NAMA :M
RIFQI HABIBULLAH
KELAS
: XII A KEPERAWATAN
NO ABSEN
: 27
1.DEKONGESTAN
Dekongestan adalah obat yang bisa digunakan untuk meredakan kongesti
nasal atau hidung tersumbat yang umumnya disebabkan oleh:
Flu
Pilek
Sinusitis
Alergi
Cara menggunakan dekongestan tergantung dari produknya. Ada yang
dihirup dan ada juga yang diminum. Dekongestan hirup adalah yang paling
umum digunakan.
Dekongestan bekerja dengan cara meredakan pembengkakan pembuluh
darah di dalam hidung yang disebabkan oleh kondisi-kondisi yang
disebutkan di atas sehingga saluran napas menjadi terbuka dan napas
menjadi lega.
Contoh-contoh dekongestan yang beredar di Indonesia adalah
oxymetazoline, pseudoephedrine, ephedrine, ipratropium bromide,
dan phenylephrine.
Tentang Dekongestan
Golongan Dekongestan
Kategori Obat resep
Manfaat Meredakan hidung tersumbat
Digunakan oleh Dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun
Oxymetazoline untuk ibu Kategori C: Studi pada binatang percobaan
hamil dan menyusui memperlihatkan adanya efek samping
terhadap janin, namun belum ada studi
terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya
boleh digunakan jika besarnya manfaat yang
diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap
janin.
Tidak diketahui apakah oxymetazoline dapat
terserap ke dalam ASI. Bila Anda sedang
menyusui, jangan menggunakan obat ini
tanpa memberi tahu dokter.
Bentuk Obat semprot hidung dan tetes hidung
Kategori
Batuk dan Flu
Deskripsi
AFRIN 0.05% NASAL SPRAY mengandung zat aktif Oxymetazoline. Obat
ini digunakan untuk meringankan hidung tersumbat dan nasofaring akibat
flu, sinusitis, hayfever atau alergi saluran pernapasan bagian atas. Jangan
digunakan selama lebih dari 3 hari berturut-turut.
Indikasi Umum
Hidung tersumbat, pengobatan dan pencegahan infeksi telinga bagian
tengah, pemeriksaan intranasal sebelum operasi
Komposisi
Oxymetazoline HCl 0.05%
Dosis
Dewasa dan anak > 6 tahun : 2 x sehari 2-3 semprot/spray pada setiap
lubang hidung
Aturan Pakai
Disemprotkan kedalam lubang hidung
Kontra Indikasi
Hipersensitif, hipertiroidisme, hipertensi, penyakit jantung, anak <6 tahun
Perhatian
Penderita dalam terapi dengan MAOI, penggunaan jangka panjang,
penyakit jantung, DM
Efek Samping
Rasa terbakar pada hidung/tenggorokan, iritasi lokal, mual, sakit kepala,
mukosa hidung kering. Kongesti nasal (penggunaan jangka lama). Apnu
dan kolaps tiba-tiba pada bayi
Segmentasi
Blue
Kemasan
Dus, Botol @ 15 ml
Manufaktur
Bayer Indonesia
No. Registrasi
BPOM: DTL1502009056A1
B. Ephedrine HCl
Deskripsi
Ephedrine HCl adalah obat generik produksi Kimia Farma yang digunakan
untuk mengatasi gejala flu seperti pilek dan hidung tersumbat, alergi,
pembengkakan pada saluran napas serta ISPA.
Ephedrine HCl memiliki mekanisme kerja sebagai berikut :
• Ephedrin HCl adalah zat aktif golongan simpatomimetik yang memiliki
aktivitas sebagai nasal dekongestan, stimulant, dan wakefulness
promoting agent. Senyawa ini bekerja dengan mengecilkan pembuluh
darah untuk mengurangi pembengkakan dan penyumbatan.
Indikasi / Manfaat / Kegunaan :
1. Alergi
2.Gejala flu (pilek dan hidung tersumbat)
3. Pembengkakan saluran napas
4. Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA)
Sub Kategori
Dekongestan Nasal dan Preparat Nasal Lain
Tag
dekongestan , pilek , asma , alergi , ISPA
Komposisi
Ephedrine HCl 25 mg
Dosis
1-2 tablet (25-50 mg) setiap 3 atau 4 jam sehari.
Penyajian
sebelum/sesudah makan
Cara Penyimpanan
Simpan di tempat sejuk dan kering, terhindar dari sinar matahari langsung
Perhatian
Hipersensitif terhadap komponen obat.
Riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung, tiroid, diabetes.
Kesulitan buang air kecil karena karena pembesaran kelenjar prostat.
Penggunaan bersama dengan obat asma.
Efek Samping
Pusing, sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan, insomnia, rasa
cemas dan gelisah.
Kemasan
1 Botol isi 250 Tablet
Nama Standar MIMS
EPHEDRINE HCL KF 25MG TAB 250S
Pabrik
Kimia Farma
Golongan Obat
Obat keras
Keterangan
Terakhir diperbarui pada 26 September 2021
C. NASAL DECONGESTANT PE
2. ANESTESI
Dalam dunia kedokteran, rasa sakit saat menjalani operasi atau prosedur
kesehatan lainnya dapat dihilangkan dengan pemberian anestesi.
Anestesi sendiri berarti hilangnya rasa atau sensasi di tubuh, dan
jenisnya ada bermacam-macam.
Cara kerja anestesi adalah dengan menghentikan atau memblokir sinyal
saraf dari pusat rasa sakit yang akan dirasakan pasien selama operasi
atau ketika menjalani prosedur medis tertentu. Anestesi dapat diberikan
dalam berbagai bentuk, seperti salep, semprotan, suntikan, atau gas
yang harus dihirup oleh pasien.
Tiga Macam Anestesi
Anestesi dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu anestesi lokal, regional,
dan umum. Setiap jenis anestesi memiliki cara kerja dan tujuan yang
berbeda-beda, berikut adalah penjelasannya:
1. Anestesi lokal
Anestesi lokal dilakukan dengan memblokir sensasi atau rasa sakit pada
area tubuh yang akan dioperasi. Jenis anestesi ini tidak memengaruhi
kesadaran, sehingga pasien akan tetap sadar selama menjalani operasi
atau prosedur medis.
Anestesi lokal dapat digunakan untuk operasi minor atau kecil, seperti
perawatan gigi, operasi mata, prosedur pengangkatan tahi lalat,
dan biopsi pada kulit. Anestesi jenis ini dapat diberikan dengan cara
disuntik, disemprot, atau dioleskan ke kulit maupun selaput lendir yang
akan dioperasi.
A. Lidocain Injeksi
Anestesi epidural
o Dewasa: 2-3 mL diberikan untuk setiap dermatome untuk
dibius.
o Dosis yang disarankan adalah: Lumbar epidural 250-300 mg
(1%)
o Untuk analgesia dan 225-300 mg (1.5%) atau 200-300 mg
(2% ) untuk anestesi.
o Untuk epidural toraks: 200-300 mg (1%).
o Untuk analgesia caudal obstetrik, 200-300 mg (1% )
o Untuk anestesi ekor bedah: 225-300 mg (1,5% soln).
o Untuk anestesi epidural atau caudal kontinu, jangan ulangi
dosis maksimal lebih dari 1.5 jam.
Intramuskular
Dewasa: 300 mg disuntikkan ke otot, ulangi setelah 60-90 menit jika
perlu.
Intraspinal
Anestesi spinal
Dewasa: Sebagai hiperbarik, 1.5% atau 5% lidokain dalam 7.5% glukosa.
Persalinan pervaginam normal: Hingga 50 mg (5%) atau 9-15 mg (1.5%).
Operasi caesar: 75 mg (5%). Prosedur bedah lainnya: 75-100 mg.
Intravena
Kontraindikasi
Hindari penggunaan Lidocaine Injeksi pada pasien yang memiliki indikasi:
Sindrom Wolff-Parkinson-White (penyakit parkinson).
Tidak boleh digunakan pada kulit yang meradang atau terluka.
Gangguan jantung.
InteraksiObat
Berikut adalah beberapa interaksi obat yang umumnya terjadi saat
penggunaan Lidocaine Injeksi:
Dapat meningkatkan kadar serum bila diberikan bersamaan dengan
cimetidin dan propranolol.
Peningkatan risiko depresi jantung bila diberikan bersamaan dengan
golongan obat β-bloker dan antiaritmia lainnya.
Efek jantung tambahan bila diberikan bersamaan dengan fenitoin
injeksi.
Kategori Kehamilan
Keamanan kehamilan menurut FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan
Amerika Serikat) mengkategorikan Lidocaine Injeksi ke dalam kategori B
dengan penjelasan sebagai berikut:
Studi pada reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko janin, tetapi tidak
ada studi terkontrol pada wanita hamil. Atau studi reproduksi hewan telah
menunjukkan efek buruk (selain penurunan kesuburan) namun tidak
dikonfirmasi dalam studi terkontrol pada wanita hamil trimester pertama
(dan tidak ada bukti risiko pada trimester berikutnya).
Perhatian Menyusui
Lidocaine terserap kedalam ASI; data yang tersedia terbatas tentang efek
Lidocaine pada anak yang disusui belum mengungkapkan pola efek
samping yang terkait secara konsisten. Perkembangan dan manfaat
kesehatan dari menyusui harus dipertimbangkan bersama dengan
kebutuhan klinis ibu akan Lidocaine dan potensi efek samping pada bayi
yang disusui dari Lidocaine atau dari kondisi ibu yang mendasarinya.
Indikasi:
lihat pada Dosis.
Peringatan:
lihat pada lignokain hidroklorida dan keterangan di atas; depresi miokardial
mungkin lebih parah dan lebih resisten terhadap pengobatan.
Interaksi:
lihat Lampiran 1 (Bupivakain).
Kontraindikasi:
lihat pada lignokain hidroklorida dan keterangan di atas; anestesi regional
intravena (Bier's block).
Efek Samping:
lihat pada lignokain hidroklorida dan keterangan di atas.
Dosis:
diubah sesuai dengan bobot pasien, dan sifat tindak bedah- penting: lihat
pada Pemberian, di atas.
Infiltrasi lokal, 0,25% (hingga 60 mL).
Bloking syaraf periferal, 0,25% (maksimum 60 mL), 0,375% (maksimum 40
mL) 0,5% (maksimum 30 mL).
Blokade epidural
Pembedahan, lumbal, 0,5-0,75% (maksimum 20 mL dengan salah satu
dari dua cara di atas), kaudal, 0,5% (maksimum 30 mL).
Persalinan, lumbal, 0,25-0,5 % (maksimum 12 mL dengan salah satu dari
dua cara di atas), kaudal, tapi jarang digunakan, 0,25% (maksimum 20
mL), 0,375% (maksimum 20 mL), 0,5% (maksimum 20 mL).
Catatan. Larutan 0,75% tidak boleh digunakan pada blokade epidural
dalam obstetriks.
Penting: dosis yang diizinkan tersebut di atas mungkin tidak sesuai untuk
keadaan tertentu, maka saran ahli harus dimintakan.
List Nama Dagang
Untuk informasi nama produk terkini dapat melihat cekbpom.pom.go.id(link
is external)
2. Anestesi regional
Anestesi regional dilakukan dengan memblokir rasa sakit di sebagian
anggota tubuh. Seperti halnya anestesi lokal, pasien akan tetap tersadar
selama operasi berlangsung, namun tidak dapat merasakan sebagian
anggota tubuhnya.
Pada anestesi regional, obat akan diberikan dengan cara disuntikkan di
dekat sumsum tulang belakang atau di sekitar area saraf. Suntikan ini
akan menghilangkan rasa sakit pada beberapa bagian tubuh, seperti
pinggul, perut, lengan, dan kaki.
Terdapat beberapa jenis anestesi regional, yaitu blok saraf
perifer, epidural, dan spinal. Anestesi regional yang paling sering
digunakan adalah epidural, yang umum digunakan saat persalinan.
3. Anestesi umum
Anestesi umum atau biasa disebut bius total adalah prosedur pembiusan
yang membuat pasien menjadi tidak sadar selama operasi berlangsung.
Anestesi jenis ini sering digunakan untuk operasi besar, seperti operasi
jantung terbuka, operasi otak, atau transplantasi organ.
Anestesi ini bisa diberikan melalui dua cara, yaitu melalui gas untuk
dihirup (inhalasi) dan obat yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah
(intravena).
Anestesi umum dianggap cukup aman untuk sebagian besar pasien.
Namun pada kelompok tertentu, seperti lansia, anak- anak, atau pasien
yang kondisinya sangat buruk, pemberian anestesi jenis ini harus
dilakukan dengan sangat hati-hati karena dapat menyebabkan komplikasi
yang berbahaya.
Pemilihan dan pemberian anestesi akan disesuaikan dengan kondisi
kesehatan pasien, prosedur medis yang akan dijalani, dan lamanya prosedur
yang akan dilakukan.
Beberapa Efek Samping Anestesi
Seperti juga prosedur medis lainnya, anastesi berisiko menimbulkan efek
samping, baik ringan maupun berat. Berikut ini adalah efek samping yang
bisa terjadi akibat pemberian anestesi, berdasarkan jenis anestesinya:
Efek samping anestesi lokal:
Rasa nyeri, ruam, serta pendarahan ringan di area suntikan.
Sakit kepala.
Pusing.
Kelelahan.
Mati rasa pada area yang disuntik.
Kedutan pada jaringan otot.
Penglihatan kabur.
Efek samping anestesi regional:
Sakit kepala.
Reaksi alergi.
Nyeri punggung.
Perdarahan.
Kejang.
Sulit buang air kecil.
Penurunan tekanan darah.
Infeksi tulang belakang.
Efek samping anestesi umum:
Mual dan muntah.
Mulut kering.
Sakit tenggorokan.
Suara serak.
Rasa kantuk.
Menggigil.
Timbul nyeri dan memar di area yang disuntik atau dipasangkan infus.
Kebingungan.
Sulit buang air kecil.
Kerusakan gigi.
Risiko untuk mengalami efek samping anestesi akan semakin tinggi
apabila pasien memiliki penyakit atau kondisi kesehatan tertentu,
misanya penyakit jantung atau obesitas. Usia yang terlalu muda atau
terlalu tua, kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol, serta
konsumsi obat-obatan tertentu juga akan meningkatkan risiko terjadinya
efek samping anestesi.
Untuk mencegah munculnya efek samping, dokter atau perawat akan
melakukan pemeriksaan lengkap dan memberitahukan hal-hal apa saja
yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebelum operasi berlangsung.
Misalnya, kapan harus berhenti makan dan minum, atau obat dan
suplemen apa saja yang tidak boleh dikonsumsi sebelum operasi.
Jika Anda akan melakukan operasi atau suatu tindakan medis, baik besar
maupun kecil, tanyakanlah dengan jelas kepada dokter anestesi yang
akan menangani Anda, terkait jenis dan efek samping anestesi yang
akan digunakan.
3. ANTIINFLAMASI MATA
Antiinflamasi didefinisikan sebagai obat-obat atau golongan obat yang
memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan.
Kategori
Mata
Deskripsi
CENDO XITROL adalah obat tetes mata steril yang mengandung
kombinasi Dexamethasone Neomycin sulphate dan Polymyxin B
sulphate. Neomycin Sulphate merupakan aminoglikosida yang bersifat
bakterisid untuk beberapa organisme Gram positif dan Gram negatif.
Neomycin sulphate bekerja dengan cara menghambat sintesa protein
dengan mengikat RNA ribosom dan menyebabkan bakteri salah
membaca kode genetiknya. Polymyxin Sulphate adalah bakterisid untuk
berbagai organisme Gram negatif. Dexamethasone merupakan
glukokortikoid sintetik yang memiliki aktivitas anti-inflamasi yang kuat.
Obat ini digunakan untuk mengobati penyakit mata terutama karena
radang yang disertai infeksi bakteri. Dalam penggunaan obat ini harus
SESUAI DENGAN PETUNJUK DOKTER.
Indikasi Umum
INFORMASI OBAT INI HANYA UNTUK KALANGAN MEDIS. Kondisi
inflamasi mata yang responsif terhadap steroid disertai infeksi bakteri
atau adanya infeksi mata karena bakteri
Komposisi
Per ml : Dexamethasone 1 mg, Neomycin sulphate 3.5 mg, Polymyxin B
sulphate 10000 Si.
Dosis
PENGGUNAAN OBAT INI HARUS SESUAI DENGAN PETUNJUK
DOKTER. 1-2 tetes tiap jam pada siang hari, dan tiap 2 jam pada malam
hari. jika respon baik dikurangi menjadi 1 tetes tiap 4 jam
Aturan Pakai
Teteskan pada kantung konjungtiva.
Kontra Indikasi
hipersensitif, infeksi jamur sistemik, glaukoma, simplex keratitis
Perhatian
HARUS DENGAN RESEP DOKTER. Hanya untuk pemakaian luar.
Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan glaukoma dengan
kerusakan pada syaraf mata, penglihatan kabur, pembentukan posterior
subcapsular cataract, meningkatnya bahaya infeksi sekunder, penipisan
kornea mata atau sklera, perforasi, kondisi purulent akut pada mata.
Hipersensitif terhadap komponen obat. Penggunaan obat dalam kondisi
hamil dan menyusui harus dalam pengawasan dokter.
Efek Samping
Alergi, peningkatan tekanan intraokular, pembentukan katarak
subkapsular posterior
Segmentasi
Red
Kemasan
Catch cover @ 5 Botol @ 0,6 ml
Manufaktur
Cendo Pharmaceutical
No. Registrasi
BPOM: DKL7203809746A1
CONTOH OBAT:
A. Erlamycetin Plus Eye Drops 5 ml
Kategori
Mata
Deskripsi
ERLAMYCETIN PLUS EYE DROPS adalah obat tetes mata dengan
kandungan kombinasi antibiotik Chloramphenicol dan kortikosteroid
Dexamethason. Chloramphenicol adalah antibiotika spektrum luas yang
efektif melawan bakteri-bakteri Gram positif dan Gram negatif, selain itu
juga efektif melawan spirochete, salmonella, rickettsiae dan chlamydiae.
Mekanisme kerja Chloramphenicol adalah menghambat sintesa protein
bakteri dengan cara mengganggu transfer asam amino. Dexamethason
merupakan obat kortikosteroid yang digunakan sebagai anti peradangan.
Dexamethasone sodium phospate menghambat fosfolipase A, yang
merupakan jalur pertama pada sintesis prostaglandin, selain itu juga
menghambat infiltrasi kemotaktik dari neutrofil dalam proses inflamasi.
Dalam penggunaan obat ini harus SESUAI DENGAN PETUNJUK
DOKTER.
Indikasi Umum
INFORMASI OBAT INI HANYA UNTUK KALANGAN MEDIS. Keratitis
akut maupun kronik, dan konjunctivitis akibat infeksi yang disertai
pembengkakan hebat
Komposisi
Tiap ml tetes mata mengandung Chloramphenicol base 5 mg,
Dexamethasone sodium phospate 1 mg
Dosis
PENGGUNAAN OBAT INI HARUS SESUAI DENGAN PETUNJUK
DOKTER. Teteskan 1 tetes pada mata yang sakit sehari 1-4 kali atau
menurut petunjuk dokter. Untuk infeksi akut teteskan 1 tetes setiap jam
atau sesuai petunjuk dokter.
Aturan Pakai
Teteskan pada mata yang sakit. Perlu perhatian untuk pemberian pada
bayi dan anak-anak dibawah 2 tahun.
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas terhadap salah satu bahan, galukoma, neonatus,
poriporia intermitten akut, penderita dengan riwayat osteoporosis, herpes
simplex pada mata, ulkus peptikum.
Perhatian
HARUS DENGAN RESEP DOKTER. Pemberian Chloramphenicol jangan
dilakukan lebih dari sepuluh hari. Sebaiknya jangan diberikan pada anak-
anak dibawah 2 tahun, wanita hamil dan menyusui dan pada penderita
hipertensi atau hipotensi. Pada saat pemberian obat ini sebaiknya tidak
menggunakan lensa kontak.
Efek Samping
Sesaat setelah pemberian, akan timbul sedikit rasa terbakar pada mata
dan rasa pahit pada mulut. Pada pengobatan topical dengan
kortikosteroid akan muncul efek samping dermatitis periokular,
imunosupresi, yang diikuti dengan infeksi sekunder dan distropi kornea,
yang muncul setelah penggunaan obat selama seminggu.
Segmentasi
Red
Kemasan
Botol @ 5 ml
Manufaktur
Erela
No. Registrasi
BPOM: DKL0406311646A1
Golongan: Obat Keras
Kelas Terapi: Anti Infeksi Topikal dengan Kortikosteroid / Antiseptik
Mata dengan Kortikosteroid.
Kandungan: Polymixin B sulfate 10.000IU, Neomycin sulphate 3.5mg,
Dexamethasone 1.0mg
Bentuk: Tetes Mata
Satuan Penjualan: Botol
Kemasan: Botol @ 5 mL
Farmasi: Cendo Pharmaceutical Industries.
Kegunaan Cendo Polydex Tetes Mata
Cendo Polydex digunakan untuk membantu mengobati peradangan pada
mata yang disertai dengan infeksi bakteri.
Dosis & Cara Penggunaan Cendo Polydex Tetes Mata
Cendo Polydex termasuk dalam golongan obat keras, sehingga
penggunaan obat ini harus dengan anjuran dan resep Dokter.
Dewasa: Teteskan 1-2 tetes Cendo Polydex pada mata, sebanyak 4-5
kali sehari.
Anak: ≥3 tahun Sama dengan dosis orang dewasa.
Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu di bawah 30 derajat Celcius, di tempat kering dan
sejuk.
Efek Samping Cendo Polydex Tetes Mata
Efek samping yang mungkin terjadi selama pengunaan Cendo Polydex,
yaitu:
Kepekaan neomisin (Gatal, kemerahan, edema, gagal sembuh)
Rasa terbakar dan menyengat sementara. Jika salah satu gejala
tersebut menetap bahkan memburuk segera hubungi Dokter atau Apoteker
anda.
Kontraindikasi
Hindari penggunaan Cendo Polydex pada pasien yang memiliki indikasi:
Hipersensitif terhadap polimiksin B, neomisin dan hidrokortison dan
aminoglikosida lainnya.
Penderita infeksi virus, jamur dan tuberkular yang tidak diobati.
Interaksi Obat
Berikut adalah beberapa Interaksi obat yang umumnya terjadi saat
penggunaan Cendo Polydex:
Neomisin dan polimiksin dapat meningkatkan risiko depresi pernapasan
dengan agen penghambat neuromuskuler.
C. BAQUINOR 0,3% EYE DROP 5ML
Deskripsi
Tetes mata untuk mengatasi keluhan sakit mata akibat infeksi bakteri
Komposisi
Ciprofloxacin
Indikasi
Ulkus kornea yang disebabkan Pseudomonas aeroginosa, Serratia
marcescens, Staph aureus, Strep epidermis, Strep pneumoniae, Strep
viridans. Konjungtivitis yang disebabkan Strep aureus, Strep epidermidis,
Strep pneumoniae.
Dosis
Ulkus kornea : 2 tetes tiap 15 menit selama 6 jam pertama, kemudian 2
tetes tiap 30 menit 6 jam berikutnya. Hari kedua 2 tetes tiap jam, hari 3-
14 tiap 4 jam 2 tetes. Konjungtivitis : 1-2 tetes tiap 2 jam selama 2 hari
dan 1-2 tetes tiap 4 jam untuk 5 hari berikutnya.
Penyajian
Teteskan pada mata yang sakit.
Cara Penyimpanan
Perhatian
Penggunaan jangka lama dapat menyebabkan pertumbuhan organisme
yang tidak peka. Hentikan penggunaan jika timbul ruam kulit atau tanda
hipersensitif lain.
Efek Samping
Rasa terbakar setempat atau tidak enak, gatal, edema kelopak mata,
berair.
Kemasan
1 Pcs
Keterangan
Terakhir diperbarui pada 13 Maret 2019
Referensi
Referensi BAQUINOR 0,3% EYE DROP 5ML diambil dari berbagai
macam sumber.