Anda di halaman 1dari 7

Disa yuniar rose santi

H2A018068

Skenario 1. Sadarkan aku dari semua ini


Seorang laki-laki berusia 65 tahun dibawa ke IGD RS karena tidak dapat dibangunkan
sejak 2 jam SMRS. 1 bulan SMRS pasien batuk berdahak kuning dan sering sesak nafas. 2
hari SMRS, pasien mengeluh demam tinggi dan nyeri kepala hebat hingga gelisah. Riwayat
penyakit dahulu (-). Kelemahan anggota gerak (-), penglihatan ganda (-), bicara pelo (-),
wajah merot (-), mual dan muntah (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan GCS E2M5V2, TD 125/85, T 38,5oC, RR 30x/menit,
HR 115x/menit. Ronkhi (+/+). Pemeriksaan neurologis didapatkan N.Cranialis dbn, refleks
patologis (-), refleks fisiologis (+), kaku kuduk (+), Brudzinski I dan IV (+).
Dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan pada CT scan kepala dbn. Pada radiologis
x-foto thorax gambaran bercak berawan dan kavitas di seluruh lapang paru, terutama di
apeks. Pemeriksaan darah rutin ditemukan leukosit 12.000, limfosit 45%. Pada pemeriksaan
LCS, didapatkan warna xanthochrome, limfosit meningkat, glukosa menurun, dan protein
meningkat. Swab nasofaring SARS-Cov 2 (-).
Saat akan dirawat, SOP RS mengharuskan pasien untuk menjalani prosedur Swab untuk
skrining COVID-19 selama masa pandemi. Keluarga pasien awalnya menolak swab karena
takut pasien di-Covid-kan dan takut keluarga dijauhi tetangganya. Namun setelah diedukasi
dokter, akhirnya keluarga setuju untuk pasien diperiksa swab dan hasilnya negatif.

STEP 1

1. SMRS: sebelum masuk rumah sakit


2. GCS E2M5V2:glasglow coma scale.
E2 =Respon mata,pasien dapat merangsang nyeri saat dicubit
M5=Respon motorik,pasien dapat melokalisir nyeri(mendekati dan menjauhi
stimulus yang menghantarkan nyeri
V2= Respon verbal, pasien hanya mengerang/suara tidak jelas saat coba untuk diajak
bicara
3. Brudzinski: Teknik pemeriksaan tanda rangsang meningeal.
4. Xanthochrome: Teknik pemeriksaan tanda rangsang meningeal

STEP 2
Disa yuniar rose santi
H2A018068

1. Mengapa pasien mengalami demam dan nyeri kepala hingga gelisah?


2. Mengapa mengalami batuk berdahak kuning dan sesak nafas?
3. Bagaimana intrepetasi dari pemeriksaan fisik?
4. Bagaimana intrepetasi dari pemeriksaan penunjang?
5. Apa yang terjadi pada pasien?

STEP 3

1. Mengapa pasien mengalami demam dan nyeri kepala hingga gelisah?

Rangsang nyeri bisa disebabkan oleh adanya tekanan, traksi, displacement maupun
proses kimiawi dan inflamasi terhadap nosiseptor pada struktur yang peka nyeri (pain
sensitive) yang terletak pada ataupun di atas tentorium serebeli, bila dirangsang maka
rasa nyeri akan timbul terasa menjalar pada daerah di depan batas garis vertical yang
ditarik dari kedua telinga yaitu kiri dan kanan melewati puncak kepala(daerah
frontotemporal dan parietal anterior). Rasa nyeri ini ditransmisi oleh nervus
trigeminus (nervus V)
Nyeri kepala merupakan salah satu gejala dari trias meningeal yaitu, demam, nyeri
kepala dan kaku duduk.Infeksi mikroorganisme terutama bakteri dari golongan kokus
seperti streptokokus, stapilokokus, meningokokus, pnemokokus dan dari golongan
lain seperti tersebut di atas menginfeksi, bronkus saluran cerna . Mikrooganisme
tersebut mencapai otak mengikuti aliran darah .Di otak mikrooganisme berkembang
biak membentuk koloni. Koloni mikroorganisme menghasilkan toksin dan merusak
meningen . Kumpulan toksin mikrooranisme, jaringan yang rusak, cairan sel
berkumpul menjadi satu membentuk cairan kental yang di sebut pustula. Karena sifat
cairannya tersebut penyakit ini popular disebut meningitis purulenta. Toksin yang
dihasilkan oleh mikroorganisme melalui hematogen sampai ke hipotalamus .
Hipotalamus kemudian menaikan suhu sebagai tanda adanya bahaya . Kenaikan suhu
hipotalamnus akan diikuti dengan peningkatan mediator kimiawi akibar peradangan
seperti prostagnaldin, epinerfin, norepinefin. Kenaikan mediator tersebut dapat
merangsang peningkatan metabolisme sehingga dapat terjadi kenaikan suhu di
Disa yuniar rose santi
H2A018068

seluruh tubuh, rasa sakit kepala, peningkatan respon gastrointestinal yang


memunculkan rasa mual dan muntah .
2. Mengapa mengalami batuk berdahak kuning dan sesak nafas?
Volume pustula yang semakin menigkat dapat mengakibatkan peningkatan desakan
didalam intrakranial. Desakan tersebut dapat menigkatkan rangsangan di korteks
serebri yang terdapat pusat pengaturan sistem gastroinetal sehingga merangsang
munculnya muntah dengan cepat, juga dapat terjadi gangguan pusat pernafasan .
Peningkatan tekanan intrakranial tesebut juga dapat mengganggu fungsi sensorik
maupun motorik serta fungsi memori yang terdapat pada serebrum sehingga
penderita mengalami penurunan respon kesadaran terhadap lingkungan ( penurunan
kesadaran ) . Penurunan kesadaran ini dapat menurunkan pengeluaran sekresi
trakeobronkial yang berakibat pada penumpukan sekret di trakea dan bonkial. Kondsi
ini berdampak pada penumpukan sekret di trakea dan bronkus sehingga bronkus dan
trakea menjadi sempit
Penigkatan tekanan intrakranial juga dapat berdampak pada munculnya fase eksitasi
yang terlalu cepat pada neuron sehinggamemunculkan kejang . Respon saraf perifer
juga tidak bisa berlangsung secara kondusif, ini secaraklinis dapat memunculkan
tanda kernig dan brudinsky. Kejang yang terjadi pada anak mengakibatkan
penyempitan jalan nafas

3. Bagaimana intrepetasi dari pemeriksaan fisik?

Pada pemeriksaan fisik didapatkan


 GCS E2M5V2
E2 =Respon buka mata,pasien dapat merangsang nyeri saat dicubit
M5=Respon motorik,pasien dapat melokalisir nyeri(mendekati dan menjauhi
stimulus yang menghantarkan nyeri
V2= Respon verbal, pasien hanya mengerang/suara tidak jelas saat coba
untuk diajak bicara

 TD 125/85, Normal
 T 38,5oC, pasien dalam keadaan demam
Disa yuniar rose santi
H2A018068

 RR 30x/menit, pasien dalam keadaan takipneu


 HR 115x/menit,pasien dalamkeadaan takikardi
 Ronkhi (+/+).
Pemeriksaan neurologis didapatkan
 N.Cranialis dbn
 Refleks patologis (-), refleks fisiologis (+)
 kaku kuduk (+),
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif
berupa fleksi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila
didapatkan kekakuan dan tahanan pada pergerakan fleksi kepala rasa nyeri
dan spasme otot
 Brudzinski I dan IV (+).
I: P a s i e n b e r b a r i n g d a l a m s i k a p t e r l e n t a n g , t a n g a n k a n a n
ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring,
tangan pemeriksa yang satu lagi ditempatkan didada pasien untuk
mencegah diangkatnya badan kemudian kepala pasien difleksikan
sehingga dagu pengawasan dada. Brudzinski I positif(+) bila gerakan
fleksi kepala disusul dengan gerakan fleksi disendi lutut dan panggul
kedua tungkai secara reflektorik.
IV:
Pasien tidur terlentang tekan simpisis pubis dengan kedua ibu jari tangan
pemeriksaan. Pemeriksaan Budzinski IV Positif (+)bila terjadi flexi
involunter extremitas inferior.

4. Bagaimana intrepetasi dari pemeriksaan penunjang?


Dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan

 CT scan kepala dbn.


 Pada radiologis x-foto thorax gambaran bercak berawan dan kavitas di
seluruh lapang paru, terutama di apeks.
Disa yuniar rose santi
H2A018068

 Pemeriksaan darah rutin ditemukan leukosit 12.000, pasien mengalami


leukositosis(leukosit berlebihan karena lebih dari 11.000)
 limfosit 45%. N=20-40%
 Pada pemeriksaan LCS, didapatkan warna xanthochrome, limfosit
meningkat, glukosa menurun, dan protein meningkat.
 Swab nasofaring SARS-Cov 2 (-).
5. Apa yang terjadi pada pasien?

Berdasarkan Anamnesis,Pemeriksaan fisik, dan Pemeriksaan penunjang pasien


terkena Meningitis Tuberkulosis. Meningitis tuberkulosis merupakan peradangan
pada selaput otak (meningen) yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberkulosis.terdapat trias minengial yaitu demam, nyeri kepala dan kaku kuduk.
Pasien dengan meningitis tuberkulosis akan mengalami tanda dan gejala meningitis
yang khas, seperti nyeri kepala, demam dan kaku kuduk, walaupun tanda rangsang
meningeal mungkin tidak ditemukan pada tahap awal penyakit. Durasi gejala
sebelum ditemukannya tanda meningeal bervariasi dari beberapa hari hingga
beberapa bulan. Namun pada beberapa kondisi, meningitis tuberkulosis dapat muncul
sebagai penyakit yang berat, dengan penurunan kesadaran, palsi nervus kranial,
parese dan kejang.4 Beratnya gejala dan risiko kematian yang tinggi akibat
meningitis tuberkulosis mendorong perlunya pengetahuan mengenai tatalaksana yang
adekuat. Oleh karena itu, dalam artikel ini kami akan memaparkan penanganan
meningitis tuberkulosis yang tepat.
Meningitis tuberkulosis diklasifikasikan menjadi tiga derajat oleh British Medical
Research Council. Meningitis tuberkulosis derajat 1 ditandai dengan GCS 15 tanpa
kelainan neurologis fokal, derajat 2 ditandai dengan GCS 15 dengan defisit
neurologis fokal, atau GCS 11-14, dan derajat 3 ditandai dengan GCS ≤10. Sistem
klasifikasi ini digunakan untuk memisahkan pasien dan juga untuk menentukan
prognosis.
Disa yuniar rose santi
H2A018068

STEP 4

MININGITIS

diagnosis dan
etiologi dan prognosis kedokteran
patofisiologi diagnosis tata laksanan
faktor resiko komplikasi keluarga
banding

STEP 5
• MININGITIS
• etiologi dan faktor resiko
• patofisiologi
• diagnosis dan diagnosis banding
• tata laksanan
• prognosis komplikasi
• kedokteran keluarga
Disa yuniar rose santi
H2A018068

DAFTAR PUSKTAKA

1. Tuberculous Meningitis: The Microbiological Laboratory Diagnosis and Its Drug


Sensitivity Patterns Titiek Sulistyowati, Deby Kusumaningrum, Eko Budi
Koendhori, Ni Made Mertaniasih Departemen Mikrobiologi Klinik, Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga/ RSUD Dr. Soetomo
2. Penatalaksanaan yang Tepat pada Meningitis Tuberkulosis 1Giok Pemula, 2 Roezwir
Azhary, 1 Ety Apriliana, 2 Paulus Dwi Mahdi 1 Fakultas Kedokteran, Universitas
Lampung 2 Bagian Syaraf, Rumah Sakit Abdoel Moeloek Lampung
3. INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY
Majalah Patologi Klinik Indonesia dan Laboratorium Medik

Anda mungkin juga menyukai