Disusun Oleh:
1. Fathurozak (2021030022)
2. Anggita Yuli Wijiastuti (2021030007)
3. Anggraeni Mulia Sari (2021030008)
4. Dwi Hidayanti (2021030017)
5. Maulani Rahayu (2021030043)
1. Apabila seseorang tidak menemukan air yang akan digunakan untuk berwudhu atau untuk mandi junub atau
mandi dari haid atau mandi dari nifas. Hal ini berlaku hanya bagi orang yang memang tidak menemukan air
sama sekali atau ia menemukan airnya akan tetapi air tersebut sangat dibutuhkan untuk keperluan sehari-har
i dan airnya hanya sedikit.
2. Apabila ia menemukan air akan tetapi ia tidak dapat menggunakannya, karena ia dalam keadaan sakit yang
dalam artian sakitnya tersebut akan bertambah parah jika terkena oleh air.
3. Sebagian ulama fiqh memperbolehkan tayamum bagi seseorang yang khawatir terlambat melakukan shalat ji
ka ia harus mengambil wudhu atau mandi.
FARDU TAYAMUM
1. Niat, orang yang hendak melakukan tayamum haruslah berniat terlebih dahulu karena hendak melakukan sh
alat atau sebagainya, bukan semata-mata untuk menghilangkan hadas saja, tidak dapat menghilangkan hadas
, hanya untuk melakukan shalat karena darurat.
1. Salah satu yang membatalkan tayamum ialah semua yang membatalakan wudhu, yaitu :
a. Keluar sesuatu dari dua pintu atau dari salah satunya, baik berupa zat ataupun angin, yang biasa ataupun tidak biasa, seperti darah baik yang keluar itu najis atau
un suci11.
b. Hilang akal, hilang akal karena mabuk atau gila. Demikian pula karena tidur dengan tempat keluar angin yang tidak tertutup akan tetapi berbeda dengan orang y
ng tidur dengan keadaan duduk yang tetap keadaan badannya tidak membatalkan wudhu karena tiada timbul sangkaan bahwa ada sesuatu yang keluar darinya 12.
c. Bersentuhan antara kulit laki-laki dan perempuan yang sama-sama dewasa, keduanya bukan mahram dengan tidak ada penghalang antara kedua kulit tersebut 13.
d. Memegang atau menyentuh kemaluan (qubul atau dubur) dengan telapak tangan atau dengan bagian dalam jari-jari yang tidak memakai tutup (walaupun kemalu
nnya sendiri)14.
2. Orang yang bertayamum karena berhadas besar tidak akan kembali berhadas besar, kecuali bila ditimpa yang mewajibkan mandi 15.
3. Hilangnya udzur yang dapat membolehkan tayamum, seperti mendapatkan air setelah sebelumnya tidak membatalkannya..
5. Murtad.
Penggolongan Cara Tayamum Bagi Orang Sakit
1. Apabila sakitnya ringan dan berwudlu menggunakan air atau bisa menggunakan air hangat tidak berbahaya atasnya dan tidak menyebabkan terlambat se
mbuh, bertambah sakit dan tidak khawatir.
2. Apabila orang yang sakit susah berwudhu atau bertayammum sendiri, ia diwudhukan atau ditayammumkan oleh orang lain dan cukuplah hal itu baginya
3. Orang yang terluka, dengan luka bernanah, atau patah, yang berbahaya jika terkena air, lalu ia dalam keadaan junub, ia boleh bertayammum. Jika ia bisa
membasuh yang sehat dari tubuhnya, ia harus melakukan hal itu dan bertayammum untuk yang lain.
4. Barangsiapa yang luka di salah satu anggota bersuci (seperti di tangan), maka ia membasuhnya dengan air. Jika ia merasa sulit membasuhnya atau berba
haya, ia mengusapnya dengan air saat membasuh anggota wudhu yang ada luka menurut urutan tertib wudhu. Jika ia susah mengusapnya atau berbahay
a, ia boleh bertayammum dan cukuplah untuknya.
5. Orang yang memakai pembalut (karena luka atau patah), yaitu orang yang di salah satu anggota tubuhnya ada yang patah yang sedang di Gips, maka ia
cukup mengusapnya dengan air, sekalipun ia tidak meletakkan dalam keadaan suci (maksudnya: tidak berwudhu saat memakainya).
6. Apabila orang yang sakit ingin shalat, ia harus bersungguh-sungguh menjaga kesucian badan, pakaian, dan tempat shalatnya dari segala najis. Jika ia tid
ak mampu, ia shalat apa adanya dan tidak mengapa atasnya.
7. Apabila orang sakit menderita silsil baul (kencing terus menerus) dan belum sembuh dengan pengobatannya, maka ia harus beristinja berwudhu untuk s
etiap shalat setelah masuk waktunya, mencuci yang mengenai badannya dan menjaga pakaiannya tetap suci untuk shalat jika tidak memberatkannya. Da
n jika tidak bisa niscaya dimaafkan darinya, dan ia menjaga semaksimal mungkin agar air seninya tidak mengenai pakaian, tubuhnya atau tempat shalat
nya dengan membungkus zakarnya dengan sesuatu yang bisa menahan air seni.
KESIMPULAN
Bersuci (Thaharah) merupakan syarat sah suatu ibadah, bersuci terbagi dua
bagian yaitu bersuci dari najis dan suci dari hadats. Bagi orang yang sehat
dapat melaksanankn tata cara bersuci dengan berwudlu dan mandi, namun
untuk keadaan darurat (orang sakit) bisa digantikan dengan tayamum.
Tayamum merupakan bentuk kecintaan Allah kepada umat Islam dengan
memberikan keringanan (rukhsah) dalam beribadah menurut kemampuan
masing-masing dimana harus tetap memperhatikan syarat sah dan rukun
tayamum.
THANKS