Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA

I. Konsep Penyakit
1.1 Definisi/deskripsi penyakit hernia
Hernia merupakan prostusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen,
isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-
aponeurotik dinding perut (Huda dan Kusuma, 2016).

Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah


segmen dari perut atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia
dapat juga menembus melewati beberapa defect yang lain di dalam dinding
abdominal, melewati diafragma, atau melewati struktur lainnya di rongga
abdominal. Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati
sebuah segmen dari perut atau struktur abdominal yang lain yang menonjol.
Hernia dapat juga menembus melewati beberapa defect yang lain di dalam
dinding abdominal, melewati diafragma atau melewati struktur lainnya di
rongga abdominal (Ignatavicius, 2006).

Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia menurut letaknya dan hernia
menurut sifat atau tingkatanya.
Adapun hernia menurut letaknya adaalah :
a. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di
sebelah lateral vasa epigastrika inferior,menyusuri kanalis inguinalis dan
keluar kerongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih
tinggi pada bayi dan anak kecil.

b. Hernia Inguinalis Medialis (direk)


Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa
epigastrika inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach.

c. Hernia femoralis
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita
dibanding pria. Hernia ini mulai sebagai penyumbat dikanalis femoralis
yang membesar secara bertahap menarik peritonium dan akibatnya
kandung kemih masuk ke dalam kantung.

d. Hernia umbilikalis
Batang usus melewati cincin umbilical. sebagian besar merupakan
kelainan yang didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada wanita dan
pada pasien yang memliki keadaan peningkatan tekanan intra abdomen,
seperti kehamilan, obesitas, asites, atau distensi abdomen. Tipe hernia ini
terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak
adekuat karena masalah pasca operasi seperti infeksi dan nutrisi yang
tidak adekuat.
e. Hernia skrotalis
Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.

Menurut sifat atau tingkatannya :


a. Hernia reponibel
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong
masuk. Pada hernia reponibel ini penderita tidak mengeluh nyeri dan tidak
ada gejala obstruksi usus.

b. Hernia ireponibel
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia tidak masuk kembali )
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada peritoneum.

c. Hernia inkaserata
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia
tidak dapat kembali disertai dengan gangguan aliran khusus. Gambaran
klinis obstruksi usus dengan gambaran keseimbangan cairan elektrolit dan
asam basa. Keadaan ini hernia bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi
kantung bisa terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut,
akibatnya terjadi gangguan passase dan hernia ini lebih dimaksudkan
hernia irreponibel
d. Hernia strangulata
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk ke
dalam kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan system
perdarahannya sehingga mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada
pemeriksaan lokal usus tidak dapat dimasukan kembali di sertai adanya
nyeri tekan.

1.2 Etiologi
Menurut Huda dan Kusuma (2016), hernia dapat disebabkan oleh beberapa
hal, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.2.1 Kongenital
Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu
faktor resiko yang berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan
intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat dicegah dengan cara
olahraga atau latihan-latihan.

1.2.2 Obesitas
Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-
abdomen karena banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan
mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan pengontrolan
berat badan.

1.2.3 Ibu hamil


Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat
terutama pada daerah rahim dan sekitarnya.

1.2.4 Mengejan
Mengejan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-
abdomen.

1.2.5 Pengangkatan beban berat


Mengangkat beban berat juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intra-abdomen.
1.3 Tanda gejala
Menurut Huda dan Kusuma (2016), tanda gejala hernia adalah sebagai
berikut:
1.3.1 Berupa benjolan keluar msuk/keras dan yang sering tampak benjolan
di lipat paha
1.3.2 Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai
perasaan mual
1.3.3 Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada
komplikasi
1.3.4 Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah
hebat serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas
1.3.5 Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kecing
sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai
hematuria (kencing darah) disamping benjolan dibawah sela paha
1.3.6 Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut
disertai sesak nafas
1.3.7 Bila mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar

1.4 Patofisiologi
Pada tahap pertama sobeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial.
Karena adanya gaya traumatik yang berulang, sobekan itu menjadi lebih
besar dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini terjadi, maka resiko HNP
hanya menunggu waktu trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat
diasumsikan seperti gaya traumatik ketika hendak menegakkan badan waktu
terpeleset, mengangkat benda berat, dan sebagainya.

Herniasi nucleus pulposus dapat mencapat ke korpus tulang belakang di atas


atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertebralis. Jika
terjadi peninggian tekanan pada diskus intervertebralis secara tiba-tiba dan
berlangsung lama makan materi nucleus pulposus akan menonjol mengisi
annulus fibrosus yang rusak. Penonjolan nucleus ke belakang lateral dan
menekan saraf radiks dorsalis (mengandung serat saraf sensorik) yang
berjalan dalam kanalis vertebralis akan meninmbulkan rasa nyeri. Gerakan-
gerakan yang merubah posisi tulang belakang seperti membungkuk, bersin
dan batuk akan menambah nyeri. Kerusakan pada diskus intervertebralis ini
dapat disebabkan karena prose degenerative misalnya makin berkurangnya
daya lentur, menurunnya jaringan kolagen, dan menurunnya kandungan air
dengan bertambahnya usia, trauma tulang belang, faktor genetik, operasi
tulang belakang, kelainan postur seperti kifosis, lordosis, karena kelainan
tulang belakang lainnya seperti spondilitis, spinal stenosis.

1.5 Pemeriksaan penunjang


Menurut Huda dan Kusuma (2016), pemeriksaan penunjang hernia adalah
sebagai berikut:
1.5.1 Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus
1.5.2 Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah
putih dan ketidakseimbangan elektrolit

1.6 Komplikasi
1.6.1 Hernia berulang,
1.6.2 Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
1.6.3 Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah,
1.6.4 Luka pada usus (jika tidak hati-hati),
1.6.5 Setelah Herniografi dapat terjadi Hematoma,
1.6.6 Fostes urin dan feses,
1.6.7 Residip,
1.6.8 Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.

1.7 Penatalaksaan
Menurut Huda dan Kusuma (2016), penatalaksaan hernia ada dua macam,
yaitu:
1.7.1 Konservatif (Townsend CM)
Pengobaan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi, bukan merupakan tindakan definitive
sehingga dapat kambuh kembali, terdiri atas:
a. Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia
kedalam cavum peritonil atau abdomen. Reposisi dilakukan secara
bimanual. Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia reponibilis
dengan cara memakai dua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada
hernia inguinalis strangulate kecuali pada anak-anak.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol didaerah
sekitar hernia yang menyebabkan pintu hernia mengalami sklerosis
atau penyempitan sehingga isi hernia keluar dari cavum peritonil

c. Sabuk hernia
Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak
dilakukan operasi

1.7.2 Operatif
Operasi hernia dapat dilakukan dalam tiga tahap, yaitu:
a. Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi
hernia ke cavum abdominalis,
Herniotomi adalah operasi pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya, kantong hernia dibuka dan isi hernia dibebaskkan kalau
ada perlengketan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat
setingggi mungkin lalu dipotong.
Indikasi
Herniotomi dan hernioplastik dilakukan pada pasien yang
mengalami hernia dimana tidak dapat kembali dengan terapi
konservatif.
Proses tindakan
Herniotomi
Membuat sayatan miring dua jari diatas sias, kemudian Kanalis
inguinalis dibuka, memisahkan funikulus, dan kantong hernia
dilepaskan dari dalam tali sperma, dilakukan duplikasi (pembuatan
kantong hernia),kemudian isi hernia dibebaskan jika ada
perlengketan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat
setinggi mungkin lalu dipotong.
Tehnik operasi Herniotomi – Herniorafi Lichtenstein
Hernia inguinalis lateralis dan medialis:
1. Penderita dalam posisi supine dan dilakukan anestesi umum,
spinal anestesi atau anestesi lokal
2. Dilakukan insisi oblique 2 cm medial sias sampai tuberkulum
pubikum
3. Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE (Muskulus
Obligus Abdominis Eksternus)
4. Aponeurosis MOE dibuka secara tajam
5. Funikulus spermatikus dibebaskan dari jaringan sekitarnya dan
dikait pita dan kantong hernia diidentifikasi
6. Isi hernia dimasukan ke dalam cavum abdomen, kantong hernia
secara tajam dan tumpul sampai anulus internus
7. Kantong hernia diligasi setinggi lemak preperitonium ,
dilanjutkan dengan herniotomi
8. Perdarahan dirawat, dilanjutkan dengan hernioplasty dengan
mesh
9. Luka operasi ditutup lapis demi lapis
Komplikasi operasi
1) perdarah
2) infeksi luka operasi
3) cedera usus
4) cedera kantong kemih
5) cedera testis
Perawatan Pasca Operasi
Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan
komplikasi berupa perdarahan dan hematoma pada daerah operasi
b. Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas m.obliquus
intraabdominalis dan m.transversus abdominalis yang berinsersio di
tuberculum pubicum)
c. Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar LMR
hilang/tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup
otot.

1.8 Pathway

Faktor pencetus:
Aktivias berat, bayi prematur, kelemahan dinding abdominal,
intraabdominal tinggi, adanya tekanan Hernia
Hernia umbilikalis Hernia para umbilikalis Hernia inguinalis
kongenital
Kantung hernia melewati Kantung hernia memasuki
Masuknya omentum organ dinding abdomen celah inguinal
intestinal kekantong
umbilikalis
Prostusi hilang timbul Dinding posterior canalis
inguinal yang lemah
Gangguan suplai darah ke
intestinal Ketidaknyamanan
abdominal Benjolan pada region
inguinal
Nekrosis intestinal
Intervensi bedah
relatif/konservatif Diatas ligamentum iguinal
mengecil bila berbaring
Pembedahan

Insisi bedah Asupan gizi kurang Mual

Nafsu makan menurun


Peristaltik usus menurun
Resti perdarahan
Resti infeksi Intake makanan inadekuat

Terputusnya jaringan Ketidakseimbangan


saraf nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Nyeri

Kantung hernia memasuki


Hernia insisional
celah insisi

Kantung hernia memasuki


Heatus hernia rongga thorak

II. Rencana asuhan klien dengan gangguan hernia


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Hernia dapat terjadi dengan gejala nyeri, mual dan muntah.

b. Riwayat Penyakit Dahulu


Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita Hernia, keluhan pada masa
kecil, hernia dari organ lain, dan penyakit lain yang memperberat
Hernia seperti diabetes mellitus. Tanyakan mengenai obat-obat
yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu yang relevan, obat-
obat ini meliputi obat OAT dan antitusif. Catat adanya efek samping
yang terjai di masa lalu. Kaji lebih dalam tentang seberapa jauh
penurunan berat badan (BB) dalam enam bulan terakhir. Penurunan
BB pada klien dengan Hernia berhubungan erat dengan proses
penyembuhan penyakit serta adanya anoreksia dan mual yang
sering disebabkan karena meminum OAT.

c. Riwayat Penyakit Keluarga


Secara patologi Hernia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota
keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi di dalam rumah.

2.1.2 Pemeriksaan fisik: data fokus


a. Inspeksi daerah Inguinal dan femoral
Meskipun Hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan
Viskus, atau sebagian daripadanya, melalui lubang normal atau
abnormal, 90% dari semua Hernia ditemukan di daerah Inguinal.
Biasanya, impuls Hernia lebih jelas dilihat dari pada diraba. Ajak
pasien memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan.
Lakukanlah inspeksi daerah Inguinal dan Femoral untuk melihat
timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat
menunjukkan Hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah
pasien untuk batuk lagi dan bandingkan impuls ini dengan impuls
pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk,
tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah tersebut.

b. Palpasi Hernia Inguinal


Palpasi Hernia Inguinal dilakukan dengan meletakkan jari telunjuk
kanan memeriksa didalam skrotum diatas testis kiri dan menekan
kulit skrotum kedalam. Harus ada kulit skrotum yang cukup banyak
untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan
dengan kuku menghadap keluar dan bantalan jari kedalam. Tangan
kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk
sokongan yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus
mengikuti korda spermatika dilateral masuk kedalam kanal inguinal
sejajar dengan ligamentum inguinal dan digerakkan ke atas ke arah
cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan lateral dari
tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan
dimasuki oleh jari tangan. Dengan jari telunjuk ditempatkan pada
cincin eksterna atau di dalam kanal inguinal, mintalah pasien untuk
memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan.
Seandainya ada Hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang
menyentuh ujung atau bantalan jari pemeriksa. Jika ada Hernia,
suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah Hernia
itu dapat direduksi dengan tekanan yang lembut dan terus menerus
pada masa itu. Jika pemeriksaan Hernia dilakukan dengan kulit
skrotum yang cukup banyak dan dilakukan dengan perlahan-lahan,
tindakan ini tidak menimbulkan nyeri (Tambayong, 2000).

Pengkajian pasien Pre operatif (Doenges, 2000) adalah meliputi :


1. Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit
vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko
pembentukan trombus).
2. Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress
multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka
rangsang ; stimulasi simpatis.
3. Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ;
membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode
puasa pra operasi).
4. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5. Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan
larutan ; Defisiensi imun (peningkaan risiko infeksi sitemik dan
penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker
terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi
anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-
obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfusi darah /
reaksi transfuse.
Tanda : munculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotik,
antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator,
diuretik, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau
tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan
rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal,
yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga
potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

2.1.3 Pemeriksaan penunjang


Menurut Huda dan Kusuma (2016), pemeriksaan penunjang hernia
adalah sebagai berikut:
a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus
b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah
putih dan ketidakseimbangan elektrolit

2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Nyeri akut (Asuhan Keperawatan Praktis, 401)
2.2.1 Definisi
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial, awitan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat

2.2.2 Batasan karakteristik


a. Perubahan selera makan
b. Perubahan tekanan darah
c. Perubahan frekuensi jantung
d. Perubahan frekuensi pernapasan

2.2.3 Faktor yang berhubungan


Agen cedera (mis: biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

Diagnosa 2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


(Asuhan Keperawatan Praktis, 396)
2.2.4 Definisi
Asuhan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic

2.2.5 Batasan karakteristik


a. Kram abdomen
b. Nyeri abdomen
c. Menghindari makanan
d. Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
e. Mual dan muntah

2.2.6 Faktor yang berhubungan


a. Faktor biologis
b. Faktor ekonomi

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Nyeri akut (Asuhan Keperawatan Praktis, 401)
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
a. Tujuan
1. Pain level
2. Pain control
3. Comfort level
b. Kriteria hasil
1. Mampu mengontrol nyeri (tau penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri(skala, frekuensi dan tanda nyeri)
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional
a. Intervensi : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan factor presipitasi
Rasional : Untuk mengetahui keadaan nyeri
b. Intervensi : Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Rasional : Mengetahui adanya nyeri
c. Intervensi : Ajarkan tentang penanganan nonfarmakologi,
manajemen nyeri
Rasional : Manajemen nyeri membuat pasien merasa lebih nyaman
d. Intervensi : Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan untuk nyeri tidak berhasil
Rasional : Membantu mengurangi nyeri

Diagnosa 2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


(Asuhan Keperawatan Praktis, 396)
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
a. Tujuan
1. Nutritional status
2. Fluid intake
3. Weight control
b. Kriteria hasil
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional


a. Intervensi : Kaji adanya alergi makanan
Rasioanl : Untuk mengetahui adanya alergi
b. Intervensi : Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Rasioanl : Pemerian informasi agar pasien mengerti pentingnya
nutrisi untuk kebutuhan tubuh
c. Intervensi : Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
vitamin
Rasioanl : Untuk pemenuhan kebutuhan tubuh
d. Intervensi : Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang diperlukan pasien
Rasioanl : Untuk pemenuhan nutrisi yang sesuai

2.4 Evaluasi
2.4.1 Diagnosa 1: Nyeri akut (Asuhan Keperawatan Praktis, 401)
S : - Klien mengatakan nyerinya berkurang
- Klien mengatakan selera makannya baik
O : - Tekanan darah klien normal
- Frekuensi jantung klien normal
- Frekuensi pernafasan klien normal
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

2.4.2 Diagnosa 2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


(Asuhan Keperawatan Praktis, 396)
S : - Klien mengatakan makannya baik
O : - Klien mau menghabiskan makannya
- Nyeri abdomen klien berkurang
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
REFERENCES

Moore, et al. 2007 essensial clinical anatomy,3rd edition, university of


toronto,faculty of medicine.

Huda, A. dan Kusuma, H. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Volume 1.


Jogjakarta: MediAction

Ignatavicius, Donna, et.All. 2006. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: W.B


SaundersCompany.

Tambayong, dr. Jan.2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC


Clinical teacher (CT) clinical instruktur (CI)
(Muhammad ridha rahmani,S.kep.Ns) (zaqyyah Huzaifah, Ns.M.Kep)

Anda mungkin juga menyukai