Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim I
Disusun Oleh:
Atas karunia Allah SWT akhirnya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Masalah Etis Kesehatan: Berobat Dengan Zat Yang Haram”
Harapan kami semoga hasil yang telah dicapai dalam makalah ini dapat
bermanfaat. Untuk penyempurnaan penulisan, diharapkan saran dan kritik yang
membangun demi perbaikan selanjutnya.
Penyusun (Kelompok 6)
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama Allah SWT dimana Allah menurunkanya sebagai
rahmat bagi alam semesta. Menurut keyakinan kita, Allah menjadikan segala
sesuatu berpasang-pasangan, ada waktu siang ada juga waktu malam.
Demikian pula Allah tiada menciptakan segala penyakit kecuali Dia pula
menciptakan obat baginya. Maka Rasulullah SAW memerintahkan kepada
umatnya untuk berobat dari setiap penyakit yang menimpanya dengan tanpa
meniadakan tawakal kepada Allah, tapi beliau melarang untuk menggunakan
obat-obatan yang diharamkaNya. Lalu bagaimanakah bila tidak ada jalan lain
kecuali dengan mengkonsumsi obat yang diharamkan tersebut?
Maka dari itu, dalam makalah ini akan membahas bagaimana tinjauan
para tokoh ulama mazhab dan hukum penggunaan barang najis / haram
tersebut secara syariat islam. Baik yang menggunakan air kencing, babi,
khamar, atau hal lain yang sejenis dan sama haramnya dalam pandangan
ajaran agama islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengobatan?
2. Apa saja macam – macam pengobatan?
3. Apa saja jenis benda najis yang digunakan sebagai obat?
4. Bagiamana pandangan MUI tentang jenis bahan baku haram yang
digunakan untuk pembuatan obat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi pengobatan.
2. Untuk mengetahui macam – macam pengobatan.
1
2
PEMBAHASAN
A. Definisi
Secara bahasa pengobatan dalam bahasa arab adalah masdar dari Tadawa
artinya memberikan obat atau memeriksa penyakitnya. Secara istilah : ia
memiliki kesamaan dengan kedokteran, yaitu ilmu yang denganya dapat
mengetahui keadaan manusia dari segi yang dapat meningkatkan dan
menghilangkan kesehatan, hal ini di peruntukan agar dapat menjaga kesehatan
dan menolak hal yang dapat mebahayakan kesehatan.
3
4
لَكم إنمه شي َطان م ال ط َواتَخ تمبعوا تَ َولَََ َطيبا ً َحالَلًََ األَرض فَ مَما كلوا النماس هََُّ ا أَي يَا
ُّمبين عَدو
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah: 168).
َ َغي اضطمر فَ َمن للا لغَيََ به ل م أه َو َما الََنزير َولََََ َم َوالمد َم ال َميتَة
علَيكم حَمر َم إمنَّ ََ ا َ َر
علَيه إثَََ فَال عَاد َولَََ بَاغ َ مرحيم
َ غفور للاَ ن م إ
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa
dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak
(pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah [2]:173)
قَا َل المدردَاء أَبَ عَن: علَيه اللمه صَلمى اللمه َرسول َقا َل َ َو: "َز َل أَن اللمهَ ن م إ
َ سلم َم
المدوا َء المدا َء
َ ف د ََوا ًء دَاء لكل َو َجعَ َل َو َ اووا تَ َد َولَََ تَد
َ َاووا َ َ" َرام ََب
7
“Dari Abu Darda’, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah telah
menurunkan penyakit dan obat bagi setiap penyakit, maka berobatlah dan janganlah
berobat dengan yang haram”. (HR. Abu Dawud)
َقا َل َمالك بن أَنَس عَن: ال َمدينَةَ وا ََو فَاجتَ نَةَ ع َري أَو عكل من أنَاس قَد َم
علَيه اللمه صَلمى النمبَََ فَأ َ َم َرهم َ َوأَلبَانَََ ا َوالَا َ أَب من يَش َربوا َوأَن بل َقاح َو
َ سلم َم
“Dari Sahabat Anas bin Malik RA: Sekelompok orang ‘Ukl atau Urainah datang ke
kota Madinah dan tidak cocok dengan udaranya (sehingga mereka jatuh sakit), maka
Nabi SAW memerintahkan agar mereka mencari unta perah dan (agar mereka)
meminum air kencing dan susu unta tersebut”. (HR. al-Bukhari)
علَيه اللمه صَلمى اللمه َرسول قَا َل قَا َل عَبماس ابن عَن
َ سلم َم
َ َو: ََََولَََ َر ََضَر ل
ار
َ ماجه وابن ومالك أحمد رواه) ض َر
Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: Tidak boleh
membahayakan/merugikan orang lain dan tidak boleh (pula) membalas bahaya
(kerugian yang ditimbulkan oleh orang lain) dengan bahaya (perbuatan yang
merugikannya).” (HR. Ahmad, Malik, dan Ibn Majah)
زيد بن أسامة سمعت قال سعد بن إبراهيم سمعت قال ثابت أب بن حبيب عن
قال وسلم عليه هللا صلى النب عن سعدا يحدث: َرض أ َ ب ون ماع الط ب تم ع سمََ ا إذ
(البخاري رواه) "ا َه ن م وا رج فَ َال ا ب تم أَن و رض أ َ ب قَ َع و ا إذ و ا و َه ل خ تَد فَ َال
Dari Habib bin Abi Tsabit ia berkata: Saya mendengar Ibrahim bin Sa'd berkata:
Saya mendengar Usamah bin Zaid berbincang dengan Sa'd tentang apa yang
didengar dari nabi saw bahwa beliau bersabda: "Bila kalian mendengar ada wabah
penyakit di suatu daerah maka jangan masuk ke daerah wabah tersebut. Dan bila
wabah tersebut telah terjadi di suatu daerah sedang kalian berada di situ, maka
jangan keluar dari daerah tersebut".
8
Kaidah-Kaidah fiqh:
بوسائله أمر بالشيء األمر
"Perintah terhadap sesuatu juga berarti perintah untuk melaksanakan sarananya”
الرفع من أو َل الدفع
"Mencegah lebih utama dari pada menghilangkan"
ضرر م ال
َ زََ ال ي
“Dharar (bahaya) harus dihilangkan.”
1. Obat Bebas
2. Obat Bebas Terbatas (Daftar W atau ”Waarschuwing”, waspada)
3. Obat Keras (Daftar G atau ”Gevaarlijk”, berbahaya)
4. Obat Psikotropika (OKT, Obat Keras Terbatas)
5. Obat Narkotika (Daftar O atau ”Opium”)
Yang termasuk di dalam kelima golongan tersebut di atas adalah obat yang dibuat
dengan bahan-bahan kimia dan atau dengan bahan-bahan dari unsur tumbuhan
dan hewan yang sudah dikategorikan sebagai bahan obat atau campuran / paduan
keduanya, sehingga berupa obat sintetik dan obat semi-sintetik, secara berturut-
turut. Obat herbal / tradisional (TR) tidak termasuk dalam kelompok ini.
Berikut penjabaran untuk masing-masing golongan tersebut :
1. Obat Bebas (OB)
Pada kemasannya terdapat tanda lingkaran hijau bergaris tepi hitam.
Merupakan obat yang paling “aman”, boleh digunakan untuk menangani
penyakit-penyakit simptomatis ringan yang banyak diderita masyarakat luas
yang penanganannya dapat dilakukan sendiri oleh penderita atau self
medication (penanganan sendiri). Obat ini telah digunakan dalam pengobatan
secara ilmiah (modern) dan terbukti tidak memiliki risiko bahaya yang
mengkhawatirkan.
OB dapat dibeli secara bebas tanpa resep dokter, baik di apotek,
counter obat di supermarket/toko swalayan, toko kelontong, bahkan di
warung, disebut juga obat OTC (Over the Counter). Penderita dapat membeli
dalam jumlah yang sangat sedikit, seperlunya saja saat obat dibutuhkan. Jenis
zat aktif pada OB relatif aman sehingga penggunaanya tidak memerlukan
pengawasan tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk yang tertera pada
11
5. Obat Narkotika
Pada kemasannya terdapat tanda seperti medali berwarna merah.
Secara awam obat narkotika disebut sebagai “obat bius”. Hal ini karena
dalam bidang kedokteran, obat-obat narkotika umum digunakan sebagai
anestesi/obat bius dan analgetik/obat penghilang rasa nyeri.
Seperti halnya psikotropika, obat narkotika sangat ketat dalam hal
pengawasan mulai dari pembuatannya, pengemasan, distribusi, sampai
penggunaannya. Obat golongan ini hanya boleh diperjualbelikan di apotek
atas resep dokter, dengan menunjukkan resep asli dan resep tidak dapat
dicopy. Tiap bulan apotek wajib melaporkan pembelian dan penggunannya
kepada pemerintah.
Menurut UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, obat-obatan yang
tergolong sebagai Narkotika adalah zat/obat yang berasal dari tanaman atau
16
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan tingkat kesadaran (fungsi anestesia), hilangnya
rasa, menghilangkan rasa nyeri (sedatif), munculnya rangsangan semangat
(euforia), halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan, dan dapat
menimbulkan efek ketergantungan bagi penggunanya.
D. Fatwa Mui Tentang Jenis Bahan Baku Haram Yang Digunakan Untuk
Pembuatan Obat
1. Fatwa Tentang Imunisasi
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan:
a. Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh
terhadap penyakit tertentu dengan cara memasukkan vaksin.
b. Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme
yang sudah mati atau masih hidup tetapi dilemahkan, masih utuh atau
bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi
17
toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lain, yang
bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik
secara aktif terhadap penyakit tertentu.
c. al-Dlarurat adalah kondisi keterpaksaan yang apabila tidak diimunisasi
dapat mengancam jiwa manusia.
d. al-Hajat adalah kondisi keterdesakan yang apabila tidak diimunisasi maka
akan dapat menyebabkan penyakit berat atau kecacatan pada seseorang.
Kedua : Ketentuan Hukum
a. Imunisasi pada dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai bentuk ikhtiar untuk
mewujudkan kekebalan tubuh (imunitas) dan mencegah terjadinya suatu
penyakit tertentu.
b. Vaksin untuk imunisasi wajib menggunakan vaksin yang halal dan suci.
c. Penggunaan vaksin imunisasi yang berbahan haram dan/atau najis
hukumnya haram.
d. Imunisasi dengan vaksin yang haram dan/atau najis tidak dibolehkan
kecuali:
1) digunakan pada kondisi al-dlarurat atau al-hajat;
2) belum ditemukan bahan vaksin yang halal dan suci; dan
3) adanya keterangan tenaga medis yang kompeten dan dipercaya bahwa
tidak ada vaksin yang halal.
e. Dalam hal jika seseorang yang tidak diimunisasi akan menyebabkan
kematian, penyakit berat, atau kecacatan permanen yang mengancam jiwa,
berdasarkan pertimbangan ahli yang kompeten dan dipercaya, maka
imunisasi hukumnya wajib.
f. Imunisasi tidak boleh dilakukan jika berdasarkan pertimbangan ahli yang
kompeten dan dipercaya, menimbulkan dampak yang membahayakan
(dlarar).
18
PENUTUP
A. Kesimpulan
Allah SWT adalah Tuhan yang maha tahu, maha pengampun dan maha
segalanya. Menurunkan penyakit tentu dengan obatnya, layaknya adanya
kebaikan dan keburukan. Berbagai macam zat dan benda yang kita tahu adalah
haram, namun dalam pandangan lain membolehkan menggunakannya atau
berobat dengannya asalkan dalam keadaan darurat dan tidak ada obat yang halal
selain itu. Disamping itu juga eksistensi penyakit yang diderita ditakutkan akan
mengancam jiwa pada diri manusia yang bersangkutan.
B. Saran
Semoga dari makalah yang telah kelompok kami buat, dapat bermanfaat dan
bisa di aplikasikan pada masyarakat nanti. Juga dapat menjadi bahan referensi
untuk tugas berikutnya yang berhubungan dengan berobat dengan zat yang
haram juga untuk mahasiswa lain yang membutuhkan informasi mengenai
materi berobat dengan zat yang haram.
20
DAFTAR PUSTAKA
Majelis Ulama Indonesia. 2016. Imunisasi. Jakarta: Fatwa Majelis Ulama Indonesia
No 04 Tahun 2016.
21