Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUMOR TESTIS


DI RUANG MARWAH RSI SITI HAJAR MATARAM

NI WAYAN ERVIANI
349STYC22

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENGALAMAN BELAJAR PRAKTIK


MAHASISWA SEMESTER V PRODI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG
RUMAH SAKIT ISLAM SITI HAJAR MATARAM

Laporan pendahuluan dan laporan kasus ini telah diperiksa, disetujui, dan dievaluasi
oleh pembimbing lahan dan pembimbing akademik pada:
Hari :
Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Pendidikan,
Pembimbing Lahan,

( )
( )

2
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Teori
1. Definisi
Hernia inguinalis merupakan penonjolan bagian organ dalam melalui
pembukaan yang abnormal pada dinding rongga tubuh yang mengelilinginya
(Bilotta, 2012).
Hernia inguinalis adalah Hernia yang paling umum terjadi dan muncul
sebagai tonjolan di selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis terjadi ketika
dinding abdomen berkembang sehingga menerobos kebawah melalui celah.
Hernia tipe ini sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan (Huda dan
Kusuma, 2015).
Hernia inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal
masuk ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari
cincin inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa
juga merupakan jaringan lemak atau omentum (Amrial, 2015).
Hernia sering terjadi dan muncul sebagai tonjolan dilipatan paha atau
skrotum. Biasanya orang awam menyebutnya turun berok atau hernia.
Terjadinya hernia inguinalis yaitu Ketika dinding abdomen bertambah ke
bawah melalui dinding sehingga menerobos usus. (Nurarif & Kusuma 2016)
Dapat disimpulkan bahwa hernia inguinalis lateralis adalah penonjolan
isi abdomen yang abnormal melalui celah dinding abdomen atau anulus
inguinalis yang dikarenakan tekanan atau otot abdomen yang lemah.
2. Etiologi
Menurut Suratun dan Lusianah (2010) etiologi terjadinya Hernia inguinalis
lateral yaitu :
a. Defek dinding otot abdomen
Hal ini dapat terjadi sejak lahir (kongenital) atau didapat seperti usia,
keturunan, akibat dari pembedahan sebelumnya.
b. Peningkatan tekanan intraabdominal
c. Penyakit paru obstruksi menahun (batuk kronik), kehamilan, obesitas.
Adanya Benighna Prostat Hipertropi (BPH), sembelit, mengejan saat

3
defekasi dan berkemih, mengangkat beban terlalu berat dapat meningkatkan
tekanan intraabdominal
3. Patofisiologi
Tonjolan yang semakin besar, lama kelamaan tidak bisa masuk Kembali
secara spontan maupun dengan berbaring tetapi membutuhkan dorongan dengan
jari yang disebut hernia reponable. Jika kondisi seperti ini dibiarkan saja maka
dapat terjadi perlengketan dan lama kelamaan perlengketan tersebut
menyebabkan tonjolan yang tidak dapat dimasukkan Kembali dan disebut
hernia irreponable. Untuk mencegah terjadinya komplikasi pada hernia maka
dilakukan pembedahan dari pembedahan tersebut terjadi luka insisi yang
biasanya dapat menimbulkan nyeri yang dapat membuat tidak nyaman sehingga
mengurangi pergerakan dan resiko infeksi.
4. Menifestasi Klinis
Menurut (Nurafif & Kusuma, 2015) manifestasi klinis Hernia inguinalis lateral
yaitu:
a. Tampak adanya benjolan dilipat paha atau perut bagian bawah dan benjolan
bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang yang disebabkan
oleh keluarnya suatu organ.
b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan nyeri di tempat tersebut
disertai perasaan mual.
c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
d. Bila terjadi hernia inguinalis strangulate perasaan sakit akan bertambah
hebat serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
e. Kandung kemih berisi sehingga menimbulkan gejala sakit saat berkemih
(dysuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan dibawah
sela paha
f. Hernia diagframatik menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai
sesak nafas.
g. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan Hernia akan bertambah
besar.
5. Pemeriksaan Penunjang

4
Menurut (Nurafif & Kusuma, 2015) pemeriksaan diagnostic pada pasien Hernia
Inguinalis Lateral yaitu:
a. Pemeriksaan darah lengkap
Menunjukkan peningkatan sel darah putih, serum elektrolit dapat
menunjukkan kemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), dan
ketidakseimbangan elektrolit. Pemeriksaan koagulasi darah, mungkin
memanjang, mempengaruhi homeostasis intraoperasi atau post operasi.
b. USG abdomen pada regio inguinalis dextra dan sinistra. Membedakan masa
di paha atau dinding perut, sumber pembengkakannya, dan membedakan
jenis-jenis hernia.
c. Urinalisis
d. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus
6. Komplikasi
Menurut (Nurafif & Kusuma, 2015) komplikasi yang mungkin terjadi pada
Hernia inguinalis lateral yaitu:
a. Hernia Hernia berulang
Hernia ini terjadi akibat adanya kelemahan dinding otot sehingga muncul
hernia baru di lokasi lain, misalnya dulu pernah sudah dioperasi sekarang
muncul hernia hernia perut kiri dan baru di perut kanan.
b. Obstruksi usus parsial atau total
Karena terjadinya perlengketan usus akibat maupun total bisa t hernia
obstruksi usus parsia erjadi di dalam usus halus atau pada kasus obstruksi
usus parsial, sedikit makanan atau cairan masih bisa melewati usus.
Sedangkan pada kasus obstruksi usus total, tidak ada apa pun yang bisa
melewati usus.
c. Luka pada usus
Kematian jaringan usus akibat pasokan darah yang berhenti dapat memicu
robekan pada dinding usus yang menyebabkan keluarnya isi usus ke rongga
perut dan menyebabkan infeksi (peritonitis).
d. Gangguan suplai darah ke testis jika pasien laki-laki

5
Terjadi penekanan pada cincin hernialaki , akibatnya masuk. Cincin hernia
makin banyak usus yang menjadi relatif sempit, maka timbul edema
sehingga terjadi penekanan pembuluh darah.
e. Perdarahan yang berlebih
Penyakit hernia bila tidak segera diatasi dan diobati dapat mengakibatkan
perdarahan yang diakibatkan semakin besar.
f. Infeksi luka bedah
Efek samping yang umum ditemui pasca operasi seperti infeksi luka operasi
akibat adanya tekanan intraabdominal sehingga luka operasi yang terbuka
kembali.
g. Fistel urin dan feses
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus
yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau
peritonitissehingga peristaltik usus menurun mengakibatk Pada pasien
kadangan sembelit. kadang ditemukan keluhan kencing berupa dysuria
karena buli-buli ikut membentuk dinding medial hernia.
7. Klasifikasi
Menurut (Nurafif & Kusuma, 2015) klasifikasi Hernia Inguinalis Lateral terbagi
menjadi:
a. Hernia indirek atau lateral
Hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda spermatikus
melalui kanalis inguinalis, dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke
skrotum. Umumnya terjadi pada pria. Benjolan tersebut bias mengecil,
menghilangkan pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan, mengangkat
benda berat atau berdiri dapat tumbuh kembali.
b. Hernia direk atau medialis
Herniaini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui
kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Lebih umum
terjadi pada lansia. Hernia ini disebut direkt karena langsung menuju anulus
inguinalis eksterna sehingga meskipun arteri inguinalis eksterna yang

6
mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding
posterior maka Hernia ini jarang menjadi irreponible.

8. Penatalaksanaan
a. Reposisi
Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke tempatnya semula secara hati-
hati dengan tidakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya dapat
dilakukan pada hernia reponibilis dengan menggunakan kedua tangan.
Tangan yang satu melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain
memasukkan isi hernia melalui leher hernia tadi. Tindakan ini kadang
dilakukan pada hernia irreponibilis apabila Pasien takut operasi, yaitu
dengan cara bagian hernia dikompres dingin, penderita diberi penenang
valium 10 mg agar tertidur, pasien diposisikan trendelenberg. Jika posisi
tidak berhasil jangan dipaksa, segera lakukan operasi.
b. Suntikan
Setelah reposisi berhasil suntikan zat yang bersifat sklerotik untuk
memperkecil pintu hernia.
c. Sabuk hernia
Digunakan pada pasien yang menolak operasi dan pintu hernia relatif kecil.
Umumnya tindakan operatif merupakan tindakan satu-satunya yang
rasional.
d. Pengobatan konservatif
Terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau
penunujang untuk mempertahankan isi Reposisi tidak dilakukan pada hernia
yang telah direposisi. hernia inguinalis strangulasi, kecuali pada pasien
anak-anak. yang mengalami Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan
kiri memegang isi Hernia sedangkan tangan kanan mendorong kearah cincin
membentuk corong hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai
terjadi reposisi. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan
pemberian sedatif dan kompres es di atas hernia. Bila reposisi ini berhasil

7
anak disiapkan untuk operasi besok harinya. Jika resisi hernia segera. tidak
berhasil, dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi
e. Pengobatan operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.
Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniatomy dan hernioraphy.
f. Herniotomy
Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong dibuka
dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian reposisi.
Kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
g. Herniorapy
Dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinal.
1) Diet dan activity
Activity: hindari mengangkat barang yang berat sebelum atau sesudah
pembedahan. Diet: tidak ada diet khusus. Tetapi setelah operasi diet
cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi. Kemudian makan
dengan gizi seimbang. Tingkat kan masukan serat dan tinggi cairan
untuk mencegah sembelit dan mengejan selama buang air besar.
Hindari kopi, teh, coklat, minuman berkarbonasi, minuman beralkohol,
dan setiap makanan atau bumbu yang memperburuk gejala.
2) Medikasi
Pengobatan dengan pemberia ranitidine, asetaminofen membasmi
infeksi klavulanat ketorolac obat penawar nyeri, misalnya, dan
cefotaxime 1 gr juga antibiotik untuk 30 mg injeksi, amoxicillin dan
asam, serta obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit seperti dulcolax
10 mg suppositoria.

8
9. Pathway

9
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan,
untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien
sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan
proses keperawatan sangat bergantung pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
a. Anamnesa
1) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan
darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
DS (Data Subjektif) Pada anemnesis keluhan utama yang lazim
didapatkan adalah keluhan adanya benjolan akibat masukknya material
melalui kanalis inguinal bisa bersifat hilang timbul atau juga tidak.
Keluhan nyeri hebat bersifat akut berupa nyeri terbakar.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien
digunakan:
a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
presipitasi nyeri.
b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau
menusuk.
c) Region: radiation, relief, apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi

10
d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan
seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari.

DO (Data Objektif): Pasien tampak meringis kesakitan, pasien tampak


memegangi perut kanan bawah pasien tampak lemas, pasien tampak
menangis dan lain-lain.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan lain yang didapat sesuai dengan kondisi Hernia. Pada respon
biasanya keluhan yang ada berupa adanya benjolan setelah mengalami
aktivitas peningkatan tekanan intraabdominal, seperti batuk, bersin, atau
mengejan. Bila sudah terjadi stranggulasi akan didapatkan keluhan
nyeri hebat pada abdominal bawah, keluhan gastrointestinal seperti
mual, muntah, anoreksia, serta perasaan kelelahan pasca nyeri sering
didapatkan.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab tidak ditemukan
Penyakit hernia dan penyakit tertentu seperti, penyakit diabetes dengan
luka di penyembuhan perut luka di perut sangat beresiko terjadinya
penghambatan proses penyembuhan luka.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya proses Hernia, seperti diabetes,
osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, yang
cenderung diturunkan secara genetik.
6) Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari ataupun dalam masyarakat.
7) Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:

11
Pengkajian data keperawatan pada pasien dan post operasi dengan
Hernia inguinalis lateral dalam buku Asuhan Keperawatan Pasien
Gangguan Gastrointestinal antara lain:
a) Aktivitas istirahat
Apakah pasien mengalami kelemahan, merasa lemas, lelah, tirah
baring, penurunan kekuatan otot, kehilangan tonus otot, dan letargi
b) Sirkulasi
Apakah pasien menunjukan takikardi, perubahan tekanan darah
(hipotensi, hipertensi).
c) Eliminasi Apakah pasien mengalami konstipasi, adanya
inkontinesia atau retensi urine.
8) Neurosensori
Gejala: Hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, kesemutan
Tanda: Deformitas lokal: agulasi abnormal,pemendekan,rotasi krepitasi.
9) Nyeri / kenyamanan
Apakah pasien mengalami nyeri pada insisi pembedahan, distensi
kandung kemih.
10) Keamanan
Tanda: Laserasi, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna,
pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)
11) Penyuluhan
Gejala: Lingkungan tidak mendukung (menimbulkan cedera)
pengetahuan terbatas.
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa yang sering muncul pada pasien post operasi Hernia antara
lain:
a. Nyeri Akut berhubungan dengn pencedera fisik (misalnya: abses, amputasi,
terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, Latihan
fisik berlebihan).
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keengganan melakukan
pergerakan, ganggan musculoskeletal, nyeri
c. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur infasif

12
d. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
e. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan efek samping terapi misalnya
medikasi, radiasi, kemoterapi.
3. Perencanaan
a. Diagnosa 1: Nyeri Akut berhubungan dengan pencedera fisik (misalnya:
abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi,
trauma, Latihan fisik berlebihan).

SLKI SIKI
Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Nyeri
selama 3x24 jam diharapkan nyeri Observasi
berkurang dengan kriteria hasil: 1. lokasi, karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas
2. Meringis menurun nyeri
3. Sikap protektif menurun 2. Identifikasi skala nyeri
4. Gelisah menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
5. Kesulitan tidur menurun verbal
6. Frekuensi nadi membaik 4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis

13
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain,
relaksasi napas dalam)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Pemberian Analgetik
Observasi
1. Identifikasi karakteristik nyeri

14
(mis. Pencetus, pereda, kualitas,
lokasi, intensitas, frekuensi,
durasi)
2. Identifikasi riwayat alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (mis. Narkotika, non-
narkotika, atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
4. Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah pemberian
analgesic
5. Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
1. Diskusikan jenis analgesik yang
disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu
2. Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu, atau bolus opioid
untuk mempertahankan kadar
dalam serum
3. Tetapkan target efektifitas
analgesic untuk mengoptimalkan
respon pasien
4. Dokumentasikan respon
terhadap efek analgesic dan efek
yang tidak diinginkan
Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dosis dan
jenis analgesik, sesuai indikasi

15
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keengganan melakukan
pergerakan, ganggan musculoskeletal, nyeri

SLKI SIKI
Setelah dilakukan Tindakan Dukungan Ambulasi
keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan Mobilitas Fisik 1. Identifikasi adanya nyeri atau
Meningkat Kriteria hasil: keluhan fisik lainnya
1. Pergerakan ekstremitas 2. Identifikasi toleransi fisik
meningkat melakukan ambulasi
2. Kekuatan otot meningkat 3. Monitor frekuensi jantung
3. Rentang gerak (ROM) dan tekanan darah sebelum
meningkat memulai ambulasi
4. Monitor kondisi umum
selama melakukan ambulasi
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas ambulasi
dengan alat bantu (mis.
tongkat, kruk)
2. Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
2. Anjurkan melakukan
ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.

16
berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
Dukungan Mobilisasi
Observasi

1. Identifikasi adanya nyeri atau


keluhan fisik lainnya
2. Identifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan
3. Monitor frekuensi jantung
dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi
4. Monitor kondisi umum
selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu (mis: pagar
tempat tidur)
2. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis:

17
duduk di tempat tidur, duduk
di sisi tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke kursi)

c. Diagnosa 3: Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur infasif

SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Imunisasi/Vaksinasi )
keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan tidak ada tanda 1. Identifikasi Riwayat
infeksi dengan Kriteria hasil: Kesehatan dan Riwayat
1. Demam menurun alergi
2. Kemerahan menurun 2. Identifikasi kontraindikasi
3. Nyeri menurun pemberian imunisasi (mis:
4. Bengkak menurun reaksi anafilaksis terhadap
5. Kadar sel darah putih vaksin sebelumnya dan/atau
membaik sakit parah dengan atau tanpa
demam)
3. Identifikasi status imunisasi
setiap kunjungan ke
pelayanan kesehatan
Terapeutik
1. Berikan suntikan pada bayi
di bagian paha anterolateral
2. Dokumentasikan informasi
vaksinasi (mis: nama
produsen, tanggal
kadaluarsa)
3. Jadwalkan imunisasi pada

18
interval waktu yang tepat
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat,
reaksi yang terjadi, jadwal,
dan efek samping
2. Informasikan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah (mis:
hepatitis B, BCG, difteri,
tetanus, pertussis, H.
influenza, polio, campak,
measles, rubela)
3. Infromasikan imunisasi yang
melindungi terhadap
penyakit namun saat ini tidak
diwajibkan pemerintah (mis:
influenza, pneumokokus)
4. Informasikan vaksinasi untuk
kejadian khusus (mis: rabies,
tetanus)
5. Informasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi Kembali
6. Informasikan penyedia
layanan Pekan Imunisasi
Nasional yang menyediakan
vaksin gratis
Pencegahan Infeksi
Observasi
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik

19
1. Batasi jumlah pengunjung
2. Berikan perawatan kulit pada
area edema
3. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik aseptic
pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
5. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

d. Diagnosa 4: Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan


mencerna makanan

SLKI SIKI
Setelah dilakukan Tindakan 3x24 Menejemen nutrisi
jam diharapkan Status Nutrisi Observasi :
Membaik dengan kriteria hasil: 1. identifikasi status nutrisi
1. Porsi makanan yang di 2. identifikasi alergi dan

20
habiskan meningkat intoleransi makanan
2. kekuatan otot pengunyah 3. identifikasi makanan yang di
meningkat sukai
3. verbalisasi keinginan untuk 4. Identifikasi kebutuhan kalori
meningkatkan nutrisi dan jenis nutrient
meningkat 5. identifikasi perlunya
4. pengetahuan tentang pilihan pengguanaan selang
makana yang sehat meningkat nasogastric
5. pengetahuan tentang pilihan 6. monitor asupan makanan
minuman yang sehat 7. monitor berat badan
meningkat 8. monitor hasil pemeriksaan
6. pengetahuan tentang standar laboratorium
asupan nutrisi yang tepat Terapeutik :
meningkat 1. melakukan oral hygiene
7. sikap terhadap sebelum makan, jika perlu
makanan/minumam sesuai 2. fasilitasi menentukan
dengan tujuan kesehatan pedoman diet (mis, piramida
meningkat makanan)
8. sariawan menurun 3. sajikan makanan secara
9. Berat badan membaik menarik dan suhu yang sesuai
10. indeks masa tubuh membaik 4. berikan makanan tinggi serat
11. frekuensi makanan membaik utuk mencegah konstipasi
12. nafsu makan membaik 5. berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
6. berikan suplemen makanan ,
jika perlu
7. hentikan pemberian makan
melalui selang nasogatrik,
jika asupan oral dapat di
toleransi
Edukasi :
1. anjurkan posisi duduk, jika

21
mampu ajarkan diet yang di
programkan
Kolaborasi :
1. kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis, pereda nyeri,
antiemetic), jika perlu

kolaborasi dengan ahli giji untuk


menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang di butuhkan,
jika perlu

e. Diagnose 5: Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan efek samping


terapi misalnya medikasi, radiasi, kemoterapi.

SLKI SIKI
Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan Status kenyamanan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
meningkat dengan Kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas,
1. Keluhan tidak nyaman intensitas nyeri
menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Gelisah menurun 3. Idenfitikasi respon nyeri non
verbal
4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada

22
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan Teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis:
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
5. Ajarkan Teknik farmakologis

23
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Pengaturan Posisi
Observasi
1. Monitor status oksigenasi
sebelum dan sesudah mengubah
posisi
2. Monitor alat traksi agar selalu
tepat
Terapeutik
1. Tempatkan pada matras/tempat
tidur terapeutik yang tepat
2. Tempatkan pada posisi
terapeutik
3. Tempatkan objek yang sering
digunakan dalam jangkauan
4. Tempatkan bel atau lampu
panggilan dalam jangkauan
5. Sediakan matras yang
kokoh/padat
6. Atur posisi tidur yang disukai,
jika tidak kontraindikasi
7. Atur posisi untuk mengurangi
sesak (mis: semi-fowler)
8. Atur posisi yang meningkatkan
drainage
9. Posisikan pada kesejajaran
tubuh yang tepat
10. Imobilisasi dan topang bagian
tubuh yang cidera dengan tepat

24
11. Tinggikan bagian tubuh yang
sakit dengan tepat
12. Tinggikan anggota gerak 20°
atau lebih diatas level jantung
13. Tinggikan tempat tidur bagian
kepala
14. Berikan bantal yang tepat pada
leher
15. Berikan topangan pada area
edema (mis: bantal dibawah
lengan atau skrotum)
16. Posisikan untuk mempermudah
ventilasi/perfusi (mis:
tengkurap/good lung down)
17. Motivasi melakukan ROM aktif
atau ROM pasif
18. Motivasi terlibat dalam
perubahan posisi, sesuai
kebutuhan
19. Hindari menempatkan pada
posisi yang dapat meningkatkan
nyeri
20. Hindari menempatkan stump
amputasi pada posisi fleksi
21. Hindari posisi yang
menimbulkan ketegangan pada
luka
22. Minimalkan gesekan dan
tarikan saat mengubah posisi
23. Ubah posisi setiap 2 jam
24. Ubah posisi dengan Teknik log
roll

25
25. Pertahankan posisi dan
integritas traksi
Edukasi
1. Informasikan saat akan
dilakukan perubahan posisi
2. Ajarkan cara menggunakan
postur yang baik dan mekanika
tubuh yang baik selama
melakukan perubahan posisi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
premedikasi sebelum mengubah
posisi, jika perlu
Terapi relaksasi
Observasi
1. Identifikasi penurunan tingkat
energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain
yang mengganggu kemampuan
kognitif
2. Identifikasi Teknik relaksasi
yang pernah efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan penggunaan
Teknik sebelumnya
4. Periksa ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan darah,
dan suhu sebelum dan sesudah
Latihan
5. Monitor respons terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik

26
1. Ciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan
berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau Tindakan medis
lain, jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat,
Batasan, dan jenis relaksasi yang
tersedia (mis: musik, meditasi,
napas dalam, relaksasi otot
progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi atau
melatih Teknik yang dipilih
6. Demonstrasikan dan latih Teknik
relaksasi (mis: napas dalam,
peregangan, atau imajinasi

27
terbimbing)

4. Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing order untuk membantu pasien mencapai tujuan yang
diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan, memfasilitasi koping. Pendekatan tindakan keperawatan
meliputi independen (suatu tindakan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa
petunjuk atau perintah dari dokter tau tenaga kesehatan lainnya). Dependen
(suatu tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan
medis, tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis
dilaksanakan) dan interdependen suatu tindakan yang memerlukan kerja sama
dengan tenaga kesehatan lainnya misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi,
dan dokter.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, dan implementasi keperawatan. Tahap evaluasi yang
memungkinkan perawat untuk memonitor yang terjadi selama tahap pengkajian,
perencanaan dan implementasi.

28
DAFTAR PUSTAKA

Diyono & Mulyanti, S. 2013. nyeri non farmakologi Mediaction Keperawatan Medikal
Bedah Sistem Pencernaan .

Jitowiyonno & Kristiyanasari,2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi pendekatan


Muttaqin A & 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan System Perkemihan .
Jakarta : Salamba Medika. Medical Record Rumah Sakit Benyamin Guluh
Kabupaten Kolaka Tahun 2018

PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II.
DPP PPNI. Jakarta
PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP
PPNI. Jakarta.
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesi (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP
PPNI. Jakarta

29

Anda mungkin juga menyukai