Anda di halaman 1dari 136

PANDUAN

KEPANITERAAN UMUM (PANUM) KEPERAWATAN JIWA

DISUSUN OLEH:
TIM KEPERAWATAN JIWA

Selvi Alfrida Mangundap, S.Kp., M.Si


Aminuddin.S.Kep.Ns.,M.Kes
Helena Pangaribuan.S.Kep.Ns.,M.Kep (Koordinator)
Supirno S.Kep.Ns.,M.Kep
Amir.S.Kep.Ns.MM

POLTEKKES KEMENKES PALU JURUSAN


KEPERAWATAN PENDIDIKAN PROGRAM
STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2021

1
VISI DAN MISI POLTEKKES KEMENKES PALU

VISI

Menjadi institusi pendidikan tinggi yang menghasilkan lulusan tenaga kesehatan yang
berkarakter, unggul, professional, dan tanggap terhadap kemajuan IPTEKS berdasarkan
Pancasila tahun 2023.
MISI

1. Menyelenggarakan program pendidikan dan pembelajaran yang bermutu modern dan


relevan dengan kebutuhan pembangunan kesehatan baik untuk daerah, nasional dan
internasional sesuai dengan revolusi industri 4.0
2. Menyelenggarakan kegiatan penelitian terapan dan pengkajian IPTEKS kesehatan
secara berkelanjutan dan melakukan publikasi hasil penelitian.
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat berbasis riset dan melakukan
publikasi kegiatan.
4. Menyelenggarakan pembinaan kemahasiswaan dan alumni agar dapat bekerja dengan
memiliki budi pekerti luhur, akhlak mulia dan tanggap terhadap lingkungan.
5. Menyelenggarakan pengelolaan dukungan manajemen pendidikan tinggi kesehatan
dan penyediaan sarana dan prasarana secara efisien, efektif, akuntabel dan transparan.
6. Menyelenggarakan kegiatan kerjasama baik dalam negeri maupun luar negeri dan
penjamin mutu pendidikan tinggi.

2
VISI, MISI DAN TUJUAN PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN PALU

VISI
Menghasilkan lulusan Ners yang professional, berkarakter di tingkat regional, nasional,
dengan keunggulan kegawatdaruratan masyarakat pesisir pantai berdasarkan Pancasila Tahun
2024.

MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan keperawatan yang berkualitas dan mampu
menghasilkan lulusan Ners yang professional (bidang kegawatdaruratan masyarakat
pesisir pantai) dan berkarakter (memiliki prinsip etik keperawatan) yang relevan
dengan tantangan perkembangan keperawatan regional dan nasional

2. Melaksanakan dan mengembangkan penelitian keperawatan dengan keunggulan


kegawatdaruratan masyarakat pesisir pantai yang dapat meningkatkan mutu
penyelenggaraan pendidikan dan pelayanan keperawatan kepada masyarakat yang
relevan dengan tantangan perkembangan keperawatan regional dan nasional.

3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dengan melibatkan peran mahasiswa,


institusi, dan masyarakat serta mengembangkan sistem pelayanan keperawatan
professional terpadu di masyarakat.

4. Menjalin kerja sama regional dan nasional untuk memfasilitasi pelaksanaan Tri
Dharma Perguruan Tinggi yang mendukung pengembangan program studi.

TUJUAN

Tujuan Pendidikan Program Studi Profesi Ners mengacu pada tujuan Poltekkes Kemenkes
Palu, yaitu sebagai berikut :
1. Menghasilkan lulusan Profesi Ners yang professional (bidang kegawatdaruratan
masyarakat pesisir pantai) dan berkarakter (memiliki prinsip etik keperawatan) yang
relevan dengan tantangan perkembangan keperawatan regional dan nasional.
2. Meningkatkan penelitian keperawatan dengan keunggulan kegawatdaruratan
masyarakat pesisir pantai yang dapat meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan
dan pelayanan keperawatan kepada masyarakat yang relevan dengan tantangan
perkembangan keperawatan regional dan nasional.
3. Meningkatkan pengabdian kepada masyarakat dengan melibatkan peran mahasiswa,
institusi, dan masyarakat serta mengembangkan sistem pelayanan keperawatan
professional terpadu masyarakat.
4. Meningkatkan kerjasama regional dan nasional untuk memfasilitasi pelaksanaan Tri
Dharma Perguruan Tinggi.
3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan RahmatNya, Tim

Keperawatan Jiwa dapat menyelesaikan Buku Panduan Kepanitraan Umum (Panum)

Keperawatan Jiwa bagi mahasiswa Pendidikan Program Profesi Ners Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Palu. Buku Panduan ini diperuntukkan bagi mahasiswa yang akan

mengikuti pendidikan program profesi Ners agar dapat dengan mudah memahami dan

mengaplikasikan ketrampilan laboratorium dengan ketrampilan sesungguhnya yaitu di

wahana praktek/klinik/ rumah sakit dimana mereka melakukan praktek untuk mencapai

kompetensi khususnya stase keperawatan jiwa.

Kami menyadari bahwa buku panduan ini masih banyak kekurangannya dan masih

perlu masukan, saran dan kritik yang membangun guna perbaikan serta penyempurnaan

dimasa yang akan datang. Kami berterima kasih kepada seluruh tim serta pendukung lainnya

sehingga buku panduan ini dapat terlihat wujudnya serta dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa

ners. Akhir kata semoga buku panduan ini dapat membantu mahasiswa pendidikan program

studi profesi ners dalam proses pembelajaran kepanitraan umum yang dilaksanakan di

laboratorium terpadu Poltekkes Kemenkes Palu.

Palu, Oktober 2021

Tim Keperawatan Jiwa

4
DAFTAR ISI

Hal
Sampul ...................................................... 1
Visi & Misi ...................................................... 2
Kata Pengantar ...................................................... 4
Daftar Isi ...................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN ...................................................... 6
A. Deskripsi Mata Kuliah Keperawatan
Jiwa ...................................................... 6
B. Capaian Keterampilan Keperawatan Jiwa ...................................................... 8
BAB II METODE DAN TATA TERTIB
KEPANITERAAN UMUM
KEPERAWATAN JIWA ..................................................... 9
A. Metode Kepaniteraan Umum
Keperawatan Jiwa ..................................................... 9
B. Tata Tertib Kepaniteraan Umum
Keperawatan Jiwa ..................................................... 9
BAB III JADWAL KEGIATAN
KEPANITERAAN UMUM
KEPERAWATAN JIWA ..................................................... 12
A. Jadwal Simulasi Kepaniteraan Umum
Keperawatan Jiwa ..................................................... 12
B. Jadwal Ujian Keterampilan ..................................................... 13
C. Mahasiswa Kepaniteraan Umum
Keperawatan Jiwa ..................................................... 14

Lampiran

5
BAB I

PENDAHULUAN

Kepaniteraan umum (PANUM) adalah pelatihan ketrampilan (Skill) pra pendidikan

program profesi ners bagi mahasiswa Sarjana Sains Terapan Keperawatan (S.Tr.Kep)

yang akan memasuki pendidikan program profesi ners. Kegiatan Panum akan diawali

dengan kegiatan pembekalan, yang akan dilaksanakan selama 1 hari, yaitu pada hari

Jumat, tanggal 25 Oktober 2021 dan Ujian Panum dilaksanakan Selasa 26 Oktober

2021. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum pendidikan Ners tahun 2015.

Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu pada tahun 2017 diberikan izin untuk

menyelenggarakan program profesi ners, sesuai dengan surat keputusan menteri riset,

teknologi dan pendidikan tinggi RI nomor 239/KPT/1/2016 3 Agustus 2016 tentang

pembukaan Program Studi Undang-undang No 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan

pada pasal 6 menyatakan bahwa pendidikan tinggi Keperawatan terdiri dari Pendidikanp

peawat profesional, Pendidikan Akademik dan Pendidikan Profesi. Kualifikasi

kompetensi perawat professional berada pada level 7, yaitu pendidikan profesi Ners.

Politeknik Kesehatan Kemenkes perlu meningkatkan dan menyiapkan mahasiswa yang

telah menyelesaikan program pendidikan profesi Ners (Ners Terapan Keperawatan)

untuk dilanjutkan ke jenjang pendidikan Magister Keperawatan.

Implementasi kurikulum program profesi Ners di Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu

didasarkan pada hasil analisis kompetensi sarjana Terapan Keperawatan dan kompetensi

SI Keperawatan oleh PPSDM Kesehatan Kemenkes RI bekerja sama dengan PPNI,

AIPNI dan Poltekkes Kemenkes Surakarta, Semarang, Manado, Palu serta Jakarta III.

Berdasarkan hasil analisis kompetensi /capaian pembelajaran kurikulum sarjana terapan

keperawatan dan SI Keperawatan perlu dilaksanakan Paniteraan Umum (Panum) terdiri

6
dari mata kuliah Keperawatan Medikal bedah, Keperawatan Maternitas, keperawatan

Anak, keperawatan Jiwa, Keperawatan Gadar dan kritis.

Panum Keperawatan Jiwa perlu diberikan kepada mahasiswa yang bertujuan untuk

penguatan kemampuan berfikir kritis (critical thinking) dalam menghadapi permasalahan

klinis pada klien dengan masalah psikososial sehingga mampu memberikan asuhan

keperawatan secara komprehensif dan tuntas yang diaplikasikan pada periode praktik

profesi Ners

1. Deskripsi Mata Kuliah

Mata Kuliah Keperawatan Jiwa merupakan mata kuliah yang menghantarkan

mahasiswa dalam adaptasi profesi untuk dapat menerima pendelegasian kewenangan

secara bertahap ketika melakukan asuhan keperawatan professional, memberikan

pendidikan kesehatan, menjalankan fungsi advokasi pada klien, membuat keputusan legal

etik serta menggunakan hasil penelitian terkini yang berkaitan dengan keperawatan pada

orang dewasa. Mata kuliah keperawatan jiwa ini mencakup asuhan keperawatan pada

klien dewasa dalam konteks keluarga yang mengalami masalah kebutuhan fisik dan

psikologis.

2. Capaian Ketrampilan

Mahasiswa diharapkan setelah mengikuti kepanitraan umum keperawatan jiwa, mampu :

1. Melakukan Pendidikan kesehatan

2. Menyusun Proposal Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

a. Terapi aktivitas kelompok (TAKS) Sosialisasi


1) Sesi 1 TAKS : Kemampuan memperkenalkan diri
2) Sesi 2 TAKS : Kemampuan berkenalan
3) Sesi 3 TAKS : Kemampuan bercakap-cakap
4) Sesi 4 TAKS : Kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
5) Sesi 5 TAKS : Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
7
6) Sesi 6 TAKS : Kemampuan bekerja sama
7) Sesi 7 TAKS : Kemampuan sosialisasi
b. Terapi aktivitas kelompok (TAKS) Halusinasi
1) Sesi 1 TAKS : Kemampuan mengenal halusinasi
2) Sesi 2 TAKS : Kemampuan mengontrol halusinasi dengan menghardik
3) Sesi 3 TAKS : Kemampuan mencegah halusniasi dengan melakukan
kegiatan
4) Sesi 4 TAKS : Kemampuan bercakap-cakap untuk mencegah halusinasi
5) Sesi 5 TAKS : Kemampuan patuh minum obat untuk mencegah halusinasi
c. Terapi aktivitas kelompok (TAKS) harga diri rendah
1) Sesi 1 TAKS : Kemampuan mengenal menulis yang tidak menyenangkan
dan hasil positif diri sendiri
2) Sesi 2 TAKS : Kemampuan melatih kegiatan positif
d. Terapi aktivitas kelompok (TAKS) orientasi realitas
1) Sesi 1 TAKS : Kemampuan mengenal orang lain
2) Sesi 2 TAKS : Kemampuan mengenal tempat di Rumah Sakit
3) Sesi 3 TAKS : Kemampuan mengenal waktu
e. Terapi aktivitas kelompok (TAKS) Perilaku kekerasan
1) Sesi 1 TAKS : Kemampuan mengenal perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
2) Sesi 2 TAKS : Kemampuan mencegah perilaku kekerasan fisik
3) Sesi 3 TAKS : Kemampuan mencegah perilaku kekerasan social
4) Sesi 4 TAKS : Kemampuan mencegah perilaku kekerasan spiritual
5) Sesi 5 TAKS : Kemampuan mencegah perilaku kekerasan dengan patuh
minum obat
3. Role play 7 diagnosa keperawatan : harga diri rendah (HDR), isolasi sosial (ISOS),
resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan (RPK/PK), defisit perawat diri (DPD),
hallusinasi , waham, resiko perilaku bunih diri (RPBD) dan strategi pelaksanaannya

8
BAB II

METODE DAN TATA TERTIB

A. Metode Kepanitraan Umum Keperawatan Jiwa

Metode yang digunakan dalam kepanitraan umum (Panum) keperawatan jiwa yaitu

tutorial dengan simulasi oleh preceptor dan demostrasi melalui praktek mandiri oleh

mahasiswa dan selanjutnya dilakukan evaluasi melalui ujian panum.

B. Tata Tertib Kepanitraan Umum Keperawatan jiwa.

Sehubungan dengan pelaksanaan panum ini dilaksanakan pada masa pandemi Covid-19,

maka setiap mahasiswa, pembimbing dan tenaga instruktur yang terlibat dalam

melaksanakan kegiatan ini harus mematuhi dan mentaati dengan ketat protokol kesehatan

yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Tata tertib panum keperawatan jiwa yaitu:

1. Mematuhi dan mentaati protokol kesehatan di masa pandemi:


a. Mahasiswa wajib mengikuti protocol kesehatan yang ditetapkan oleh Poltekkes
Kemenkes Palu Prodi Ners
b. Mahasiswa mempersiapkan sendiri APD seperti; masker bedah, face
shield/goggle, sarung tangan, dan penutup kepala.
c. Selama pelaksanaan panum mahasiswa wajib menggunakan APD
d. Mencuci tangan dengan sabun
e. Sebelum masuk laboratorium akan dilaksanakan pemeriksaan suhu tubuh oleh
petugas, jika suhu tubuh ≥ 37,5°C, dalam 2 kali pemeriksaan suhu masih tetap
sama, maka mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti kegiatan panum
2. Membawa hasil keterangan sehat COVID-19 (Rapid test/Swab PCR) dari
puskesmas/rumah sakit daerah asal yang bisa dipertanggungjawabkan
3. Mahasiswa wajib membawa hand sanitizer sendiri
4. Selama panum mahasiswa tidak diperkenankan untuk keluar dan masuk ruangan,(
tidak diperkenankan untuk keluar dari ruangan laboratorium sebelum kegiatan
panum keperawatan jiwa selesai.
5. Harap mempersiapkan diri dengan bekal makanan dan minuman dari rumah
9
C. Kehadiran/Presensi

1. Mahasiswa dan pembimbing diharapkan hadir tepat waktu

2. Mahasiswa menggunakan pakaian seragam yang rapih dan sopan, bagi laki-laki

rambut rapih dan tidak panjang.

3. Mahasiswa wajib menggunakan jas laboratorium.

4. Tidak diperkenankan meninggalkan tempat praktek, tanpa seizin pembimbing

5. Mahasiswa wajib mengikuti simulasi dan ujian praktek

6. Mahasiswa yang dinyatakan tidak lulus ujian, diberikan kesempatan untuk

mengikuti ujian kembali sampai dinyatakan lulus

7. Selama pelaksanaan panum, mahasiswa mentaati etika saat berada dilingkungan

pendidikan yaitu memperhatikan kesopanan, tata cara berkomunikasi, tidak

menimbulkan kegaduhan dan tidak menganggu ketertiban umum, apabila tidak

menjaga etika, akan dikenakan sanksi yaitu mengulang ujian panum kembali.

8. Jika melakukan tindakan yang berdampak pada kerusakan alat-alat laboratorium,

maka diharuskan menganti alat yang rusak tersebut.

D. Pelaksanaan

1. Pelaksanaan pelaksanaan panum dilakukan selama 1 hari yang dilanjutkan dengan

praktek mandiri

2. Ujian panum dilaksanakan 1 hari

3. Simulasi, praktek mandiri dan ujian panum dilaksanakan di laboratorium erawatan

dan laboratorium terpadu Poltekkes Kemenkes Palu..

4. Waktu pelaksanaan simulasi, praktik mandiri dan ujian panum dilaksanakan pada

jam kerja dimulai 08.00 s/d 16.00 WITA

1. Evaluasi

a. Nilai batas lulus (NBL) ujian panum ≥ 75

10
b. Peserta yang tidak lulus ujian panum diberikan kesempatan untuk

memperbaiki/mengulang ujian pada hari yang ditentukan atau sesuai dengan

kesepakatan dengan pembimbing.

c. Peserta yang tidak lulus ujian panum sampai batas pelaksanaan ujian panum maka

dinyatakan belum dapat mengikuti program Ners, sampai dinyatakan lulus.

d. Peserta yang tidak mengikuti ujian dengan alasan sakit/ijin dan disertai dengan

surat keterangan yang dapat dipertnggungjawabkan, diberi kesempatan untuk

mengikuti ujian susulan pada bagian yang bersangkutan

11
BAB III
JADWAL KEGIATAN PANUM KEPERAWATAN JIWA

A. Jadwal Totorial Kepanitraan Umum Keperawatan Jiwa

Tabel :3.1. Jadwal Tutorial dan Mentoring Kepanitraan Umum Keperawatan Jiwa

NO HARI KETERAMPILAN MENTORING

1 Senin PENDIDIKAN Aminuddin, S,Kep.Ns.,


25 Oktober 2021 KESEHATAN M.Kes
Selvi Alfrida.S.Kp.M.Si
08.00-09.30 WITA
2 Senin STATEGI Helena Pangaribuan,
PELAKSANAAN /SP S,Kep.Ns., M.Kep
25 Oktober 2021
GANGGUAN JIWA
09.30-11.00 WITA (Harga diri rendah,
Halusinasi )
3 Senin STATEGI Supirno, S,Kep.Ns., M.Kep
PELAKSANAAN /SP
25 Oktober 2021
GANGGUAN JIWA
11.00-12.30 WITA ( Waham, ISOS)
4 Senin TERAPI AKTIFITAS Kadek Susmasanti, S.Kep.Ns
25 Oktober 2021 KELOMPOK
13.00-14.30 WITA (Sosialisasi,perilaku
kekerasan , orientasi
realitas, harga diri
rendah)
5 Senin STATEGI Amir.S.Kep.Ns.,MM
25 Oktober 2021 PELAKSANAAN /SP
14.30-16.00 WITA GANGGUAN JIWA
(Resiko Bunuh diri,
Deficit perawatan diri)

12
B. Jadwal Ujian Panum

Tabel :3.2. Jadwal Ujian Panitraan Umum Keperawatan Jiwa

NO WAKTU/ MATERI KETERAMPILAN PEMBIMBING/ MAHASIS


TANGGAL PENGUJI WA
1. Selasa PENDIDIKAN Aminuddin, I-II,III
26 Oktober KESEHATAN S,Kep.Ns., M.Kes
2021
08.00-11.00
wita

2 Selasa PENDIDIKAN Selvi IV


26 Oktober KESEHATAN Alfrida.S.Kp.M.Si
2021
08.00-11.0
wita

3 Selasa SPTK Gangguan Jiwa Harga Helena Pangaribuan, I & IV. a


26 Oktober diri rendah, Halusinasi ) S,Kep.Ns., M.Kep
2021
11.00-12.00
wita
13.00-14.00
wita

4. Selasa SPTK Gangguan Jiwa Supirno, S,Kep.Ns., II & IV. b


26 Oktober ( Waham, ISOS) M.Kep
2021
11.00-12.00
wita
12.30-14.00
wita

5. Selasa SPTK Gangguan Jiwa Amir.S.Kep.Ns.MM III & IV. c


26 Oktober (DPD, Resiko Bunuh diri )
2021
11.00-12.00
wita
12.30-14.00
wita

6 Selasa TAKS Kadek Susmasanti, I,II,III,IV


26 Oktober S.Kep.Ns
2021
14.00-16.30
wita

13
C. Peserta Kepanitraan Umum Keperawatan Jiwa

Tabel 3.3 Peserta Kepaniteraan Umum Keperawatan Jiwa


D.
NO NAMA PESERTA KELOMPOK
1 I Gede Sunardianta
2 Aminatus Sahra
3 Anggi Ainun Nisa I
4 Asriani
5 Ayun Polimengo
6 Dewi Priyanti Pilok
7 Dita Muliaty A. Manopo
8 Dita Nurpadila Mahadju
9 Ferdiyanto Ibrahim
10 Puspita A Kusang
11 Fidyatin Jaya Maabu
12 Hasbunsyah Siregar
13 Hasriati
13 Herawati
14 Iman Gaga Labajo
15 Ismunandar II
16 Jumriani
17 Khaerunnisa
18 Legianti
19 Mayasari Eka
20 Mega
21 Meylan A. Kalay
22 Mutiara HR
23 Nadillah Adjami
24 Nur’ain Y Poha
25 Nurlaila
26 Putri Noviandini Dahlan
27 Putri Rahmadani
28 Rian Rifaldi Kadulah III
29 Sonia Fransiska Mohi
30 Sri Wahyuni Gani
31 Indah Kumala Sari
32 Raisa Taatiyah Musa
33 Sitti Rahmawaty Asiku
34 Sri Selviana Novitasari
35 Fatmawati Ghafran Abdul
36 Eka Murdianty Dewi
37 Marselinus Jamaludin

14
38 Amalia
39 Elan D. Taib IV
40 Hasiani K IV.a ( no 39 s/d 42)
41 Helmi M. Dg. Tapala IV.b ( no 43 s/d 47)
42 Muhammad Fadil Sy Lamato IV.c ( no 44 s/d 52)
43 Novia Renza Paembonan
44 Nur Afni Aswar
45 Nur Hidayah
46 Nurfitria
47 Sry Irmayanti Syahrir
48 Sri Wahyuni S
49 Mersi Marsalina Lonto
50 Eprianty Sombo
51 Kiki Fatmawati Pakaya
52 Wahyu Kindang

Palu, 19 Oktober 2021


Mengetahui
Program Studi Ners Koordinator Keperawatan
Ketua Jiwa

Dr, Jurana, S,Kep.,Ns.,M.Kes. Helena Pangaribuan, S.Kep.Ns .M.Kep.


NIP. 197112151991012001 Nip 197205201996032002

15
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN /SPTK

KASUS

Seorang perempuan berusia 38 tahun masuk di UGD RSJ


dengan keluhan utama sering mengamuk atau melakukan
kekerasan pada orang lain. Pada pengkajian pasien terus
berbicara tentang dirinya sendiri dan cenderung diulang-
ulang serta sangat mendominasi pembicaraan. Isi
pembicaraan pasien membanjir, tidak mampu
membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan.
Pasien kadang menghindar dari orang lain dan sering
merendahkan diri. Apakah diagnosis keperawatan pada
kasus tersebut?

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Perilaku kekerasan merupakan salah satu respons terhadap stresor yang dihadapi oleh
seseorang. Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan
pasien dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga
yang profesional.

A. PENGKAJIAN

1. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat
dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku
kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku
kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan.
2. Tanda dan Gejala

Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara tentang
perilaku berikut ini:

a. Muka merah dan tegang


b. Pandangan tajam
16
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda/orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan.
Data ini sesuai dengan format pengkajian untuk masalah perilaku kekerasan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

RISIKO PERILAKU KEKERASAN

C. TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Tindakan keperawatan untuk pasien

a. Tujuan

1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan


2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
6) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya

Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik

b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan

a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik


b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial

17
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah
secara:
a) verbal
b) terhadap orang lain
c) terhadap diri sendiri
d) terhadap lingkungan
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
a) Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
b) Obat
c) Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
d)Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
a) Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
b) Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
8) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
a) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta
dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
b) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
9) Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
a) Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
b) Buat jadwal latihan sholat, berdoa
10) Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
a) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama
pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan
benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat
b) Susun jadwal minum obat secara teratur
11) Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi mengontrol
Perilaku Kekerasan

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan


marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan,
akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI:

“Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya A K, panggil saya A, saya


perawat yang dinas di ruangan soka in. Hari ini saya dinas pagi dari pk. 07.00-

18
14.00. Saya yang akan merawat bapak selama bapak di rumah sakit ini. Nama
bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah
bapak”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10
menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau
di ruang tamu?”
KERJA:
“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah
marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, jadi
ada 2 penyebab marah bapak”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan istri
belum menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang
bapak rasakan?” (tunggu respons pasien)
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak memukul istri bapak
dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iya, tentu
tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi sakit dan takut,
piring-piring pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah
bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?””Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak.
Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkanrasa
marah.””Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara
dulu?””Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka
bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu
perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi,
tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali.
Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana
perasaannya?”“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga
bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
bapak?””Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak
rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta
akibatnya ......... (sebutkan)”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi
penyebab marah bapak yang lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang
belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak. „Sekarang
kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan napas
dalam?, jam berapa saja pak?””Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan
19
kita latihan cara yang lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja
ya pak, assalamualaikum”

SP 2 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2

a. Evaluasi latihan nafas dalam


b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

20
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang
saya datang lagi”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak
marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan
kegiatan fisik untuk cara yang kedua”
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruang tamu?”
KERJA
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal,
berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul
kasur dan bantal”.
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak?
Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan
lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba
bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutinjika ada perasaan marah.
Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”
“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur
bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam
05.00 pagi. dan jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-
waktu gunakan kedua cara tadi ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak,
mau berapa kali sehari bapak latihan memukul kasur dan bantal serta tarik nafas
dalam ini?”
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan
belajar bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai
jumpa”

SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:


a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta
dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

21
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini!

ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?,
apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”

“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau
diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak
dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

KERJA
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah
dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka
kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya larena
minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya
perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju,
minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.”
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya,
katakan: „Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan‟. Coba
bapak praktekkan. Bagus pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal
bapak dapat mengatakan:‟ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu‟. Coba
praktekkan. Bagus”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah
dengan bicara yang baik?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak mau
latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”
Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus
nanti dicoba ya Pak!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?” Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik
sampai nanti ya”

22
SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan sosial/verbal
b. Latihan sholat/berdoa
c. Buat jadual latihan sholat/berdoa
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya
datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?”
“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu
dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?
KERJA
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang
mana mau dicoba?
“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam.
Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil
air wudhu kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan
caranya (untuk yang muslim).”
TERMINASI
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali
bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa
marah”
“Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi”
“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa
marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja,
jam 10 ya?” “Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah bapak, setuju pak?”

23
SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih.
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien,
benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat)
disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat. Susun jadual minum obat
secara teratur
c. Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, bicara
yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?.
Coba kita lihat cek kegiatannya”.
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar
untuk mengontrol rasa marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit”

KERJA (perawat membawa obat pasien)


“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”
Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak
minum? Bagus!

“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran
tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan tegang, dan yang merah jambu ini
namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak
minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam”. “Bila nanti setelah minum
obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es
batu”.“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknyaistirahat dan jangan
beraktivitas dulu”“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak
obat apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta
obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”“Jangan pernah menghentikan
minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak, karena dapat terjadi
kekambuhan.”“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang
benar?”“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum
obat yang benar?”“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita
pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat

24
ANALISA KASUS

Saat dikaji Bpk C 41 tahun mengatakan masih mendengar suara


yang menyuruhnya memukul orang lainnamun tidak ada
wujudnya yang sering datang 5 kali dalam sehari, berdasarkan
hasil observasi Bpk C sering menutup telinganya dan kadang
25
berteriak ketakutan, perawat berusaha mengontrolnya dan
berkata bila suara yang sering Bpk C dengar itu datang lagi,
bapak bisa mencoba cara yang saya ajarkan menghardik yaitu
dengan cara tutup telinga bapak lalu bilang: pergi....peri kamu
Seorang Laki-laki berusia 45 thn dirawat diruang Kamboja Rumah
Sakit Jiwa Sehat Selalu dengan keluhan utama pasien sering
berbicara sendiri, tertawa dan menangis tanpa sebab.Hasil
pengkajian: Pasien mengatakan mendengar suara-suara yang
selalu mengajaknya bicara. Pasien tampak mendekatkan telinganya
ke arah tertentu dan terkadang menutup telinganya dengan kedua
tangan. Pasien tampak tremor dan berkeringat

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HALUSINASI

A. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi merupakan salah satu masalah keperawatan yang
dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Modul ini berisi panduan agar Saudara dapat
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan halusinasi.

26
B. Pengkajian Pasien Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami perubahan
sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan
atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.

Pada proses pengkajian, data penting yang perlu saudara dapatkan adalah:

1. Jenis halusinasi:
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data obyektif dan subyektifnya. Data objektif
dapat Saudara kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien, sedangkan data
subjektif dapat Saudara kaji dengan melakukan wawancara dengan pasien. Melalui
data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.

Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif

Halusinasi Bicara atau tertawa sendiri Mendengar suara-suara atau


Dengar/suara kegaduhan.
Marah-marah tanpa sebab
Mendengar suara yang
Menyedengkan telinga ke mengajak bercakap-cakap.
arah tertentu
Mendengar suara menyuruh
Menutup telinga melakukan sesuatu yang
berbahaya.

Halusinasi Menunjuk-nunjuk ke arah Melihat bayangan, sinar,


Penglihatan tertentu bentuk geometris, bentuk
kartoon, melihat hantu atau
Ketakutan pada sesuatu monster
yang tidak jelas.

Halusinasi Menghidu seperti sedang Membaui bau-bauan seperti


Penghidu membaui bau-bauan bau darah, urin, feses,
tertentu. kadang-kadang bau itu
menyenangkan.
Menutup hidung.

Halusinasi Sering meludah Merasakan rasa seperti


Pengecapan darah, urin atau feses
Muntah

Halusinasi Menggaruk-garuk Mengatakan ada serangga


Perabaan permukaan kulit di permukaan kulit
Merasa seperti tersengat
listrik

27
2. Isi halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat saudara ketahui dari hasil pengkajian tentang jenis
halusinasi (lihat nomor 1 diatas).

3. Waktu, frekwensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi


Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang
dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau malam?
Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus atau hanya
sekali-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian
tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya
halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya
halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya
halusinasi.

4. Respons halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat
dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi
timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan
pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi
timbul.

C. Merumuskan Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan data subyektif dan obyektif yang
ditemukan pada pasien Gangguan sensori persepsi: halusinasi …………..
D. Tindakan Keperawatan

1) Membantu pasien mengenali halusinasi.

Untuk membantu pasien mengenali halusinasi Saudara dapat melakukannya dengan


cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat),
waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan
halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi muncul

2) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu


mengontrol halusinasi Saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti
dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi:
a) Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi
dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan
tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya.
Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak
mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan
kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam
halusinasinya.Tahapan tindakan meliputi:

28
 Menjelaskan cara menghardik halusinasi
 Memperagakan cara menghardik
 Meminta pasien memperagakan ulang
 Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien
b) Bercakap-cakap dengan orang la
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang
lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi; fokus
perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan
dengan orang lain tersebut. Sehingga salah satu cara yang efektif untuk
mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

c) Melakukan aktivitas yang terjadwal


Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri
dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak
akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan
halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami halusinasi bisa dibantu untuk
mengatasi halusinasinya dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi
sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.Tahapan intervensinya sebagai
berikut:

 Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.


 Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
 Melatih pasien melakukan aktivitas
 Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah
 Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan terhadap
perilaku pasien yang positif.
d) Menggunakan obat secara teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk
menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa
yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien
mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi
seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat
sesuai program dan berkelanjutan. Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien
patuh menggunakan obat:
 Jelaskan guna obat
 Jelaskan akibat bila putus obat
 Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
 Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat,
benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis

SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol


halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama: menghardik
Orientasi:
”Assalamualaikum D. Saya perawat yang akan merawat D. Nama Saya SS, senang
dipanggil S. Nama D siapa? Senang dipanggil apa”

”Bagaimana perasaan D hari ini? Apa keluhan D saat ini”

29
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini D
dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa
lama? Bagaimana kalau 30 menit”

Kerja:

”Apakah D mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”

” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D


dengar suara? Berapa kali sehari D alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar?
Apakah pada waktu sendiri?”

” Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu?”

”Apa yang D lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-
suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-
suara itu muncul?

” D , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat
dengan teratur.”

”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.

”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung D bilang, pergi
saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu
diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba D peragakan! Nah begitu,
… bagus! Coba lagi! Ya bagus D sudah bisa”

Terminasi:

”Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu


muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita
bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang
kedua? Jam berapa D?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan
berlatih?Dimana tempatnya””Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum”

SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-


cakap dengan orang lain
Orientasi:

“Assalammu’alaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih


muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya
30
Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di
sini saja?

Kerja:

“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Jadi kalau D mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari
teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan D. Contohnya begini; …
tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang
dirumah misalnya Kakak D katakan: Kak, ayo ngobrol dengan D. D sedang dengar suara-
suara. Begitu D. Coba D lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali
lagi! Bagus! Nah, latih terus ya D!”

Terminasi:

“Bagaimana perasaan D setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang D pelajari
untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau D mengalami
halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian D. Mau jam
berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu
suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang
ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00?
Mau di mana/ Di sini lagi? Sampai besok ya. Assalamualaikum”

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: melaksanakan


aktivitas terjadwal
Orientasi: “Assalamu’alaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya
? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah
halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di
ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”

Kerja: “Apa saja yang biasa D lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya
(terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya.
Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali D bisa lakukan.
Kegiatan ini dapat D lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain
akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.

Terminasi: “Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk
mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian D.
Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan
berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau
menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat.
Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.
Wassalammualaikum.
31
SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

Orientasi:
“Assalammualaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya
sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan
mendiskusikan tentang obat-obatan yang D minum. Kita akan diskusi selama 20 menit sambil
menunggu makan siang. Di sini saja ya D?”

Kerja:
“D adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang D dengar dan
mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang D minum ? (Perawat
menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang
dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali
sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu
(HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara
sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab
kalau putus obat, D akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau
obat habis D bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. D juga harus teliti saat
menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya D harus memastikan bahwa
itu obat yang benar-benar punya D. Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama
kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu
diminum sesudah makan dan tepat jamnya. D juga harus perhatikan berapa jumlah obat
sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”

Terminasi:
“Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara yang
kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar). Mari
kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan D. Jangan lupa pada waktunya
minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang.
Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita
bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.
Wassalammu’alaikum.

ANALISA KASUS

32
Nyonya S 30 tahun di rawat di Rumah sakit Jiwa sudah 4 tahun, saat

dikaji selalu mengatakan saya adalah wanita yang palin cantik didunia
ini, seharusnya banyak laki-laki yan harus menikahi saya ” dan ibu S
mengatakan saat ini masih sangat sedih karena ditinggal suaminya
Saat perawat melakukan kunjungan rumah, terdapat seorang
perempuan berusia 46 tahun sedang berkomat-kamit dan sering kali
berbicara sendiri. Hasil pengkajian oleh perawat pasien mengatakan
“ merasa saya menerima wahyu dari Tuhan Yang MahaKuasa
bahwa dirinya akan sembuh bila berobat pada seorang Kyai”.
Keluarga mengatakan kejadian ini terjadi setelah anaknya mati tidak
wajar. Apa intervensi kasus

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEWASA DENGAN WAHAM

A. Berbagai macam masalah kehilangan dapat terjadi pada paska bencana, baik itu
kehilangan harta benda, keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan ini
merupakan stresor yag menyebabkan stres pada mereka yang mengalaminya. Bila stress
33
ini berkepanjangan dapat memicu masalah gangguan jiwa dan pasien dapat mengalami
waham.

B. PENGKAJIAN
1. Pengertian

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus
menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.
2. Tanda dan Gejala waham adalah :

Untuk mendapatkan data waham saudara harus melakukan observasi terhadap


perilaku berikut ini:

a. Waham kebesaran

Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan

berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.

b. Waham curiga

Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha


merugikan/mecederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai
kenyataan. Contoh: “Saya tahu..seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup
saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”

c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan Contoh: “Kalau saya mau masuk surga saya
harus menggunakan pakaian putih setiap hari”

d. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.Contoh: “Saya sakit kanker”,
setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun
pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker

e. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM

D. TINDAKAN KEPERAWATAN

34
1. Tindakan keperawatan untuk pasien

a. Tujuan

1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap


2) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan yang
tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekkan
pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI:

“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas pagi ini di ruang
melati. Saya dinas dari pk 07-14.00 nanti, saya yang akan merawat abang hari ini. Nama
abang siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan sekarang?”
“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, bang?”
KERJA:
“Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya
untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita
lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus bang?”
“Tampaknya bang B gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa yang
bang B rasakan?”
“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri abang sendiri?”
“Siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?”
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya bang, juga kakak dan adik abang yang lain?”
“Kalau abang sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus abang sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut bang”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar rumah karena
bosan kalau di rumah terus ya”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”


35
”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadual ini abang coba lakukan, setuju bang?”
“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki? Mau di mana kita
bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”

SP 2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu


mempraktekkan. Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah
ini
ORIENTASI

“Assalamualaikum bang B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”

“Apakah bang B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran abang?”

“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi bang B tersebut?”

“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit tentang hal
tersebut?

KERJA

“Apa saja hobby abang? Saya catat ya Bang, terus apa lagi?”

“Wah.., rupanya bang B pandai main volley ya, tidak semua orang bisa bermain volley seperti
itu lho B”(atau yang lain sesuai yang diucapkan pasien).

“Bisa bang B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main volley, siapa yang dulu
mengajarkannya kepada bang B, dimana?”

“Bisa bang B peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang baik itu?”“Wah..baik
sekali permainannya”“Coba kita buat jadual untuk kemampuan bang B ini ya, berapa kali
sehari/seminggu bang B mau bermain volley?”“Apa yang bang B harakan dari kemampuan
bermain volley ini?
SP 3 Pasien :Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar
TERMINASI

“Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”


ANALISA KASUS

Seorang perempuan berusia 42 thn dibawah ke Rumah Sakit Jiwa


oleh keluarganya dengan keluhan
36 pasien sering menangis tanpa
sebab dan mengurung diri dalam kamar. Hasil pengkajian: pasien
mengatakan dirinya tidak berguna, saat berbicara pasien selalu
menunduk, tidak mau menatap perawat,bicara lambat dan suara
lemah.Menurut keluarga hal ini sudah berlangsung selama 2 bulan
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

A. Respons perilaku individu terhadap stressor bervariasi sesuai dengan kondisi masing-
masing. Salah satu respons perilaku yang muncul adalah isolasi sosial yang merupakan
salah satu gejala negatif pasien dengan psikotik.

B. Pengkajian
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain. Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan
dengan wawancara, adalah:
 Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
 Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
 Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
 Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
 Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
 Pasien merasa tidak berguna
 Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat diobservasi:

 Tidak memiliki teman dekat


 Menarik diri
 Tidak komunikatif
 Tindakan berulang dan tidak bermakna
 Asyik dengan pikirannya sendiri
 Tak ada kontak mata
 Tampak sedih, afek tumpul

C. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial

D. Tindakan Keperawatan

1.Tindakan keperawatan untuk pasien.

a. Tujuan: Setelah tindakan keperawatan, pasien mampu

37
1) Membina hubungan saling percaya
2) Menyadari penyebab isolasi sosial
3) Berinteraksi dengan orang lain
b. Tindakan

1) Membina Hubungan Saling Percaya


Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya, adalah
 Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
 Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
Saudara sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien
 Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
 Buat kontrak asuhan: apa yang Saudara akan lakukan bersama pasien, berapa
lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana
 Jelaskan bahwa Saudara akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi
 Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
 Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan

SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal


penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan
berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan
mengajarkan pasien berkenalan

Orientasi (Perkenalan):

“Assalammu’alaikum ”

“Saya H ……….., Saya senang dipanggil Ibu Her …………, Saya perawat di Ruang Mawar
ini… yang akan merawat Ibu.”

“Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?”

“Apa keluhan S hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman S? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau
berapa lama, S? Bagaimana kalau 15 menit”

Kerja:

”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan S? Siapa yang jarang
bercakap-cakap dengan S? Apa yang membuat S jarang bercakap-cakap dengannya?”

(Jika pasien sudah lama dirawat)

”Apa yang S rasakan selama S dirawat disini? O.. S merasa sendirian? Siapa saja yang S
kenal di ruangan ini”

“Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal?”

38
“Apa yang menghambat S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang
lain?”

”Menurut S apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada teman
bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau
kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya S ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu
inginkah S belajar bergaul dengan orang lain ?
« Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama
panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya S, senang dipanggil Si.
Asal saya dari Bireun, hobi memasak”

“Selanjutnya S menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini: Nama
Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”
“Ayo S dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan S. Coba berkenalan dengan saya!”

“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”

“Setelah S berkenalan dengan orang tersebut S bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal
yang menyenangkan S bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga,
pekerjaan dan sebagainya.”

Terminasi:

”Bagaimana perasaan S setelah kita latihan berkenalan?”

”S tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”

”Selanjutnya S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada.
Sehingga S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau praktekkan ke pasien lain.
Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”

”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak S berkenalan dengan teman
saya, perawat N. Bagaimana, S mau kan?”

”Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaiku

SP 2 Pasien : Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap

(berkenalan dengan orang pertama -seorang perawat-)

Orientasi :

“Assalammualaikum S! ”

39
“Bagaimana perasaan S hari ini?

« Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan »Coba sebutkan lagi sambil
bersalaman dengan Suster ! »

« Bagus sekali, S masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak S mencoba
berkenalan dengan teman saya perawat N. Tidak lama kok, sekitar 10 menit »

« Ayo kita temui perawat N disana »

Kerja :

( Bersama-sama S saudara mendekati perawat N)

« Selamat pagi perawat N, ini ingin berkenalan dengan N »

« Baiklah S, S bisa berkenalan dengan perawat N seperti yang kita praktekkan kemarin «

(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat N : memberi salam,


menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)

« Ada lagi yang S ingin tanyakan kepada perawat N . coba tanyakan tentang keluarga
perawat N »

« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa buat
janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya jam 1 siang nanti »

« Baiklah perawat N, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali ke
ruangan S. Selamat pagi »(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat N untuk
melakukan terminasi dengan S di tempat lain)

Terminasi:
“Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan perawat N”

”S tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”

”Pertahankan terus apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan topik
lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan
sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain. Mari kita masukkan pada
jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti S coba sendiri.
Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10? Sampai besok.”

SP 3 Pasien : Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan orang


kedua-seorang pasien)

40
Orientasi:

“Assalammu’alaikum S! Bagaimana perasaan hari ini?

”Apakah S bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang”

(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain

”Bagaimana perasaan S setelah bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang”

”Bagus sekali S menjadi senang karena punya teman lagi”

”Kalau begitu S ingin punya banyak teman lagi?”

”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien O”

”seperti biasa kira-kira 10 menit”

”Mari kita temui dia di ruang makan”

Kerja:

( Bersama-sama S saudara mendekati pasien )

« Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. »

« Baiklah S, S sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah S lakukan


sebelumnya. »

(pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama, nama


panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama). »

« Ada lagi yang S ingin tanyakan kepada O»

« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa buat
janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti »

(S membuat janji untuk bertemu kembali dengan O)

« Baiklah O, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali ke ruangan S.
Selamat pagi »

(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat O untuk melakukan terminasi dengan


S di tempat lain)

Terminasi:
“Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan O”

41
”Dibandingkan kemarin pagi, N tampak lebih baik saat berkenalan dengan O”
”pertahankan apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali dengan O
jam 4 sore nanti”

”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang lain
kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari S dapat berbincang-bincang dengan
orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8 malam, S bisa bertemu
dengan N, dan tambah dengan pasien yang baru dikenal. Selanjutnya S bisa berkenalan
dengan orang lain lagi secara bertahap. Bagaimana S, setuju kan?”

”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman S. Pada jam yang sama
dan tempat yang sama ya. Sampai besok.. Assalamu’alaikum”

ANALISA KASUS

Seorang perempuan berusia 42 thn dibawah ke Rumah Sakit


Jiwa oleh keluarganya dengan keluhan pasien sering menangis
tanpa sebab dan mengurung diri dalam kamar. Hasil pengkajian:
pasien mengatakan dirinya tidak berguna, saat berbicara pasien
42
selalu menunduk, tidak mau menatap perawat,bicara lambat dan
suara lemah.Menurut keluarga hal ini sudah berlangsung selama
2 bulan sejak pasien ditinggal oleh suaminya yg menikah dgn wanita
lain.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN HARGA DIRI RENDAH

A. Peristiwa-peristiwa traumatik seperti bencana tsunami dan konflik berkepanjangan di


NAD yang dialami saudara-saudara kita telah meninggalkan dampak yang serius. Saudara-
saudara kita di NAD harus mengalami kehilangan baik pekerjaan, harta benda, bahkan
nyawa. Dampak kehilangan-kehilangan tersebut sangat mempengaruhi persepsi individu
akan kemampuan dirinya, yang berakibat dapat mengganggu harga diri seseorang.
B. PENGKAJIAN

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :

 Mengkritik diri sendiri


 Perasaan tidak mampu
 Pandangan hidup yang pesimis
 Penurunan produktifitas
 Penolakan terhadap kemampuan diri
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah

D. TINDAKAN KEPERAWATAN
Langkah kita selanjutnya untuk mengatasi masalah pasien dengan harga diri rendah
adalah menetapkan beberapa tindakan keperawatan.
1. Tindakan keperawatan pada pasien :

a. Tujuan :
43
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan

4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan

5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih

a. Tindakan keperawatan :
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.

Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif


yang masih dimilikinya , perawat dapat :

 Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di rumah, dalam keluarga dan
lingkungan adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
 Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan
pasien penilaian yang negatif.
2) Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Untuk tindakan tersebut, saudara dapat :

 Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat


ini.
 Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan
diri yang diungkapkan pasien.
 Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
3) Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :

 Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan


dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
 Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara
mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan
kegiatan apa saja yang perlu batuan penuh dari keluarga atau lingkungan
44
terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat
dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar kegiatan sehari-hari
pasien.
4) Melatih kemampuan yang dipilih pasien

Untuk tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:

 Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih


 Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
 Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien.
5) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih

Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut, saudara dapat melakukan


hal-hal berikut :

 Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah


dilatihkan
 Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
kegiatan
 Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan kegiatan

SP 1 Pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,


membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah
dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam
rencana harian

Orientasi :

“Assalamualaikum, bagaimana keadaan T hari ini ? T terlihat segar“.


”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah T
lakukan?Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat T dilakukna di
rumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”
”Dimana kita duduk ? bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20
menit ?

Kerja :

45
” T, apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa
pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar?
Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”. “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan
dan kegiatan yang T miliki “.

” T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah
sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang
masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah
sakit ini.

”Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.” O
yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita
latihan merapihkan tempat tidur T”. Mari kita lihat tempat tidur T. Coba lihat, sudah
rapihkah tempat tidurnya?”

“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah, sekarang
kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik
dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan
letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki.
Bagus !”

” T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah
dengan sebelum dirapikan? Bagus ”

“ Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau T lakukan tanpa
disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak) melakukan.

Terminasi :

“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan tempat tidur ?
Yach, T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit
ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah T praktekkan dengan baik
sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. T. Mau berapa kali sehari merapihkan
tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam
16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan apa lagi yang
mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci
piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan
ini sehabis makan pagi Sampai jumpa ya”
SP 2 Pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan

kemampuan pasien.

Orientasi :

“Assalammua’laikum, bagaimana perasaan T pagi ini ? Wah, tampak cerah ”


46
”Bagaimana T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi pag? Bagus (kalau
sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan kedua.
Masih ingat apa kegiatan itu T?”

”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini”

”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”

Kerja :

“ T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu sabut/tapes
untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas., T
bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat
sampah untuk membuang sisa-makanan.

“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”

“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, T ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa
kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian T bersihkan piring tersebut
dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah
selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring
tersebut. Setelah itu T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah
tersedia di dapur. Nah selesai…

“Sekarang coba T yang melakukan…”

“Bagus sekali, T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap tangannya

Terminasi :

”Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring ?”

“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari

T. Mau berapa kali T mencuci piring? Bagus sekali T mencuci piring tiga kali setelah
makan.”

”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur dan
cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel”

”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”

Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih.
Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah harga diri pasien.

47
ANALISA KASUS

Seorang perempuan berusia 42 thn dibawah ke Rumah


Sakit Jiwa Melati oleh keluarganya dengan alasan utama
pasien sering menangis tanpa sebab dan mengurung diri
dalam kamar.Hasil pengkajian: pasien bau, tidak mau mandi
lebih 1 minggu, baju tidak dikancing,dan kuku panjang dan
hitam, saat berbicara pasien selalu menunduk,tidak mau
menatap perawat,bicara lambat dan suara lemah.Menurut
keluarga hal ini sudah berlangsung selama 2 bulan sejak
pasien ditinggal oleh suaminya yg menikah dgn wanita lain
48
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN KURANG PERAWATAN DIRI

Bencana tsunami yang terjadi beberapa waktu lalu di NAD Aceh menyebabkan terjadinya
masalah kesehatan. Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah yang timbul. Pada pasien
gangguan jiwa yang kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri yang merupakan
gejala negatif hal ini menyebabkan pasien dikucilkan dalam keluarga maupun masyarakat.

A. Pengkajian
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri,
makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting {Buang Air Besar
(BAB)/Buang Air Kecil(BAK)} secara mandiri.

Untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah kurang perawatan diri maka tanda
dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu:

 Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan
bau, kuku panjang dan kotor.
 Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian
kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada
pasien wanita tidak berdandan.
 Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
 Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK
B. Diagnosa Keperawatan
Kurang Perawatan Diri : Kebersihan dir, Berdandan, Makan BAB/BAK

C. Tindakan keperawatan
1. Tindakan keperawatan untuk pasien

a. Tujuan:

1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri


49
2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
b. Tindakan keperawatan

1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri

Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri Saudara dapat melakukan
tanapan tindakan yang meliputi:

a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.

b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri


c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
2) Melatih pasien berdandan/berhias

Saudara sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki
tentu harus dibedakan dengan wanita.

Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :

a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :

a) erpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias

3) Melatih pasien makan secara mandiri

Untuk melatih makan pasien Saudara dapat melakukan tahapan sebagai berikut:

a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan


b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
Saudara dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan
berikut:
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
SP1 Pasien: Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan
melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri

50
ORIENTASI

“Selamat pagi, kenalkan saya suster R”


”Namanya siapa, senang dipanggil siapa?”
”Saya dinas pagi di ruangan ini pk. 07.00-14.00. Selama di rumah sakit ini saya yang
akan merawat T?”
“Dari tadi suster lihat T menggaruk-garuk badannya, gatal ya?”
” Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri ? ”
” Berapa lama kita berbicara ?. 20 menit ya...?. Mau dimana...?. disini aja ya. ”
KERJA

“Berapa kali T mandi dalam sehari? Apakah T sudah mandi hari ini? Menurut T apa
kegunaannya mandi ?Apa alasan T sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut T apa
manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak
merawat diri dengan baik seperti apa ya...?, badan gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau
kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut T yang bisa muncul ?”
Betul ada kudis, kutu...dsb.
“Apa yang T lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja T menyisir rambut?
Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan sisiran dan berdandan?”
(Contoh untuk pasien laki-laki)
“Berapa kali T cukuran dalam seminggu? Kapan T cukuran terakhir? Apa gunanya
cukuran? Apa alat-alat yang diperlukan?”. Iya... sebaiknya cukuran 2x perminggu, dan
ada alat cukurnya?”. Nanti bisa minta ke perawat ya.
“Berapa kali T makan sehari?
”Apa pula yang dilakukan setelah makan?” Betul, kita harus sikat gigi setelah makan
“Di mana biasanya T berak/kencing? Bagaimana membersihkannya?”. Iya... kita kencing
dan berak harus di WC, Nach... itu WC di ruangan ini, lalu jangan lupa membersihkan
pakai air dan sabun”.
“Menurut T kalau mandi itu kita harus bagaimana ? Sebelum mandi apa yang perlu kita
persiapkan? Benar sekali..T perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat gigi, shampo
dan sabun serta sisir”.
”Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, suster akan membimbing T
melakukannya. Sekarang T siram seluruh tubuh T termasuk rambut lalu ambil shampoo
gosokkan pada kepala T sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.. bagus sekali..

51
Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air
sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol.. giginya disikat mulai dari arah atas ke
bawah. Gosok seluruh gigi T mulai dari depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur-
kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh T sampai bersih lalu keringkan
dengan handuk. T bagus sekali melakukannya. Selanjutnya T pakai baju dan sisir
rambutnya dengan baik.”
TERMINASI

“Bagaimana perasaan T setelah mandi dan mengganti pakaian ? Coba T


sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah T lakukan tadi ?”. ”Bagaimana
perasaan Tina setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan diri tadi ?
Sekarang coba Tina ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi”
”Bagus sekali mau berapa kali T mandi dan sikat gigi...?dua kali pagi dan sore, Mari...kita
masukkan dalam jadual aktivitas harian. Nach... lakukan ya T..., dan beri tanda kalau
sudah dilakukan Spt M ( mandiri ) kalau dilakukan tanpa disuruh, B ( bantuan ) kalau
diingatkan baru dilakukan dan T ( tidak ) tidak melakukani? Baik besok lagi kita latihan
berdandan. Oke?” Pagi-pagi sehabis makan.

SP 2 Pasien : Percakapan saat melatih pasien laki-laki berdandan:

a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
ORIENTASI
“Selamat pagi Pak Tono?

“Bagaimana perasaan bpk hari ini? Bagaimana mandinya?”sudah dilakukan? Sudah


ditandai di jadual hariannya?

“Hari ini kita akan latihan berdandan, mau dimana latihannya. Bagaimana kalau di ruang
tamu ? lebih kurang setengah jam”.

KERJA
“Apa yang T lakukan setelah selesai mandi ?”apa T sudah ganti baju?

“Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian yang bersih
2x/hari. Sekarang coba bapak ganti baju.. Ya, bagus seperti itu”.

52
“Apakah T menyisir rambut ? Bagaimana cara bersisir ?”Coba kita praktekkan, lihat ke
cermin, bagus…sekali!

“Apakah T suka bercukur ?Berapa hari sekali bercukur ?” betul 2 kali perminggu

“Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari Pak dirapikan ! Ya, Bagus !”
(catatan: janggut dirapihkan bila pasien tidak memelihara janggut)

TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah berdandan”.

“Coba pak, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi”..

“Selanjutnya bapak setiap hari setelah mandi berdandan dan pakai baju seperti tadi ya!
Mari kita masukan pada jadual kegiatan harian, pagi jam berapa, lalu sore jam berap ?

“Nanti siang kita latihan makan yang baik. Diruang makan bersama dengan pasien
yang lain.
SP 3 Pasien: Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita

a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI
“Selamat pagi, bagaimana perasaaan T hari ini ?Bagaimana mandinya?”Sudah di tandai
dijadual harian ?

“Hari ini kita akan latihan berdandan supaya T tampak rapi dan cantik. Mari T kita dekat
cermin dan bawa alat-alatnya( sisir, bedak, lipstik )

KERJA
“ Sudah diganti tadi pakaianya sehabis mandi ? Bagus….! Nach…sekarang disisir rambutnya
yang rapi, bagus…! Apakah T biasa pakai bedak?” coba dibedakin mukanyaT, yang rata dan
tipis. Bagus sekali.” “ T, punya lipstik mari dioles tipis. Nach…coba lihat dikaca!
TERMINASI
“Bagaimana perasaan T belajar berdandan”

“T jadi tampak segar dan cantik, mari masukkan dalam jadualnya. Kegiatan harian, sama
jamnya dengan mandi. Nanti siang kita latihan makan yang baik di ruang makan bersama
pasien yang lain”.

SP 4 Pasien : Percakapan melatih pasien makan secara mandiri


a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
53
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

E. ORIENTASI

“Selamat siang T,”

” Wow...masih rapi dech T”.

“Siang ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan langsung di ruang
makan ya..!” Mari...itu sudah datang makanan.“

KERJA

“Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan? Dimana T makan?”

“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktekkan! “Bagus!
Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu. Silakan T
yang pimpin!. Bagus..

“Mari kita makan.. saat makan kita harus menyuap makanan satu-satu dengan pelan-pelan.
Ya, Ayo...sayurnya dimakanya.”“Setelah makan kita bereskan piring,dan gelas yang kotor.
Ya betul.. dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus!” Itu Suster Ani sedang bagi obat,
coba...T minta sendiri obatnya.”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan T setelah kita makan bersama-sama”.
”Apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan, ( cuci tangan, duduk yang baik,
ambil makanan, berdoa, makan yang baik, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangan.)”
” Nach... coba T lakukan seperti tadi setiap makan, mau kita masukkan dalam
jadual?.Besok kita ketemu lagi untuk latihan BAB / BAK yang baik, bagaiman kalau
jam 10.00 disini saja ya...!”

SP 5 Pasien : Percakapan mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri


a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

54
F. Orientasi
“Selamat pagi T ? Bagaimana perasaan T hari ini ?” Baik..! sudah dijalankan jadual
kegiatannya..?”

“Kita akan membicarakan tentang cara berak dan kencing yang baik?

“ Kira-kira 20 menit ya...T. dan dimana kita duduk? Baik disana dech...

Kerja
Untuk pasien pria:

“Dimana biasanya Tono berak dan kencing?” “Benar Tono, berak atau kencing yang baik
itu di WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada saluran pembuangan
kotorannya. Jadi kita tidak berak/kencing di sembarang tempat ya.....”

“Sekarang, coba Tono jelaskan kepada saya bagaimana cara Tono cebok?”

“Sudah bagus ya Tono, yang perlu diingat saat Tono cebok adalah Tono membersihkan anus
atau kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan tidak ada tinja/air kencing yang masih
tersisa di tubuh Tono”. “Setelah Tono selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada
di kakus/WC dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya
sampai tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC. Jika Tono membersihkan tinja/air
kencing seperti ini, berarti Tono ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang
ada pada kotoran/ air kencing”“Setelah selesai membersihan tinja/air kencing, Tono perlu
merapihkan kembali pakaian sebelum keluar dari WC/kakus/kamar mandi. Pastikan resleting
celana telah tertutup rapi , lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun.”

Untuk pasien wanita:

“Cara cebok yang bersih setelah T berak yaitu dengan menyiramkan air dari arah depan ke
belakang. Jangan terbalik ya, …… Cara seperti ini berguna untuk mencegah masuknya
kotoran/tinja yang ada di anus ke bagian kemaluan kita”

“Setelah Tono selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC
dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai
tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC. Jika Tono membersihkan tinja/air kencing
seperti ini, berarti Tono ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada
kotoran/ air kencing”

“Jangan lupa merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari WC/kakus, lalu cuci tangan
dengan menggunakan sabun.”

Terminasi

“Bagaimana perasaan T setelah kita membicarakan tentang cara berak/kencing yang baik?”

55
“Coba T jelaskan ulang tentang cara BAB?BAK yang baik.” Bagus...!

“Untuk selanjutnya T bisa melakukan cara-cara yang telah dijelaskan tadi ”.

“ Nach...besok kita ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauhmana T bisa melakukan jadual
kegiatannya.”

ANALISA KASUS

Seorang laki-laki berusia 30 tahun dirawat di rumah sakit jiwa


yang keempat kalinya dengan 56 alasan karena klien tidak mau
makan dan minum lebih satu minggu , sedih, diam dan
menunduk. Klien juga mengatakan masa lalunya yang tidak
menyenangkan yaitu saat klien diberhentikan dari pekerjaannya
sebagai pegawai asuransi. Klien mengatakan anak keenam dari
Seorang Perempuan berusia 28 Tahun, di Rawat di RSJ 2
hari yang lalu karena merasa dirinya tidak pantas untuk hidup
karena cacat, saat pengkajian pasien mengatakan setiap
melihat tali, pisau berkeinginan mati, tidak memeliki masa
depan dan merasa hidupnya tidak berguna lagi, berkeinginan
mengakhiri hidupnya. Pasien akan memukul siapa saja yang
didekatnya ketika pasien mndengar suara yang selalu muncul
saat menyendiri atau melamun

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN RISIKO BUNUH DIRI

57
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri
kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri, kita
mengenal tiga macam perilaku bunuh diri, yaitu:

1. Isyarat bunuh diri


Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri,
misalnya dengan mengatakan: “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau
“Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”

Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun
tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah / sedih / marah / putus asa / tidak berdaya.
Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan
harga diri rendah

2. Ancaman bunuh diri


Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati
disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri,
namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.

Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat
harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk
melaksanakan rencana bunuh dirinya.

3. Percobaan bunuh diri


Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara
gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang
tinggi.

Diagnosa Keperawatan

Risiko bunuh diri

. Tindakan Keperawatan

Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosa keperawatan : Risiko Bunuh Diri


1. Tindakan keperawatan untuk pasien percobaan bunuh diri

a. Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat

b. Tindakan : Melindungi pasien

Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka saudara
dapat melakukan tindakan berikut:

58
1) Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang
aman
2) Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali
pinggang)
3) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat
4) Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh dir

SP 1 Pasien: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh dir

ORIENTASI Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien cobaanunuh i

”Assalamu’alaikum A kenalkan saya adalah perawat B yang bertugas di ruang Mawar ini, saya
dinas pagi dari jam 7 pagi sampai 2 siang.”
a. Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
”Bagaimana perasaan A hari ini?”
mengancam atau mencoba bunuh dirI
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang A rasakan selama ini. Dimana dan
b. Tindakan:
berapa lama kita bicara?”
1) Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah
KERJA meninggalkan pasien sendirian
2) Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang
“Bagaimana perasaan A setelah bencana ini terjadi? Apakah dengan bencana ini A merasa paling
berbahaya disekitar pasien
menderita di dunia ini? Apakah A kehilangan kepercayaan diri? Apakah A merasa tak berharga
3) Mendiskusikan dengan keluarga ja untuk tidak sering melamun sendiri
atau 4)
bahkan lebih rendah
Menjelaskan daripada
kepada orang
keluarga lain? Apakah
pentingnya A merasa
pasien minumbersalah atauteratur
obat secara mempersalahkan
diri sendiri? Apakah A sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah A berniat untuk
menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau berharap bahwa A mati? Apakah A pernah mencoba
untukSPbunuh
2 Keluarga: Percakapan
diri? Apa dengan keluarga
sebabnya, bagaimana untuk
caranya? Apa melindungi pasienJika
yang A rasakan?” yang
pasien telah
menyampaikan
mencobaide bunuh
bunuh diri
dirinya, segera dilanjutkan dengan tindakan keperawatan untuk
melindungi pasien, misalnya dengan mengatakan: “Baiklah, tampaknya A membutuhkan
1) Pasien
pertolongan dapatkarena
segera meningkatkan harga dirinya
ada keinginan untuk mengakhiri hidup”. ”Saya perlu memeriksa
2) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalahyang
seluruh isi kamar A ini untuk memastikan tidak ada benda-benda yangmembahayakan
baik A.”
b.Tindakan keperawatan
”Nah A, Karena A tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup A,
maka1)saya
Mendiskusikan tentang Acara
tidak akan membiarkan mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan
sendiri.”
meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2) Meningkatkan
”Apa yang hargakeinginan
A lakukan kalau diri pasien, dengan
bunuh diri cara:
muncul ? Kalau keinginan itu muncul, maka
untuk mengatasinya A harus langsung minta bantuan perasaannya.
a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan kepada perawat di ruangan ini dan juga
keluarga atau teman
b) Berikan pujianyang sedangdapat
bila pasien besuk. Jadi A jangan
mengatakan sendirian
perasaan yangya, katakan pada perawat,
positif.
keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan”.
c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
”Saya percaya A dapat mengatasi masalah, OK A?”
d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien

SP 2 Pasien: Percakapan melindungi pasien dari isyarat bunuh diri

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini


ORIENTASI 59
”Assalamu’alaikum B!, masih ingat dengan saya khan?Bagaimana perasaanB hari ini?
O... jadi B merasa tidak perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah B ada perasaan ingin
bunuh diri? Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas tentang bagaimana cara
mengatasi keinginan bunuh diri. Mau berapa lama? Dimana?”Disini saja yah!
SP 3 Pasien: Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri

ORIENTASI
“Assalamu’alaikum B! Bagaimana perasaan B saat ini? Masih adakah dorongan
mengakhiri kehidupan? Baik, sesuai janji kita dua jam yang lalu sekarang kita akan
membahas tentang rasa syukur atas pemberian Tuhan yang masih B miliki. Mau berapa
lama? Dimana?
KERJA
Apa saja dalam hidup B yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih dan rugi
kalau B meninggal. Coba B ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan B. Keadaan
yang bagaimana yang membuat B merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan B masih
ada yang baik yang patut B syukuri. Coba B sebutkan kegiatan apa yang masih dapat B
lakukan selama ini”.Bagaimana kalau B mencoba melakukan kegiatan tersebut, Mari
kita latih.”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa-apa
saja yang B patut syukuri dalam hidup B? Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam
kehidupan B jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan (affirmasi). Bagus B. Coba B
ingat-ingat
SP 4 Pasien:lagi Berikut
hal-hal lain
ini yang masih B miliki
percakapan untukdanmeningkatkan
perlu disyukuri! kemampuan
Nanti jam 12 kita
dalam
bahas tentang masalah
menyelesaikan cara mengatasi masalah
pada pasien dengan
isyarat baik.diri
bunuh Tempatnya dimana? Baiklah. Tapi
kalau ada perasaan-perasaan yang tidak terkendali segera hubungi saya ya!”
60
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi seperti cara diatas

61
STRATEGI PELAKSANAN /SP

STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL


62
No Kompetensi Yang Dicapai Keterangan
A Kemampuan Merawat Pasien
SP 1
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial :
a. Siapa yang satu rumah dengan pasien ?
b. Siapa yang dekat dengan pasien ? Apa sebabnya ?
c. Siapa yang tidak dekat dengan pasien ? Apa sebabnya ?
2. Tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan
orang lain :
a. Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan
berinteraksi dengan orang lain.
b. Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin
berinteraksi dengan orang lain.
c. Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak
teman dan bergaul akrab dengan mereka.
d. Diskusikan kerugian bila hanya mengurung diri dan
tidak bergaul dengan orang lain.
3. Latih berkenalan
a. Jelaskan pada klien cara berinteraksi dengan orang lain.
b. Berikan contoh cara berinteraksi dengan orang lain
c. Berikan kesempatan pasien memperaktekan cara
berinteraksi dengan orang lain dan diperaktekan di
hadapan perawat.
d. Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang
teman/anggota keluarga.
e. Bila pasien sudah menunjukan kemajuan tingkatkan
jumlah interaksi dengan 2, 3, 4 orang seterusnya.
f. Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah
dilakukan oleh pasien.
g. Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah
berinteraksi dengan orang lain, mungkin pasien akan
mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya, beri
dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat
meningkatkan interaksinya.
4. Masukan jadwal kegiatan pasien
SP 2
1. Mengevaluasi SP 1
2. Latih berhubungan social secara bertahap
3. Masukan jadwal kegiatan pasien
SP 3
1. Mengevaluasi SP 1
2. Latih cara berkenalan dengan 2 orang atau lebih
3. Masukan jadwal kegiatan pasien

STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN

63
DEFISIT PERAWATAN DIRI

No Kompetensi Yang Dicapai Keterangan


A Kemampuan Merawat Pasien
SP 1
1. Mengidentifikasi :
a. Kebersihan diri.
b. Berdandan.
c. Makan.
d. BAB/BAK.
2. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
3. Menjelaskan alat dan cara kebersihan diri
4. Masukan jadwal kegiatan pasien
SP 2
1. Mengevaluasi SP 1
2. Menjelaskan pentingnya berdandan
3. Melatih cara berdandan :
a. Untuk pasien laki-laki :
1) Berpakaian.
2) Menyisir rambut.
3) Bercukur.
b. Untuk pasien perempuan :
1) Berpakaian.
2) Menyisir rambut.
3) Berhias.
4. Masukan jadwal kegiatan pasien
SP 3
1. Mengevaluasi kegiatan SP 1 dan 2
2. Menjelaskan cara dan menggunakan alat makan
yang benar :
a. Jelaskan cara mempersiapkan makanan.
b. Jelaskan cara merapikan peralatan makan
setelah makan.
c. Peragakan cara merapikan peralatan makan
setelah makan.
d. Peraktekan makan sesuai dengan tahapan
makan yang baik.
3. Melatih kegiatan makan
4. Masukan jadwal kegiatan pasien
SP 4
1. Mengevaluasi kemampaunpasien yang lalu SP 1,
2 dan 3
2. Melatih cara BAB dan BAK yang benar
a. Jelaskan tempat BAK.
b. Jelaskan cara membersihkan diri setelah BAB
dan BAK

64
STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN HALUSINASI

No Kompetensi Yang Dicapai Keterangan


A Kemampuan Merawat Pasien
SP 1
1. Membantu pasien mengenal halusinasi :
a. Isi.
b. Waktu terjadinya.
c. Frekuensi.
d. Situasi pencetus.
e. Perasaan saat terjadi halusinasi.
2. Melatih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
tahapan tindakannya meliputi :
a. Jelaskan cara menghardik halusinasi.
b. Peragakan cara menghardik.
c. Minta pasien memperagakan ulang.
d. Pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku
pasien.
e. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien.
SP 2
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
2. Melatih berbicara/bercakap denan oran lain saat halusinasi
muncul
3. Masukan dalam jadwal kegiatan harian pasien
SP 3
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2)
2. Melatih kegiatan agar halusinasi tidak muncul, tahapannya
:
a. Jelaskan pentingnya aktifitas yang teratur/mengatasi
halusinasi.
b. Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien.
c. Latih pasien melakukan aktifitas.
d. Susun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan
aktifitas yan telah dilatih dari bangun pagi sampai
tidur malam.
e. Pantau pelaksanaan jadwal keiatan, berikan penguatan
terhadap perilaku pasien yang positif.
SP 4
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, 2 dan 3)
2. Tanyakan program pengobatan
3. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan
jiwa.
4. Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai program.
5. Jelaskan akibat bila putus obat.
6. Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
7. Jelaskan pengobatan 5 B.
8. Latih pasien minum obat.
9. Memasukan dalam jadwal harian pasien
65
STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN
HARGA DIRI RENDAH

No Kompetensi Yang Dicapai Keterangan


A Kemampuan Merawat Pasien
SP 1
1. Mengidentifikasi kemampuan positif yang
dimiliki :
a. Diskusikan bahwa pasien masih memiliki
sejumlah kemampuan dan aspek posotif
seperti kegiatan pasien dirumah, adanya
keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
b. Beri pujian yang realistis dan hindarkan setiap
kali bertemu dengan pasien penilaian yang
negatif.
2. Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat
ini :
a. Diskusikan dengan pasien kemampuan yang
masih digunakan saat ini.
b. Bantu pasien menyebutkannya dan member
penguatan terhadap kemampuan diri yan
diungkapkan pasien.
c. Perhatikan respon yang kondusif dan menjadi
pendengar yang aktif.
3. Pilih kemampuan yang akan dilatih :
a. Diskusikan dengan pasien beberapa aktifitas
yang dapat dilakukan dan pilih sebagai
kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
b. Bantu pasien menetapkan aktifitas mana yang
dapat pasien lakukan secara mandiri :
1) Aktifitas yan memerlukan bantuan
minimal dari keluarga.
2) Aktifitas apa saja yang yang perlu bantuan
penuh dari keluarga linkunan terdekat.
3) Beri contoh cara melaksanakan aktifitas
yang dapat dilakukan pasien.
4) Susun bersama pasien aktifitas atau
kegiatan sehari-hari pasien.
4. Nilai kemampuan yang telah dipilih :
a. Diskusikan dengan pasien untuk menetapkan
urutan kegiatan (yang sudah dipilh pasien)
yang akan dilatihkan.
b. Bersama pasien dan keluarga memperagakan
beberapa keiatan yan akan dilakukan pasien.
c. Berikan dukungan dan pujian yang nyata
sesuai kemajuan yan diperlihatkan pasien.

66
5. Memasukan jadwal kegiatan pasien ;
a. Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba
kegiatan.
b. Beri pujian atas aktifitas/kegiatan yang
dilakukan pasien setiap hari.
c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi
dan perubahan.
d. Susun daftar aktifitas yang sudah dilakukan
bersama pasien dan keluarga.
e. Berikan kesempatan mengungkapkan
perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan.
f. Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap
aktifitas yang dilakukan pasien.
SP 2
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
2. Pilih kemampuan kedua yan dapat dilakukan
3. Masukan dalam jadwal kegiatan harian pasien
SP 3
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2)
2. Melatih kemampuan keluarga
3. Memasukan dalam jadwal kegiatan pasien

67
STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN
GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

No Kompetensi Yang Dicapai Keterangan


A Kemampuan Merawat Pasien
SP 1
1. Membantu orientasi realita
2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
3. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
3. Melatih kemampuan yang dimiliki
SP 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Amemberikan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

68
STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN
RESIKO BUNUH DIRI

NO KOMPETENSI YANG DICAPAI NILAI


SP 1 1 2 3 4
1. Mengidentifikasi benda-benda yang
dapat membahayakan klien
2. Mengamankan benda-benda yang dapat
membahayakan klien
3. Melakukan kontrak treatment
4. Mengajarkan cara-cara mengendalikan
dorongan bunuh diri
5. Melatih cara mengendalikan dorongan
bunuh diri
SP 2
1. Mengidentifikasi aspek positif klien
2. Mendorong klien untuk berfikir positif
tentang diri
3. Mendorong klien untuk menghargai diri
sebagai individu yang berharga
SP 3
1. Mengidentifikasi pola koping yang
biasa diterapkan klien
2. Menilai pola koping yang biasa
dilakukan
3. Mengidentifikasi pola koping yang
konstruktif
4. Mendorong klien memilih pola koping
yang konstruktif
5. Menganjurkan klien menerapkan pola
koping konstrukstif dalam kegiatan
harian
SP 4
1. Membuat rencana masa depan yang
realistis bersama klien
2. Mengidentifikasi cara mencapai rencana
masa depan yang realistis
3. Memberi dorongan klien melakukan
kegiatan dalam rangka meraih masa
depan yang realistis
4. Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian

69
FORMAT PENILAIAN
STRATEGI PELAKSANAAN

70
INSTRUKSI KERJA/FORM PENILAIAN
PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN
Nama Mahasiswa :
NIM :

No Aspek yang dinilai Nilai


1 2 3 4
Tahap pra interaksi
1 Periksa instruksi dokter dan rencana asuhan
keperawatan
2 Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
3 Menyiapkan diri
Tahap orientasi
Berikan salam, panggil klien dengan namanya
4 Jelaskan tujuan, kontrak waktu, topik pada klien
Tahap Kerja
Pasien
Sp 1
5 Menyebutkan penyebab PK
6 Menyebutkan tanda dan gejala PK
7 Menyebutkan PK yang dilakukan
8 Menyebutkan akibat PK
9 Menyebutkan cara mengontrol PK
10 Mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik I
SP2
11 Mempraktekkan latihan cara fisik II dan memasukkan
dalam jadual
SP3
12 Mempraktekkan latihan cara verbal dan memasukkan
dalam jadual
SP 4
13 Mempraktekkan latihan cara spiritual dan memasukkan
dalam jadual
SP 5
Mempraktekkan latihan cara minum obat dan
14 memasukkan dalam jadual
Terminasi
15 Kaji evaluasi respon pasien
16 Dokumentasi catat prosedurnya dalam catatan perawat
Total Nilai

Keterangan :
1 = Mengetahui, tetapi tidak melakukan
2 = Melakukan, tetapi tidak tepat
3 = Melakukan, mendekati tepat
4 = Melakukan dengan tepat

71
Nilai Batas Lulus (NBL) = ≥ 75
Penilaian: (Jumlah nilai aspek yang dilakukan) x 100
(Jumlah aspek ….. x 4)

NILAI =

Palu,..................................2020

Mahasiswa/Peserta Pembimbing/ Penguji

(……………………………………..) (…………………………………………)

72
INSTRUKSI KERJA/FORM PENILAIAN
PASIEN DENGAN HALUSINASI
Nama Mahasiswa : NIM :

No Aspek yang dinilai Nilai


1 2 3 4
Tahap pra interaksi
1 Periksa instruksi dokter dan rencana asuhan
keperawatan
2 Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
3 Menyiapkan diri
Tahap orientasi
Berikan salam, panggil klien dengan namanya
4 Jelaskan tujuan, kontrak waktu, topik pada klien
Tahap Kerja
Pasien
5 SP I p
6 Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
7 Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
8 Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
9 Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
10 Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
11 Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
12 Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
SP II p
13 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
14 Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
15 kegiatan harian
SP III p
17 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
18 Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan
melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan
pasien di rumah)
19 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP IV p
20 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
21 Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan
obat secara teratur
22 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Terminasi
23 Kaji evaluasi respon pasien
24 Dokumentasi catat prosedurnya dalam catatan perawat
Total Nilai
73
Keterangan :
1 = Mengetahui, tetapi tidak melakukan
2 = Melakukan, tetapi tidak tepat
3 = Melakukan, mendekati tepat
4 = Melakukan dengan tepat

Nilai Batas Lulus (NBL) = ≥ 75


Penilaian: (Jumlah nilai aspek yang dilakukan) x 100
(Jumlah aspek ….. x 4)

NILAI =

Palu,..................................2020

Mahasiswa/Peserta Pembimbing/ Penguji

(……………………………………..) (…………………………………………)

74
INSTRUKSI KERJA/FORM PENILAIAN
PASIEN DENGAN WAHAM
Nama Mahasiswa :
NIM :
:

No Aspek yang dinilai Nilai


1 2 3 4
Tahap pra interaksi
1 Periksa instruksi dokter dan rencana asuhan
keperawatan
2 Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
3 Menyiapkan diri
Tahap orientasi

4 Berikan salam, panggil klien dengan namanya


5 Jelaskan tujuan, kontrak waktu, topik pada klien
Tahap Kerja
Pasien
SP I p
6 Membantu orientasi realita
7 Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
8 Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
9 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP II p
10 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
11 Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
12 Melatih kemampuan yang dimiliki
SP III p
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
13
14 Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan
obat secara teratur
15 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Terminasi
16 Kaji evaluasi respon pasien
17 Dokumentasi catat prosedurnya dalam catatan perawat

Keterangan :
1 = Mengetahui, tetapi tidak melakukan
2 = Melakukan, tetapi tidak tepat
3 = Melakukan, mendekati tepat
4 = Melakukan dengan tepat

Nilai Batas Lulus (NBL) = ≥ 75


Penilaian: (Jumlah nilai aspek yang dilakukan) x 100

75
(Jumlah aspek ….. x 4)

NILAI =

Palu,..................................2020

Mahasiswa/Peserta Pembimbing/ Penguji

(……………………………………..) (…………………………………………)

76
INSTRUKSI KERJA/FORM PENILAIAN
PASIEN DENGAN MASALAH ISOLASI SOSIAL
Nama Mahasiswa :
NIM :

No Aspek yang dinilai Nilai


1 2 3 4
Tahap pra interaksi
1 Periksa instruksi dokter dan rencana asuhan
keperawatan
2 Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
3 Menyiapkan diri
Tahap orientasi

Berikan salam, panggil klien dengan namanya


4 Jelaskan tujuan, kontrak waktu, topik pada klien
Tahap Kerja
Pasien
5 SP I p
6 Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
7 Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan
berinteraksi dengan orang lain
8 Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain
9 Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan
berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan
harian
SP II p
10 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
11 Memberikan kesempatan kepada pasien
mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang
Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-
12 bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan
harian
SP III p
13 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
14 Memberikan kesempatan kepada berkenalan dengan
dua orang atau lebih
15 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Terminasi
16 Kaji evaluasi respon pasien
17 Dokumentasi catat prosedurnya dalam catatan perawat

77
Keterangan :
1 = Mengetahui, tetapi tidak melakukan
2 = Melakukan, tetapi tidak tepat
3 = Melakukan, mendekati tepat
4 = Melakukan dengan tepat

Nilai Batas Lulus (NBL) = ≥ 75


Penilaian: (Jumlah nilai aspek yang dilakukan) x 100
(Jumlah aspek ….. x 4)

NILAI =

Palu,..................................2019

Mahasiswa/Peserta Pembimbing/ Penguji

(…………………………………………)
(……………………………………..)

78
INSTRUKSI KERJA/FORM PENILAIAN
PASIEN DENGAN MASALAH HARGA DIRI RENDAH

Nama Mahasiswa :
NIM :
Tingkat :

No Aspek yang dinilai Nilai


1 2 3 4
Tahap pra interaksi
1 Periksa instruksi dokter dan rencana asuhan
keperawatan
2 Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
3 Menyiapkan diri
Tahap orientasi

4 Berikan salam, panggil klien dengan namanya


5 Jelaskan tujuan, kontrak waktu, topik pada klien
Tahap Kerja
6 Pasien
SP I p
7 Mengidenfikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien
8 Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang
masih dapat digunakan
9 Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih
sesuai dengan kemampuan pasien
10 Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
11 Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan
pasien
12 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP II p

13 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


14 Melatih kemampuan kedua
15 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
16 Terminasi
17 Kaji evaluasi respon pasien
18 Dokumentasi catat prosedurnya dalam catatan perawat

Keterangan :
1 = Mengetahui, tetapi tidak melakukan
2 = Melakukan, tetapi tidak tepat
3 = Melakukan, mendekati tepat
4 = Melakukan dengan tepat

79
Nilai Batas Lulus (NBL) = ≥ 75
Penilaian: (Jumlah nilai aspek yang dilakukan) x 100
(Jumlah aspek ….. x 4)

NILAI =

Palu,..................................2019

Mahasiswa/Peserta Pembimbing/ Penguji

(…………………………………………)
(……………………………………..)

80
INSTRUKSI KERJA/FORM PENILAIAN
PASIEN DENGAN MASALAH DEFICIT PERAWATAN DIRI

Nama Mahasiswa :
NIM :
Tingkat :

No Aspek yang dinilai Nilai


1 2 3 4
Tahap pra interaksi
1 Periksa instruksi dokter dan rencana asuhan
keperawatan
2 Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
3 Menyiapkan diri
Tahap orientasi

4 Berikan salam, panggil klien dengan namanya


5 Jelaskan tujuan, kontrak waktu, topik pada klien
Tahap Kerja
Pasien
6 SP I p
7 Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
8 Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
9 Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga
kebersihan diri
10 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP IIp

11 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


12 Menjelaskan cara makan yang baik
13 Membantu pasien mempraktekkan cara makan yang
baik
14 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP III p
15 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
16 Menjelaskan cara eliminasi yang baik
17 Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang
baik dan memasukkan dalam jadual
18 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP IV p
19 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
20 Menjelaskan cara berdandan
21 Membantu pasien mempraktekkan cara berdandan
22 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
23 Terminasi
81
24 Kaji evaluasi respon pasien
25 Dokumentasi catat prosedurnya dalam catatan perawat

Keterangan :
1 = Mengetahui, tetapi tidak melakukan
2 = Melakukan, tetapi tidak tepat
3 = Melakukan, mendekati tepat
4 = Melakukan dengan tepat

Nilai Batas Lulus (NBL) = ≥ 75


Penilaian: (Jumlah nilai aspek yang dilakukan) x 100
(Jumlah aspek ….. x 4)

NILAI =

Palu,..................................2019

Mahasiswa/Peserta Pembimbing/ Penguji

(…………………………………………)
(……………………………………..)

82
INSTRUKSI KERJA/FORM PENILAIAN
PASIEN DENGAN MASALAH RESIKO BUNUH DIRI

Nama Mahasiswa :
NIM :
Tingkat :

No Aspek yang dinilai Nilai


1 2 3 4
Tahap pra interaksi
1 Periksa instruksi dokter dan rencana asuhan
keperawatan
2 Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
3 Menyiapkan diri
Tahap orientasi

4 Berikan salam, panggil klien dengan namanya


5 Jelaskan tujuan, kontrak waktu, topik pada klien
Tahap Kerja
SP I p
6 Mengidentifikasi benda-benda yang dapat
membahayakan pasien
7 Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan
pasien
8 Melakukan kontrak treatment
9 Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
10 Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
11 SP II p
12 Mengidentifikasi aspek positif pasien
13 Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri
14 Mendorong pasien untuk menhargai diri sebagai
individu yang berharga
15 SP III p
16 Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan
pasien
17 Menilai pola koping yang biasa dilakukan
18 Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
Mendorong pasien memilih pola koping yang
konstruktif
19 Menganjurkan pasien menerapkan pola koping
konstruktif dalam kegiatan harian
21 SP IV p
22 Membuat rencana masa depan yang realistis bersama
pasien
23 Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan
yang realistis
24 Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam
83
rangka meraih masa depan yang realistis
Terminasi
25 Kaji evaluasi respon pasien
26 Dokumentasi catat prosedurnya dalam catatan perawat

Keterangan :
1 = Mengetahui, tetapi tidak melakukan
2 = Melakukan, tetapi tidak tepat
3 = Melakukan, mendekati tepat
4 = Melakukan dengan tepat

Nilai Batas Lulus (NBL) = ≥ 75


Penilaian: (Jumlah nilai aspek yang dilakukan) x 100
(Jumlah aspek ….. x 4)

NILAI =

Palu,..................................2020

Mahasiswa/Peserta Pembimbing/ Penguji

(…………………………………………)
(……………………………………..)

84
ISNTRUKSI KERJA/FORM PENILAIAN

EVALUASI PRAKTIKUM ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Nama :
Nim :

NILAI KETERANGAN
NO ASPEK YANG DINILAI
1 2 3 4
A Perkenalan/Orientasi

1. Salam terapeutik

2. Evaluasi/Validasi

3. Kontrak (Topik, waktu, tempat)

5. Tujuan

B Fase Kerja

5. Teknik komunikasi terapeutik

6. Sikap komunikasi terapeutik

7. Langkah-langkah tindakan
keperawatan sesuai rencana

C Terminasi

8. Evaluasi respon klien

9. Rencana tindak lanjut

10. Kontrak yang akan datang


(Topik, waktu, tempat)

Total Nilai :
Keterangan : 4 = Baik
3 = Sedang
2 = Kurang
1 = Sangat Kurang

Dosen Penguji

( …………………………..……. )

85
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

86
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
STIMULASI PERSEPSI : HARGA DIRI RENDAH

Sesi 1 : TAKS (Identifikasi Hal Positif pada Diri)

Nilai
No Kegiatan
1 2 3 4
A Persiapan
1. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu dengan
gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Membuat kontrak dengan klien
3. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
B Orientasi
1. Salam terapeutik
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien
dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah
b. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai
papan nama)
c. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri
papan nama)
2. Evaluasi/validasi : Menanyakan perasaan klien saat ini
3. Melakukan kontrak :
a. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
bercakap-cakap tentang hal positif diri sendiri
b. Terapis menjelaskan aturan main berikut :
1) Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus meminta izin kepada terapis
2) Lama kegiatan 45 menit
3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai
C Tahap Kerja
a. Terapis memperkenalkan diri: nama lengkap dan
nama panggilan serta memakai papan nama
b. Terapis membagikan kertas dan spidol kepada klien
c. Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman
yang tidak menyenangkan
d. Terapis memberi pujian atas peran serta klien
e. Terapis membagikan kertas yang kedua
f. Terapis meminta tiap klien menulis hal positif
tentang diri sendiri: kemampuan yang dimiliki,
kegiatan yang biasa dilakukan di rumah dan di
rumah sakit
g. Terapis meminta klien membacakan hal positif
yang sudah ditulis secara bergiliran sampai semua
klien mendapatkan giliran
h. Terapis memberi pujian pada setiap peran serta
klien
D Tahap Terminasi
87
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan
kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang
belum tertulis
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu
melatih hal positif diri yang dapat diterapkan di
rumah sakit dan dirumah.
2) Menyepakati waktu dan tempat

Total Nilai :

Keterangan : 4 = Sangat baik


3 = Baik
2 = Kurang
1 = Sangat Kurang

Dosen Penguji

( …………………………..……. )

88
Sesi 2 : TAKS (Melatih Positif pada Diri)

Nilai
No Kegiatan
1 2 3 4
A Persiapan
1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah
mengikuti sesi 1
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
B Orientasi
1. Salam terapeutik
a. Salam dari terapis kepada klien
b. Klien dan terapis pakai papan nama
2. Evaluasi/validasi :
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Menanyakan apakah ada tambahan hal positif klien
3. Kontrak
a. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu melatih
hal positif pada klien
b. Terapis menjelaskan aturan main berikut :
1) Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus meminta izin kepada terapis
2) Lama kegiatan 45 menit
3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai
C Tahap Kerja
a. Terapis meminta semua klien membaca ulang
daftar kemampuan positif pada sesi 1 dan memilih
satu untuk dilatih
b. Terapis meminta klien menyebutkan pilihannya dan
ditulis di whiteboard
c. Terapis meminta semua klien untuk memilih satu
dari daftar di whiteboard.
d. Terapis melatih cara pelaksanaan kegiatan/
kemampuan yang dipilih dengan cara berikut.
1) Terapis memperagakan
2) Klien memperagakan ulang (semua klien
mendapat giliran)
3) Berikan pujian sesuai dengan keberhasilan klien
e. Kegiatan a sampai dengan d, dapat diulang untuk
kemampuan/ kegiatan yang berbeda

D Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian kepada kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis meminta klien memasukkan kegiatan yang
89
telah di latih pada jadwal kegiatan sehari-hari
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati TAK yang akan datanguntuk hal
positif lain
2) Menyepakati waktu dan tempat sampai aspek
positif selesai dilatih

Total Nilai :

Keterangan : 4 = Sangat baik


3 = Baik
2 = Kurang
1 = Sangat Kurang

Dosen Penguji

( …………………………..……. )

90
FORMAT PENILAIAN TAK

91
FORMAT PENILAIAN
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)

Nama Presepti :
Nilai =
Nim :

INDIKATOR
NILAI
N ASPEK PENILAIAN
O 1 2 3 4 Nilai 4 : bila 4 indikator
penilaian terpenuhi
A TAHAP PERSIAPAN

1 Menyusun rencana TAK secara Nilai 3 : bila 3 indikator


tertulis penilaian terpenuhi
2 Mempersiapkan klien sesuai
Nilai 2 : bila 2 indicator
dengan kriteria
penilaian terpenuhi
3 Mempersiapkan lingkungan
Nilai 1 : bila 1 indikator
4 Mempersiapkan media
penilaian terpenuhi

B TAHAP PELAKSANAAN

1. Menyampaikan salam Nilai 4 : bila 8-9

2. Melakukan evaluasi/validasi indikator penilaian


pada klien sebelum pelaksanaan terpenuhi
TAK
Nilai 3 : bila 5-7
3. Menyampaikan tujuan/kontrak
indikator penilaian
dan aturan main
terpenuhi
4. Memberikan contoh
Nilai 2 : bila 3-4
5. Memimpin/menjalankan
perannya dalam TAK dengan indicator penilaian
baik terpenuhi

6. Mendorong klien berperan serta Nilai 1 : bila 2 indikator


aktifitas penilaian terpenuhi
7 Memberikan reinforcement

92
8. Mengatasi masalah yang timbul
dalam aktifitas

9. Menerima ide dari peserta,


teman dan staf perawatan

C TAHAP TERMINASI

1. Melaksanakankan evaluasi pada Nilai 4 : bila 4 indikator


akhir pelaksanaan TAK penilaian terpenuhi
2. Menyampaikan rencana tindak
Nilai 3 : bila 3 indikator
lanjut
penilaian terpenuhi
3 Menyampaikan topik
selanjutnya Nilai 2 : bila 2 indicator
4. Menyampaikan kontrak yang penilaian terpenuhi
akan datang
Nilai 1 : bila 1 indikator
TOTAL NILAI penilaian terpenuhi

Kriteria Penilaian :

Nilai Batas Lulus (NBL) = ≥ 75

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛


Penilaian = 𝑋 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑘……………𝑥 4

Palu, .......................................... 2020


Preseptor Klinik

(...............................................................)

93
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
STIMULASI PERSEPSI : HARGA DIRI RENDAH

Sesi 1 : TAKS (Identifikasi Hal Positif pada Diri)

Nilai
No Kegiatan
1 2 3 4
A Persiapan
1. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu dengan
gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Membuat kontrak dengan klien
3. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
B Orientasi
1. Salam terapeutik
d. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien
dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah
e. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai
papan nama)
f. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri
papan nama)
2. Evaluasi/validasi : Menanyakan perasaan klien saat ini
3. Melakukan kontrak :
c. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
bercakap-cakap tentang hal positif diri sendiri
d. Terapis menjelaskan aturan main berikut :
4) Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus meminta izin kepada terapis
5) Lama kegiatan 45 menit
6) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai
C Tahap Kerja
i. Terapis memperkenalkan diri: nama lengkap dan
nama panggilan serta memakai papan nama
j. Terapis membagikan kertas dan spidol kepada klien
k. Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman
yang tidak menyenangkan
l. Terapis memberi pujian atas peran serta klien
m. Terapis membagikan kertas yang kedua
n. Terapis meminta tiap klien menulis hal positif
tentang diri sendiri: kemampuan yang dimiliki,
kegiatan yang biasa dilakukan di rumah dan di
rumah sakit
o. Terapis meminta klien membacakan hal positif
yang sudah ditulis secara bergiliran sampai semua
klien mendapatkan giliran
p. Terapis memberi pujian pada setiap peran serta
klien
D Tahap Terminasi
94
d. Evaluasi
3) Terapis menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK
4) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan
kelompok
e. Tindak lanjut
Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang
belum tertulis
f. Kontrak yang akan datang
3) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu
melatih hal positif diri yang dapat diterapkan di
rumah sakit dan dirumah.
4) Menyepakati waktu dan tempat

Total Nilai :

Keterangan : 4 = Sangat baik


3 = Baik
2 = Kurang
1 = Sangat Kurang

Dosen Penguji

( …………………………..……. )

95
Sesi 2 : TAKS (Melatih Positif pada Diri)

Nilai
No Kegiatan
1 2 3 4
A Persiapan
1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah
mengikuti sesi 1
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
B Orientasi
1. Salam terapeutik
c. Salam dari terapis kepada klien
d. Klien dan terapis pakai papan nama
2. Evaluasi/validasi :
c. Menanyakan perasaan klien saat ini
d. Menanyakan apakah ada tambahan hal positif klien
3. Kontrak
c. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu melatih
hal positif pada klien
d. Terapis menjelaskan aturan main berikut :
4) Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus meminta izin kepada terapis
5) Lama kegiatan 45 menit
6) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai
C Tahap Kerja
f. Terapis meminta semua klien membaca ulang
daftar kemampuan positif pada sesi 1 dan memilih
satu untuk dilatih
g. Terapis meminta klien menyebutkan pilihannya dan
ditulis di whiteboard
h. Terapis meminta semua klien untuk memilih satu
dari daftar di whiteboard.
i. Terapis melatih cara pelaksanaan kegiatan/
kemampuan yang dipilih dengan cara berikut.
4) Terapis memperagakan
5) Klien memperagakan ulang (semua klien
mendapat giliran)
6) Berikan pujian sesuai dengan keberhasilan klien
j. Kegiatan a sampai dengan d, dapat diulang untuk
kemampuan/ kegiatan yang berbeda

D Tahap Terminasi
d. Evaluasi
3) Terapis menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK
4) Terapis memberikan pujian kepada kelompok
e. Tindak lanjut
Terapis meminta klien memasukkan kegiatan yang
96
telah di latih pada jadwal kegiatan sehari-hari
f. Kontrak yang akan datang
3) Menyepakati TAK yang akan datanguntuk hal
positif lain
4) Menyepakati waktu dan tempat sampai aspek
positif selesai dilatih

Total Nilai :

Keterangan : 4 = Sangat baik


3 = Baik
2 = Kurang
1 = Sangat Kurang

Dosen Penguji

( …………………………..……. )

97
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
ORIENTASI REALITAS

Sesi 1 : TAKS (Pengenalan Orang)

Nilai
No Kegiatan
1 2 3 4
A Persiapan
1. Memilih klien sesuai dengan indikasi
2. Membuat kontrak dengan klien
3. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
B Orientasi
1. Salam terapeutik : Salam dari terapis kepada klien
2. Evaluasi/validasi : Menanyakan perasaan klien saat ini
3. Melakukan kontrak :
e. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
mengenal orang
f. Terapis menjelaskan aturan main berikut :
7) Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus meminta izin kepada terapis
8) Lama kegiatan 45 menit
9) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai
C Tahap Kerja
q. Terapis membagikan papan nama untuk masing-
masing klien
r. Terapis meminta masing-masing klien
menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, dan
asal
s. Terapis meminta masing-masing klien menuliskan
nama panggilan di papan nama yang dibagikan
t. Terapis meminta masing-masing klien
memperkenalkan diri secara berurutan, searah
jarum jam dimulai dari terapis, meliputi
meyebutkan: nama lengkap, nama panggilan, asal,
dan hobi
u. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape
recorder akan dinyalakan, saat musik terdengar
bola tenis dipindahkan dari satu klien ke klien lain.
Saat musik dihentikan, klien yang sedang
memegang bola tenis menyebutkan nama lengkap,
nama panggilan, asal, dan hobi dari klien yang lain
(minimal nama panggilan).
v. Terapis memutar tape recorder dan menghentikan.
Saat musik berhenti klien yang sedang memegang
bola tenis menyebutkan nama lengkap, nama
panggilan, asal, dan hobi dari klien yang lain
w. Ulangi langkah f sampai semua klien mendapatkan

98
giliran
x. Terapis memberikan pujian untuk setiap
keberhasilan klien dengan mengajak klien lain
bertepuk tangan
D Tahap Terminasi
g. Evaluasi
5) Terapis menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK
6) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan
kelompok
h. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien menyapa orang lain
sesuai dengan nama panggilan
i. Kontrak yang akan datang
5) Terapis membuat kontrak untuk TAK yang
akan datang yaitu “mengenal tempat”
6) Menyepakati waktu dan tempat

Total Nilai :

Keterangan : 4 = Sangat baik


3 = Baik
2 = Kurang
1 = Sangat Kurang

Dosen Penguji

( …………………………..……. )

99
Sesi 2 : TAKS (Pengenalan tempat)

Nilai
No Kegiatan
1 2 3 4
A Persiapan
1. Mengingatkan kontrak pada klien peserta sesi 1 TAK
orientasi realitas
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
B Orientasi
1. Salam terapeutik
e. Salam dari terapis kepada klien
f. Terapis dan klien memakai papan nama
2. Evaluasi/validasi :
e. Menanyakan perasaan klien saat ini
f. Menanyakan apakah klien masih mengingat nama-
nama klien yang lain
3. Kontrak
e. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
mengenal tempat yang biasa dilihat
f. Terapis menjelaskan aturan main berikut :
7) Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus meminta izin kepada terapis
8) Lama kegiatan 45 menit
9) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai
C Tahap Kerja
k. Terapis menanyakan kepada klien nama rumah
sakit, nama ruangan; klien diberi kesempatan
menjawab. Beri pujian pada klien yang mampu
menjawab dengan tepat
l. Terapis menjelaskan dengan menyalakan tape
recorder dangdut, sedangkan bola tenis diedarkan
dari satu peserta ke peserta yang lain searah jarum
jam. Pada saat lagu berhenti, klien yang sedang
memegang bola tenis akan diminta menyebutkan
nama rumah sakit dan nama ruangan tempat klien
di rawat.
m. Terapis menyalakan tape recorder, menghentikan
lagu, dan meminta klien yang memegang bola tenis
untuk menyebutkan nama ruangan dan nama rumah
sakit. Kegiatan ini diulang sampai semua peserta
mendapat giliran
n. Terapis memberikan pujian saat klien telah
menyebutkan dengan benar.
o. Terapis mengajak klien berkeliling serta
menjelaskan nama dan fungsi ruangan yang ada.
Kantor perawat, kamar mandi, WC, ruang istirahat,
ruang TAK, dan ruangan lainnya.

100
D Tahap Terminasi
g. Evaluasi
5) Terapis menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK
6) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan
kelompok
h. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk menghapal
nama-nama tempat
i. Kontrak yang akan datang
5) Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang,
yaitu mengenal waktu
6) Menyepakati waktu dan tempat

Total Nilai :

Keterangan : 4 = Sangat baik


3 = Baik
2 = Kurang
1 = Sangat Kurang

Dosen Penguji

( …………………………..……. )

101
Sesi 3 : TAKS (Pengenalan Waktu)

Nilai
No Kegiatan
1 2 3 4
A Persiapan
1. Mengingatkan kontrak pada klien peserta sesi 2 TAK
orientasi realitas
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
B Orientasi
1. Salam terapeutik
a. Salam dari terapis kepada klien
b. Terapis dan klien memakai papan nama
2. Evaluasi/validasi :
g. Menanyakan perasaan klien saat ini
h. Menanyakan apakah klien masih mengingat nama-
nama ruangan yang sudah dipelajari
3. Kontrak
g. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
mengenal waktu
h. Terapis menjelaskan aturan main berikut :
1) Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus meminta izin kepada terapis
2) Lama kegiatan 45 menit
3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai
C Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dikerjakan
b. Terapis menjelaskan akan menghidupkan tape
recorder, sedangkan bola tenis diedarkan dari satu
klien ke klien lain. Pada saat musik berhenti, klien
yang memegang bola menjawab pertanyaan dari
terapis
c. Terapis menghidupkan musik, dan mematikan
musik. Klien mengedarkan bola tenis secara
bergantian searah jarum jam. Saat musik berhenti,
klien yang memegang bola siap menjawab
pertanyaan terapis tentang tanggal, bulan, tahun,
hari, dan jam saat itu. Kegiatan ini diulang sampai
semua klien mendapat giliran.
d. Terapis memberikan pujian kepada klien setelah
memberikan jawaban dengan tepat.
D Tahap Terminasi
c. Evaluasi
7) Terapis menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK
8) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan
kelompok
102
d. Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk memberi tanda/
mengganti kalender setiap hari.
e. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati TAK yang akan datang sesuai
dengan indikasi klien
2) Menyepakati waktu dan tempat

Total Nilai :

Keterangan : 4 = Sangat baik


3 = Baik
2 = Kurang
1 = Sangat Kurang

Dosen Penguji

( …………………………..……. )

103
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
SOSIALISASI

Sesi 1 : TAKS (Kemampuan memperkenalkan diri)

Nilai
No Kegiatan
1 2 3 4
A Persiapan
1. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu isolasi
sosial, menarik diri
2. Membuat kontrak dengan klien
3. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
B Orientasi
1. Memberi salam terapeutik
2. Evaluasi/validasi : Menanyakan perasaan klien saat ini
3. Melakukan kontrak :
g. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
memperkenalkan diri
h. Menjelaskan aturan main :
10) Jika ada yang akan meninggalkan kelompok
harus meminta izin kepada terapis
11) Lama kegiatan 45 menit
12) Setiap mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai
C Tahap Kerja
1. Jelaskan kegiatan, yaitu kaset pada tape recorder akan
dihidupkan serta diedarkan berlawanan dengan arah
jarum jam (yaitu kearah kiri) dan pada saat tape
dimatikan maka anggota kelompok yang memegang
bola memperkenalkan dirinya.
2. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola
tenis berlawanan dengan arah jarum jam
3. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang
memegang bola mendapat giliran untuk menyebutkan
salam, nama lengkap, nama panggilan, hobi dan asal,
dimulai oleh terapis sebagai contoh
4. Tulis nama panggilan pada kertas/papan nama dan
tempel/pakai
5. Ulangi, 2, 3 dan 4 sampai semua anggota kelompok
mendapat giliran
6. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok
dengan memberi tepuk tangan
D Tahap terminasi
1. Evaluasi
a. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK
b. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
104
2. Rencana tindak lanjut
a. Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih
memperkenalkan diri kepada orang lain
dikehidupan sehari-hari.
b. Memasukan kegiatan memperkenalkan diri pada
jadwal kegiatan harian klien
3. Kontrak yang akan datang
a. Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan
dengan anggota kelompok
b. Menyepakati waktu dan tempat

Total Nilai :

Keterangan : 4 = Sangat baik


3 = Baik
2 = Kurang
1 = Sangat Kurang

Dosen Penguji

( …………………………..……. )

105
Sesi 2 : TAKS (Kemampuan Berkenalan)

Nilai
No Kegiatan
1 2 3 4
A Persiapan
1. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada
sesi 1 TAKS
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
B Orientasi
1. Memberi salam terapeutik
a. Salam dari terapis
b. Peserta dan terapis memakai papan nama
2. Evaluasi/Validasi
a. Menanyakan persaan klien saat ini
b. Menanyakan apakah telah mencoba
memperkenalkan diri pada orang lain.
3. Kontrak
a. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan
dengan anggota kelompok
b. Menjelaskan aturan main berikut :
1) Jika ada peserta akan meninggalkan kelompok,
harus menerima izin kepada petugas
2) Lama kegiatan 45 menit
3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai
C Tahap Kerja
1. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola
tenis berlawanan dengan arah jarum jam
2. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang
memegang bola mendapat giliran untuk berkenalan
dengan anggota kelompok yang ada disebelah kanan
dengan cara :
a. Memberi salam
b. Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal
dan hobi lawan bicara
c. Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal
dan hobi lawan bicara
d. Dimulai oleh terapis sebagai contoh
3. Ulangi, 2, 3 dan 4 sampai semua anggota kelompok
mendapat giliran
4. Hidupkan kembali kaset pada tape recorder dan
edarkan bola. Pada saat tape dimatikan, minta anggota
kelompok yang memegang bola untuk
memperkenalkan anggota kelompok yag disebelahn
kanannya kepada kelompok yaitu : Nama lengkap,
nama panggilan, hobi dan asal, dimulai oleh terapis
sebagai contoh
5. Ulangi no 4 sampai semua anggota kelompok
106
mendapat giliran
6. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok
dengan memberi tepuk tangan
D Tahap terminasi
1. Evaluasi
a. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK
b. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
2. Rencana tindak lanjut
a. Menganjurkan tiap anggota kelompok latihan
berkenalan
c. Memasukan kegiatan berkenalan pada jadwal
kegiatan harian klien
3. Kontrak yang akan datang
a. Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan
dengan anggota kelompok
b. Menyepakati waktu dan tempat

Total Nilai :

Keterangan : 4 = Sangat baik


3 = Baik
2 = Kurang
1 = Sangat Kurang

Dosen Penguji

( …………………………..……. )

107
Sesi 3 : TAKS (Kemampuan Bercakap-cakap)

Nilai
No Kegiatan
1 2 3 4
A Persiapan
1. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada
sesi 2 TAKS
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
B Orientasi
1. Memberi salam terapeutik
a. Salam dari terapis
b. Peserta dan terapis memakai papan nama
2. Evaluasi/Validasi
c. Menanyakan persaan klien saat ini
d. Menanyakan apakah telah mencoba berkenalan
dengan orang lain.
3. Kontrak
a. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bertanya dan
menjawab tentang kehidupan pribadi
b. Menjelaskan aturan main berikut :
1) Jika ada peserta akan meninggalkan kelompok,
harus meminta izin kepada petugas
2) Lama kegiatan 45 menit
3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai
C Tahap Kerja
1. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola
tenis berlawanan dengan arah jarum jam
2. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang
memegang bola mendapat giliran untuk berkenalan
dengan anggota kelompok yang ada disebelah kanan
dengan cara :
a. Memberi salam
b. Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal
dan hobi lawan bicara
c. Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal
dan hobi lawan bicara
d. Dimulai oleh terapis sebagai contoh
3. Ulangi, 1 dan 2 sampai semua anggota kelompok
mendapat giliran
4. Beri pujian untk tiap keberhasilan anggota kelompok
dengan memberi tepuk tangan
D Tahap Terminasi
1. Evaluasi
a. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK
b. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
108
2. Rencana tindak lanjut
a. Menganjurkan tiap anggota kelompok latihan
berkenalan
b. Memasukan kegiatan berkenalan pada jadwal
kegiatan harian klien
3. Kontrak yang akan datang
a. Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan
dengan anggota kelompok
b. Menyepakati waktu dan tempat

Total Nilai :

Keterangan : 4 = Sangat baik


3 = Baik
2 = Kurang
1 = Sangat Kurang

Dosen Penguji

( …………………………..……. )

109
Sesi 4 : TAKS (Kemampuan Bercakap-cakap Topik Tertentu)

Nilai
No Kegiatan
1 2 3 4
A Persiapan
1. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada
sesi 3 TAKS
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
B Orientasi
1. Memberi salam terapeutik
a. Salam dari terapis
b. Peserta dan terapis memakai papan nama
2. Evaluasi/Validasi
e. Menanyakan persaan klien saat ini
f. Menanyakan apakah telah latihan bercakap-cakap
dengan orang lain.
3. Kontrak
a. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan,
memilih dan memberi pendapat tentang topik
percakapan.
b. Menjelaskan aturan main berikut :
1) Jika ada peserta akan meninggalkan kelompok,
harus meminta izin kepada petugas
2) Lama kegiatan 45 menit
3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai
C Tahap Kerja
1. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola
tenis berlawanan dengan arah jarum jam
2. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang
memegang bola mendapat giliran untuk
menyampaikan satu topik yang ingin dibicarakan.
Dimulai oleh terapis sebagai contoh misalnya “ cara
bicara yang baik “ atau “ cara mencari teman “
3. Tuliskan pada flichart/whiteboard topik yang
disampaikan secara berurutan.
4. Ulangi no 1, 2 dan 3 sampai semua anggota kelompok
menyampaikan topik yang ingin dibicarakan.
5. Hidupkan lagi kaset dan edarkan bola tenis.
Pada saat dimatikan, anggota yang memegang bola
memilih topik yang disukai untuk dibicarakan dari
daftar yang ada
6. Terapis membenatu menetapkan topik yang paling
banyak dipilih
7. Hidupkan lagi kaset dan edarkan bola tenis.
Pada saat dimatikan, anggota yang memegang bola
menyampaikan pendapat tentang topik yang dipilih
8. Ulangi, no 7 sampai semua anggota kelompok
110
menyampaikan pendapat
9. Beri pujian untk tiap keberhasilan anggota kelompok
dengan memberi tepuk tangan
D Tahap Terminasi
1. Evaluasi
a. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK
b. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
2. Rencana tindak lanjut
a. Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-
cakap tentang topik tertentu dengan orang lain
pada kehidupan sehari-hari
b. Memasukan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal
kegiatan harian klien
3. Kontrak yang akan datang
a. Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan
dengan anggota kelompok
b. Menyepakati waktu dan tempat

Total Nilai :

Keterangan : 4 = Sangat baik


3 = Baik
2 = Kurang
1 = Sangat Kurang

Dosen Penguji

( …………………………..……. )

111
Sesi 5 : TAKS (Kemampuan Bercakap-cakap Masalah Pribadi)

Nilai
No Kegiatan
1 2 3 4
A Persiapan
1. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada
sesi 4 TAKS
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
B Orientasi
1. Memberi salam terapeutik
a. Salam dari terapis
b. Peserta dan terapis memakai papan nama
2. Evaluasi/Validasi
a. Menanyakan persaan klien saat ini
b. Menanyakan apakah telah latihan bercakap-cakap
tentang topik/hal tertentu dengan orang lain.
3. Kontrak
a. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan,
memilih dan memberi pendapat tentang masalah
pribadi
b. Menjelaskan aturan main berikut :
1) Jika ada peserta akan meninggalkan kelompok,
harus meminta izin kepada petugas
2) Lama kegiatan 45 menit
3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai
C Tahap Kerja
1. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola
tenis berlawanan dengan arah jarum jam
2. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang
memegang bola mendapat giliran untuk
menyampaikan satu topik yang ingin dibicarakan.
Dimulai oleh terapis sebagai contoh misalnya “ sulit
berceritera atau “ tidak diperhatikan
ayah/ibu/kakak/teman.
3. Tuliskan pada flichart/whiteboard topik yang
disampaikan.
4. Ulangi no 1, 2 dan 3 sampai semua anggota kelompok
menyampaikan topik yang ingin dibicarakan.
5. Hidupkan lagi kaset dan edarkan bola tenis.
Pada saat dimatikan, anggota yang memegang bola
memilih masalah yang ingin dibicarakan
6. Terapis membantu menetapkan topik yang paling
banyak dipilih
7. Hidupkan lagi kaset dan edarkan bola tenis.
Pada saat dimatikan, anggota yang memegang bola
menyampaikan pendapat tentang masalah yang dipilh
112
8. Ulangi, no 7 sampai semua anggota kelompok
menyampaikan pendapat
9. Beri pujian untk tiap keberhasilan anggota kelompok
dengan memberi tepuk tangan
D Tahap Terminasi
1. Evaluasi
a. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK
b. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
2. Rencana tindak lanjut
a. Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-
cakap tentang topik tertentu dengan orang lain
pada kehidupan sehari-hari
b. Memasukan kegiatan bercakap-cakap tentang
masalah pribadi pada jadwal kegiatan harian klien
3. Kontrak yang akan datang
a. Menyepakati kegiatan berikutnya, yaitu
bekerjasama dalam anggota kelompok
b. Menyepakati waktu dan tempat

Total Nilai :

Keterangan : 4 = Sangat baik


3 = Baik
2 = Kurang
1 = Sangat Kurang

Dosen Penguji

( …………………………..……. )

113
Sesi 6 : TAKS (Kemampuan Bekerja Sama)

Nilai
No Kegiatan
1 2 3 4
A Persiapan
1. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada
sesi 5 TAKS
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
B Orientasi
1. Memberi salam terapeutik
a. Salam dari terapis
b. Peserta dan terapis memakai papan nama
2. Evaluasi/Validasi
a. Menanyakan persaan klien saat ini
b. Menanyakan apakah telah latihan bercakap-cakap
tentang masalah pribadi dengan orang lain.
3. Kontrak
a. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan
bertanya dan meminta kartu yang diperlukan serta
menjawab dan memberi kartu pada anggota
kelompok
b. Menjelaskan aturan main berikut :
1) Jika ada peserta akan meninggalkan kelompok,
harus meminta izin kepada petugas
2) Lama kegiatan 45 menit
3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai
C Tahap Kerja
1. Terapis membagi empat buah kartu kwartet untuk
setiap anggota kelompok. Sisanya diletakan diatas
meja
2. Terapis meminta tiap anggota kelompok menyusun
kartu sesuai dengan seri (satu seri mempunyai 4 kartu)
3. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola
tenis berlawanan dengan arah jarum jam
4. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang
memegang bola memulai permainan berikut :
a. Meminta kartu yang dibutuhkan (seri yang belum
lengkap) kepada anggota kelompok disebelah
kanannya.
b. Jika kartu yang dipegang serinya tidak lengkap,
diumumkan pada kelompok dengan membaca
judul dan sub judul.
c. Jika kartu yang dipegang serinya tidak lengkap
diperkenankan mengambil satu kartu dari
tumpukan kartu diatas meja.
d. Jika anggota kelompok memberikan kartu yang
dipegang pada yang diminta, ia berhak mengambil
114
satu kartu dari tumpukan kartu diatas meja.
e. Setiap menerima kartu, diminta mengucapkan
terima kasih
5. Ulangi, no 3 dan 4 jika b atau 4. c terjadi
6. Beri pujian untk tiap keberhasilan anggota kelompok
dengan memberi tepuk tangan
D Tahap Terminasi
1. Evaluasi
a. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK
b. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
2. Rencana tindak lanjut
a. Menganjurkan tiap anggota kelompok latihan
bertanya, meminta, menjawab dan memberi pada
kehidupan sehari-hari (kerja sama)
b. Memasukan kegiatan bekerja sama pada jadwal
kegiatan harian klien
3. Kontrak yang akan datang
a. Menyepakati kegiatan berikutnya, yaitu
bekerjasama dalam anggota kelompok
b. Menyepakati waktu dan tempat

Total Nilai :

Keterangan : 4 = Sangat baik


3 = Baik
2 = Kurang
1 = Sangat Kurang
Dosen Penguji

( …………………………..……. )

115
Sesi 7 : TAKS (Kemampuan Sosialisasi)

Nilai
No Kegiatan
1 2 3 4
A Persiapan
1. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada
sesi 6 TAKS
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
B Orientasi
1. Memberi salam terapeutik
a. Salam dari terapis
b. Peserta dan terapis memakai papan nama
2. Evaluasi/Validasi
a. Menanyakan persaan klien saat ini
b. Menanyakan apakah telah latihan bekerja sama
dengan orang lain.
3. Kontrak
a. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan
manfaat enam kali pertemuan TAKS
b. Menjelaskan aturan main berikut :
1) Jika ada peserta akan meninggalkan kelompok,
harus meminta izin kepada petugas
2) Lama kegiatan 45 menit
3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai
C Tahap Kerja
1. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola
tenis berlawanan dengan arah jarum jam
2. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang
memegang bola mendapat pendapat tentang manfaat
dari enam kali pertemuan yang telah berlalu.
3. Ulangi no 1 dan 2 sampai semua anggota kelompok
menyampaikan pendapat.
4. Beri pujian untk tiap keberhasilan anggota kelompok
dengan memberi tepuk tangan
D Tahap Terminasi
1. Evaluasi
a. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK
b. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
c. Menyimpulkan 6 kemampuan pada 6 kali
pertemuan yang lalu
2. Rencana tindak lanjut
a. Menganjurkan tiap anggota kelompok tetap
melatih diri untuk enam kemampuan yang telah
dimiliki, baik di RS mauoun dirumah
b. Melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga
untuk memberi dukungan pada klien dalam
116
menjalankan kegiatan hidup sehari-hari
3. Kontrak yang akan datang
Menyepakati rencana evaluasi kemampuan secara
periodik

Total Nilai :

Keterangan : 4 = Sangat baik


3 = Baik
2 = Kurang
1 = Sangat Kurang

Dosen Penguji

( …………………………..……. )

117
MATERI / KONSEP
PENDIDIKAN KESEHATAN

118
KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN

A. Pengertian
1. Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang
melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau
mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat
untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat.
2. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan
ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa
dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan
meminta pertolongan
B. Sasaran
Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah sakit, klinik,
puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan. Penyuluhan kesehatan
pada keluarga diutamakan pada keluarga resiko tinggi, seperti keluarga yang
menderita penyakit menular, keluarga dengan sosial ekonomi rendah, keluarga dengan
keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi lingkungan yang buruk dan
sebagainya.
Penyuluhan kesehatan pada sasaran kelompok dapat dilakukan pada kelompok ibu
hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak balita, kelompok masyarakat yang rawan
terhadap masalah kesehatan seperti kelompok lansia, kelompok yang ada di berbagai
institusi pelayanan kesehatan seperti anak sekolah, pekerja dalam perusahaan
dan lain-lain. Penyuluhan kesehatan pada sasaran masyarakat dapat dilakukan pada
masyarakat binaan puskesmas, masyarakat nelayan, masyarakat pedesaan, masyarakat
yang terkena wabah dan lain-lain.
C. Materi/pesan
Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, sehingga materi
yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan
sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak terlalu sulit untuk

119
dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan metode
dan media untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran.
D. Metode
Menurut Notoatmodjo Metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Metode yang
dikemukakan antara lain :

1. Metode penyuluhan perorangan (individual)


Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku
baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau
inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai
masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku
baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain :

a. Bimbingan dan penyuluhan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah
yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya
klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan
menerima perilaku tersebut.

b. Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.


Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum
menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akan
diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum
maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2. Metode penyuluhan kelompok

Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya


kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk
kelompok yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil.
Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran
penyuluhan. Metode ini mencakup :
120
a. Kelompok besar,
Yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik
untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.

1). Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah

a. Persiapan

Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai


materi apa yang akan diceramahkan, untuk itu penceramah harus
mempersiapkan diri. Mempelajari materi dengan sistematika yang
baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema dan
mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran.

b. Pelaksanaan

Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah


dapat menguasai sasaran Untuk dapat menguasai sasaran penceramah
dapat menunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan. Tidak
boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara hendaknya cukup keras
dan jelas. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta. Berdiri di depan
/dipertengahan, seyogianya tidak duduk dan menggunakan alat bantu
lihat semaksimal mungkin.

2). Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan
menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari seseorang ahli atau
beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap
hangat di masyarakat.

b. Kelompok kecil
Yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode yang cocok
untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju,
memainkan peranan, permainan simulasi.
121
3. Metode penyuluhan massa

Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang


sifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti
tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat
pendidikan dan sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pada
umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya menggunakan media
massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah umum, pidato melalui
media massa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisan
dimajalah atau koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan
sebagainya.

E. Alat Bantu dan Media Penyuluhan


1. Alat Bantu Penyuluhan (Peraga)
Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh penyuluh dalam
menyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena berfungsi
untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses penyuluhan.

Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada
setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak
indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin
jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini
dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek
sehingga mempermudah persepsi.

Secara terperinci, fungsi alat peraga adalah untuk menimbulkan minat sasaran,
mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu mengatasi hambatan bahasa,
merangsang sasaran untuk melaksanakan pesan kesehatan, membantu sasaran untuk
belajar lebih banyak dan tepat, merangsang sasaran untuk meneruskan pesan yang
diterima kepada orang lain, mempermudah memperoleh informasi oleh sasaran,
mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami dan
akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik, dan membantu menegakkan
pengertian yang diperoleh.

122
Pada garis besarnya ada 3 macam alat bantu penyuluhan yaitu :

a. Alat bantu lihat


Alat ini berguna dalam membantu menstimulasikan indera mata pada waktu
ternyadinya penyuluhan. Alat ini ada 2 bentuk yaitu alat yang diproyeksikan
misalnya slide, film dan alat yang tidak diproyeksikan misalnya dua dimensi,
tiga dimensi, gambar peta, bagan, bola dunia, boneka dan lain-lain.

b. Alat bantu dengar


Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengar, pada waktu
proses penyampaian bahan penyuluhan misalnya piringan hitam, radio, pita
suara dan lain-lain.

c. Alat bantu lihat-dengar


Alat ini berguna dalam menstimulasi indera penglihatan dan pendengaran pada
waktu proses penyuluhan, misalnya televisi, video cassette dan lain-lain.

Sebelum membuat alat-alat peraga kita harus merencanakan dan memilih alat
peraga yang paling tepat untuk digunakan dalam penyuluhan. Untuk itu perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Tujuan yang hendak dicapai


1) Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah pengetahuan/pengertian,
pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan
tingkah laku/kebiasaan yang baru.
2) Tujuan penggunaan alat peraga adalah sebagai alat bantu dalam
latihan/penataran/penyuluhan, untuk menimbulkan perhatian terhadap sesuatu
masalah, mengingatkan sesuatu pesan/informasi dan menjelqskan fakta-fakta,
prosedur dan tindakan.
b. Persiapan penggunaan alat peraga
Semua alat peraga yang dibuat berguna sebagai alat rantu belajar dan
tetap harus diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan sendirinya. Kita
harus mengemfangkan keterampilan dalam memilih, mengadakan alat peraga secara
tepat sehingga mempunyai hasil yang maksimal.

123
F. Media Penyuluhan
Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan
informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat meningkat
pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif
terhadap kesehatan.

Penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan yang
disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari
pesan tersebut sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsinya ke perilaku yang
positif.

Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan


penyuluhan kesehatan antara lain adalah :

a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.


b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
c. Media dapat memperjelas informasi.
d. Media dapat mempermudah pengertian.
e. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.
f. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata.
g. Media dapat memperlancar komunikasi.
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media ini dibagi
menjadi 3 yakni :

a. Media cetak

Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran


sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media ini
adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubric atau tulisan
pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi
kesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup
banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik,
mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Media cetak
memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara dan
mudah terlipat.

124
b. Media elektronik

Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan
didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam
media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD. Seperti halnya media
cetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami,
lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan
seluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang serta
jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi,
sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan
matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan
dan keterampilan untuk mengoperasikannya.

c. Media luar ruang

Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak


maupun elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi
layar lebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik,
sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh
panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar.
Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat
canggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan
berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk
mengoperasikannya.

Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media yang mampu


memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat
penerimaan sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku
sesuai dengan pesan yang disampaikan

G. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyuluhan


Keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor
penyuluh, sasaran dan proses penyuluhan.

1. Faktor penyuluh

125
Misalnya kurang persiapan, kurang menguasai materi yang akan dijelaskan,
penampilan kurang meyakinkan sasaran, bahasa yang digunakan kurang dapat
dimengerti oleh sasaran, suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar serta
penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga membosankan.
2. Faktor sasaran
Misalnya tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit menerima pesan yang
disampaikan, tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu
memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan
yang lebih mendesak, kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga
sulit untuk mengubahnya, kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak
mungkin terjadi perubahan perilaku.

3. Faktor proses dalam penyuluhan


Misalnya waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran,
tempat penyuluhan dekat dengan keramaian sehingga menggangu proses penyuluhan
yang dilakukan, jumlah sasaran penyuluhan yang terlalu banyak, alat peraga yang
kurang, metoda yang digunakan kurang tepat sehingga membosankan sasaran serta
bahasa yang digunakan kurang dimengerti oleh sasaran

126
FORMAT PENILAIAN
PENDIDIKAN KESEHATAN

127
FORMAT PENILAIAN PENYULUHAN
KESEHATAN JIWA

DILAKSANAKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
1 2 3 4
1. Membuat dan mengajukan proposal penyuluhan sesuai
kontrak dengan pembimbing
2. Sistematika penyuluhan (keteraturan materi)

3. Isi penyuluhan (kedalaman materi sesuai dengan topik)

4. Kesesuaian rencana kegiatan dengan pelaksanaan

5. Kemampuan Tanya jawab dan evaluasi

6. Organisasi (ketepatan waktu, pembagian tugas)

7. Media (audio visual, poster, leafleat)

8. Melaporkan hasil kegiatan tepat waktu

KETERANGAN :

Nilai :

100

Kriteria Penilaian : 1 = Tahu tapi tidak dilakukan


2 = Dilakukan tapi tidak tidak tepat
3 = Dilakukan mendekati tepat
4 = Dilakukan dengan tepat dan benar

Keterangan : NBL : ≥ 75

Palu, …....................... 2020


Perseptor

------------------------------------------

128
RESUME KEPERAWATAN PENDIDIKAN
KESEHATAN/SP KELUARGA

129
RINGKASAN RESUME PENDIDIKAN KESEHATAN/SP KELUARGA
COMMUNITY MENTAH HELATH NURSING (CHMN)

Tanggal dirawat :
Tanggal keluar :
Diagnosa Medis :

A. Biodata
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Jenis kelamin :
5. Pekerjaan :
6. Status :
7. Agama :
8. Hubungan dengan pasien :
9. Alamat :
B. Tujuan kunjungan rumah :
C. Diagnosa keperawatan : ( pilih salah satu :
1. RPK
2. Halusinasi
3. HDR
4. ISOS
5. Waham
6. DPD
7. Resiko bunuh diri
D. Rencana tindakan keperawatan :
1. Orientasi
a) Salam, perkenalan dan jelaskan tujuan kunjungan
b) Evaluasi/validasi keadaan keluarga
c) Kontrak ( waktu, topic dan tempat)
d) Kaji informasi tentang klien (validasi data)
2. Kerja (tindakan keperawatan)
a) Tindakan keperawatan sesuai diagnose keperawatan yang dipilih , miss:
halusinasi,dll
b) Tindakan keperawatan untuk keluarga sesuai dengan diagnose yang dipilih
 Masalah klien /masalah utama : RPK,Halusinasi,
HDR,ISOS,Waham,DPD,Resiko bunuh diri
 Tindakan yang sudah dilakukan selama di Rumah Sakit ( sesuai dengan
masalah utama : pengertian, tanda dan gejala, cara mengatasi masalah
 Cara minum obat dengan benar ( prinsip 5B)
 jadwal control selanjutnya
3. Terminasi
a) Evaluasi respon keluarga terhadap kunjungan rumah (subjektif)

130
b) Evaluasi kemampuan keluarga terhadap asuhan klien (objektif)
c) Tindak lanjut : kesepakatan keluarga terlibat dalam asuhan (dirumah sakit atau
dirumah)

131
Contoh :

RINGKASAN RESUME PENDIDIKAN KESEHATAN/SP KELUARGA


COMMUNITY MENTAH HELATH NURSING (CHMN)

Tanggal dirawat : 02 Juni 2020


Tanggal keluar : 20 Juni 2020
Diagnosa Medis : Skizofrenia

A. Biodata
1. Nama : Nn. H
2. Umur : 25 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Pendidikan : SMP
5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
6. Status : Kawin
7. Agama : Islam
8. Alamat : Jl. Anoa Lr….No….
B. Tujuan pendidikan kesehatan keluarga /SP Keluarga :
1. Memberikan informasi kepada keluarga tentang kemajuan dan perkembangan klien.
2. Memvalidasi dan melengkapi data yang telah diperoleh dari klien dan data sekunder
(dokumen medik).
3. Mendapatkan informasi langsung dari keluarga.
4. Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan diagnos keperawatan serta melakukan
pendidikan kesehatan kepada keluarga sesuai dengan masalah yang ditemukan.
5. Memotivasi keluarga untuk mengunjungi klien di Rumah sakit.
C. Diagnose keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
D. Rencana tindakan keperawatan :
1. Orientasi
a) Salam perkenalan dan jelaskan tujuan kunjungan
 Selamat sore bu, perkenalkan nama saya ….. saya mahasiswa Poltekkes
Kemenkes Palu prodi Ners Palu yang sedang melaksanakan praktek di RSD
Madani Palu.
 Maksud saya kemari adalah ingin mengetahui perkembangan kesehatan anak
ibu …… dan ingin mendapatkan informasi lebih lanjut tentang perkembangan
anak ibu setelah dirawat di Rumah sakit.
b) Evaluasi/validasi keadaan keluarga
 Bagaimana ibu apakah boleh ?
c) Kontrak
 Baiklah ibu, saya berharap ibu/bapak dapat meluangkan selama 30 menit.
 Kita akan mendiskusikan tentang keadaan anak ibu, selanjutnya saya akan
menyampaikan beberapa hal tentang peran keluarga dala merawat anak ibu
agar bisa sembuh lebih cepat.
d) Kaji informasi tentang klien (validasi data)

132
 Mengkaji ibu : ceritakan mengapa anak ibu dirawat di Rumah Sakit ?
 Menurut ibu mengapa anak ibu melakukan hal itu ?
 Sejak kapan anak ibu mengalami gangguan jiwa
 Bagaimana hubungan keluarga dengan anak ibu ?
 Bagaimana pandangan keluarga dan tetangga tentang anak ibu ?
 Dan lain-lain diuraikan dengan jelas………
4. Kerja (tindakan keperawatan)
a. Tindakan keperawatan sesuai diagnose keperawatan yang diangkat
1) Masalah klien /masalah utama : RPK,Halusinasi,
HDR,ISOS,Waham,DPD,Resiko bunuh diri
b. Tindakan yang sudah dilakukan selama di Rumah Sakit
c. Cara minum obat dengan benar ( prinsip 5 B)
d. jadwal control selanjutnya
e. Terminasi
1) Evaluasi respon keluarga (subjektif)

Bisakah ibu/bapak menceritakan apa ibu rasakan setelah kita bercerita ?

2) Evaluasi kemampuan keluarga terhadap asuhan klien (objektif)


 Apakah ibu/bapak dapat memahami pah yang telah kita diskusikan
 Saya berharap ibu dapat melaksanakan apa yang sudah saya jelaskan tadi
3) Tindak lanjut : kesepakatan keluarga terlibat dalam asuhan (dirumah sakit atau
dirumah)
 Semoga ibu/bapak dapat melaksanakan apa yang sudah kita diskusikan
tadi
 Kiranya ibu/bapak dapat mengontrol secara rutin ke Rumah Sakit agar
anak ibu cepat sembuh.
 Apabila ada masalah pada anak ibu/bapak kiranya dapat dibawa ke Rumah
Sakit untuk mendpatkan pengobatan,

133
Format penilaian
RESUME KEPERAWATAN PENDIDIKAN
KESEHATAN/SP KELUARGA

134
FORMAT PENILAIAN PENDIDIKAN KESEHATAN /SP KELUARGA (CMHN)

Nama :……………………………………………. NIM:………………………

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
4 3 2 1
A Tahap Pra Interaksi
1 Periksa instruksi dokter dan rencana
asuhan keperawatan & menyiapkan diri
2 Melakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan
B Perkenalan/Orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi/Validasi

3. Kontrak (Topik, waktu, tempat)

5. Tujuan
C Fase Kerja
5. Teknik komunikasi terapeutik

6. Sikap komunikasi terapeutik


7. Langkah-langkah tindakan keperawatan
sesuai rencana : Tindakan yang sudah
dilakukan selama di Rumah Sakit
8 Cara minum obat yang benar ( prinsip 5B),

9 Rencana control selanjutnya

D Terminasi
10. Evaluasi respon klien
11. Rencana tindak lanjut
12. Kontrak yang akan datang (Topik, waktu,
tempat)
Keterangan :
1 = Mengetahui, tetapi tidak melakukan
2 = Melakukan, tetapi tidak tepat
3 = Melakukan, mendekati tepat
4 = Melakukan dengan tepat

135
Nilai Batas Lulus (NBL) = ≥ 75
Penilaian: (Jumlah nilai aspek yang dilakukan) x 100
(Jumlah aspek ….. x 4)

NILAI =

Palu,..................................2020

Mahasiswa/Peserta Pembimbing/ Penguji

(……………………………………..) (…………………………………………)

136

Anda mungkin juga menyukai