Disusun oleh:
Kelas 1B / Kelompok 4
Dosen Pembimbing:
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhmdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa ,
karena telah melimpahkan rahmat – Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.
Tujuan kami membuat makalah ini agar teman teman srkalian bisa
menggunakanya dengan seksama, dan juga saling berbagi ilmu pengetahuan.
Dengan dibuatnya makalah tentang cara bersesuci dan beribadah ini kami
meminta agar teman teman sekalian mau menggunakanya sesuai dengan panduan
yang ada.
Kami juga mengetahui bahwa banyak sekali kekurangan yang terdapat pada
makalah ini, sehinggaa kritik dan saran akan sangat membantu kami kedepanya.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca . Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptannya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.
DAFTAR ISI
ii
COVER.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................1
BAB 3 PENUTUP.....................................................................................16
3.1 Kesimpulan.....................................................................................16
3.2 Saran..............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................17
iii
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Bersesuci Bagi Orang Sakit
Thoharah menurut Bahasa adalah bersesuci. Menurut Syara’ atau
istilah adalah membersihkan diri, pakaian, tempat dan benda-benda lain
dari najis dan hadats menurut cara-cara yang ditentukan oleh syariat islam.
Thoharah atau bersesuci adalah syarat wajib yang harus dilakukan dalam
beberapa macam ibadah seperti dlam Qs Al-Maidah ayat :06
ُك ْمjوس ِ حُوا بِ ُر ُءjق َوا ْم َس ِ ِصاَل ِة فَا ْغ ِسلُوا ُوجُوهَ ُك ْم َوأَ ْي ِديَ ُك ْم إِلَى ْال َم َراف
َّ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا قُ ْمتُ ْم إِلَى ال
ٌد ِم ْن ُك ْمj ا َء أَ َحjفَ ٍر أَوْ َجj ٰى أَوْ َعلَ ٰى َسjض َ َْوأَرْ ُجلَ ُك ْم إِلَى ْال َك ْعبَ ْي ِن ۚ َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّهَّرُوا ۚ َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم َمر
ص ِعيدًا طَيِّبًا فَا ْم َسحُوا بِ ُوجُو ِه ُك ْم َوأَ ْي ِدي ُك ْم ِم ْنهُ ۚ َما َ ِمنَ ْالغَائِ ِط أَوْ اَل َم ْستُ ُم النِّ َسا َء فَلَ ْم ت َِجدُوا َما ًء فَتَيَ َّم ُموا
َج َو ٰلَ ِك ْن ي ُِري ُد لِيُطَهِّ َر ُك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمتَهُ َعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون
ٍ ي ُِري ُد هَّللا ُ لِيَجْ َع َل َعلَ ْي ُك ْم ِم ْن َح َر
3
Orang yang terluka, dengan luka bernanah, atau patah, yang
berbahaya jika terkena air, lalu ia dalam keadaan junub, ia boleh
bertayammum. Jika ia bisa membasuh yang sehat dari tubuhnya, ia harus
melakukan hal itu dan bertayammum untuk yang lain.
4
membasuh anggota badan tertentu dengan air menurut syarat dan
rukun tertentu. Wudlu ini diperintahkan terkait dengan
diperintahkanya sholat bagi umat islam. (Ghazali,2010)
B. Rukun Wudhu
1) Niat dalam hati.
Jika seseorang membasuh anggota wudhu dengan niat untuk
mengurangi rasa panas atau untuk membersihkannya maka tidak
dianggap sebagai orang yang berwudhu.
َ َا ِم ْن َما ٍء فَأ َ ْد َخلَهُ تَحْ تَ َحنَ ِك ِه فَخَلَّ َل بِ ِه لِحْ يَتَهُ َوقŸًّjَكانَ إِ َذا تَ َوضَّأ َ أَ َخ َذ َكًف
ال « هَ َك َذا أَ َم َرنِى
» َربِّى َع َّز َو َج َّل
5
4) Mengusap kepala (termasuk kedua telinga).
َ َحتَّى َذه، بَدَأَ بِ ُمقَ َّد ِم َر ْأ ِس ِه، فَأ َ ْقبَ َل بِ ِه َما َوأَ ْدبَ َر، هjِ ثُ َّم َم َس َح َر ْأ َسهُ بِيَ َد ْي
« َب بِ ِه َما إِلَى
ُ ثُ َّم َر َّدهُ َما إِلَى ْال َم َكا ِن الَّ ِذى بَدَأَ ِم ْنه، ُ» قَفَاه
6) Berurutan / tertib.
7) Berkesinambungan
6
َ ِه فَأَبjض َع ظُفُ ٍر َعلَى قَ َد ِم
-لمjه وسjjلى هللا عليjص- َرهُ النَّبِ ُّىjْص َ أَ َّن َر ُجالً تَ َوضَّأ َ فَتَ َر
ِ ْك َمو
صلَّى َ ال « ارْ ِج ْع فَأَحْ ِس ْن ُوضُو َء
َ فَ َر َج َع ثُ َّم.» ك َ َفَق
C. Syarat Wudhu
Untuk sempurnanya wudhu memerlukan syarat-syarat:
1) Islam
2) Mumayyiz, artinya bias membedakan mana yang baik dan
buruk
3) Tidak berhadas besar
4) Menggunakan air yang suci dan mensucikan
5) Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit.
D. Berwudhu Bagi Orang Sakit
Sebelum berwudhu, ia harus terlebih dahulu beristinja dengan air
atau istijmar dengan batu, atau yang serupa dengan batu terhadap
orang yang kencing atau buang air besar.
a) Istijmar harus dengan 3 biji batu yang suci
b) Istijmar tidak boleh dengan tulang, makanan dan segala
sesuatu yang dihormati.
c) Yang paling utama adalah istijmar istijmar dengan batu
atau yang serupa seperti tissu (sapu tangan), tanah, dan
semisalnya, kemudian diteruskan dengan air, karena batu
menghilangkan benda najis dan air mensucikannya, maka
lebih sempurna.
d) Manusia diberi pilihan di antara istinja dengan air atau
istijmar dengan batu dan semisalnya. Jika ia ingin salah
satunya maka air lebih utama karena ia lebih mensucikan
7
tempat dan menghilangkan benda ('ain) atau bekas. Ia lebih
membersihkan.
e) Jika ia hanya ingin memakai batu saja, cukup tiga biji batu
apabila sudah bisa membersihkan tempat. Jika belum
membersihkan, ia menambah empat dan lima hingga benar-
benar bersih dan yang utama adalah dalam bilangan ganjil.
f) Tidak boleh istijmar dengan tangan kanan, kecuali Jika
tangan kiri terputus atau patah atau sakit atau yang lainnya
maka, istijmar dengan tangan kanannya diperbolehkan.
g) Apabila orang yang sakit tidak mampu berwudhu dengan
air karena lemah atau karena takut bertambah sakit, atau
terlambat sembuhnya, maka ia boleh bertayammum.
(Marzuki, 2015)
8
Kata Sha’îd dalam bahasa Arab adalah seluruh permukaan
bumi yang dapat digunakan untuk bertayammum baik yang
terdapat tanah di atasnya ataupun tidak.
B. Rukun Tayammum
Niat Tayammum
Menyapu Muka dengan Debu
Menyapu kedua tangan hingga siku dengan debu
Tertib
C. Syarat Tayammum
Jika memang sudah mendesak untuk melakuka tayamum,
maka syarat-syarat tayamum juga harus dipenuhi untuk sahnya
tayamum.
1. Tidak menemukan air.
Sudah berusaha mencari kesana-sini namun tetap
tidak menemukan air.
2. Menggunakan debu yang suci.
Ketika melakukan tayammum tidak boleh
menggunakan debu yang tidak suci. Debu yang
digunakan harus dalam keadaan suci. Termasuk debu
yang sudah digunakan untuk tayamum (debu musta’mal)
sudah tidak suci lagi. Juga tidak boleh menggunakan
debu yang sudah tercampur dengan kapur (gamping),
atau benda-benda lain selain debu.
3. Mengerti cara tayammum.
Sebelum melakukan tayamum, paham dan
mengerti bagaimana cara melakukan tayamum.
4. Debu bebas dari najis.
Menghilangkan najis-najis yang berada di debu
yang digunakan untuk tayamum.
5. Melakukan Tayamum di dalam waktu sholat.
Melakukan tayamum ketika sudah measuk waktu
sholat, misalnya mau mengerjakan sholat dhuhur dan
9
tidak menemukan air karena di padang pasir, maka baru
meaakukan tayamum.
6. Mengetahui arah kiblat sebelum melakukan tayamum .
Sebab kadang-kadang didaerah lain tidak
mengetahui arah kiblat, misalkan kita sedang melakukan
perjalanan musafir.
7. Satu kali tayamum untuk 1 kali kefardhuan.
Ketika melakukan tayamum hanya digunakan
untuk satu kefardhuan, misalnya tayamum untuk
melakukan sholat dhuhur, maka hanya untuk melakukan
sholat dhuhur.
Kecuali yang sunnah, seperti membaca Al Quran,
sholat sunnah boleh dilakukan bersama satu kali
tayamumnya. Namun ketika akan melakukan sholat
ashar di waktu berikutnya harus melakukan tayamum
lagi.
10
2.4 Beribadah Bagi Orang Sakit
B. Rukun Shalat
a) Niat
11
b) Berdiri bagi yang mamapu
c) Takbiratul ihram
d) Membaca surat Fatihah
e) Ruku serta tuma'ninah
f) I'tidal serta tuma'ninah
g) Sujud dua kali dengan tuma'ninah
h) Duduk diantara dua sujud dengan tuma'ninah
i) Duduk akhir Membaca Tasyahd akhir
j) Membaca Shalawat atas Nabi Muhammad
k) Memberi salam yang pertama (kanan)
l) Menertibkan rukun
12
Muka dan dada menghadap kiblat
Rukuk dann sujud dilakukan dengan menunjukkan
isyarat. Kepala menunduk ketika rukuk, dan lebih
menunduk ketika sujud
Jika tidak mampu menunduk, boleh menggunakan
gerakan mata sebagai isyarat
13
Secara bahasa, puasa atau shaum dalam bahasa Arabnya
berarti menahan diri dari segala sesuatu. Jadi, puasa itu
ialah menahan diri dari segala perkara seperti makanan,
minuman, berbicara, menahan nafsu dan syahwat, dls.
Sedangkan secara istilah, puasa yaitu menahan diri dari segala
sesuatu yang bisa membatalkan puasa yang dimulai sejak
terbit fajar hingga matahari terbenam. Dalam Al-qur’an surat
Al-Baqoroh ayat 187 menerangkan tentang kewajiban
berpuasa.
b) Rukun Puasa
ِر ثُ َّم أَتِ ُّمواjْد ِمنَ ْالفَجjِ َوj ِط اأْل َ ْسjض ِمنَ ْال َخ ْي
jُ َطُ اأْل َ ْبيjَّن لَ ُك ُم ْال َخ ْيjَ َربُوا َحت َّى يَتَبَيjاش
ْ وا َوjjَُو ُكل
َّ َ
صيَا َم إِلى الليْل ِّ ال
14
3) Suci dari Haid dan nifas.
1) Dalam keadaan suci dari haidh dan nifas. Syarat ini adalah
syarat terkena kewajiban puasa dan sekaligus syarat
sahnya puasa.
15
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bagi shohibul jaba’ir atau orang sakit yang tidak mampu bersuci
menggunakan air dapat mengganti wudlunya dengan tayammum. Dan
bagishohibul jaba’ir wajib melepas perbannya ketika bersuci apabila tidak
dikhawatirkan menimbulkan bahaya. Menurut mayoritas ulama, tayamum
adaalah pengganti yang sifatnya hanya darurat. Alat bersuci yang
16
sebenarnya adalah air. Maka tayammum tidak bisa menghilangkan najis
sebagaimana air.
Orang sakit yang khawatir akan bertambah parah sakitnya atau
memperlambat kesembuhannya atau sangat susah berdiri, diperbolehkan
shalat dengan duduk, Orang yang sakit apabila mengerjakan shalat
dengan duduk sebaiknya duduk bersila pada posisi berdirinya.
3.2 SARAN
Adapun saran untuk perbaikan makalah ini yaitu sebagai berikut
Diharapkan pendidik dapat memahami perkembangan peserta didik
dalam proses pendidika dan Diharapkan pembaca dapat
memanfaatkan makalah ini sebaik- baiknya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ghazali, Muhammad Iqbal A.(2010). Cara Bersesuci dan Sholat Orang Yang
Sakit. Islamhouse
Marzuki.(2015). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas XII. Jakarta:
Kementrian pendidikan dan kebudayaan 2015.
18