Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini.
Makalah ini menjelaskan tentang “HERNIA INGUINALIS” makalah ini
kami buat untuk memudahkan para pembaca memahami materi yang akan
disajikan. Dengan rangkuman materi yang kami dapatkan dari beberapa sumber
diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Dan tidak menutup kemungkinan dalam makalah ini terdapat kekurangan-
kekurangan baik penyajian maupun teknis penyusunannya sehingga sulit untuk
dimengerti, maka dari itu sudilah kiranya memberi kritis dan saran untuk lebih
meningkatkan mutu pembuatan makalah selanjutnya. Dan mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan kami.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masyarakat modern saat ini sering mengabaikan kesehatan terutama
kesehatan pada pencernaan. Pencernaan bukan hanya memperlihatkan
bagaimana kebutuhan makanan dapat terpenuhi melainkan juga
memperhatikan bagaimana proses metabolik dapat berlangsung dengan baik.
Sehingga pencernaan dapat diasumsikan sebagai sebuah proses metabolisme
dimana suatu makhluk hidup diproses secara kimiawi maupun mekanik
sebuah zat menjadi nutrisi yng dibutuhkan oleh tubuh. Akan tetapi apabila
terjadi perubahan pada proses ini maka akan terjadi gangguan pencernaan
yang salah satunya adalah hernia. (Reksoprodjo, 2016. Dalam Naskah
Publiksai Asuhan Keperawatan pada klien dengan post-operasi hernia
inguinalis lateralis)
Hippocrates menggunakan istilah Yunani hernios untuk suatu tonjolan
untuk menggambarkan hernia. Ebers papyrus, sekitar 1550 SM
mendeskripsikan penggunaan istilah truss. Celsius kemudian menggunakan
istilah transillumination untuk membedakan hernia dari hidrokel dan
menganjurkan tekanan bertahap (taxis) dalam pengelolaan hernia inkarserata
atau irreducible hernia.
Sebanyak 10% dari populasi mengembangkan beberapa jenis hernia
selama hidup. Sebanyak 50% adalah untuk hernia inguinalis tidak langsung, di
mana pria : wanita memiliki rasio 7 : 1, sementara 25% adalah untuk hernia
inguinalis langsung. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur.
Hal ini berhubungan dengan berbagai aktivitas yang memungkinkan
peningkatan tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan
penunjang. ( )
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa pengertian hernia inguinalis?
2. Jelaskan etiologi hernia inguinalis?
3. Apa tanda dan gejala hernia inguinalis?
4. Jelaskan patofisiologi dari hernia inguinalis!
5. Bagaimana prosedur diagnostik pada hernia inguinalis?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis pada hernia inguinalis?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian herniainguinalis.
2. Mampu menjelaskan etiologi hernia inguinalis.
3. Mengetahui tanda dan gejala hernia inguinalis.
4. Mengetahui patofisiologi dari hernia inguinalis.
5. Mengetahui prosedur diagnostik pada hernia inguinalis.
6. Mengetahui penatalaksanaan medis pada hernia inguinalis.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Mulyanti & Diyono (2011) tanda dan gejala hernia inguinalis adalah:
1. Umumnya terjadi pada pria
2. Insiden tinggi pada bayi dan anak kecil
3. Dapat menjadi sangat besar, terdapat benjolan di selangkangan
4. Sering turun ke skrotum disebut turun berok, burut, kelingsir
5. Pasien mengeluh nyeri tekan
6. Hernianya tegang dan tidak direduksi
7. Terdapat gambaran hipovolemi
Menurut Williams & Wilkins (2011) tanda dan gejala hernia inguinalis adalah:
1. Tonjolan muncul di sekitar area hernia ketika pasien berdiri atau mengejan
dan menghilang ketika pasien berada dalam posisi supine.
2. Ketegangan pada komponen yang mengalami herniasi kemungkinan
menyebabkan nyeri tajam dan terus menerus pada pangkal paha yang
meghilang ketika hernia berkurang.
3. Strangulasi menimbulkan nyeri hebat yang kemungkinan menyebabkan
obstruksi usus besar parsial atau total dan nekrosis usus.
D. Patofisiologi
Pada kondisi hernia inguinalis yang bisa keluar masuk atau prostusi dapat
bersifat hilang timbul disebut dengan hernia responibel. Kondisi prostusi
terjadi jika pasien meninggalkan aktivitas berdiri atau mengedan kuat dan
masuk lagi jika berbaring atau distimulasi dengan mendorong masuk perut,
kondisi ini biasanya tidak memberikan manifestasi keluhan nyeri atau gejala
obtruksi usus. Apabila tidak dapat masuk kembali ke dalam rongga perut,
maka disebut hernia ireponibel atau hernia akreta. Kondisi ini biasanya
berhubungan dengan perletakan isi kantong pada peritoneum kantong hernia.
Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus (Nickes.2008).
E. Prosedur Diagnostik
F. Penatalaksanaan Medis
PEMBAHASAN KASUS
Tn. K, usia 56 tahun, dirawat di ruang bedah umum dengan keluhan diare sejak
sehari yang lalu, 5x/hr warna hijau kecoklatan. Saat ini diberi diet cairan 30
sendok teh, terpasang nacl, 0,9% 1500 cc/hr, DC catt 500 cc warna hijau, merasa
mual dan perut terasa penuh, tanpa muntah, belum mandi sejak masuk RSHS,
merasa lemas dan ingin tidur saja. Riwayat sejak 3 bulan yl terdapat benjolan
dilipatan paha kanan dan berkurang pada saat posisi terlentang, sejak 4 hari SMRS
merasa sulit BAB, 2 hari SMRS perut dirasa membesar, mengeras, muntah warna
coklat, semakin nyeri lalu datang ke RSHS dan dilakukan hernioraphy. Riwayat
pekerjaan supir truk dan sering mengangkat muatan truk. Pemeriksaan fisik: TD
120/90 mmHg, N 90x/mnt regular, S 37,1C, RR24x/mnt, TB 168cm, BB awal 65
kg, BB sekarang 62 kg, akral hangat, distensi abdomen, nyeri tekan abdomen kiri
skala 5, nyeri ulu hati, BU 13x/mnt, distensi kandung kemih tidak ada, urin output
1500cc warna hijau coklat, rambut kotor, tidak rapi, kulit kering dan kotor, bau
badan tercium mulut bibir kotor, tidak ada lecet. Pemeriksaan diagnostic : HB
13,8g/dl, hematocrit 40%, eritrosit 4,69, lekosit 7600, natrium 127 meq/dl,kalium
4,3 meq/dl, Cl 97 meq/dl, ca bebas 4,26 meq/dl, magnesium 2,27meq/dl. Terapi
yang didapat: cefazolin 2x1 gr IV, ranitidine 2 x 50 mg IV, ketorolac 2x50mg
A. Pengkajian
Pengumpulan data
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tn.K
Umur : 56 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Supir truk
Suku bangsa : Sunda
Status Martital : Menikah
Alamat : Jl. Cinangnenggung No.01A
Tanggal masuk RS : 20 Maret 2018
Tanggal pengkajian : 22 Maret 2018
Nomor Medrec : 012016015
Diagnosa Medis : Hernia Inguinalis
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri
b. Riwayat Penyakit Sekarang
4 hari SMRS sulit BAB , 2 hari SMRS perut membesar, mengeras,
muntah warna coklat, semakin nyeri lalu datang ke RSHS dan
dilakukan hernioraphy. Dirawat di ruang bedah umum dengan
keluhan diare sejak sehari yang lalu, 5x/hari warna hijau kecoklatan.
Saat dikaji klien merasa mual dan perut terasa penuh, tanpa muntah,
akral hangat, nyeri tekan abdomen kiri skala 5, nyeri ulu hati, belum
mandi sejak masuk RSHS, merasa lemas dan ingin tidur saja.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien memiliki riwayat benjolan di lipatan paha kanan sejak 3 bulan
yang lalu, berkurang pada saat posisi terlentang.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak Terkaji, namun harus ada yang dikaji sebagai berikut :
Menggunakan genogrom atau menyusun riwayat kesehatan anggota
keluarga.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
2) GCS :15
3) Tanda Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/90 mmhg
Nadi : 90 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 37,10C,
Tinggi Badan : 168 cm
Berat Badan awal : 65 kg
Berat Badan sekarang : 62 kg
BMI : 21,97
b. Pemeriksaan Fisik Persistem
1) Sistem pencernaan
4 hari SMRS sulit BAB , 2 hari SMRS perut membesar,
mengeras, muntah warna coklat. Saat di rawat, klien mengeluh
diare sejak sehari yang lalu, 5x/hari warna hijau kecoklatan,
merasa mual, dan perut terasa penuh, tanpa muntah, distensi
abdomen, mulut bibir kotor.
2) Sistem pernapasan
Saat dilakukan pengkajian TTV : RR 24 x/menit.
3) Sistem kardiovaskular
Setelah dilakukan pengkajian TTV : TD 120/90 mmhg, nadi:
90x/menit, dan akral teraba hangat.
4) Sistem Perkemihan
Distensi kandung kemih tidak ada dan urin output 1500cc warna
hijau coklat.
5) Sistem Integumen
Rambut kotor, kulit kering, kotor dan tidak ada lecet.
4. Data penunjang :
a. Hasil Laboratorium
B. Analisa Data
No. Data Etiologi Problem
1. DS : Klien Konsumsi obat antibiotik Ketidakseimbangan
mengeluh diare cairan elektrolit
sejak sehari yang
lalu sebanyak 5x Mortilitas usus blum normal
DO :
- Feses hijau Diare
kecoklatan
- Na: 127
mEq/dL Pengeluaran elektrolit dalam
(normal 135-
tubuh yang berlebih seperti Na+,
145 mEq/dL)
Cl, K
MK: Ketidakseimbangan
cairan elektrolit
2. DS: Peningkatan isi abdomen (usus)
- Klien
memasuki kantong hernia
mengalami
mual muntah
SMRS
Usus terjepit
- Klien
mengeluh
perutnya terasa
Peristaltik usus terganggu adanya
penuh,
membesar dan sumbatan pada pencernaan
mengeras
DO:
- Muntah
Perut dirasa penuh (kembung)
kecoklatan
- Disteni
abdomen (+)
- Nyeri tekan
abdomen kiri Distensi abdomen
skala 5 (region
nyeri melebar)
- Nyeri ulu hati
(+)
- Akral : hangat
3. DS : Nyeri pada bagian inguinalis Defisit perawatan
- Klien diri
mengatakan
nyeri Kemalasan untuk membersihkan
berkurang saat
diri
terlentang
- Kesibukan
pekerjaan
Mual, Muntah
Anoreksia
Intake makanan
BB
Ketidakseimbangan Nutrisi
kurang dari kebutuhan
5. DS: Peningkatan isi abdomen (usus) Gangguan
- Klien
memasuki kantong hernia Eliminasi
mengeluh
perutnya
membesar
Usus terjepit
- Klien merasa
sulit BAB
sejak 4 hari
Peristaltik usus terganggu adanya
SMRS
sumbatan pada pencernaan
DO:
- Distensi
abdomen (+)
- Nyeri tekan
Obstipasi
abdomen skala
5
Disfungsi motilitas
gastrointestinal
Gangguan Eliminasi
DO:
Peristaltik usus terganggu adanya
- Terdapat
benjolan sumbatan pada pencernaan
dilipatan paha
kanan
- Skala nyeri 5 Obstipasi
Disfungsi motilitas
gastrointestinal
2 Penurunan Setelah dilakukan 1. Auskultasi nadi 1. Biasnya terjadi takikardi (meskipun pada saat
curah jantung tindakan keperawatan apical ; kaji istirahat) untuk mengkompensasi penurunan
berhubungan selama 3x24 jam frekuensi, iram kontraktilitas ventrikel.
dengan Penurunan cardiac jantung 2. Penurunan curah jantung dapat menunjukkan
perubahan output klien dapat 2. Palpasi nadi menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis
kontraktilitas teratasi dengan kriteria perifer dan posttibial. Nadi mungkin cepat hilang atau
hasil : tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse alternan.
3. Berikan oksigen
-Menunjukkan curah 3. Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan
tambahan dengan
jantung yang miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia.
kanula
memuaskan dibuktikan
nasal/masker dan
oleh efektifitas pompa
jantung, status sirkulasi, obat sesuai
perfusi jaringan, dan indikasi
status TTV (kolaborasi)
-menunjukkan satus
sirkulasi yang
dibuktikan dengan
indicator hasil
-Tidak ada edema paru,
perifer, dan tidak ada
asites
3. Hipertermi Setelah dilakukan 1. Beri kompres air 1. Perpindahan panas secara konduktif
berhubungan tindakan keperawatan hangat 2. Mengetahui penyebab terjadinya hipertermi.
dengan selama 3x24 jam 2. Kaji factor 3. Proses konveksi akan terhalang oleh pakaian
peningkatan diharapkan suhu inti penyebab yang ketat.
laju tubuh berada di kisaran terjadinya
metabolisme normal dengan kriteria hipertermi
hasil : 3. Longgarkan
-Suhu tubuh normal pakaian, berikan
(36,5-37,5 oC) pakaian yang tipis
yang menyerap
keringa
4. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Bantu klien 1. Aktivitas yang terlalu berat dan tidak sesuai
aktivitas yang tindakan keperawatan memilih aktivitas dengan kondisi klien dapat memperburuk
berhubungan selama 3x24 jam yang sesuai toleransi terhadap latihan.
dengan diharapkan kondisi klien dengan kondisi. 2. Mencegah penggunaan energy yang berlebihan
ketidakseimba stabil saat beraktivitas 2. Tentukan karena dapat menimbulkan kelelahan.
ngan antara dengan kriteria hasil : pembatasan 3. Mengetahui etiologi kelelahan, apakah mungkin
suplai dan - Tanda vital dalam aktivitas fisik efek samping obat atau tidak.
kebutuhan rentang normal pada klien
oksigen Tekanan Darah 3. Monitor efek dari
120/80 mmHg, RR pengobatan klien
saat beraktivitas
dalam batas normal
(16-20x/menit),
Nadi saat aktivitas
dalam batas normal
(60-100x/menit)
E. EVALUASI
NO Diagnosa Evaluasi
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR ISI
Mulyanti, Sri & Diyono. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Jakarta: Prenada Media Group.
Muttaqin, arif & Kumala sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.