ِهم   َو َر‬
َ   ُ‫ّللا‬
ٰ   ‫ف‬ َ ‫فُونَ   اَن  يَّحِ ي‬ ‫ب ُٰۤوا  اَم  يَخَا‬ ‫اَفِي  قُلُو ِب ِهم   َّم َرض  اَ ِم  ارت َا‬
ٰ ‫َبل  اُولٓئِكَ   هُ ُم  ال‬
    َ‫ظ ِل ُمون‬
Terjemahnya:
Apakah (ketidakdatangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada
penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-
kalau Allah dan Rasul-Nya Berlaku zalim kepada mereka? sebenarnya,
mereka Itulah orang- orang yang zalim”. Maksudnya penyakit
bathiniyah seperti kekafiran, kemunafikan, keragu-raguan dan
sebagainya.
7. QS al-Ahzab/33: 12
ُ   ‫سولُ ٰۤه  ا ََِّل‬
‫غ ُرو ًرا‬ ُ ‫ّللاُ   َو َر‬ َ ‫َواِ ذ  يَقُو ُل  ال ُمن ِفقُونَ    َوا لَّذِينَ   فِي  قُلُوبِ ِهم   َّم َرض   َّما   َو‬
ٰ   ‫عدَنَا‬
Terjemahnya:

4
Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang
berpenyakit dalam hatinya berkata: "Allah dan Rasul-Nya tidak
menjanjikan kepada Kami melainkan tipu daya".
8. QS al-Isra/17: 82.
ٰ ‫َونُن َِز ُل  مِ نَ   الـقُرا ِن   َما  ه َُو   ِشفَآء   َّو َرح َمة  لِـل ُمؤمِ نِينَ   ۙ  َو ََل   َي ِز يدُ  ال‬
َ ‫ظلِمِ ينَ   ا ََِّل   َخ‬
‫سا ًرا‬
Terjemahnya:
Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
9. QS Yunus/10: 57.
ُّ ‫ظة   ِمن   َّر ِب ُكم   َو ِشفَآء   ِل َما  فِى  ال‬
‫صدُو ِر‬ ُ ‫ٰۤيا َ يُّ َها  النَّا‬
َ ‫س  قَد   َجا ٓ َءت ُكم   َّمو ِع‬
 ۙ   َ‫َوهُدًى   َّو َرح َمة  لِـل ُمؤمِ نِين‬
Terjemahnya:
Wahai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
10. QS al-Nahl/16: 69.
ُ ُ‫سبُ َل   َربِكِ   ذُلُ ًل    يَخ ُر ُج  مِ ن  ب‬
‫طونِ َها  ش ََرا‬ ُ   ‫سلُكِي‬ ِ ‫ث ُ َّم   ُكلِي  مِ ن  ُك ِل  الث َّ َمر‬
‫ت  فَا‬
َ‫ب   ُّمختَلِف  اَل َوا نُه  فِي ِه   ِشفَآء  لِلنَّا ِس    ا َِّن  فِي  ذ ِلكَ    ََل يَةً   ِلقَوم  يَّتَفَ َّك ُرون‬
Terjemahnya:
Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan
tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut
lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya,
di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.
11. QS al-Syuara’/26: 80.
‫َواِ ذَا   َم ِرضتُ   فَ ُه َو   َيشفِي ِن‬
Terjemahnya:
Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku’
12. QS Fussilat/41: 44.

5
ِ ُ‫لُوا  لَو ََل  ف‬
َ ‫صلَت  ايتُه     َءاَع َجمِ ي   َّو‬
‫ع َربِي‬ ‫نًا  اَع َجمِ يًّا  لَّقَا‬ ‫َولَو   َجعَلنهُ  قُرا‬
   ‫قُل  ه َُو   ِللَّذِينَ   ا َمنُوا  هُدًى   َّو ِشفَآء     َو  الَّذِينَ    ََل  يُؤمِ نُونَ   ف ِٰۤي  اذَا‬
‫ع ًمى    اُولٓئِكَ   يُنَا دَونَ   مِ ن   َّمكَا ن  بَعِيد‬ َ   ‫علَي ِهم‬
َ   ‫نِ ِهم   َوقر   َّوه َُو‬
Terjemahnya:
Dan Jikalau Kami jadikan Al-Quran itu suatu bacaan dalam bahasa
selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan
ayat- ayatnya?" Apakah (patut Al-Quran) dalam bahasa asing sedang
(Rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al-Quran itu adalah petunjuk
dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak
beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al-Quran itu suatu
kegelapan bagi mereka58. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil
dari tempat yang jauh.

Adapun Hadis Rasulullah saw.:


‫َما أَنزَ َل للاُ دَا ًء إِ ََّل أَنزَ َل لَهُ ِشفَا ًء‬
Terjemahanya :
Tiadalah Allah menurunkan penyakit, kecuali dengan menurunkan obatnya.
Yang dimaksud suatu kegelapan bagi mereka ialah tidak memberi petunjuk
bagi mereka.

B. Penyakit Dan Pengobatan Menurut Ajaran Islam

1. Penyakit dalam Al-Qur'an


a. Penyakit Kulit
Berkenaan dengan penyakit yang terdapat di dalam al-Quran,
dapat dilihat bahwa terdapat surah yang menceritakan mengenai
penyakit adalah seperti dalam firman Allah SWT surah al-Anbiyā’ 21:
83.
ٰ ‫ِي الض ُُّّر َوا َ نتَ اَر َح ُم‬
َ‫الرحِ مِ ين‬ َّ ‫ب اِذ نَا دى َرب َّٰۤه اَنِي َم‬
َ ‫سن‬ َ ‫َوا َ يُّو‬
"dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, "(Ya
Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan
Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang." (QS. Al-Anbiya
21: Ayat 83)

6
Menurut Sayyid Quṭub (2000), ayat ini menerangkan mengenai
kisah Nabi Ayub a.s ketika beliau diuji dengan kesusahan yaitu dengan
ditimpakan penyakit kusta atau penyakit kulit. Namun, yang ingin
ditekankan dalam ayat ini adalah bagaimana beliau dengan sabarnya
menghadapi ujian itu dengan penuh ketabahan. Beliau tidak meminta
permintaan apapun kepada Allah SWT karena menjaga adab dan
hubungannya dengan Allah SWT. Beliau menyerahkan seluruhnya
kepada-Nya dan yakin bahwa Allah SWT mengetahui keadaan
kesusahan dan penderitaannya. Oleh karena itu beliau berdoa dengan
bersungguh-sungguh dan diiringi dengan adab yang tinggi, maka Allah
SWT memperkenankan doanya dan diberikan rahmat-Nya serta sakit
itu di angkat. Dalam ayat selanjutnya Allah SWT berfirman:

َ‫ش ْفنَا َما بِ ٖه مِ ْن ضُر َّو ٰات َ ْي ٰنهُ ا َ ْهلَهٗ َومِ ثْلَ ُه ْم َّمعَ ُه ْم َر ْح َمةً ِم ْن ِع ْن ِدنَا َو ِذ ْك ٰرى ل ِْلعٰ بِ ِديْن‬
َ ‫فَا ْست َ َج ْبنَا لَهٗ فَ َك‬

“Maka Kami kabulkan (doa)nya lalu Kami lenyapkan penyakit yang


ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami
lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan
untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami.” (QS.
Al-Anbiya 21: Ayat 84)
Allah SWT telah mengangkat penyakitnya itu dari tubuhnya dan
beliau kembali sehat seperti sedia kala dan menggantikan semua
anggota keluarganya yang hilang. Menurut beberapa riwayat, yang
dimaksudkan dengan anggota keluarga adalah anak-anaknya lalu Allah
SWT menggantikan dengan anak-anak yang lebih banyak.
b. Penyakit Hati
Sakitnya hati merupakan kerusakan yang menimpanya, yang
merusak pandangan dan keinginannya terhadap kebenaran. Ia tidak
melihat kebenaran sebagai kebenaran atau ia melihatnya sebagai
sesuatu yang tidak sesuai dari hakikat sebenarnya atau
pengetahuannya tentang kebenaran menjadi berkurang dan merusak
keinginannya terhadapnya, sehingga ia membenci kebenaran yang

7
bermanfaat atau mencintai kebatilan yang membahayakan
(Jauziyah, 2018; Pratiwi, 2021).
Muhammad Asy-Syanawi mengatakan bahwa sebenarnya
manusia tidak akan terganggu dengan adanya nilai dan moral, seperti
yang diungkapkan sebagian orang, melainkan perilaku akan
terganggu jika manusia menjauh dari nilai dan moral. Oleh karena
itu, perilaku yang menyimpang dari tujuan dan tugas utamanya
merupakan sumber gangguan yang bermuara pada sikap menjauhi
agama dan ajaran-ajarannya (Pratiwi, 2021).
Menurut Langgalung (1992) dalam Pratiwi (2021)
mengungkapkan bahwa dari pandangan psikolog (Barat), penyakit
hati/mental yang umum yaitu kerisauan, kekecewaan, dan
pertarungan. Sedangkan menurut pemikir-pemikir Islam macam-
macam penyakit hati yaitu:
1) Penyakit Riya
Pada dasarnya riya berarti mencari kedudukan di dalam
hati manusia dengan memperlihatkan perbuatan baik kepada
mereka. Riya ada yang jelas dan ada yang samar. Riya yang jelas
adalah riya yang menjadi pemicu dan pendorong bagi seseorang
untuk mengerjakan sesuatu, meskipun ia juga mengharapkan
pahala. Sedangkan riya yang samar dalah riya yang tidak
menjadi pendorong seseorang untuk berbuat, melainkan
membuat pekerjaan yang ditunjukan untuk meraih ridha Allah
terasa ringan (Farid, 2006; Pratiwi, 2021). Misalnya orang biasa
sholat 5 waktu dengan tergesa-gesa jika sendiri, tetapi jika ada
orang lain melakukan shalat dengan khusyuk dan tidak tergesa-
gesa.
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang
berbuat riya” (QS. Al-Maa’uun [107] : 4-6)

8
2) Penyakit Sombong
Sombong berarti enggan menerima kebenaran,
menolaknya dan memandang rendah terhadapnya. Dan hal itu
terjadi karena adanya perasaan tinggi hati dan agung (Farid,
2006; Pratiwi, 2021). Ada beberapa ayat yang membicarakan
penyakit sombong, salah satunya yaitu surat Al-A’raf ayat 136:
“kemudian Kami menghukum mereka, Maka Kami
tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan
ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang
melalaikan ayat-ayat Kami itu.” (QS. Al-A’raf [7]: 136)
Adapun hal-hal yang di sombongkan biasanya antara lain;
menyombongkan ilmu pengetahuan, status sosial dan nasab,
kekayaan, menyombongkan pengikut, pendukung dan
golongan.
3) Penyakit Ujub
Ketahuilah bahwa ujub (bangga hati) dicela di dalam kitab
Allah dan Sunnah Rasul-Nya. seperti dalam firman Allah
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-
nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)” (QS. al-
Baqarah [2]: 264)
Menyebut-nyebut adalah akibat dari sikap menganggap
besar amal perbuatan dan itu termasuk ujub. Ujub dapat
menyeret kepada sifat sombong. Orang yang memiliki sifat ujub
tertipu dengan diri dan pendapatnya sendiri, merasa aman dari
siksa Allah, merasa memiliki kedudukan yang tinggi di sisi
Allah dan tidak mau mendengar nasihat atau petuah dari orang
lain. Ini adalah kehancuran yang nyata (Pratiwi, 2021).
c. Penyakit Wabah (Kolera)
Wabah penyakit menular yang pernah terjadi di Nusantara
banyak terdapat dalam beberapa catatan sejarah. Fakta bahwa

9
fenomena wabah penyakit juga pernah terjadi pada masa lalu, ini
dibuktikan dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah : 243
“Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang keluar dari
kampung halamannya, sedang jumlahnya ribuan karena takut mati?
Lalu Allah berfirman kepada mereka, “Matilah kamu!” Kemudian
Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah memberikan
karunia kepada manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak
bersyukur.” (QS. Al-Baqarah [2]: 243)
Kolera adalah penyakit diare akut yang disebabkan oleh
infeksi usus dan diakibatkan bakteri bernama Vibrio Colera. Pada
dasarnya tidak ada gejala yang ditunjukkan oleh penyakit ini, namun
kotoran dari penderitanya bisa menularkan penyakit dengan cepat.
Penanggulangan wabah penyakit menular tidak cukup dilakukan
oleh pemerintah saja, melainkan dibutuhkan hubungan sosisal yang
baik antar masyarakat. Alasan itu karena pada dasarnya wabah
penyakit tidak memilih sasarannya, melainkan akan menyerang
siapapun dan apapun status sosialnya. Dalam pandangan Islam,
wabah merupakan ujian yang diturunkan Allah SWT, kelalaian umat
Islam dalam menyadari hal itu melahirkan sebuah tuntutan bagi para
tokoh agama untuk senantiasa menyampaikan apa yang diajarkan
rasulullah dan apa yang dilakukan umat Islam terdahulu dalam
menghadapi wabah penyakit.
Menurut pandangan Islam sesuai dengan kontek ayat Al-
Qur’an diatas (QS. Al-Baqarah: 243), Ibnu hajar Al-Asqolani (1379
H) dalam kitabnya Fathul Bari dalam Sanusi (2020) memberikan
pendapatnya dan membaginya ke dalam tiga keadaan : Pertama
manusia yang lari dari suatu daerah dengan tujuan menghindari
wabah maka itu merupakan larangan sebagaimana yang disebutkan
dalam hadits. Kedua manusia yang pergi daerah suatu daerah yang
terjangkit wabah dengan tujuan bekerja atauun yang lainnya, selain
lari dari wabah maka itu tidak termasuk dari larangan yang
disebutkan dalam hadits. Ketiga manusia yang keluar dari suatu

10
daerah yang terjangkit wabah dengan niat untuk bekerja dan masuk
kedalamnya agar selamat dari wabah maka Ibnu Hajar mengutip
nasihat Umar bin Khattab ra bahwa hal itu diperbolehkan.

2. Pengobatan dalam Al-Qur'an


Diriwayatkan oleh Imam Muslim:

َ ِ‫ بـَ َرأ َ ِبإِذْ ِن هللا‬،‫اب الد ََّوا ُء الدَّا َء‬


‫ع َّز َو َجل‬ َ ‫ص‬َ َ ‫ فَإِذَا أ‬،‫َعن جابر بن عبد هللا ِل ُك ِل دَاء دَ َوا ٌء‬

Artinya: “Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat


sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah
Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)
Hadits di atas menunjukkan bahwa umat Islam diperbolehkan
untuk menyembuhkan penyakit mereka sendiri. Karena setiap
penyakit ada obatnya. Jika obat yang digunakan adalah obat yang
tepat untuk penyebab penyakitnya, dengan izin Allah penyakit itu
akan hilang dan yang sakit akan sembuh. Namun, jika penyebab
gangguan tersebut tidak diketahui atau jika tidak ada pengobatan yang
dapat ditemukan, mungkin diperlukan waktu yang cukup lama untuk
sembuh.
Dan dalam Islam, Allah Swt. menganjurkan umatnya untuk selalu
bertawakal, termasuk dalam hal kesembuhan atas suatu penyakit.
Sebuah hadits Riwayat Bukhari, Rasulullah saw. menyampaikan,
“Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan akan
menurunkan pula obat untuk penyakit tersebut.”
Hadits ini menjadi gambaran akan pentingnya dalam berikhtiar
untuk mencari kesembuhan. Sementara pada hadits lainnya
disebutkan, Rasulullah saw., bersabda: “Setiap penyakit ada obatnya.
Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit, akan
sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah ‘azza wajalla.” (HR.
Muslim). Ini menunjukkan bahwa obat yang tepat menjadi jalan
kesembuhan bagi suatu penyakit. Kini, berbagai jenis obat dan
suplemen sudah tersebar di pasaran. Mulai dari herbal hingga

11
kimiawi. Sayangnya, tak sedikit obat dan suplemen yang diramu
sedemikian rupa dengan bahan-bahan berbahaya. Karena itu, penting
bagi konsumen untuk menelaah dengan cermat kandungan dalam
obat.
Ada lima jenis obat yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan
Hadits. Selain aman dikonsumsi dan bermanfaat bagi kesehatan,
kelimanya dapat menyembuhkan penyakit tertentu.
● Madu
Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 68-69:
‫ث ُ َّم‬٦٨ َ‫ش ۡون‬ َّ ‫َوا َ ۡوحٰ ى َربُّكَ اِلَى النَّحۡ ِل ا َ ِن اتَّخِ ذ ِۡى مِ نَ ۡال ِجبَا ِل بُي ُۡوتًا َّومِ نَ ال‬
ُ ‫ش َج ِر َومِ َّما يَعۡ ِر‬
‫ِف ا َ ۡل َوانُهٗ ف ِۡي ِه‬ ُ ُ‫سبُ َل َر ِبكِ ذُلُ ًل َي ۡخ ُر ُج مِ ۡۢۡن ب‬
ٌ ‫ط ۡونِ َها ش ََرابٌ ُّم ۡختَل‬ ُ ‫ت فَاسۡ لُك ِۡى‬ ِ ‫ُكل ِۡى مِ ۡن ُك ِل الث َّ َم ٰر‬
٦٩ َ‫اسؕ ا َِّن ف ِۡى ٰذ لِكَ َ َٰل َيةً ِل َق ۡوم َّيت َ َف َّك ُر ۡون‬ ِ ‫ِش َفا ٓ ٌء لِل َّن‬
Artinya: “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah,
‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan
ditempat yang dibuat manusia, kemudian makanlah dari tiap-tiap
(macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang
dimudahkan bagimu. Dari perut lebah itu keluar minuman (madu)
yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia.”
Madu dapat digunakan untuk mengobati beraneka ragam
penyakit seperti typus, penurunan fungsi usus dan lambung yang
disertai muntaber, liver kronis, impotensi umum, keracunan karena
tertahannya air kencing, atau karena zat eksternal seperti zirnikh.
● Kurma
Kurma sangat baik untuk dikonsumsi oleh ibu hamil. Hal ini
karena kurma kaya akan zat besi untuk mencegah anemia, kalsium
untuk memperkuat tulang dan gigi janin, serta fosfor untuk menutrisi
sel otak dan sel reproduksi bagi wanita hamil.
Dalam hadits Riwayat Muslim, Rasulullah saw. Bersabda,
yang artinya: “Barang siapa yang sarapan dengan tujuh butir kurma
Ajwa setiap pagi akan terhindar dari bahaya racun dan sihir.”
● Minyak Zaitun

12
‫ض ؕ َمثَ ُل نُ ۡو ِر ٖه َكمِ ۡش ٰكوة ف ِۡي َها مِ صۡ بَا ٌح ؕ ۡالمِ صۡ بَا ُح ف ِۡى‬ ِ ‫ت َو ۡاَلَ ۡر‬ ‫۞ َ ه‬
ِ ‫ّللَاُ نُ ۡو ُر السَّمٰ ٰو‬
‫ـركَة زَ ۡيت ُ ۡونَة ََّل ش َۡرقِيَّة َّو ََل غ َۡربِيَّة‬ ٌّ ‫لز َجا َجةُ َكاَنَّ َها ك َۡو َكبٌ د ُِر‬
َ ‫ى ي ُّۡوقَدُ مِ ۡن‬
َ ‫ش َج َرة ُّم ٰب‬ ُّ َ ‫ُز َجا َجة ا‬
‫شا ٓ ُء َو‬ ‫ع ٰلى نُ ۡور يَهۡ دِى ه‬
َ َّ‫ّللَاُ ِلنُ ۡو ِر ٖه َم ۡن ي‬ َ ‫َار ؕ نُ ۡو ٌر‬
ٌ ‫سسۡ هُ ن‬ َ ۡ‫ُض ۡ ٓى ُء َولَ ۡو لَ ۡم تَم‬
ِ ‫يَّـكَادُ زَ ۡيت ُ َها ي‬
٣٥ ؕ ‫عل ِۡي ٌم‬ َ ‫ّللَاُ ِب ُك ِل ش َۡىء‬
‫اسؕ َو ه‬ َ ۡ ُ‫ّللَا‬
ِ َّ‫اَلمۡ ثَا َل لِلن‬ ‫ض ِربُ ه‬ ۡ َ‫ي‬
“… Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang
(yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak
dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh
tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah
barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi,
walaupun tidak disentuh api…” (QS. An-Nur, 35)
Imam Al-Qurthubi mengatakan zaitun memiliki banyak
manfaat terutama dalam bentuk ekstrak minyak. Beberapa manfaat
minyak zaitun, di antaranya mencegah penyakit kulit dan kanker
payudara, kanker rahim, kanker perut dan usus besar apabila
dikonsumsi satu sendok setiap hari. Kemudian juga dapat
menurunkan kadar kolesterol dan mengurangi tekanan darah
tinggi.
● Habbatussauda (Jintan Hitam)
Habbatussauda atau jintan hitam memiliki banyak manfaat,
seperti menguatkan sistem kekebalan tubuh, menetralisir racun
hingga anti stres. Keistimewaan jintan hitam ini juga tertulis di
dalam salah satu riwayat hadits, Rasulullah shalallahu alaihi
wassalam bersabda, “Sesungguhnya di dalam Habbatussauda
(jintan hitam) terdapat penyembuh bagi segala macam penyakit,
kecuali kematian.” (HR Bukhari dan Muslim).
● Jahe
Jahe sejenis tanaman rumput-rumputan aromatik yang
berumur panjang. Tanaman ini disebutkan dalam Al-Qur’an, surat
Al Insan ayat 17 sebagai berikut:
ً ‫َويُسۡ قَ ۡونَ ف ِۡي َها ك َۡا‬
٧١ ۚ ‫سا َكانَ مِ زَ ا ُج َها زَ ۡن َجبِ ۡي ًل‬
Artinya: “Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas
(minuman) yang campurannya adalah jahe.”

13
Jahe memiliki banyak khasiat, khususnya dalam mengobati
organ pernapasan seperti asma, batuk, dan meluruhkan dahak.
Selain itu, tanaman ini juga dipercaya dapat mengobati radang gusi,
dan mencegah karies, meredakan radang sendi akibat cuaca dingin,
mengatasi impotensi, lemah syahwat, mengatasi radang anus akibat
sembelit akut, memperkuat otot jantung, mencegah terjadinya
penggumpalan darah, serta mencegah penyumbatan jantung dan
otak.
3. Pengobatan Nabi SAW (Thibbun Nabawi)
Pengobatan Nabawi (At-thibb Al-nabawi) adalah metode
pengobatan yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW kepada
orang yang mengalami sakit tentang apa yang beliau ketahui
berdasarkan wahyu. Metode pengobatan ini sangat meyakinkan
untuk menjadi sebab kesembuhan, sedangkan pengobatan lain lebih
banyak merupakan hipotesis (dugaan). Pengobatan ini bersandar
kuat kepada akidah Islamiyah yang menyatakan bahwa Allah adalah
pemilik alam semesta ini, bahwa di tangan Allah terletak
kesembuhan, Dia yang memberikan kesembuhan kepada manusia.
Istilah thibb, dalam bahasa Arab digunakan untuk menyebut
beberapa makna, di antaranya :
a. Perbaikan, anda mengatakan "thababtuhu" artinya "saya
memperbaikinya"
b. Kelembutan dan pengaturan, kadang seseorang dinyatakan
"thobba bil 'umur" Artinya “Ia bisa mengatur berbagai
persoalan”
c. Kecerdasan, Jauhari berkata, "Orang-orang Arab biasa
menyebut siapapun yang cerdas dengan sebutan thabib". Abu
Ubaid berkata, "Asal istilah thibb adalah kecerdasan dan
keterampilan tentang sesuatu, seseorang disebut sebagai thabib
jika ia seorang yang cerdas dan ahli, meskipun bukan dalam
urusan pengobatan orang sakit. Yang lain mengatakan,

14
seseorang disebut thabib artinya ia cerdas, ia disebut thabib
karena kecerdasannya".
d. Kebiasaan. Dikatakan "laisa bi thibbi" artinya "bukan
kebiasaanku"
e. Sihir. Dikatakan, "rajulun mathbub", artinya "seseorang
tersihir". Abu Ubaid berkata, "Mereka menyebut orang yang
terkena sihir dengan sebutan mathbub, karena mereka
menyebut sihir dengan thibb". Ibnu Sayyid berkata, "Thabb
dengan fathah pada tho', artinya orang yang mengerti berbagai
persoalan. Begitu juga seorang thobib. Adapun thibb dengan
kasrah, artinya perbuatan mengobati, adapun thibb dengan
dhommah adalah nama tempat".
Thibb secara istilah adalah ilmu untuk mengetahui kondisi-
kondisi badan manusia dari aspek kesehatannya maupun apa yang
hilang darinya, untuk memelihara kesehatan yang ada dan
mengembalikan yang hilang.3 Metode pengobatan nabawi tidak
sebagaimana metode pengobatan para dokter. Pengobatan nabawi
sifatnya pasti, qath'i dan Ilahi, bersumber dari wahyu, dan
kesempurnaan akal. Adapun pengobatan lainnya kebanyakan
berlandaskan pikiran, dugaan dan percobaan-percobaan. Memang
tidak perlu dibantah bahwa banyak orang yang sakit tidak merasakan
manfaat pengobatan nabawi, karena yang bisa mendapatkan manfaat
pengobatan nabawi adalah siapa yang mau menerimanya dengan
percaya dan yakin akan diperolehnya kesembuhan. Ia menerimanya
dengan sepenuh hati, dengan keimanan dan kepatuhan al-Qur'an
yang merupakan penyembuhan apa yang ada di dalam hati ini. Jika
tidak diterima dengan penerimaan sepenuh hati, juga tidak akan bisa
mewujudkan kesembuhan hati dan berbagai macam penyakit,
bahkan tidak menambah kepada orang-orang munafik selain dosa-
dosa dan penyakit-penyakit yang bertumpuk-tumpuk.
Pengobatan dapat dibagi menjadi dua yaitu pengobatan yang
dihalalkan dan pengobatan yang diharamkan. Pengobatan yang

15
dihalalkan adalah segala macam pengobatan yang tidak
bertentangan dengan syariat Islam. Pengobatan nabawi merupakan
salah satu yang dianjurkan dalam Islam dan secara jelas disebutkan
dalam al-Qur'an maupun al-Hadits seperti pengobatan dengan madu,
bekam, ruqyah untuk berdoa dan membaca ayat-ayat al-Qur'an.
Sedangkan pengobatan yang haram adalah pengobatan yang
menyimpang dari syariah Islam, seperti menggunakan sihir, dukun,
meminta bantuan jin, menggunakan barang-barang yang
diharamkan, benda-benda najis dilarang oleh agama Islam. Salah
satu pengobatan yang dilarang adalah menggunakan khomer atau
arak. Mengingat jelas-jelas bahwa khomer adalah penyakit bukan
obat.

C. Pandangan Ulama Terhadap Pengobatan Menurut Ajaran Islam

1. Pengobatan dengan Al-Qur'an


Dilihat dari sudut pandang medis atau tinjauan ilmu kedokteran dan
fisiologi suara lantunan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan dengan
tajwid yang benar dan disertai kekhusyukan niscaya akan berpengaruh
besar kepada kesehatan dan kebugaran tubuh, misalnya seperti :
a. Pengaruh Lantunan Ayat Al-Qur’an terhadap Sel-Sel Tubuh
Ketika tubuh dihadapkan pada suara tertentu, suara itu akan
mempengaruhi keseimbangan gelombang di dalam tubuh
dan mempengaruhi dengan cara tertentu bagian tubuh yang
sedang mendapat gangguan sehingga bagian tubuh itu akan
merespon suara tersebut dengan getaran-getaran tertentu
yang sinyalnya dikirimkan ke pusat sistem saraf yang
mengatur seluruh fungsi tubuh. Dengan kata lain, suara yang
diperdengarkan pada sel-sel tubuh akan memicu sel-sel itu
untuk
merespon dan memperbaiki kerusakan sistemnya sehingga
bisa kembali pada kondisinya semula sebelum rusak dan
menyimpang

16
b. Pengaruh Suara Al-Qur’an terhadap Jantung
Allah swt. berfirman dalam QS al-Ra‘d/13: 28.
َ َ ‫الَّذِينَ آ َمنُواْ َوت َْط َمئ ُِّن قـُلُوبـ ُ ُهم بِ ِذ ْك ِر ّللَاِ أ‬
ِ‫َل بِ ِذ ْك ِر ّللَا‬
‫ُت َْط َمئ ُِّن ْالقُلُوب‬
Terjemahnya:
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram"
Seorang peneliti asal universitas Helsinki, Teppo Sarkamo,
Mengatakan, “musik memiliki peran dan pengaruh yang
sangat besar terhadap pasien penderita kelainan atau
penyakit jantung. Musik merupakan obat yang sederhana
dan murah yang tidak membebani siapa pun.”
Seperti itulah musik mempengaruhi penyembuhan penyakit
jantung. Jika musik memiliki pengaruh seperti itu maka tentu
Al-Qur’an yang merupakan Firman Allah swt. memiliki
pengaruh yang jauh lebih besar dan lebih hebat. Jika musik
bisa menyembuhkan penyakit, tentu Al- Qur’an memiliki
daya penyembuh yang jauh lebih dahsyat. Bahkan, Al-
Qur’an sendiri telah menegaskan bahwa ia merupakan obat
penyembuh bagi kaum beriman.
c. Pengaruh suara Al-Qur’an pada kulit
Allah swt. berfirman dalam QS al-Zumar/39: 23. "Allah
telah menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) Al
Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-
ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut
kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati
mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah,
dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-
Nya. dan Barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak
ada baginya seorang pemimpinpun"

17
Ayat itu dengan jelas menunjukkan pengaruh Al-Qur’an
terhadap kulit dan ternyata para ilmuwan modern juga
menemukan bahwa gelombang suara dapat mempengaruhi
sel-sel kulit. Kulit memiliki perananan yang penting yaitu
menyimpan pengetahuan dan mengingatnya. Sebagaimana
diketahui bahwa sentuhan atau rabaan salah satu indra yang
sangat penting yang dimiliki manusia. Melalui sentuhan
manusia dapat mempersepsi realitas yang ada di sekitarnya.
d. Pengaruh Suara Al-Qur’an terhadap pertumbuhan janin
Ketenangan dan kenyamanan yang dirasakan sang ibu ketika
membaca atau mendengarkan bacaan Al-Qur’an juga akan
dirasakan oleh janin yang dikandungnya. Lebih jauh, kelak
setelah dilahirkan jiwa dan hidupnya akan senantiasa
dipengaruhi oleh Al-Qur’an. Misalnya, ia akan lebih cepat
mengenal ungkapan atau kalimat- kalimat Al-Qur’an, lebih
cepat dapat membaca Al-Qur’an, dan lebih cepat menghafal
ayat-ayat Al-Qur’an. Fakta ini didukung oleh penelitian Dr.
Muhammad Ratib al-Nabilisi dalam disertasinya untuk
meraih gelar doktor dalam bidang pendidikan anak dalam
Islam. Ia mengatakan, “sesungguhnya ibu hamil yang selalu
membaca Al-Qur’an akan melahirkan anak yang senantiasa
terikat dan mencintai Al-Qur’an.”
Mustamir Pedak juga mengemukakan beberapa fungsi Al-Qur’an
sebagai obat dari beberapa penyakit fisik, yaitu dengan empat cara:
a. Al-Qur’an sebagai media latihan pernafasan
Membaca Al-Qur’an merupakan cara yang paling baik
untuk melatih pernafasan, ketika membaca Al- Qur’an, ada
aturan-aturan yang mengikat seperti wakaf dan washal. Ada
aturan kapan boleh bernafas dan kapan tidak boleh
mengambil nafas. Hal ini memberi pengaruh positif pada
sistem pernafasan
b. Pengaruh Makharijul-Huruf pada organ-organ

18
Makharij Al-Huruf merupakan tempat keluarnya huruf.
Para Ulama Tajwid membagi Makharijul-Huruf menjadi
lima, yaitu Al-Halqi (tenggorokan), Al-Lisan (lidah), Al-
Jauf (rongga mulut), Asy-Syafatain (dua bibir), dan Al-
Khaysyum (ruang hidung). Membaca Al-Qur’an dapat
dikatakan berolahraga bagi organ-organ tersebut karena
ketika membaca Al-Qur’an, organ-organ tersebut ikut
bergerak.
c. Al-Qur’an berperan sebagai musik
Disunnahkan memperindah suara saat membaca Al-Qur’an.
Membaca Al- Qur’an dengan suara merdu akan
berpengaruh positif terhadap psikologi pembacanya dan
akan membuat tubuhnya sehat.
d. Konsep religiopsikoneuroimunologi
Dengan memahami makna-makna yang terkandung dalam
Al-Qur’an, maka pengaruh Al- Qur’an dapat dirasakan oleh
jiwa dan juga akan berpengaruh pada kesehatan fisik.
2. Pengobatan dengan puasa
Puasa memiliki banyak manfaat baik secara spiritual (rohani)
maupun jasmani. Manfaat puasa untuk kesehatan menurut Lutzner
(2010), antara lain:
1. Puasa adalah bentuk relaksasi agar dapat melakukan perbaikan
terhadap kerusakan yang terjadi dalam anggota tubuh.
2. Puasa dapat menghentikan proses penyerapan sisa-sisa makanan
di dalam usus lalu membuangnya. Karena tanpa adanya proses
pembuangan sisa-sisa sari makanan ini, maka akan
mengakibatkan penumpukan dan merubahnya menjadi racun.
Sebagaimana juga puasa merupakan satu-satunya cara untuk
membersihkan racun yang tertumpuk di dalam tubuh ataupun
racun yang baru masuk melalui makanan yang terkontaminasi.

19
3. Dengan puasa, tubuh akan mampu menghancurkan zat-zat yang
berlebihan dalam tubuh dan juga melarutkan endapan-endapan
yang terdapat dalam jaringan tubuh manusia.
4. Puasa adalah alat untuk meremajakan dan mengembalikan
vitalitas pada berbagai macam sel dan jaringan dalam tubuh.
5. Puasa dapat melancarkan proses pencernaan dan memudahkan
penyerapan sari-sari makanan, serta menstabilkan proses
masuknya makanan secara berlebihan.
6. Puasa memiliki pengaruh yang besar pada kulit seperti halnya
yang dilakukan alat-alat kosmetik demi mendapatkan
kecantikan dan kehalusan kulit.
Puasa adalah tehnik pengobatan yang manjur dan paling
sedikit resikonya dalam mengobati berbagai macam penyakit
yang terus berkembang. Puasa meringankan beban dalam sistem
sirkulasi, begitu juga dapat menurunkan kadar lemak dan asam
urat dalam darah. Sehingga tubuhpun terjaga dari kemungkinan
terjadinya pembekuan pada pembuluh arteri, nyeri sendi, dan
penyakit-penyakit lainnya yang berhubungan dengan masalah
nutrisi, sirkulasi tubuh, dan penyakit jantung Lutzner (2010).
• Puasa sebagai obat hipertensi
Terapi komplementer lain yang dapat menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi adalah terapi puasa.
Puasa dalam Bahasa Arab disebut Shiyam atau shaum secara
bahasa berarti “menahan diri." (berpantang ) dari suatu
perbuatan. Sikap Maryam, ibunda Nabi Isa as.
Yang menahan diri dari berbicara dengan siapapun misalnya,
dikatakan
didalam Al-quran sebagai istilah shaum. Terapi puasa ini
dapat memberikan efek besar pada tekanan darah. Karena
tanpa mereka sadari
bebagai makanan yang mereka konsumsi sangat
mempengaruhi volume tekanan darah. Tidak makan dan

20
tidak minum selama berpuasa dapat membuat tubuh lebih
terkontrol dalam menjaga pola hidup. Air merupakan
penyusun lebih dari dua pertiga tubuh manusia yang sehat.
Penghentian konsumsi air selama puasa juga saat efektif
untuk meningkatkan mekanisme konsentrasi urin didalam
ginjal serta meningkatkan kekuatan osmosis urin hingga
mencapai 1.000 sampai 12.000 mil osmosis/ kg air.
Mekanisme penting ini akan meningkatkan
perlindungan dan keselamatan fungsi-fungsi ginjal. Selain
itu pantangan minum selama berpuasa bisa meminimalkan
volume air didalam pembuluh darah. Pada gilirannya ini
akan memacu kinerja mekanisme lokal pengatur pembuluh
darah dan bisa menambah produksi prostaglandin yang
memiliki pengaruh beragam dengan sedikit dosis, karena
memiliki peran dalam memacu vitalitas dan aktivitasme
selsel darah merah. Suatu kondisi yang terjadi saat air yang
hilang lebih banyak daripada air yang masuk, dehidrasi akan
menstimulasi rasa haus.
Pengurangan volume darah akan menyebabkan
tekanan darah turun. Perubahan tersebut akan menstimulasi
ginjal melepaskan renin yang akan membantu pembentukan
angiotensin II. Peningkatan impuls saraf dari osmore-septor
di hipotalamus , memicu peningkatan osmolaritas darah, dan
meningkatkan angiotensin II di darah yang keduanya akan
menstimulasi pusat rasa haus di hipotalamus. Sinyal lain
yang menstimulasi rasa haus berasal dari neuron mulut yang
mendeteksi kekeringan karena pengurangan aliran saliva
serta baroreseptor yang mendeteksi penurunan tekanan darah
pada jantung dan pembuluh darah.
• Puasa sebagai obat asam urat
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi
peningkatan kadar asam urat serum di atas normal. Kadar

21
asam urat > 7 mg/dL pada laki-laki dan > 6 mg/dL pada
perempuan dipergunakan sebagai batasan (Putra,
2009). Perlakuan puasa baik senin-kamis maupun Daud
justru memperbaiki kadar asam urat dalam darah tidak
terlalu rendah (low). perlu untuk dilakukan misalnya dengan
menambah lama waktu perlakuan. Hal ini dikarenakan
perlakuan puasa adalah salah satu perlakuan yang hasilnya
tidak langsung terlihat nyata seperti perlakuan menggunakan
obat kimia. Dimungkinkan dengan menambah lama waktu
perlakuan akan terlihat pengaruhnya terhadap kadar
kolesterol semakin nyata (signifikan).
• Puasa sebagai obat maaf
Berpuasa membuat seseorang bisa membatasi asupan
makanan sehingga lebih teratur dan terkendali. Sedangkan
penderita sakit maag biasanya disebabkan oleh riwayat pola
makan yang tidak teratur. Sebagian besar orang mengalami
sakit maag fungsional, yaitu ketika dilakukan evaluasi tidak
ditemukan kelainan. Jika demikian, maag fungsional
biasanya bisa diatasi dengan berpuasa. Selama tak berpuasa,
seseorang jarang mengontrol makanan. Seperti makan
makanan yang berlemak, asam, dan pedas sepanjang hari.
Ada pula karena konsumsi minuman bersoda dan minum
kopi, merokok, dan juga faktor stres. Semua itu bisa memicu
maag. Sedangkan, selama berpuasa, seseorang pasti makan
lebih teratur. Karena dilakukan sebanyak dua kali dengan
waktu yang lebih kurang sama setiap harinya. Lalu,
pengendalian emosi saat puasa Ramadan juga bisa
mengurangi stres. Sehingga berefek pada penurunan
gangguan maag.
• Terapi kejiwaan dengan puasa
Alan Cott (1977) melalui karya Fasting as a Way of
Life dan Fasting the Ultimate Diet sebagaimana dialih

22
bahasakan oleh Djamuluddin Ancok, bahwa ada keterkaitan
antara puasa dengan gangguan kejiwaan. Disebutkan, puasa
merupakan terapi yang diberikan dalam pasien sakit jiwa
dalam 30 hari dan menunujkkan kesembuhan bagi pasien
tersebut yang sebelumnya tidak dapat disembuhkan oleh
terapi medis serta bisa dipastikan rata-rata pasien sembuh
dan tidak kembali sakit setelah enam tahun enam tahun,
puasa juga menyembuhkan penyakit susah tidur, merasa
rendah diri.
Rasa haus dan lapar yang dialami oleh orang-orang
Muslim yang berpuasa sebenarnya melatih orang untuk da-
pat merasakan bagaimana penderitaan hidup dengan
memposisikan orang miskin dan orang miskin. Kondisi itu
akan mampu melahirkan perasaan empati, yang mampu
merasakan kehidupan orang miskin. Ini akan mengurangi
arogansi dan yang paling kuat sehingga akan timbul
dorongan untuk membantu orang lain.
Puasa Ramadan sesungguhnya terkandung muatan
terapi psikologi yang sangat sistematis. Contoh sederhana, di
bulan ini pula umat dilatih menjauhi hal-hal yang dapat me-
ngurangi kesempurnaan puasa, misalnya bertengkar,
memfitnah, berburuk sangka, berbohong, memutus tali sila-
turahmi, dan perilaku buruk lain. Melalui latihan meng-
hindari perbuatan-perbuatan ini manusia akan terlatih pula
untuk tidak memiliki iri, dengki, dan sifat tercela lainnya.
Dengan demikian, ibadah-ibadah yang dilakukan
selama bulan Ramadan akan mampu membentuk kemampu-
an berfikir kognitif, afektif, dan konatif manusia menuju
pengaktifan potensi potensi khalifiyah, jasadiyah, ruhiyah,
aqliyah dan ubudiyah, yang semua itu hanya datang dari
pancaran Allah.

23
Berpuasa akan mendorong lahirnya ketaqwaan serta
kesabaran yang mendatangkan kebahagiaan abadi dalam
menghadapi segala bentuk tantangan dan segala bentuk
ujian, sehingga menjadikan kontrol tindakan bagi seseorang.
Bediuzzaman Said Nursi (1877-1960) mengatakan
bulan Ramadan mempunyai sakralitas tersendiri umat Islam.
Di mana pada bulan tersebut adalah bulan kebahagiaan bagi
orang-orang bertakwa karena segala tindak hidupnya hanya
sentiasa semata-mata mencari keridhaan Allah SWT dan
tidak akan sekali-kali mengabaikan segala bentuk
kewajibannya termasuk melaksanakan ibadah puasa.
Kejayaan dengan penuh bahagia bermakna ketika
melaksanakan berpuasa pada bulan Ramadan bagi seseorang
adalah menjadikan aktifitas dengan mengaktifkan
pancaindera dan semua organ seperti telinga, mata, hati, dan
juga pikiran turut sama berpuasa bersama-sama sebagaimana
telah dirasakan oleh perut yaitu lapar.
Dengan ini akan menjauhkan manusia dari
melakukan perkara yang sia-sia dan mendorongnya me-
lakukan amalan pengabdian selama bulan Ramadan.

D. Asuhan keperawatan Islami


Asuhan keperawatan yang Islami merupakan rangkaian dari praktik
keperawatan kepada pasien tanpa meninggalkan aspek aspek Islam
didalamnya. Pemberian asuhan keperawatan dalam perspektif islam dapat
diberikan dengan lima aspek yaitu fisik, etika, moral, spiritual, dan
intelektual manusia. Dalam pemberian tindakan, perawat juga harus
memiliki rasa kepedulian agar dapat melaksanakan dan mempertahankan 5
aspek tersebut. Kepedulian dapat ditunjukkan oleh niat, empati, kasih
sayang, kehadiran otentik, ketersediaan, dan komunikasi (Ismail,Hatthakit
& China Wong, 2015).

24
Sebagian besar teori klinis mengatakan bahwa konsep
keperawatan dalam konteks perawatan islam menganggap manusia
sebagai sebuah keseluruhan yang komprehensif dan caring didefinisikan
dalam kerangka yang holistik. Dalam islam, peduli dinyatakan oleh tiga
tingkatan yaitu, niat, pikiran dan tindakan. Niat dan pikiran merupakan
pemahaman tentang apa, kapan, siapa yang harus merawat dan
mengapa. Tindakan merupakan pemahaman bagaimana dan apa yang
berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya yang
tertanam dengan proses dan hasil peduli. Dalam islam kepedulian
merupakan hasil alami dari memiliki cinta Allah dan Nabi SAW.
Merawat dalam islam berarti berkeinginan untuk bertanggung jawab,
sensitive, berkaitan dengan motivasi, dan komitmen untuk bertindak
secara benar. (Rassol, 2000).
1. Perilaku Perawat Islami
a. Professional, yang di dalamnya terkandung pesan bahwa
Keperawatan islami mengutamakan bekerja dengan cerdas,
dan dilandasi ilmu sesuai dengan Al-Quran Surat Al-
mujadalah: 11 “ Niscaya allah akan meninggikan orang-
orang diantara kamu dan orang-orang yang berilmu
pengetahuan beberapa derajat”.
b. Ramah, bekerja dengan muka cerah, senyum, komunikasi
yang baik, sikap yang menyejukkan. “sesungguhnya jika
kamu tidak menolong mereka dengan hartamu,maka (dapat
juga) kamu menolong mereka dengan muka berseri dan
pekerti yang baik”. ( HR.abu Ya’la)
c. Amanah, mengembangkan sifat : jujur, bertanggung jawab,
terpercaya. “sesungguhnya Allah memerintahkan kamu
sekalian untuk menunaikan amanat kepada Ahlinya”. (QS.
An-Nisa :58)
d. Istiqomah, bekerja dengan sungguh sungguh, konsisten,
komitmen tinggi, bekerja keras, ulet, tidak mengenal lelah,
yang sesuai dengan salah satu sifat Rasul Allah SAW.

25
e. Sabar mengajarkan bekerja dengan tenang, tidak tergesa
gesa, tetapi cepat dan tepat, terus berupaya saat tawakal,
sabar tidak berarti lamban, innallaha ma’ashobirin
(sesungguhnya Allah menyukai orang yang sabar).
Firman allah : Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar. (Q.S. Al Baqarah ayat 153).
(Rahmat, 2018).
2. Tindakan Perawatan Islami
Dalam melakukan perawatan Islami, perawat harus
memperhatikan kebutuhan spiritual pasien tidak hanya
memperhatikan kondisi fisiknya saja. Dalam keadaan sakit, maka
seseorang akan lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta nya.
Menurut Ismail, Hatthakit, & Chinawong (2015) terdapat beberapa
tujuan pemberian asuhan keperawatan Islami:
a. Menilai aspek spiritual pasien, lakukan penilaian yang akurat
dan memberikan perawatan yang kompeten. Perawat harus
menggabungkan spiritualitas yang diyakini pasien dalam
setiap tindakan. (Hyder, dalam Ismail 2015).
b. Pasien mengetahui cara berdzikir seperti mengucapkan
kalimat thayibah seperti, bismillah, alhamdulillah,
astagfirullah, yang demikian itu agar dalam jiwa pasien
selalu mengingat tuhannya. (Lovering, dalam Ismail, 2015).
c. Pasien mengetahui cara sholat 5 waktu. Pada pasien yang
mengalami kesulitan shalat dengan berdiri maka bisa
dilakukan dengan duduk dan seterusnya. Sebagai perawat
hendaknya membantu dan mengajarkan bagaimana tata cara
shalat dalam keadaan sakit. (Hyder, dalam Ismail, 2015).
d. Pasien dapat berkomunikasi. Melakukan komunikasi yang
baik dan sopan antara perawat dengan pasien dan keluarga
pasien, sehingga dapat menjalin hubungan yang baik dan

26
tercapai keadaan yang harmonis. (Halligan, dalam Ismail,
2015).
e. Pasien mengetahui Do’a ketika sakit. Penggunaan Doa
merupakan sebagai alat komunikasi seorang hamba kepada
Tuhannya, sebagai bentuk penghambaan. (Lovering, dalam
Ismail, 2015).
f. Menyesuaikan jenis kelamin saat dilakukan perawatan, hal
ini untuk mendapatkan kenyamanan dalam proses asuhan
keperawatan yang diberikan. (Hyder, dalam Ismail, 2015).
g. Pasien mengetahui cara baca alqur’an, Hammad (2009)
mengemukakan bahwa terapi al qur'an dapat menurunkan
cemas dan meningkatkan imunitas pasien. pada pasien dalam
keadaan koma bisa dibacakan al qur’an oleh keluarganya
yang mendampingi pasien (Hyder, dalam Ismail, 2003).
Asuhan keperawatan islami penting karena Pemberian asuhan
keperawatan yang islami berpedoman kepada Al-Qur’an dan Hadits
sehingga tindakan asuhan keperawatan dapat terlaksana sesuai
dengan syariat islam (Ridwansyah, 2008). Suryadi & Nasrullah
(2008) juga mengatakan didalam islam diyakini bahwa segala
penyakit diturunkan Allah dan kita harus berusaha untuk berobat.
Dalam memberikan asuhan keperawatan yang islami perawat juga
harus melaksanakan secara holistik mencakup aspek bio,psiko,sosial
dan spiritual (Barbara, 2008). hal ini dapat berdampak terhadap
mutu kualitas dari pelayanan kesehatan menjadi lebih baik. Untuk
mencapai perawatan yang islami maka perawat harus memberikan
dan membantu pasien dalam melaksanakan asuhan keperawatan
yang islami berdasarkan aspek aspek diatas.

E. Hukum Pengobatan
Hukum berobat dalam islam para ulama memandang sunnah (
mustahab ) berobat bagi orang yang sedang sakit. artinya ‘’ sesungguhnya

27
allah tidak menurunkan satu penyakit kecuali diturunkan pula baginya
obat’’.
Para ahli fiqih dari berbagai mazhab yaitu ulama mazhab Hanafi,
Maliki, Syafi’i dan ulama mazhab hambali sepakat tentang bolehnya
seseorang mengobati penyakit yang dideritanya . pendapat para ulama
didasari oleh banyaknya dalil yang menunjukan kebolehan mengobati
penyakit. dalil tersebut adalah
Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad , Abu dawud, Ibnu
Majah , At-Tirmidzi :

َ َْؕ‫ ََوجا َء ِت اْأل‬،‫ ُ ْكن ُت ِ ْعنَد الن َِّؕ ِبي َصل َّى هللاُ َع َلْؕ ِيه ََوسل ََّؕ م‬:‫عن اسامة‬
‫ يَا َُرس َْول‬:‫ فَـَقاَل‬، ُ ‫عرا‬
‫ي َضْع َدا ًء‬ َ ،‫ تَ َؕ دا َ ْووا‬،ِ‫ نـََؕ عْم َيا ِع َباَد هللا‬:‫ أَنـَتَ َؕ داَوى؟ فَـَقاَل‬،ِ‫هللا‬
َ ‫ف ِؕإ َّن هللاَ َع َّز ََوج َّل َل ْم‬
‫ ْالهََؕ ُرم‬:‫ َما ُهَو؟ قَاَل‬:‫ قَالُوا‬.‫ضع لَهُ ِشَفا ًء َ ْغيـَر َداء َواِحد‬
َ َ ‫إَِل َّ َو‬

artinya :
“ aku pernah berada disamping rasulullah SAW. lalu datanglah
serombongan arab dusun, mereka bertanya “ wahai rasulullahm, bolehkan
kami berobat ?’’ beliau menjawab : iya, wahai para hamba Allah ,
berobatlah. sebab Allah subhanahu wataa’la tidaklah meletakan sebuah
penyakit melainkan meletakan pula obatnya, kecuali satu penyakit. “ mereka
bertanya: ‘ penyakit apa itu ?’ beliau menjawab: “ penyakit tua “ ( HR.
ahmad, Al - Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad , Abu Dawud, Ibnu Majah ,
At - Tirmidzi , beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih ).
Hadist diatas menunjukan bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya
terkecuali penyakit tua. Rasulullah saw menganggap tua sebagai penyakit.
sebab penyakit tersebut merusak kondisi si sakit sebagaimana penyakit lain
yang biasanya mengakibatkan seseorang meninggal atau berat dalam
menjalani hidup.
Hukum - hukum pengobatan seperti :
1. haram dan makruh
2. tidak wajib berobat
3. sunnah dan boleh
4. membolehkan

28
5. mubah

F. Obat dan Penyembuhan yang Dilarang

Qur’an surah Al-Hasr ayat 7

َّ ‫س ْو ِل َو ِلذِى ْالقُ ْر ٰبى َو ْاليَ ٰتمٰ ى َو ْال َمسٰ ِكي ِْن َواب ِْن ال‬
َ‫سبِ ْي ِل َك ْي ََل يَ ُك ْون‬ َّ ‫لِلَفِ َول‬
ُ ‫ِلر‬ ُ ‫ع ٰلى َر‬
‫س ْول ِٖه مِ ْن ا َ ْه ِل ْالقُ ٰرى َ ِ ه‬ ‫َما ٓ اَفَ ۤا َء ه‬
َ ُ‫ّللَا‬

‫ش ِد ْيدُ ْال ِعقَاب‬ َ ‫ع ْنهُ فَا ْنتَ ُه ْو ۚا َواتَّقُوا ه‬


َ ‫ّللَا ۗا َِّن ه‬
َ ‫ّللَا‬ َ ‫س ْو ُل فَ ُخذُ ْوهُ َو َما نَهٰ ى ُك ْم‬ َّ ‫ِۘۘد ُْولَةً ۢۡ بَيْنَ ْاَلَ ْغنِ َي ۤاءِ مِ ْن ُك ۗ ْم َو َما ٓ ٰا ٰتى ُك ُم‬
ُ ‫الر‬

Terjemahan :
Harta rampasan (fai') dari mereka yang diberikan Allah kepada
Rasul-Nya (yang berasal) dari penduduk beberapa negeri, adalah
untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak-anak yatim, orang-orang
miskin dan untuk orang-orang yang dalam perjalanan, agar harta itu
jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan
apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah
kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya.
Walaupun Nabi Muhammad SAW melarang melakukan
pengobatan dengan yang diharamkan kan, obat-obatan kotor buruk dan
beracun , tapi masih ada yang tidak mengikuti perintah nabi , sehingga
seseorang melakukan pengobatan dengan hal-hal yang diharamkan.
Misalnya, penggunaan racun ular, atau menggunakan bagian tubuh
binatang yang diharamkan. Dari Ibnu Mas'ud RA dia berkata, "
sesungguhnya Allah tidak tidak menjadikan penyembuhan kalian pada
suatu yang diharamkan atas kalian.'Dari Abdurrahman bin Usman ,
bahwa ada seorang tabib yang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang
katak yang dijadikan obat.Namun Nabi melarang membunuh
katak.(HR.Abu Daud dan Nasa'i). Abdullah bin hakim, dia berkata : "
Kami menerima surat dari Nabi Muhammad yang isinya , "janganlah
kalian memanfaatkan bangkai dengan mengambil kulitnya" (Ibnu Majah)

29
Al-khatabi berkata, "Rasulullah SAW, melarang menyembelih
binatang kecuali untuk dimakan, melarang obatnya yang yang kotor
(dilihat dari 2 segi)."
1. Kotor karena kenajisannya .Termasuk dalam hal ini yang
diharamkan seperti khamr, atau lainya yang dagingnya tidak
boleh dimakan.
2. Kotoran obat dari segi rasanya yang sukar diterima kebiasaan
manusia .Abu Iyad pernah ditanya tentang rambut babi yang
diletakkan diatas luka hewan ternak dan ia
memakruhkannya.Diriwayatkan dari Said bin Zubair, bahwa
dia memakruhkan kantong empedu serigala.

30
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Islam adalah agama rahmatan li al-‘alamin, agama yang membuat


penganutnya terhindar dari marabahaya. Sebagaimana diketahui bersama,
bahwa Islam dalam ajarannya mengandung nilai-nilai yang memerintahkan
umatnya untuk terus beribadah kepada-Nya, kapan dan di manapun. Namun,
dalam menjaga agar dapat beribadah kepada-Nya dibutuhkan fisik dan
jasmani yang kuat. Oleh karena itu, persoalan kesehatan dan menjaga
kesehatan adalah hal yang penting di dalam ajaran Islam. Terganggunya
persoalan kesehatan membuat seseorang tidak dapat berbuat maksimal
dalam menjalankan kewajiban dan tugas- tugas kemanusiaannya. Penyakit
yang terkandung dalam tubuh seseorang dapat mempengaruhi organ syarat,
pikiran dan perasaan. Maka dari itu penguatan tubuh sangat diperlukan
dalam menunjang aktivitas keseharian seseorang. Sehingga mempelajari
ilmu dan metode yang berkaitan dengan kesehatan dirasakan sangat perlu
untuk membahasnya menurut pandangan Al-Qur’an dan hadis Nabi
Muhammad saw. serta mencontoh apa yang telah dipraktekkan pada masa
Rasulullah saw. hal ini sesuai dengan hadis Nabi saw.

B. Saran
Mahasiswa ilmu keperawatan sangat perlu memahami konsep
dasar keperawatan islami sebagai dasar ilmu dalam merawat pasien
dengan penyakit. Mahasiswa ilmu keperawatan juga perlu untuk
memahami peran dan fungsi perawat, manajemen kasus, dan asuhan
keperawatan untuk dipraktekkan di dunia kerja.

31
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Agama RI. 2013. Mushaf Muqamat Al-Quran dan terjemahannya.


Jakarta : institut ilmu Al-Quran.
Muflih, Andi. 2013. Pengobatan dalam Islam. [Online] Available at :
http://repositori.uinalauddin.ac.id/28991/AndiMuflih.pdf (accessed 27
October 2022)
MUNADHIROH. 2018 . PENGOBATAN ALA NABI DI KLINIK BASHTHOTAN
HOLISTIC CENTER MASJID AGUNG JAWA TENGAH SEMARANG.
Diakses pada tanggal 27 Oktober 2022 pukul 19.54 WIB dari
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/11644/1/410311_MUNADHIROH
.pdf
Rahayu, K, M. 2021. Jenis Obat Dalam Al-Qur’an Dan Hadist. Hal 4-5. Vol 1.
Universitas Al Azhar Indonesia. https://wr4.uai.ac.id/jenis-obat-dalam-al-
quran-dan-hadist. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2022 Pukul 10.30 WIB.
Rahmat. 2018. Implementasi Keperawatan Islami Perawat Pelaksana Terhadap
Pasien Safety Di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung Tahun 2017.
Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Sciences Journal. Vol. 09
No. 01. diperoleh dari https://doi.org/10.34305/jikbh.v9i1.57 diakses pada
27 Oktober 2022 pukul 14.00 WIB
W, Ahsin. Fiqih Kesehatan. Jakarta : Amzah. 2010
Nasihin, Wawan. (2021). PENYEBARAN WABAH PENYAKIT KOLERA DI JAWA
DAN SUMATERA PADA ABAD 18-19. Jurnal Khazanah Pendidikan Islam. Vol
3 (3), 135-141. Di Akses Dari
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/kp/article/view/10027 Pada Tanggal 28
Oktober 2022.
Zahari, Hamizah., Liyana, Naqiyah., Sanadi, Faiz Hadi. (2021). TAFSIRAN VIRUS DAN
PENYAKIT DALAM AL-QURAN DAN HADITH: SATU ANALISIS.
Proceeding Antasari International Conference. Vol 2 (1), 435-444. Di Akses Dari
https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/proceeding/article/view/5868/ Pada
Tanggal 28 Oktober 2022.
Pratiwi, Diyana Dwi. (2021). PENYAKIT HATI DAN TERAPINYA DALAM
AL-QUR’AN PERSPEKTIF IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH. Tesis, UIN Raden

32
Intan Lampung. Di Akses Dari http://repository.radenintan.ac.id/13534/ Pada
Tanggal 28 Oktober 2022.

33

Anda mungkin juga menyukai