EUTHANASIA
Oleh:
Gusti Rivanty Sukma Iskandar Putri
1730912320050
Pembimbing:
dr. Iwan Aflanie, M. Kes, Sp.F, SH
BAGIAN/SMF FORENSIK
FK ULM – RSUD ULIN
BANJARMASIN
Januari, 2020
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4
A. Definisi ……………………………………… ............................. 4
B. Jenis-Jenis Euthanasia ................................................................... 6
C. Obat Yang Digunakan Untuk Euthanasia...................................... 7
D. Pandangan Mengenai Euthanasia……………………………… .. 13
E. Euthanasia Menurut Hukum Di Berbagai Negara…………… ..... 18
F. Tinjauan Kedokteran Terhadap Euthanasia……………............... 40
G. Tinjauan Filosofi-Etis Terhadap Euthanasia ................................. 42
BAB III KESIMPULAN …………………………………………………… ... 44
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
seorang pasien bisa diperpanjang dan hal ini seringkali membuat para dokter
dihadapkan pada sebuah dilema untuk memberikan bantuan tersebut apa tidak dan
jika sudah terlanjur diberikan bolehkah untuk dihentikan. Tugas seorang dokter
adalah untuk menolong jiwa seorang pasien, padahal jika dilihat lagi hal itu sudah
tidak bisa dilanjutkan lagi dan jika hal itu diteruskan maka kadang akan menambah
penderitaan, atau mati secara baik (mati dengan tenang). Masalah ini makin sering
dibicarakan dan mencuri banyak perhatian karena semakin banyak kasus yang
unit perawatan intensif yang pada masa dulu sudah merupakan kasus yang tidak
dapat dibantu lagi. Dengan demikian, pada kasus-kasus tertentu tetap saja muncul
1
Sejauh ini Indonesia belum mengatur secara spesifik mengenai euthanasia
Dan hal ini masih menjadi perdebatan pada beberapa kalangan yang menyetujui
tentang euthanasia dan pihak yang tidak setuju tentang euthanasia. Ada beberapa
pihak yang menyetujui euthanasia dapat dilakukan, hal ini berdasarkan bahwa
setiap manusia memiliki hak untuk hidup dan hak untuk mengakhiri hidupnya
dengan segera dan hal ini dilakukan dengan alasan yang cukup mendukung yaitu
alasan kemanusian. Dengan keadaan dirinya yang tidak lagi memungkinkan untuk
sembuh atau bahkan hidup, maka ia dapat melakukan permohonan untuk segera
beralasan bahwa setiap manusia tidak memiliki hak untuk mengakhiri hidupnya,
karena masalah hidup dan mati adalah kekuasaan mutlak Tuhan yang tidak bisa
pandang yang dipakai sangatlah bertolak belakang, dan lagi-lagi alasan perdebatan
dasarnya tindakan euthanasia termasuk dalam perbuatan tindak pidana yang diatur
dalam pasal 344 Kitab Undang- undang Hukum Pidana (KUHP). Di Negara-negara
yang diakui legalitasnya, hal ini juga dilakukan oleh Negara Jepang. Tentunya
2
Ada tiga petunjuk yang dapat digunakan untuk menentukan syarat prasarana luar
biasa. Pertama, dari segi medis ada kepastian bahwa penyakit sudah tidak dapat
disembuhkan lagi. Kedua, harga obat dan biaya tindakan medis sudah terlalu mahal.
Ketiga, dibutuhkan usaha ekstra untuk mendapatkan obat atau tindakan medis
tersebut. Dalam kasus-kasus seperti inilah orang sudah tidak diwajibkan lagi untuk
kondisi tertentu pasien, bisa saja pengadilan mengambil terobosan hukum baru atas
kasus yang secara medik tidak bisa lagi disembuhkan dan dokter sudah angkat
tangan. Meski dalam sejumlah kasus lain berbagai alasan seperti moral, etika,
maupun religius, ada kecenderungan euthanasia dapat saja tetap dinyatakan tabu
disamakan dengan tindakan pidana pembunuhan. Jika memang dokter sudah angkat
tangan dan memastikan secara medis penyakit tidak dapat disembuhkan serta masih
butuh biaya yang sangat besar jika masih harus dirawat, apalagi perawatan harus
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
euthanasia dapat diartikan kematian yang baik atau bahagia, atau pembunuhan
karena belas kasihan. Dalam arti aslinya (Yunani), kata ini lebih berpusat pada cara
seseorang mati yakni dengan hati yang tenang dan damai, namun bukan pada
Indonesia (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia, euthanasia dapat diartikan dalam tiga
hal yaitu: 3
obat penenang.
kematian yang lembut dan nyaman, dilakukan terutama dalam kasus penyakit yang
yang mudah atau tanpa rasa sakit. Kedua, pembunuhan dengan kemurahan hati,
4
pengakhiran kehidupan seseorang yang menderita penyakit yang tidak dapat
1. Plato
2. Gezondheidsraad ( Belanda )
jawab padanya.
3. Van Hattum
Dalam arti yang lebih sempit, euthanasia dipahami sebagai mercy killing yaitu
terhadap anak cacat, orang sakit jiwa atau orang sakit tak tersembuhkan. Tindakan
itu dilakukan agar janganlah hidup yang dianggap tidak bahagia itu diperpanjang
dan menjadi beban bagi keluarga serta masyarakat. Akhir-akhir ini banyak
terdengar sebutan lain lagi seperti assisted suicide atau bunuh diri yang dibantu oleh
5
dokter. Maksudnya adalah dokter membantu pasien terminal untuk membunuh
dilakukan dengan menulis resep untuk obat yang mematikan dalam dosis besar.
sendiri, ia tidak “dibunuh” oleh dokternya. Karena alasan itu, secara psikologis,
bunuh diri dengan bantuan seperti itu barangkali tidak membebani hati nurani
profesi medis daripada euthanasia langsung, tetapi secara etis tidak ada banyak
perbedaan.4
B. Jenis-Jenis Euthanasia
I. Euthanasia aktif
intervensi aktif oleh seorang dokter dengan tujuan untuk mengakhiri hidup
manusia. Euthanasia aktif dibagi menjadi euthanasia aktif langsung dan tidak
terarah yang untuk mengakhiri hidup pasien atau memperpendek hidup pasien.
Jenis euthanasia ini dikenal juga sebagai mercy killing. Euthanasia aktif tidak
langsung adalah dimana dokter atau tenaga kesehatan melakukan tindakan medik
tidak melakukan terapi. Dokter atau tenaga kesehatan lain secara sengaja tidak
6
terapi dihentikan atau tidak dilanjutkan karena tidak ada biaya, tidak ada alat
ataupun terapi tidak berguna lagi. Pada intinya menghentikan terapi yang telah
V. Euthanasia Non-volunteer
Euthanasia yang dilakukan pada pasien yang tidak dapat membuat keputusan.4
kehidupan.
ataupun tidak langsung, dapat bekerja pada berbagai tempat dan menyebabkan
hilangnya kesadaran. Untuk kematian tanpa rasa sakit, hilangnya kesadaran harus
aktivitas motorik tidak dapat disamakan dengan hilangnya kesadaran dan tidak ada
penderitaan. Obat yang menginduksi paralisis otot tanpa hilangnya kesadaran tidak
7
diterima sebagai satu-satunya obat euthanasia, misalnya relaksan otot depolarisasi
menyebabkan yang disebut fase delirium atau eksitasi, dimana mungkin terdapat
pernapasan.5
Kerusakan fisik pada aktivitas otak disebabkan oleh gegar otak sedangkan
kerusakan langsung pada otak atau depolarisasi elektrik pada saraf menyebabkan
hilangnya kesadaran dengan cepat. Kematian terjadi karena kerusakan pusat otak
bagian tengah yang mengontrol aktivitas jantung dan pernapasan. Aktivitas otot
menyakitkan. 5
1. Obat Inhalasi
Obat yang diinhalasi harus mencapai konsentrasi tertentu pada alveolus untuk
pada ada tidaknya kesulitan saat awal inhalasi dengan saat hilangnya kesadaran.
8
untuk euthanasia. Yang patut diperhatikan adalah peningkatan konsentrasi obat
Enfluran lebih kurang larut dalam darah dibandingkan halotan, tetapi karena
tekanan uap dan potensinya yang lebih rendah, laju induksi dapat sama dengan
kejang.
Isofluran lebih kurang larut dibanding halotan dan dapat menginduksi anestesi
lebih cepat. Namun, memiliki aroma yang tajam dan menyebabkan napas agak
Sevofluran kurang larut dibandingkan dengan halotan dan tidak memiliki bau
halotan dan memiliki tekanan uap yang lebih rendah. Konsentrasi anestesi dapat
9
Desfluran saat ini merupakan anestesi inhalasi dengan kelarutan paling rendah
tetapi uapnya berbau sangat tajam yang dapat memperlambat induksi. Obat ini
Eter memiliki kelarutan yang tinggi dalam darah dan menginduksi anestesi dengan
lambat. Eter mengiritasi mata dan hidung, menyebabkan risiko yang tinggi
adalah penggunaan zat karbon dioksiada secara inhalasi. Udara dalam ruangan
mengandung 0.04% karbon dioksida (CO2). Inhalasi CO2 pada konsentrasi 7.5%
meningkatkan ambang batas rangsang nyeri, dan pada konsentrasi yang lebih
tinggi, CO2 memiliki efek anestesi yang cepat. Leake and Waters melaporkan
bahwa pada konsentrasi 30% hingga 40% CO2 dalam O2, anestesi terinduksi dalam
kesadaran semakin cepat pada konsentrasi CO2 yang lebih tinggi. Waktu untuk
hilangnya kesadaran akan lebih lama jika konsentrasi gas dinaikkan secara perlahan
sakit, karena gas asam karbonat yang dihasilkan oleh CO2 dapat merangsang saraf
10
Nitrous oksida (N2O) dapat digunakan dengan obat inhalasi lain untuk
konsentrasi 100%, tidak dapat menginduksi anestesi, dan dapat menyebabkan henti
kesadaran. Selain itu ada penelitian yang menggunakan karbon monoksida (CO)
Anestesi inhalasi dapat diberikan dengan kasa yang dibasahkan dengan jumlah
vaporizer dihubungkan dengan waktu induksi yang lebih lambat, dimana uapnya di
inhalasi hingga pernapasan berhenti dan kematian tiba. Karena hampir semua
anestesi inhalasi yang berada pada fase cair menyebabkan iritasi, maka penggunaan
vaporizer lebih disukai. Oksigen yang cukup harus tersedia selama periode induksi
cepat dan dapat diandalkan untuk euthanasia. Metode ini dapat dilakukan tanpa
menimbulkan rasa takut atau rasa tertekan. Pemberian secara intraperitoneal dan
intra kardia adalah jarang dan dilakukan pada kondisi-kondisi tertentu. Cara
a. Asam Barbiturat
Barbiturat menekan sistem saraf pusat dengan pola yang menurun, mulai
11
Dengan dosis yang berlebih, anestesi yang dalam berlanjut ke fase apneu
diberikan secara intravena. Onset kerja yang cepat dan hilangnya kesadaran
yang diinduksi oleh barbiturat menghasilan nyeri minimal atau transies yang
poten, dgn waktu kerja yang lama, stabil dalam larutan, dan murah. Natrium
pentobarbital sangat sesuai dengan kriteria ini dan paling banyak digunakan
yang lain. 5
b. Kombinasi Pentobarbital
Kombinasi ini tercantum oleh DEA sebagai obat golongan III, membuat
Dosis yang digunakan adalah tiga kali dosis anestesi yaitu sekitar 85mg/kg
12
c. Kloral hidrat
vokalisasi.5
Undang-undang yang tertulis dalam KUHP hanya melihat dari dokter sebagai
pelaku utama euthanasia, khususnya euthanasia aktif dan dianggap sebagai suatu
Dalam aspek hukum, dokter selalu pada pihak yang dipersalahkan dalam tindakan
Tidak peduli apakah tindakan tersebut atas permintaan pasien itu sendiri atau
keluarganya dan untuk mengurangi penderitaan pasien dalam keadaan sekarat atau
rasa sakit yang sangat hebat yang belum diketahui pengobatannya. Di lain pihak,
hakim dapat menjatuhkan pidana mati bagi seseorang yang masih segar bugar yang
tentunya masih ingin hidup dan bukan menghendaki kematiannya seperti pasien
yang sangat menderita tersebut, tanpa dijerat oleh pasal-pasal dalam undang-
undang yang terdapat dalam KUHP pidana. Beberapa pasal KUHP yang berkaitan
dengan euthanasia antara lain 338, 340, 344, 345, 359. Hubungan hukum dokter-
pasien juga dapat ditinjau dari sudut perdata, antara lain pasal 1313, 1314, 1315,
dan 1319 KUH Perdata. Secara formal, tindakan euthanasia di Indonesia belum
13
memiliki dasar hukum sehingga selalu terbuka kemungkinan terjadinya penuntutan
Aspek hak asasi manusia selalu dikaitkan dengan hak hidup damai dan
sebagainya. Tapi tidak tercantum dengan jelas adanya hak seseorang untuk mati.
Mati justru dihubungkan dengan pelanggaran hak asasi manusia. Hal ini terbukti
dari aspek hukum euthanasia yang cenderung menyalahkan tenaga medis dalam
euthanasia. Sebetulnya, dengan dianutnya hak untuk hidup layak dan sebagainya,
secara tidak langsung seharusnya tersirat adanya hak untuk mati, apabila dipakai
untuk menghindarkan diri dari segala ketidaknyamanan atau lebih tegas lagi dari
3. Euthanasia, adalah kematian yang terjadi dengan pertolongan atau tidak dengan
pertolongan dokter,
pasien. Apabila secara ilmu kedokteran hampir tidak ada kemungkinan untuk
boleh mengajukan haknya untuk tidak diperpanjang lagi hidupnya. Segala upaya
yang dilakukan akan sia-sia bahkan sebaliknya dapat dituduh sebagai suatu
14
kebohongan karena di samping tidak membawa kepada kesembuhan, keluarga yang
C. Pandangan Agama
Kelahiran dan kematian adalah hak dari Tuhan sehingga tidak ada seorangpun
euthanasia, apapun alasannya. Dokter bisa dikategorikan melakukan dosa besar dan
keadaan sekarat, dapat dikategorikan sebagai putus asa, dan putus asa tidak
berkenan dihadapan Tuhan. Tapi putusan hakim dalam pidana mati pada seseorang
yang segar bugar, dan tentunya sangat tidak ingin mati, dan tidak dalam
1. Agama Islam 7
Dalam hal masalah euthanasia ini, para tokoh Islam Indonesia sangat
dilakukan apalagi terhadap penderita penyakit menular apalagi kalau tidak bisa
ushul fiqh: Al-Irtifaqu Akhaffu Dlarurain, melakukan yang teringan dari dua
mudlarat. Jadi katanya, langkah ini boleh dipilih karena ia merupakan pilihan
dari dua hal yang buruk. Pertama, penderita mengalami penderitaan. Kedua,
15
jika menular membahayakan sekali. Artinya dia menjadi penyebab orang lain
menderita karena tertular penyakitnya, dan itu dosa besar. Dan beliau bukan
dari sudut pandang agama, undang-undang, maupun etik kedokteran. Dan lebih
lanjut beliau menjelaskan bahwa persoalan hidup mati sepenuhnya hak Allah
Para ulama telah sepakat bahwa apapun alasannya, apabila tindakan itu berupa
euthanasia aktif, yang berarti suatu tindakan mengakhiri hidup manusia pada
dari kalangan kedokteran, ahli hukum pidana, maupun para ulama sepakat
lebih melihat pada alasan dan perdebatan klasik. Mereka percaya bahwa yang
berhak menentukan kematian itu hanyalah Allah SWT. Tugas manusia hanya
praktek euthanasia ini lebih melihat pada sisi maslahat dan keadaan yang
16
damai (mercy killing). Tanpa tindakan ini, para dokter dan kerabat keluarga
dalam menghadapi setiap musibah. Sebab seorang mu’min dicipta justru untuk
berjuang, bukanlah untuk tinggal diam, dan untuk berperang bukan untuk lari.
Iman dan budinya tidak mengizinkan dia lari dari arena kehidupan. Sebab
setiap mukmin mempunyai kekayaan yang tidak bisa habis, yaitu senjata iman
dan kekayaan budi. Tidak sedikit anjuran bagi para penderita untuk bersabar
dan menjadikan penderitaan sebagai sarana pendekatan diri kepada Yang Maha
Kuasa. Agar supaya meringankan derita sakit seorang muslim diberi pelipur
lara oleh Nabi Saw. Dengan sabdanya, Jika seseorang dicintai Tuhan maka ia
akan dihadapkan kepada cobaan yang beragam. Lain halnya dengan mereka
yang tidak mendapatkan alternative lain dalam mengatasi penderitaan dan rasa
putus asa, Islam memberi jalan keluar dengan menjanjikan kasih sayang dan
rahmat Tuhan, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Az-Zumar ayat 53:
Pada agama Katolik Roma tidak mendukung tindakan bunuh diri sama halnya
dengan Hindu yang turut melarang tindakan bunuh diri. Menurut kepercayaan
17
agama Hindu, jika seseorang melakukan bunuh diri, dia tidak akan pergi ke
neraka ataupun surga. Tetapi akan tetap dibumi sebagai roh jahat dan
mengembara tanpa tujuan. Satu pengecualian dalam bunuh diri agama Hindu
tidak dihubungkan dengan bunuh diri karena dianggap alami, tidak merugikan,
3. Agama Budha
merupakan salah satu moral dalam ajaran Budha. Berdasarkan ada hal tersebut
diatas, maka nampak jelas bahwa euthanasia adalah sesuatu perbuatan yang
tidak dapat dibenarkan dalam ajaran agama Budha. Selain daripada hal
terhadap perintah utama ajaran Budha yang dengan demikian dapat menjadi
Sejauh ini, euthanasia diperkenankan yaitu di negara Belanda dan Belgia serta
ditoleransi dinegara bagian Oeragon di Amerika dan Swiss dan ada yang
A. Indonesia 1,2,8,9
18
Secara yuridis formal dalam hukum pidana di Indonesia, hanya dikenal satu
bentuk euthanasia, yaitu euthanasia yang dilakukan atas permintaan pasien atau
dalam pasal 344 KUHP. Pasal 344 KUHP secara tegas menyatakan:”Barang siapa
merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang secara jelas
dinyatakan dengan kesungguhan hati diancam dengan pidana penjara paling lama
pengakhiran hidup seseorang sekalipun atas permintaan orang itu sendiri. Perbuatan
tersebut tetap didiskualifikasi sebagai tindak pidana, yaitu sebagai perbuatan yang
diancam dengan pidana bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. Di dalam
Indonesia) Bab III tentang bentuk pelanggaran disiplin kedokteran, nomor 12 yang
kedokteran.
19
manusia, karena selain bertentangan dengan sumpah kedokteran dan atau etika
kedokteran dan atau tujuan profesi kedokteran, juga bertentangan dengan aturan
hukum pidana. Pada kondisi sakit mencapai keadaan terminal, dimana segala upaya
kedokteran kepada pasien merupakan kesia-siaan (futile) menurut State of the Art
(SOTA) ilmu kedokteran, maka dengan persetujuan pasien dan atau keluarga
perawatan yang layak (ordinary care). Dalam keadaan tersebut, dokter dianjurkan
untuk berkonsultasi dengan sejawatnya atau komite etik rumah sakit bersangkutan.
pada bulan September 1948. Didalam deklarasasi ini, terdapat beberapa hal,khusus
untuk Indonesia, pernyataan semacam ini secara tegas telah dicantumkan dalam
kode etik Kedokteran Indonesia, yang mulai berlaku sejak tanggal 29 Oktober 1968
kode etik kedokteran Indonesia, tertanggal 23 Oktober 1969. Kode etik kedokteran
Agustus 1969 No. 55/WSKN/1969. Dalam bab II pasal 9 dari Kode Etik
dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia, tertanggal 19 April 2002, pasal 7d yang
20
Karena naluri terkuat dari manusia adalah mempertahankan hidupnya dan ini
juga termasuk salah satu tugas seorang dokter, maka menurut Kode Etik
1. Menggugurkan kandungan
terjadinyapembuahan, sesuai yang diatur didalam lafal sumpah dokter. Dalam hal
ini berarti pula bahwa bagaimanapun gawatnya sakit seorang pasien, setiap dokter
tetap harus melindungi dan mempertahankan pasien itu walaupun sebenarnya sudah
tidak dapat disembuhkan lagi atau sudah dalam keadaan sekarat berbulan-bulan
lamanya. Oleh sebab itu, para dokter di Indonesia yang terhimpun dalam Ikatan
Dokter Indonesia (IDI), menganut paham bahwa hidup dan mati bukan merupakan
hak dari manusia, melainkan hak dari Tuhan Yang Maha Esa (TYME) dan
B. Malaysia 10
Islam Malaysia Kali Ke-97 yang telah dilaksanakan pada tanggal 15-17 Desember
21
2011 telah membahas mengenai Hukum Eutanasia atau Mercy killing,. sehingga
dengan menggunakan apa-apa cara adalah haram dan dilarang oleh Islam.
killing adalah haram menurut Islam kerana ia menyamai perbuatan membunuh dan
jantung dan/atau otak pasien telah berhenti berfungsi secara hakiki dan pasien
disahkan tidak ada lagi harapan untuk hidup dan hanya bergantung kepada alat
bantuan pernafasan tersebut adalah dibenarkan oleh Islam kerana pasien telah
disahkan mati dan tidak diperlukan lagi perawatan. Begitu juga dalam kasus dimana
dokter ahli telah menyatakan bahawa pasien tiada harapan untuk sembuh, maka
perawatan supportive adalah dibenarkan oleh Islam kerana keadaan seperti ini tidak
C. Belanda 11,12,13
2002 yang menjadikan Belanda sebagai tempat pertama di dunia yang melegalisasi
22
bahwa dalam Kitab Hukum Pidana Belanda secara formal, euthanasia dan bunuh
The Slippery Slope of Dutch Euthanasia dalam majalah Human Life International
Special Report Nomor 67, November 1998, halaman 3, melaporkan bahwa sejak
tidak akan dituntut di pengadilan asalkan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan.
Prosedur tersebut adalah melakukan konsultasi dengan rekan sejawat (tidak harus
Sejak akhir tahun 1993, Belanda secara hukum mengatur kewajiban para dokter
untuk melaporkan semua kasus euthanasia dan bunuh diri. Instansi kehakiman akan
menilai betul tidaknya prosedur tersebut. Pada tahun 2002, sebuah konferensi yang
dokter yang melakukan eutanasia pada suatu kasus tertentu tidak akan dihukum.
D. Australia
dengan UU yang mengizinkan euthanasia dan bunuh diri, meski reputasi ini tidak
bertahan lama. Pada tahun 1995, Northen Territory menerima UU yang disebut
“Right of the terminally ill bill” (UU tentang hak pasien terminal). Undang-undang
baru ini beberapa kali di praktikkan, tapi bulan Maret 1997 dihapus oleh keputusan
23
b. Hak untuk permintaan keputusan dibuat dengan melibatkan pihak-pihak yang
terkait
pembuatan keputusan
e. Perawatan yang cukup untuk pasien mencakup pemeriksaan fisik dan psikiatri
h. Memastikan bahwa dari pihak keluarga tidak menolak dan tidak mengadu
a. Etis / moral
Konsep ideal ini ditetapkan dalam aturan No.6 pada “Australian Council of
the Ageing’s” mengenai hak orang tua. Setiap individu mempunyai hak untuk
mereka. Hak untuk mati dan hak untuk mati dengan tenang menjelaskan bahwa
setiap pasien mempunyai hak absolut untuk menentukan apakah akan hidup
atau mati, yang merupakan hak moral bagi si pasien. Jika pasien memutuskan
24
Disini, ia berpendapat bahwa setiap orang memiliki hak untuk memutuskan
apakah kualitas hidup atau kesucian hidup yang paling penting bagi mereka.
Ketika seseorang menderita sakit parah atau ketika hidupnya tergantung pada
bahaya hukum.6
Salah satu argumen yang mendukung eutanasia menjadi suatu pilihan bagi
misalnya penderita penyakit yang sangat parah yang tidak bisa disembuhkan
menyangkut penderitaan orang tua atau orang yang merawat penderita yang
mereka baik secara emosional maupun fisik sehingga prospek lega ialah hanya
25
sementara tanpa peningkatan kualtitas hidup atau prospek pemulihan.Ini sering
keputusan untuk bunuh diri secara rahasia. Oleh karena secara fisik mereka
setidaknya satu dari pasien mereka yang menderita penyakit parah telah
b. Hukum
dalam mengakhiri hidup orang lain dapat dituntut melakukan tindakan pidana
berat dan dapat dihukum. Pembuhunan akibat permintaan dari penderita dan
hal itu dilakukan dengan motif empati, belum tentu akan mengubah situasi
hukum. Jika euthanasia diakui sebagai pilihan, maka orang yang membantu
memiliki pembelaan.6
26
meminta dan memenuhi permintaan euthanasia, konseling terhadap penderita
c. Opini masyarakat
diyakini bahwa legislasi harus menunjukkan respon terhadap opini publik, maka
hal ini akan menberikan argumen yang mendukung suatu perubahan legislasi. 6
a. Etika / moral
kerugian bagi otonomi seseorang. Seseorang bisa saja ditekan dengan cara
27
atau penjaganya sehingga ia meminta untuk diakhiri hidupnya. Euthanasia
oleh kondisi depresi, nyeri atau disforia yang tidak terkendali dan kondisi-
keputusan yang kompeten setelah mendapat informasi yang baik mungkin sulit
dipastikan.6
Hal ini berlaku jika orang lain diberi kuasa untuk membuat keputusan bagi
besar untuk seseorang yang sakit berat, akan sangat mudah baginya untuk
keinginan penderita.6
b. Hukum
28
euthanasia.Berdasarkan survey praktek kedokteran di Belanda sebelum tahun
hal ini ada dan tidak tergantung pada pengakuan masyarakat maupun hukum
terhadap euthanasia.6
c. Teknis
Suatu metode euthanasia yang sudah diterima luas mungkin saja gagal
Diagnosis adalah keahlian, seni dan ilmu yang tidak sempurna sehingga
pada suatu waktu (di suatu negara) mungkin dapat diobati di waktu yang akan
datang atau di tempat lain. Oleh karena itu, penerimaan akan euthanasia
29
Adanya euthanasia mungkin akan mengurangi usaha untuk menyediakan
kontrol nyeri dan perawat paliatif sudah sedemikian maju sehingga seseorang
yang menderita penyakit terminal tidak usah lagi mengalami penderitaan dan
d. Spiritual
hanya suci, tetapi pencabutan nyawa akan menimbulkan dosa. Beberapa orang
dihukum oleh kekuasaan ilahi. Kepercayaan seperti ini tidak bisa menerima
30
sehingga euthanasia pasif dapat diterima oleh orang yang menolak euthanasia
aktif.6
percaya bahwa kehidupan yang bahagia setelah kematian tergantung pada nilai
kehidupan saat ini. Jika nilai kehidupan sekarang ini tidak dicemari oleh
maupun dibantu orang lain untuk mati akan menghilangkan kesempatan orang
‘preseden”. Mann (1995) berpendapat bahwa jika tabu dan larangan tradisional
sudah dapat dihilangkan, maka masyarakat mungkin akan tertarik untuk menerima
pilihan legal menyatakan: jika hukum akan diubah, keseimbangan pendapat akan
berubah sehingga apa yang dianggap sebagai perluasan hak bagi beberapa orang
kewajiban bagi orang lain. Jika euthanasia diajadikan pilihan legal, maka hal ini
sebagai beban bagi orang lain, sehingga menyerah dan tidak melindungi
31
kepentingan pribadinya. Helme mengungkapkan kemungkinan seorang pasien
argumen ini dengan menunjukkan bahwa pasien lain mungkin akan memasuki
kondisi penyakit terminalnya dengan tenang karena dia mengetahui bahwa ada
pilihan untuk meminta euthanasia walaupun mereka mungkin tidak akan pernah
Ket:
32
B: Mewakili perawatan profesional utama/penasehat (dokter, perawat, pasien)
E. Belgia 12
euthanasia ini sehingga timbul suatu kesan adanya upaya untuk menciptakan
Senator Philippe Mahoux, dari partai sosialis yang merupakan salah satu
yang menderita secara jasmani dan psikologis adalah orang yang memiliki hak
bahwa di Belgia, euthanasia terjadi pada 0,3 % dari semua kematian di Belgia.
F. Amerika Serikat
hidupnya adalah negara bagian Oregon, yang pada tahun 1997 melegalisasikan
kematian yang pantas (Oregon Death with Dignity Act). Tetapi undang-undang ini
33
hanya menyangkut bunuh diri berbantuan, bukan eutanasia. Syarat-syarat yang
diwajibkan cukup ketat, dimana pasien terminal berusia 18 tahun ke atas dan hanya
boleh meminta bantuan untuk mengakhiri hidupnya jika mereka diperkirakan akan
meninggal dalam waktu enam bulan dan keinginan ini harus diajukan sampai tiga
kali, dimana dua kali secara lisan (dengan tenggang waktu 15 hari diantaranya) dan
sekali secara tertulis (dihadiri dua saksi dimana salah satu saksi tidak boleh
Hukum juga mengatur secara tegas bahwa keputusan pasien untuk mengakhiri
tuanya.15,16,17
G. Inggris
hingga saat ini euthanasia masih merupakan suatu tindakan melawan hukum di
34
kebajikan resmi dari Asosiasi Kedokteran Inggris (British Medical Association –
Masalah yang cukup sulit juga dihadapi saat menangani pasien-pasien yang
menyediakan kebutuhan dasar pasien. Hal ini biasanya berarti bahwa penyediaan
perawatan dasar termasuk pemberian makanan dan air secara hukum wajib
Pada kasus-kasus pasien yang tidak dapat menelan, keperluan ini tidak begitu
sulit, karena pasien seperti ini memang harus diberikan makanan dan minuman
walaupun tindakan pengobatan lain sudah tidak diberikan. Begitu juga pada pasien
yang berada dalam kondisi vegetatif persisten dan tidak sadar, ia membutuhkan
pemberian nutrisi dan air melalui selang sehingga secara keseluruhan ia sangat
Secara klinis, orang seperti ini tidak dapat didiagnosis mati batang otak karena
setidaknya dalam hal hukum sipil. Dalam kasus ‘Airedale National Health Service
muda yang menderita trauma kapitis berat dalam posisi seseorang yang telah
memasuki kondisi vegetative persisten. Dokter dan keluarga dari pasien tersebut
35
kondisi seperti ini rumah sakit meminta izin peradilan untuk melepaskan NGT
Hasil putusan baik pada ‘court of appeal stage’ maupun pada ‘house of lords’
suatu masalah yang penuh dengan emosi dan telah mendapat banyak persetujuan
feeding lebih dipandang sebagai tindakan medis daripada sebagai kewajiban. Oleh
H. Jepang
Jepang tidak memiliki suatu aturan hukum yang mengatur tentang euthanasia.
Demikian pula pengadilan tinggi Jepang (Supreme court of Japan) tidak pernah
mengatur mengenai euthanasia tersebut. Ada dua kasus euthanasia yang pernah
terjadi di Jepang yaitu di Nagoya pada tahun 1962 yang dapat dikategorikan sebagai
kerangka hukum dan suatu alasan pembenar dimana euthanasia secara aktif dan
pasiennya. Oleh karena keputusan pegadilan ini masih diajukan ke tingkat federal,
36
maka keputusan tersebut belum mepunyai kekuatan hukum sebagai sebuah
yurisprudensi, namun meskipun demikian saat ini Jepang memiliki suatu kerangkan
Misalnya, pada pasien dengan kasus kanker stadium lanjut.Biasanya dokter lebih
memilih merahasiankan keadaan pasien, karena tidak ingin membuat pasien merasa
pasien untuk bertanya kepada dokter adalah kecil. Karena, para dokter percaya
dilakukan oleh para ahli di Tokyo, 95% dari para dokter tidak pernah membicarakan
Asai Eukuharai, melaporkan 77% dari dokter di Jepang percaya bahwa para
diagnosis yang samar dan yang lebih mudah diterima, sedangkan diagnosis yang
dan keluarga akan berhasil memberikan dorongan kepada pasien untuk percaya
bahwa mereka bisa sembuh dan bisa tetap menjaga interaksi dan komunikasi yang
37
baik dengan keluarga dan dokter. Inti dari inform concentadalah semua tidakan
medis yang berkaitan dengan pasien harus didiskusikan dengan pasien dan sesuai
inform consent jika pasien tersebut sudah mengetahui keadaan penyakitnya yang
sudah fase terminal. Keinginan sebenarnya dari pesien menjadi sulit, karena factor
yang lancar dan dua arah dengan dokter untuk menghasilkan hubungan yang
orang yang dekat dengan pasien (misalnya, anggota keluarga atau teman-teman)
atau oleh profesional medis.Pasien tidak terlalu aktif dalam membuat keputusan.
Terlepas dari pasien jiwa, umumnya orang orang terdekat akanmerasa simpati,
dramatis antara Jepang dan Negara Negara barat dalam hal partisipasi pasien dalam
mengambil keputusan.18
bagaimana cara kematiannya. Terdapat pula suatu asosiasi Jepang yang didirikan
pada tahun 1970 sebagai asosiasi euthanasia di Negara Jepang dan telah mencapai
38
I. India
larangan terhadap dokter secara tegas dinyatakan dalam bab pertama pasal 300 dari
Kitab Undang undang Hukum Pidana India (Indian penal code-IPC) tahun 1860.
tidak sukarela (atas keinginan orang lain) ataupun euthanasia diluar kemampuan
pasien akan dikenakan hukum berdasarkan pasal 92 Undang Undang hukum pidana
India.15
J. Korea
Belum ada suatu hukum yang tegas yang mengatur tentang euthanasia di
Korea, namun telah ada sebuah preseden hukum (yurisprudensi) di Korea yang
dikenal dengan “kasus rumah sakit Boramae”. Dimana dua orang dokter yang
menyerahkan berkas perkara tersebut kepada jaksa penuntut dengan diberi catatan
bahwa dokter tersebut seharusnya dinyatakan tidak bersalah. Namun kasus ini tidak
menunjukkan relevansi yang nyata dengan mercy killing, dalam arti kata euthanasia
aktif. Pada akhirnya pengadilan memutuskan bahwa “Pada kasus tertentu dari
39
penghentianpenanganan medis (hospital treatment) termasuk tindakan euthanasia
Kode Etik Kedokteran Indonesia menggunakan euthanasia dalam tiga arti, yaitu:
c. Mengakhiri penderitaan dan hidup seorang yang sakit dengan sengaja atas
pasien.
Profesi tenaga medis sudah sejak lama menentang euthanasia sebab profesi
medis adalah untuk merawat kehidupan dan bukan untuk merusak kehidupan.
40
dokter di dunia, termasuk di Indonesia.Mungkin saja sumpah ini bukan Hiprokrates
dokter kepada pasien, disebutkan bahwa seorang dokter harus senantiasa mengingat
akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani. Ini berarti bahwa menurut kode
etik kedokteran, dokter tidak diperbolehkan mengakhiri hidup seorang yang sakit
meskipun menurut pengetahuan dan pengalaman tidak akan sembuh lagi. Tetapi
apaabila pasien sudah dipastikan mengalami kematian batang otak atau kehilangan
fungsi otaknya sama sekali, maka pasien tersebut secara keseluruhan telah mati
selain itu harus pula dipertimbangkan keinginan pasien, keluarga pasien, dan
kualitas hidup terbaik yang diharapkan.Dengan demikian, dasar etik moral untuk
dan bukan mengakhiri hidup pasien.Sampai saat ini, belum ada aturan hukum di
radikal dengan hakikat itu.Namun, beberapa ahli hukum juga berpendapat bahwa
tindakan melakukan perawatan medis yang tidak ada gunanya secara yuridis dapat
41
dianggap sebagai penganiayaan.Ini berkaitan dengan batas ilmu kedokteran yang
dikuasai oleh seorang dokter.Tindakan diluar batas ilmu kedokteran tersebut dapat
medis.Apabila suatu tindakan dapat dinilai tidak ada gunanya lagi, dokter tidak lagi
otonomi dan kebebasan manusia dimana manusia ingin menguasai dirinya sendiri
secara penuh sehingga dapat menentukan sendiri kapan dan bagaimana ia akan mati
(hak untuk mati). Perdebatan mengenai euthanasia dapat diringkas sebagai berikut:
kontrol secara penuh atas hidup dan matinya sehingga seharusnya ia mempunyai
seperti itu dapat dibenarkan? Banyak pakar etik menolak euthanasia dan assisted
mengizinkan pengecualian atas larangan membunuh, sebentar lagi cara ini bisa
dipakai juga terhadap orang cacat, orang berusia lanjut, atau orang lain yang
dianggap tidak beguna lagi. Ada suatu prinsip etika yang sangat mendasar yaitu kita
mempunyai nilai absolut dan karena itu dimana mana harus dihormati.6
42
Setiap orang memiliki martabat (nilai) sendiri sendiri yang ada secara intrinsik
(ada bersama dengan adanya manusia dan berakhir bersama dengan berakhirnya
manusia). Keberadaan martabat manusia ini terlepas dari pengakuan orang, artinya
ia ada, entah diakui atau tidak oleh orang lain. Masing-masing orang harus
orang memiliki tujuan hidupnya sendiri. Karena itu, manusia tidak pernah boleh
dipakai hanya sebagai alat atau instrument untuk mencapai suatu tujuan tertentu
oleh orang lain. Meski demikian, tidak sedikit juga yang mendukung euthanasia.
Argumentasi yang banyak dipakai adalah hak pasien terminal yaituthe right to die.6
Menurut mereka, jika pasien sudah sampai akhir hidupnya, ia berhak meminta
agar penderitaannya segera diakhiri. Euthanasia atau bunuh diri dengan bantuan
43
BAB III
KESIMPULAN
Pada seorang pasien, hal yang sangat dibutuhkan selain perawatan adalah
pendampingan.Baik bagi pasien maupun bagi pihak keluarga, perhatian dan kasih
sayang sangat diperlukan karena bukan hanya kebutuhan fisik, tetapi lebih pada
kebutuhan psikis dan emosional sehingga baik secara lansung maupun tidak
pribadinya dan kemudian siap menerima kematian dari Tuhan Yang Maha Esa.
Bagaimanapun pasien adalah manusia yang masih hidup, maka perlakuan yang
mengingat berbagai hal yang ada. Pertama, munculnya tindakan medis euthanasia
44
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta 2006.
4. Darji, JA, Dr. et all. Euthanasia: Most Controversial and debatable topic.
fatwa.gov.my/fatwa-kebangsaan/hukum-eutanasia-atau-mercy-killing.
Malaysia. 2014
45
11. Naudts, K. Dkk. Euthanasia: The Rule of The Psychiatrist. In: The British
12. Cohen, R,A. Belgian Euthanasia law : a critical analysis. Medical Ethis.
2009. P.436-439.
14. Voluntary Euthanasia and New Zealand. Parlementary Library 2003. p.15.
15. Bansal, R.K. et all. Death wish. In: Medicolegal notes, JK Science. 2005.
P.169-171.
17. Smith, Alexander McCall. Euthanasia: the law in the United Kingdom.
19. Shin, Dong Cun. Perspective on Death: Korea’s first court decision
supporting death will dignity, it’s meaning and future prospect. In:
46