Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

"ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM


INTEGUMEN PADA KASUS STROKE"

DISUSUN OLEH :

ZAHRATUL AINI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM


SMK YARSI MATARAM
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya  penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan Laporan ini. Semoga
shalawat serta salam selalu dilimpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta
sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.

Alhamdulillah penulis telah berhasil menyelesaikan makalah Laporan Pendahuluam


tentang “stroke”. Laporan ini disusun agar dapat menambah informasi kepada para pembaca
tentang stroke.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada


:

1. Bapak Zuhdi.S,Kep.Ners. Selaku Guru IPPD Keperawatan SMK Yarsi Mataram.


2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi.

Semoga Laporan ini memberi wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
Laporan ini memiliki kelebihan dan kekurangan, namun penulis menyadari bahwa Laporan ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan.
Semoga Laporan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan dan mendapat ridho Allah. Amin.

Penyusun
ii

DAFTAR IS

COVER......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................………..iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar belakang...................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................
C. Tujuan Penulisan Laporan.......................................................................................…….

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................
A. Definisi..............................................................................................................................
B. Anatomi Fisiologi............................................................................................………......
C. Etiologi..............................................................................................................................
D. Klasifikasii........................................................................................................................
E. Patofisiologi......................................................................................................................
F. Manifestasi Klinis ............................................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................................
H. Pencegahan…………………………….…….…………………………........................

I. Penanganan…………………………………………………………………………......

J. Komplikasi……………………………………………………………………………..

BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN......................................................................


A. Pengkajian.........................................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................................................
C. Rencana Asuhan Keperawatan..........................................................................................
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................

2.Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul yaitu:

1. ganguangan perfusi jaringan serebral b.d o2 otak menurun

2.ketidak seimabngan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak mampuan untuk
mengabsorpsi nutrient .

3.hambatan mobilitas verbal fisik b.d penurunan kekuatan otot

4. risiko kerusakan integritas kulit verbal b.d k

5.ganguan komunikasi verbal b.d kerusakan neunromuscular kerusakan sentral bicara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit
neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Stroke adalah sindrom yang terdiri dari
tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang
cepat (dalam detik atau menit). Gejala-gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau
menyebabkan kematian, selain menyebabkan kematian stroke juga akan mengakibatkan dampak
untuk kehidupan. Dampak stroke diantaranya, ingatan jadi terganggu dan terjadi penurunan daya
ingat, menurunkan kualitas hidup penderita juga kehidupan keluarga dan orang-orang di
sekelilingnya, mengalami penurunan kualitas hidup yang lebih drastis, kecacatan fisik maupun
mental pada usia produktif dan usia lanjut dan kematian dalam waktu singkat (Junaidi, 2011).
Stroke masih menjadi masalah kesehatan yang utama karena merupakan penyebab kematian
kedua di dunia. Sementara itu, di Amerika Serikat stroke sebagai penyebab kematian ketiga
terbanyak setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker. Sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat
mengalami stroke setiap tahunnya, sekitar 610.000 mengalami serangan stroke yang pertama.
Stroke juga merupakan penyebab 134.000 kematian pertahun (Goldstein dkk., 2011). Dalam
terbitan Journal of the American Heart (JAHA) 2016 menyatakan terjadi peningkatan pada
individu yang berusia 25 sampai 44 tahun menjadi (43,8%) (JAHA, 2016). Meningkatnya jumlah
penderita stroke diseluruh dunia dan juga meningkatkan penderita stroke yang berusia dibawah
45 tahun. Pada konferensi ahli saraf international di Inggris dilaporkan bahwa terdapat lebih dari
1000 penderita stroke yang berusia kurang dari 30 tahun (American Heart Association, 2010).

Penyakit stroke juga menjadi penyebab kematian utama hampir seluruh Rumah Sakit di
Indonesia dengan angka kematian sekitar 15,4%. Tahun 2007 prevalensinya berkisar pada angka
8,3% sementara pada tahun 2013 meningkat menjadi 12,1%.

Jadi, sebanyak 57,9% penyakit stroke telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan (nakes).
Prevalensi penyakit stroke meningkat seiring bertambahnya umur, terlihat dari kasus stroke
tertinggi yang terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan
terendahpada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2% (Riskesdas, 2013). Menurut
penelitian Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013, prevalensi penyakit stroke pada
kelompok yang didiagnosis oleh nakes meningkat seiring dengan bertambahnya umur.
Prevalensi penyakit stroke pada umur ≥15 tahun 2013 di Sumatera Barat naik dari 7,4% menjadi
12,2% diamana juga terjadi peningkatan pada usia 15-24 tahun (0,2 % menjadi 2,6%) usia 25-34
tahun (0,6% menjadi 3,9%) usia tahu 35-44 tahun (2,5% menjadi 6,4%) (Hasil Riskesdas, 2013).

Indonesia menduduki peringkat pertama di dunia dalam jumlah terbanyak penderita stroke pada
tahun 2009 menurut dr. Herman Samsudi, Sp.S, seorang ahli saraf sekaligus ketua Yayasan
Stroke Indonesia (Yastroki) Cabang DKI Jakarta (Yayasan Stroke Indonesia, 2012). Data dari
Kementrian Kesehatan Ri(2014) mencatat bahwa jumlah penderita stroke di Indonesia tahun
2013 berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (nakes) diperkirakan 1.236.825 orang.

Setiap tahunnya di Indonesia diperkirakan 500.000 penduduk terkena serangan stroke, ada
sekitar 2,5% atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat (Yayasan
Stroke Indonesia, 2012). Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
tahun 2013 didapatkan data bahwa stroke merupakan penyebab kematian nomor 5 di kota
Padang setelah lansia, jantung, hipertensi, dan diabetes melitus (Dinkes Sumbar, 2013).

Penyakit stroke sering dianggap sebagai penyakit yang didominasi oleh orang tua. Dulu, stroke
hanya terjadi pada usia tua mulai 60 tahun, namun sekarang mulai usia 40 tahun seseorang sudah
memiliki risiko stroke, meningkatnya penderita stroke usia muda lebih disebabkan pola hidup,
terutama pola makan tinggi kolesterol. Berdasarkan pengamatan di berbagai rumah sakit, justru
stroke di usia produktif sering terjadi akibat kesibukan kerja yang menyebabkan

seseorang jarang olahraga, kurang tidur, dan stres berat yang juga jadi faktor penyebab
(Dourman, 2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya stroke pada usia muda kurang
dari 40 tahun dibagi dua kelompok besar yaitu faktor yang tidak dapat diubah (jenis kelamin,
umur, riwayat keluarga) dan faktor yang dapat di ubah seperti pola makan, kebiasaan olah raga
dan lain-lain (Sitorus, 2012).

Penelitian Ghani dkk (2016) menyebutkan bahwa faktor risiko dominan penderita stroke di
Indonesia adalah umur yang semakin meningkat, penyakit jantung koroner, diabetes
melitus,hipertensi, dan gagal jantung. Namun demikian
stroke juga sudah muncul pada kelompok usia muda (15-24 tahun) sebesar 0,3% di Indonesia
dan demikian juga di negara lain. Dalam penelitian Miah (2012) disimpulkan bahwa pada
kelompok usia muda ditemukan faktor risiko yang signifikan untuk pengembangan stroke yaitu,
merokok, serangan stroke, hipertensi, penyakit jantung, dan menggunakan pil kontrasepsi oral
sedangkan pada kelompok usia tua faktor risiko yang signifikan untuk pengembangan stroke
yaitu merokok, serangan stroke, hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, dan dislipidemia.

Hasil penelitian Manurung dan Diani (2015) menyatakan bahwa dari 42 orang responden yang
menderita stroke, 59,52% (25 orang) berusia <55 tahun, memiliki riwayat penyakit keluarga
terkait stroke (stroke, hipertensi, penyakit jantung dan DM), menderita hipertensi, menderita
DM, tidak obesitas, tidak merokok dan tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Pada
penelitian Burhanuddin dkk (2013) didapatkan hasil bahwa pada usia dewasa awal yang
memiliki faktor risiko, perilaku atau kebiasaan merokok berisiko 2,68 kali, riwayat diabetes
mellitus berisiko 5,35 kali, riwayat hipertensi berisiko 16,33 kali, riwayat hiperkolesterolemia
berisiko 3,92 kali menderita penyakit stroke dari pada mereka yang tidak memiliki faktor risiko.

Penelitian Alchuriyah dkk (2016) didapatkan nilai rata-rata usia pada kasus (<50 tahun) adalah
43 tahun. Faktor risiko jenis kelamin, hipertensi, kadar kolesterol, diabetes mellitus tidak
mempengaruhi kejadian stroke usia muda pada pasien RS Brawijaya Surabaya. Faktor risiko
obesitas, sebagai faktor risiko yang mempengaruhi kejadian stroke usia muda pada pasien RS
Brawijaya Surabaya. Hasil penelitian Cerasuolo dan Cipriano (2017) menunjukkan bahwa
kejadian stroke tetap tidak berubah di antara mereka yang berusia 20-49 tahun dan menurun
untuk mereka yang berusia 50 sampai 64 tahun sebesar 22,7%. Penelitian F.J.González-Gómez
sebagian besar pasien memiliki faktor risiko yang paling umum yaitu merokok (56,4%), diikuti
oleh hipertensi arteri (50%), dislipidemia (42,7%), obesitas (33%), diabetes (18,2%) dan
penyakit hati emboligenic (12,7%).

Dalam penelitian Kashinkunti (2013) dikatakan bahwa hipertensi adalah penyebab paling
terkemuka iskemik dan stroke hemoragik di orang dewasa muda yang di rawat di rumah sakit.
Faktor risiko yang dapat di modifikasi sama untuk kelompok usia muda dan

tua namun prevalensi faktor risiko ini tidak sama pada kedua usia ini. Hipertensi, penyakit
jantung, dan diabetes mellitus adalah faktor risiko yang paling umum pada kalangan orang tua.
Sebaliknya pasien stroke pada usia muda memilikifaktor risiko dislipidemia (60%) merokok
(44%) dan hipertensi (39%). Dalam penelitian lain tiga faktor risiko yang paling banyak terajadi
pada pasien stroke usia muda adalah merokok (49%) dislipidemia (46%) dan hipertensi (36%)
pada pasien stroke iskemik pertama (Smajlovic, 2015). Penelitian Renna (2014) juga
mengungkapkan hal yang hampir sama dimana faktor risiko pada usia muda yaitu dislipidemia
(52.7%), merokok (47.3%), dan hipertensi (39.3%).

Berbagai hasil penelitian diatas, faktor risiko stroke pada usia muda itu tidak jauh berbeda,
seperti riwayat stroke pada keluarga, merokok, hipertensi, diabetes melitus dan aktivitas fisik
serta tingkat stres hampir ada di setiap penelitian. Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat
faktor risiko jenis kelamin, riwayat stroke pada keluarga, obesitas, merokok, hipertensi, diabetes
melitus, aktivitas fisik dan tingkat stres. Faktor itu diambil karena dari berbagai penelitian faktor-
faktor tersebut termasuk faktor yang paling berrisiko pada usia muda. Serangan stroke dengan
faktor risiko yang terjadi pada usia muda akan mengakibatkan ada penurunan parsial/total
gerakan lengan dan tungkai, bermasalah dalam berpikir dan mengingat, menderita depresi, dan
mengalami kesulitan bicara, menelan, serta membedakan kanan dan kiri. Stroke tak lagi
hanya menyerang kelompok lansia, namum kini cenderung menyerang generasi muda yang
masih produktif. Jika stroke sudah menyerang usia muda yang produktif, hal itu akan berdampak
terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial
ekonomi keluarga. Dimanakeluarga harus mengeluarkan uang yang lebih banyak untuk
pengobatan pasien paska stroke. Pada keluarga, yang sering terkena stroke biasanya tulang
punggung keluarga karena sering melakukan gaya hidup yang kurang sehat, akibat kesibukan
yang padat (Dourman, 2103).

Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi merupakan satu-satunya Rumah Sakit rujukan
khusus penyakit stroke di Sumatera Barat. Berdasarkan data dari RSSN Bukittinggi pada tahun
2016 didapatkan bahwa pasien stroke yang melakukan rawat jalan dan kunjungan ke poliklinik
RSSN Bukittinggi pada tahun 2016 untuk pasien baru dengan jumlah kunjungan ada 7.285 orang
dengan kunjungan rata-rata perbulan ada 607 orang. Sedangkan untuk kunjungan pasien
lama ada 32.510 orang dengan kunjungan rata-rata perbulan ada 2.079 orang. Data tersebut
menunjukkan peningkatan kunjungan penderita stroke di poliklinik RSSN Bukittinggi (Medical
Record RSSN Bukittinggi, 2016). Dalam tiga bulan terakhir tahun 2017 tercatat pasien stroke
pada usia dibawah 45 tahun ada 110 orang yang di rawat inap (Medical Record RSSN
Bukittinggi, 2017). Berdasarkan fenomena-fenomena yang peneliti temukan diatas peneliti telah
melakukan penelitian guna mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
stroke pada usia muda di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi.

1. 2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian masalah latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu
“Faktor-faktor risiko apa saja yang berhubungan dengan kejadian stroke pada usia muda di
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi”?.

1. 3 TUJUAN

1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan
kejadian stroke pada usia muda di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi distribusi frekuensi faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi atau diubah
meliputi jenis kelamin dan riwayat penyakit stroke pada keluarga pada pasien stroke usia muda
di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

b. Mengidentifikasi distribusi frekuensi faktor risiko yang dapat di modifikasi atau diubah
meliputi status merokok, aktivitas fisik, tingkat stres, obesitas, hipertensi, diabetes mellitus dan
penyakit jantung pada pasien stroke usia muda di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

c. Mengetahui hubungan faktor risiko jenis kelamin dengan kejadian stroke pada usia muda di
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi.

d. Mengetahui hubungan faktor risiko riwayat penyakit stroke pada keluarga dengan kejadian
stroke pada usia muda di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
e. Mengetahui hubungan faktor risiko peyakit hipertensi dengan kejadian stroke pada usia muda
di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

f. Mengetahui hubungan faktor risiko penyakit jantung dengan kejadian stroke pada usia muda di
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
g. Mengetahui hubungan faktor risiko penyakit diabetes melitus dengan kejadian stroke pada
usia muda di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
h. Mengetahui hubungan faktor risiko status merokok dengan kejadian stroke pada usia muda di
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
i. Mengetahui hubungan faktor risiko obesitas dengan kejadian stroke pada usia muda di Rumah
Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
j. Mengetahui hubungan faktor risiko aktivitas fisik dengan kejadian stroke pada usia muda di
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
k. Mengetahui hubungan faktor risiko stres dengan kejadian stroke pada usia muda di Rumah
Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
l. Mengetahui faktor risiko yang dominan di antara variabel riwayat stroke pada keluarga, status
merokok, aktivitas fisik, dan tingkat stres, obesitas,hipetensi, diabetes mellitus dan penyakit
jantung dengan kejadian stroke pada usia muda di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
tahun.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Profesi Keperawatan Sebagai tambahan pengetahuan untuk dunia keperawatan, agar
perawat mengetahui faktor risiko yang mempengaruhi kejadian stroke pada usia dewasa muda.

2. Bagi masyarakat Diharapkan penelitian ini menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat
untuk mengetahui faktor risiko yang dapat dicegah untuk mengurangi risiko terkenanya stroke di
usia muda.
3. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan penelitian ini menjadi bahan literatur dalam konsep
pencegahan dan tatalaksana pada pasien stroke pada usia dewasa muda.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman untuk penelitian
selanjutnya pada pencegahan risiko stroke pada usia dewasa muda dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

2.2 Anatomi Fisiologi


1. Otak
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak
terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainsterm
(batang otak), dan diensefalon (Satyanegara, 1998). Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri,
korpus kolosum dan korteks serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis
yang merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk gerakangerakan voluntar,
lobur parietalis yang berperanan pada kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik
yang lebih tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls
pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan primer, menerima
informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater yang menyerupai
atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari bagian posterior serebrum. Fungsi
utamanya adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan
otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan sikap
tubuh. Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula oblongata, pons dan
mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk
jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah.

2. Nervus Craliasis
a. Nervus olvaktorius
Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi, membawa rangsangan aroma (bau-bauan)
dari rongga hidung ke otak.
b. Nervus optikus
Mensarafi bola mata, membawa rangsangan penglihatan ke otak.
c. Nervus okulomotoris
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot pengerak bola mata) menghantarkan serabut-
serabut saraf para simpati untuk melayani otot siliaris dan otot iris.
d. Nervus troklearis
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital. Saraf pemutar mata yang pusatnya terletak
dibelakang pusat saraf penggerak mata.
e. Nervus trigeminus
Bersifat majemuk (sensoris motoris) saraf ini mempunyai tiga buah cabang. Fungsinya sebagai
saraf kembar tiga, saraf ini merupakan saraf otak besar, sarafnya yaitu:
1) Nervus oltamikus: sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagian depan kelopak mata atas,
selaput lendir kelopak mata dan bola mata.
2) Nervus maksilaris: sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir atas, palatum, batang hidung,
ronga hidung dan sinus maksilaris.
3) Nervus mandibula: sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mensarafi otot-otot pengunyah.
Serabut-serabut sensorisnya mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal dan dagu.
f. Nervus abdusen
Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya sebagai saraf penggoyang sisi mata.
g. Nervus fasialis
Sifatnya majemuk (sensori dan motori) serabut-serabut motorisnya mensarafi otot-otot lidah dan
selaput lendir ronga mulut. Di dalam saraf ini terdapat serabut-serabut saraf otonom
(parasimpatis) untuk 5 wajah dan kulit kepala fungsinya sebagai mimik wajah untuk
menghantarkan rasa pengecap.
h. Nervus auditoris
Sifatnya sensori, mensarafi alat pendengar, membawa rangsangan dari pendengaran dan dari
telinga ke otak. Fungsinya sebagai saraf pendengar.
i. Nervus glosofaringeus
Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mensarafi faring, tonsil dan lidah, saraf ini dapat
membawa rangsangan cita rasa ke otak.
j. Nervus vagus
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris) mengandung saraf-saraf motorik, sensorik dan
parasimpatis faring, laring, paru-paru, esofagus, gaster intestinum minor, kelenjar-kelenjar
pencernaan dalam abdomen. Fungsinya sebagai saraf perasa.
k. Nervus asesorius
Saraf ini mensarafi muskulus sternokleidomastoid dan muskulus trapezium, fungsinya sebagai
saraf tambahan.
l. Nervus hipoglosus
Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai saraf lidah. Saraf ini terdapat di dalam
sumsum penyambung.
Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh
manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri
karotis interna dan arteri vertebralis. Dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling
berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willisi (Satyanegara, 1998).
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis kira-kira setinggi
rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi
kiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri anterior memberi suplai
darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia, kapsula interna,
korpus kolosum dan bagian-bagian (terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri,
termasuk korteks somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media mensuplai darah untuk
lobus temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri.
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang sama. Arteri vertebralis
memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata.
Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris, terus berjalan sampai setinggi otak tengah,
dan di sini bercabang menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang
sistem vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan
sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian 8
diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ
vestibular.
Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui venula-venula (yang tidak
mempunyai nama) ke vena serta di drainase ke sinus duramatris. Dari sinus, melalui vena
emisaria akan dialirkan ke vena-vena ekstrakranial.
2.3 ETIOLOGI

Menurut smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat kejadian
yaitu:

1. Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher
2. Embolisme sereberal yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain.
3. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak.
4. Hemoragi sereberal yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam
jaringan otak atau ruang sekitar otak

Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak, yang
menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori bicara, atau
sensasi.

Faktor resiko terjadinya stroke menurut Mansjoer (2000) adalah:

1. Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat stroke,
penyakit jantung coroner, dan fibrilasi atrium
2. Yang dapat diubah: hipertensi, diabetes militus, merokok, penyalahgunaan alcohol, dan
obat, kontrasepsi oral, dan hematocrit meningkat.

2.4 KLASIFIKASI
1. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:
(Muttaqin,2008)
a. Stroke hemoragi
Merupakan perdarahan sereberal dan mungkin perdarahan
subarachonoid.Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak
tertentu.Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun
bisa juga terjadi saat istirahat.Kesadaran pasien umumnya menurun. Perdarahan
otak dibagi dua yaitu:

1) Perdarahan intrasereblar
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, dan menimbulkan
oedema otak.Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan
kematian mendadak karna herniasi otak.Perdarahan intraserebral yang
disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di daerah putamen, thalamus,
pons dan sereblum.
2) Perdarahan subaraknoid
Perdarahan ini berasal dari pecahnya eneurisma berry atau AVM.Aneurisma
yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-
cabangnya yang terdapat diluar parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya
keruang subaraknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya
struktur peka nyeri, dan vasospasme pembulu darah serebral yang berakibat
disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesdaran) maupun fokal
(hemiparase, gangguan hemisesnsorik, dll)
b. Stroke non hemoragi
Dapat berupa iskemia emboli dan thrombosis serebral , biasanya terjadi setelah
lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan
namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul
edema skunder.Kesadaranumumnya baik.
Menurut perjalanan penyakit stadiumnya, yaitu:
a. TIA (trans iskemik attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama
beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang
dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan
24 jam atau beberapa hari.
c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau
permanen

2.5 Patofisiologi
Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang terjadi
pada stroke di otak mengalami perubahan metabolic, kematian sel dan kerusakan
permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif total). Pembuluh darah
yang paling sering terkena ialah arteri serebral dan arterikarotis intema
Adanya ganguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedra pada
otak melalui empat mekanisme, yaitu:
1. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan sehingga aliran
darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutan akan mengakibatkan
perubahan-perubahan iskemik otak
2. Pecahnya dinding arteri selebral akan menyebabkan bocornya darah kejarigan
(hemorrhage)
3. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak.
4. Edemi serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan otak
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah
mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran
darah kolateral. Stoke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan
membaik sepenuhnya
1. Kelumpuhan pada pada salah satu sisi wajah
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul
mendadak
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Ganguan lapang pandang “homonimus hemianopsia”
6. Afasi (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
7. Disartria (bicara pelo atau cadel)
8. Ganguan persepsi
9. Ganguan status mental
10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti pendarahan atau
2. Single photon emission computed tomography (SPECT)
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi
melokalisasi, dan mengukur stroke
3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hemotoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti
4. MRI
Menggunakan gelombang magnetic untuk mentukan posisi dan besar terjadinya
pendarahan otak
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan
yang infark sehingga menurunnya implus listrik dalam jaringan otak

2.8 Pencegahan

-olahraga secara teratur

-berhenti merokok

-hindari konsumsi minuman alcohol

-hindari penggunaan NAPZA

2.9 PENANGANAN

Stroke iskemik

Pada stroke iskemik, dokter harus segera membuat aliran darah ke otak kembali lancar.
Dokter akan memberikan obat yang dapat memecah sumbatan di aliran darah, yang dikenal
dengan intravenous tissue plasminogen activator (tPA). Obat ini biasanya disuntikan melalui
pembuluh vena di lengan, dan bekerja dengan mengencerkan bekuan darah yang menyumbat
pembuluh darah di otak pada keadaan stroke.

Selain itu, pada beberapa kasus dokter juga bisa mengatasi penyumbatan dengan
langsung memasukkan obat ke area penyumbatan dengan bantuan selang (kateter). Kateter ini
dimasukan melalui pembuluh darah di lipatan paha dan terus sampai ke area pembuluh darah
yang tersumbat. Prosedur ini dikenal dengan istilah intra-arterial thrombolysis.

Pada kasus stroke dengan bekuan darah yang besar, dokter juga bisa memasukan alat
yang dapat membuka jalan di pembuluh darah yang tersumbat (stent). Namun, biasanya prosedur
ini tetap dikombinasikan dengan tPA.

3.0 KOMPLIKASI

Komplikasi utama pada stroke menurut smeltzer C. Suzanne, 2002 yaitu


a. hipoksia serebral

b. depresi

inilah dampak yang paling menyulitkan penderitaan dan orang-orang yang berada di
sekitarnya

c. darah beku

darah beku mudah berbentuk pada jarigan yang lumpuh terutama pada kaki sehingga
menyebabkan pembekakan yang menggangu

d. otot mengerut dan sendi kaku

kurang gerak dapat menyebabkan sendi menjadi kaku dan nyeri

BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1.0 PENGKAJIAN

- Aktifitas/istirahat

Yaitu terjadinya ganguan penglihatan sedangkan pada klien tidak hal ini dikarenakan
stroke yang terjadi pada pasien tidak mengenai pada nervus cranial pada klien dan ditemukan
nyeri sedangkan pada pasien tidak hal ini dikarenakan pada anggota tubuh pasien

-sirkulasi

Pada teoritis ditemukan persamaan dengan teoris kasus yaitu sama-sama terdapat gejala
hipertensi dan sama-sama terjadi kelemahan otot.

-itegritas ego
Pada teoritis ditemukan persamaan dengan teori kasus yaitu sama-sama adanya rasa putus
asa dari expresi/ raut wajah klien.

-Eliminasi

Pada teoritis ditemukan persamaan dengan teori kasus yaitu sama-sama mengalami pola
berkemih inkontenesia urine sehingga di pasang DC/ kateter.

-Makanan/cairan

Pada teoritis ditemukan persamaan dengan teori kasus yaitu dilihat dari tandanya sama-
sama sulit menelan hal ini ditemukan sesuai dengan kondisi pasien.
1.1 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. kerusakan komunikasi verbal b.d kerusakan otak


2. resiko kerusakan integritas b.d factor mekanik
3.resiko infeksi b.d penularan pertahan perimer

1.2

Intervensi Rasional
1. Observasi kemampuan klien untuk 1. Dengan menggunakan intervensi
mandi, berpakaian dan mandi lansung dapat menentukan intervensi

2. bantu klien dalam posisi duduk, yang terdapat untuk klien


yakinkan kepala dan bahu tegak selama 2. posisi duduk membantu proses menelan
dan mencegah aspirasi
makan dan 1 jam setelah makan
1. lakukan penggantian alat tenun setiap 1. meningkatkan kenyamanan dan
hari dan tempatkan kasur yang sesuai mengurangi resiko gatal-gatal
2. monitor kulit adanya proses 2.menandakan gejala awal  lanjutan
kemerahan/pecah kerusakan intergritas kulit
1. mengkaji kesiapan dan kemampuan Peruses belajar tergantung pada situasi
klien untuk belajar tertentu, interaksi sosial, nilai budaya dan
2.berikan materi yang paling penting pada lingukungan informasi baru di serap
klien melalui asumsi dan fakta sebelumnya dan
bisa proses transpormasi informasi akan
lebih mengena apabila dijelaskan dari
konsep yang sederhana ke yang komplek
dukungan keluarga diperlukan untuk
mendukung perubahan

Anda mungkin juga menyukai