Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA KUSTA TIPE


BODERLINE LEPROMATOUS DIRUANG POLI KULIT DAN KELAMIN
RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Program Profesi Ners XXXVI

Disusun Oleh :
Hermin Setiorini

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXVI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA KUSTA TIPE
BODERLINE LEPROMATOUS DIRUANG POLI KULIT DAN KELAMIN
RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG

A. PENGKAJIAN
 Identitas klien
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 20 Juni 1969
Umur : 49 tahun
Alamat : Dusun Bayur 1 Rt 01 Rw 08 Kec. Pedes, Karawang
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Sunda
Tgl masuk RS : 01 November 2018
Tanggal Pengkajian : 01 November 2018
No. RM : 0001710384
Diagnosa Medis : Kusta Tipe Boderline Lepromatous
 Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. N
Alamat : Dusun Bayur 1 Rt 01 Rw 08 Kec. Pedes, Karawang
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Suku : Sunda
Hubungan dengan klien: Istri
B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh gatal di kaki kanan
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dirujuk sari RSUD Karawang karena terdapat luka borok pada kaki yang tidak
kunjung sembuh sejak 6 tahun yang lalu. Luka borok tidak pernah sembuh atau
membaik meski telah dilakukan berbagai macam pengobatan. Luka borok tebal,
bertambah luas ukuran nya, dan terkadang terasa gatal
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien pernah di diagnose kusta pada tahun 2016 dan sudah mendapatkan pengobatan bisler
selama setahun. Namun, selama pengobatan tidak kunjung sembuh
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada
e. Riwayat Psikolososial Spiritual
Klien menganggap penyakit ini datang dari Allah dan klien selalu berdoa agar
penyakitnya cepat sembuh. Klien terkadang malu dalam bersosialisasi.
f. Riwayat ADL
Kebutuhan Dasar Sebelum masuk RS Setelah masuk RS
a. Makan dan Klien makan 3 kali sehari Klien makan 3 kali sehari dengan
Minum dengan porsi penuh porsi penuh
Klien minum ± 8 gelas Klien minum ± 8 gelas perhari
perhari
b. Eliminasi Frekuensi BAK 6-7 kali Frekuensi BAK 6-7 kali dengan
BAK dan dengan warna urine kuning, warna urine kuning, tidak ada
BAB
tidak ada keluhan saat BAK keluhan saat BAK
Frekuensi 2 kali sehari, tidak Frekuensi 2 kali sehari, tidak ada
ada keluhan saat BAB keluhan saat BAB
c. Pola aktivitas Klien jarang beraktivitas di Klien jarang beraktivitas di
sekitar rumah sekitar rumah
d. Pola istirahat Klien tidur ± 6-8 jam sehari Klien tidur ± 6-8 jam sehari
dan tidur
e. Personal Klien mandi 2 kali sehari Klien mandi 2 kali sehari dan
hyigiene dan gosok gigi 2 kali sehari gosok gigi 2 kali sehari

C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umun
- Penampilan Umum : baik
- Kesadaran : composmentis
b. Tanda-tanda vital
- TD : 100/80 mmHg
- RR : 20 x/menit
- Nadi : 78 x/menit
c. Antropometri
BB : 50 kg
TB : 160 cm
IMT : 19,5 (normal)
d. Sistem Integumen
1) Inspeksi
a) Penampilan umum : Ada luka borok berwarna putih di kaki sebelah kanan
b) Rambut : bersih
c) Kulit : Kuning
2) Palpasi
a) Akral : teraba hangat
b) Kulit : teraba hangat
c) Nyeri : tidak ada
e. Sistem Pengindraan
1) Mata
a) Inspeksi
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
Pergerakan : ke segala arah
Lapang pandang : normal
Ketajaman : normal, tidak menggunakan alat bantu
Penglihatan
2) Hidung
a) Inspeksi
Kebersihan : bersih, tidak ada sumbatan
Keluaran :-
Fungsi penghidu : Tidak ada keluhan
b) Palpasi
Nyeri tekan :-
3) Telinga
a) Inspeksi
Kebersihan : bersih, tidak ada sumbatan
Keluaran :-
Fungsi pendengaran: normal
b) Palpasi
Nyeri tekan :-
f. Sistem Penapasan
1) Inspeksi
a) Hidung : tidak ada sumbatan
b) Trakea : tidak ada deviasi
c) Dada : normal, simetris
d) Pola napas (pre) : teratur, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak
ada penggunaan otot bantu pernapasan
g. Sistem Kardiovaskular
1) Inspeksi
a) Konjungtiva : merah muda
b) CRT : < 2 detik
2) Palpasi
a) Akral : teraba hangat
b) Nadi : teraba kuat
3) Auskultasi :-
h. Sistem Muskuloskeletal
1) Inspeksi
Tidak menggunakan alat bantu jalan, mobilisasi mandiri,
2) Palpasi
a) Kekuatan otot ekstremitas :
5 5
2 5

i. Sistem Persyarafan
1) Tidak ada kesulitan bicara
2) Ada kelemahan alat gerak
D. TERAPI OBAT
- Lotion urea 10%
- Asam salisilat 40 %
- Londin 10 %
- Oxid zincin 9 %
- Vaselin album 40 gr
- Neurobion 1x1000 mg
E. ANALISA DATA
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Klien mengeluh Kusta Kerusakan integritas
kaki kanan nya gatal, ↓ kulit
baal, luka tebal dan Gangguan saraf tepi
lebar ↓
DO : kaki kanan klien Gangguan saraf otonom
tampak kering, terdapat ↓
luka berwarna putih dan Gangguan kelenjar minyak &
aliran darah
tebal dengan ukuran

6x5x0,3 cm
Kulit kering, bersisik, berwarna
putih

Gangguan fungsi barrier

Kerusakan integritas kulit
2 DS : klien mengatakan Kusta Gagguan citra tubuh
kadang malu dengan ↓
peyakitnya Gangguan saraf tepi
DO : kaki kanan klien ↓
tampak kering, terdapat Gangguan saraf otonom
luka berwarna putih dan ↓
tebal Gangguan kelenjar minyak &
aliran darah

Kulit kering, bersisik, berwarna
putih

Rasa malu

Gagguan citra tubuh

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barrier kulit,
ditandai dengan Kulit kering, bersisik, berwarna putih
2. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan persepsi diri, ditandai dengan
terkadang klien merasa malu dengan penyakitnya
G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S Ruangan : Poli Kulit dan kelamin
No. RM : 0001710384 Nama Mahasiswa : Hermin Setiorini
Diagnosa TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Kerusakan NOC: NIC
integritas kulit  Tissue Integrity: Skin And
berhubungan Mucous Membranes Skin care : topical treatment Skin care : topical treatment
 Anjurkan klien pijat disekitar area  Dengan memassage disekitar area
dengan perubahan  Dialysis Access Integrity
yang mempengaruhi atau dapat yang mempengaruhi akan
fungsi barrier kulit. Setelah dilakukan tindakan
menimbulkan luka mengurangi terjadinya kemerahan
keperawatan 1 x 5 jam
diharapkan tidak terjadi  Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
dan untuk melancarkan aliran
kerusakan integritas kulit. dan kering
darah disekitar area
Kriteria hasil :  Anjurkan klien untuk menghindari  Mengindari tanda-tanda infeksi
1. Integritas kulit yang baik semua bentuk friksi (menyentuh,
dan untuk mempercepat
dapat dipertahankan menggaruk dengan tangan) pada kulit
 Health education perawatan kulit penyembuhan
(sensasi, elastisitas,
dengan bersih dan benar.  Mencegah penularan bakteri yang
temperature, hidrasi,  Oleskan Vaselin album 40 gr dan dapat memperparah infeksi pada
pigmentasi) lotion urea 10 % pada kulit lesi kulit
2. Tidak ada luka/lesi pada  Jaga kuku agar selalu pendek  Perawatan kulit yang benar
kulit  Motivasi pasien untuk konsumsi diet mengurangi resiko
3. Mampu melindungi kulit dengan TKTP terakumulasinya kotoran di kulit
dan mempertahankan  Menjaga kondisi kulit tetap
kelembaban kulit dan lembab dan untuk mencegah
perawatan alami perburukan kondisi kulit.
 Pemotongan kuku akan
mengurangi kerusakan kulit
karena garukan
 Mempercepat penyembuhan luka
Gangguan citra diri NOC NIC
Body Image Enhancement Body Image Enhancement
berhubungan Setelah  Monitor frekuensi kalimat yang  Untuk mengetahui seberapa
dengan perubahan diberikan asuhan Keperawatan mengkritik diri sendiri besar klien mampu menerima
selama 1 x 5 jam
persepsi diri  Bantu klien untuk mengenali tindakan keadaan dirinya
diharapkan gangguan citra
tubuh klien teratasi dengan yang akan meningkatkan  Untuk meningkatkan percaya
kriteria hasil : penampilannya diri klien
 Fasilitasi hubungan klien dengan  Untuk meningkatkan percaya
 Puas dengan penampilan individu yang mengalami perubahan diri dan semangat klien
tubuh citra tubuh yang serupa  Untuk mengetahui kekuatan
 Identifikasi dukungan kelompok yang pribadi klien
tersedia untuk klien
Self Esteem Enhancement Self Esteem Enhancement

 Anjurkan klien untuk menilai  Agar klien tahu seberapa


kekuatan pribadinya kekuatan pribaidnya
 Anjurkan kontak mata dalam  Agar klien lebih percaya diri
berkomunikasi dengan orang lain  Agar klien bisa melakukan
 Fasilitasi lingkungan dan aktifitas aktivitas
yang akan meningkatkan harga diri
klien
H. CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S Ruangan: Poli Kulit dan Kelamin
No. RM : 0001710384 Nama Mahasiswa: Hermin Setiorini
No Tgl/jam Implementasi Respon Paraf
Dx
1 1/10/2018 Hermin
08.30  Mengkaji keluhan klien  Klien mengeluh kulit
Setiorini
terasa gatal, kering,
tebal

 Mengukur tanda-tanda vital,  TD : 100/80 mmHg


09.00 Berat badan dan tinggi ND : 78 x/menit
badan RR : 20 x/menit
TB : 160 cm
BB : 50 Kg
09.30  Menganjurkan klien pijat
disekitar area yang  Klien nyaman dan
mempengaruhi atau dapat kooperatif
menimbulkan luka
 Menganjurkan klien untuk  Klien paham dengan
09.40 menghindari semua bentuk yang disarankan
friksi (menyentuh,
menggaruk dengan tangan)
pada kulit
09.45  Menganjurkan klien untuk
memberikan salep di area
luka
 Health education perawatan
09.55 kulit dengan bersih dan
benar.
 Memotivasi pasien untuk
10.10 konsumsi diet dengan
TKTP
10.30  Momotivasi klien untuk
tidak malu dengan
penyakitnya dan
memotivasi klien agar
selalu semangat
I. CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN
Nama Pasien : Tn. S Ruangan : Poli kulit dan kelamin
No . Medrek : 0001710384 Nama Mahasiswa : Hermin Setiorini
No. Tanggal/jam SOAP Paraf
Dx
1 01/11/2018 pukul S: Klien mengatakan kulitnya Hermin Setiorini
12.00 terkadang terasa gatal, kulit
tebal dan berwarna putih

O: kulit tampak kering, tebal,


dan berwarna putih

A: Integritas kulit, masalah


belum teratasi
P:
Dischard planning :
 Menganjurkan klien untuk
menghindari semua bentuk
friksi (menyentuh,
menggaruk dengan tangan)
pada kulit
 Menganjurkan klien untuk
memberikan salep di area
luka
 Menganjurkan klien untuk
tetap menjaga kebersihan
kulit

2 01/11/2018 pukul S: klien mengatakan sudah Hermin Setiorini


12.00 tidak terlalu malu lagi dengan
penyakitnya dan menganggap
ini sudah kehendak tuhan

O: Klien tampak bersemangat


dalam proses pengobatanya,
klien tampak lebih tenang

A: Gangguan citra tubuh,


masalah teratasi.

P: Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth’s (2010). Textbook of Medical-Surgical Nursing. Twelfth Edition.


Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.

Bulechek, MG., et all. (2018). Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

Doenges, M E dkk. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien.Jakarta: EGC

Johnson, M., et all. (2018). Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

NANDA. (2018-2020). Nursing Diagnoses definition and classification. Tenth edition. Willey
Blackwell

Price, A. Sylvia. (2006) Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4. Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
RESUME

KUSTA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Program Profesi Ners XXXVI

Disusun Oleh :
Hermin Setiorini

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXVI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2018
A. Definisi
Kusta yang disebut juga Leprosy adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri.
Penyakit ini umumnya akan menyerang kulit dan system saraf, hal ini berlangsung perlahan-
lahan dengan masa inkubasi rata-rata 3 tahun (WHO, 2016). Penyakit kusta yang disebabkan
oleh Mycobacterium Lepra adalah penyakit yang menyerang saraf tepi (perifer) dan kulit.
Keterlibatan dan kerusakan saraf dapat menimbulkan cacat dan kelumpuhan tangan, kaki dan
wajah (Irianto, 2014).

B. Klasifikasi
1. Tipe lepromatous terdapat pada orang yang tidak mempunyai daya tahan tubuh
dan mycobacterium leprae berkembangbiak di tubuhnya dalam jumlah tidak terhitung.
2. Tipe borderline berkembang pada penderita dengan daya tahan tubuh sedang, daya tahan
yang sedang ini dapat mengurangi jumlah mycobacterium leprae tidak begitu banyak, namun
masih cukup banyak yang tinggal dan berkembangbiak dalam tubuh, juga berarti bahwa
suatu pertempuran sedang terjadi antara mycobacterium leprae dan daya tahan tubuh. Tipe
borderline dapat dibagi menjadi tiga yaitu borderline tuberkuloid, boderline borderline dan
borderline lepromatous.
3. Tipe tuberkuloid terjadi pada penderita dengan daya tahan tubuh yang tinggi dan sedikit
mycobacterium leprae untuk berkembangbiak menjadi banyak. Tipe indeterminate yang
berarti bahwa tipenya tidak dapat diketahui pada saat sekarang. Kusta indeterminate terjadi
pada seseorang dengan daya tahan tubuh sedemikian tinggi sehingga tubuh bisa segera
menyembuhkan penyakitnya tanpa suatu pengobatan. Atau pada orang dengan daya tahan
tubuh yang kurang maka tanda indeterminatenya menjadi lebih jelas.
(Sari, et al. 2018)
C. Manifestasi Klinis
Menurut Dinkes Jateng (2013) manifestasi dari penyakit kusta adalah Kelainan kulit/lesi
yang dapat berbentuk bercak keputihan (hypopigmentasi) atau kemerahan (erithematous) dan
mati rasa (anaesthesia). Adapun gangguan- gangguan fungsi saraf tepi berupa gangguan fungsi
sensori (hilangnya sensasi raba), Gangguan fungsi motorik (kelemahan otot (parese) atau
kelumpuhan (paralise)). Gangguan fungsi otonom (kulit kering), ditemukannya Mycobacterium
Lepra pada pemeriksaan bakteriologis.

D. Etiologi
Dibandingkan M.tuberculosis , basil tahan asam Mycobacterium leprae tidak memproduksi
eksotoksin dan enzim litik . Selain itu , kuman ini merupakan satu-satunya mikrobacteria yang
belum dibiakkan in vitro. Mikrobacteria ini secara primer menyerang sistem saraf tepi dan
terutama pada tipe lepromatosa , secara sekunder dapat menyerang seluruh organ tubuh lain
seperti kulit, mukosa mulut, mukosa saluran napas bagian atas, system retikuloendotelial , mata,
tulang dan testis. Reaksi imun penderita terhadap M.Leprae berupa reaksi imun seluler terutama
pada lepra bentuk tuberkuloid , dan reaksi imun humoral terutama pada lepra
bentuk lepromatosa. ( Wim de jong et al , 2005)
Kusta tampil dalam dua jenis bentuk klinis utama , yaitu kusta berbentuk kering atau tipe
tuberkuloid , dan kusta bentuk basah , disebut juga tipe lepromatosa . bentuk ketiga yaitu bentuk
peralihan (borederline) . ( Wim de jong et al , 2005)
1. Kusta bentuk kering : tidak menular , kelainan kulit berupa bercak keputihan sebesar
uang logam atau lebih besar, sering timbul di pipi, punggung, pantat, paha atau lengan.
Bercak tampak kering, kulit kehilangan daya rasa sama sekali.
2. Kusta bentuk basah : bentuk menular karena kumannya banyak terdapat diselaput lendir
hidung , kulit dan organ tubuh lainnya, dapat berupa bercak kemerahan , kecil-kecil
tersebar diseluruh badan , atau berupa penebalan kulit yang luas sebagai infiltrate yang
tampak mengkilap dan berminyak, dapat berupa benjolan merah sebesar biji jagung yang
tersebar di badan , muka dan daun telinga. Disertai rontoknya alis mata , menebalnya
daun telinga.
3. Kusta tipe peralihan : merupakan peralihan antara kedua tipe utama . Pengobatan tipe ini
dimasukkan kedalam jenis kusta basah.

E. Patofisiologi
Setelah M. leprae masuk ke dalam tubuh, perkembangan penyakit kustabergantung pada
kerentanan seseorang. Respon tubuh setelah masa tunasdilampaui tergantung pada derajat
sistem imunitas selular (cellular mediated immune) pasien. Kalau sistem imunitas selular
tinggi, penyakit berkembangkearah tuberkuloid dan bila rendah, berkembang kearah
lepromatosa. M.leprae berpredileksi di daerah-daerah yang relatif lebih dingin, yaitu
daerahakral dengan vaskularisasi yang sedikit.Derajat penyakit tidak selalu sebanding dengan
derajat infeksi karenarespon imun pada tiap pasien berbeda. Gejala klinis lebih sebanding
dengan 8 tingkat reaksi selular daripada intensitas infeksi. Oleh karena itu penyakitkusta
dapat disebut sebagai penyakit imunologik.
Mycobacterium Leprae

Droplet infection atau kontak dg kulit

Masuk dlm pem.darah dermis & sel saraf schwan

System imun seluler meningkat

fagositosis

Pembentukan tuberkel
c
Morbus Hansen (kusta)

Pause Basiler (PB) Multi Basiler (MB)

Gangguan
saraf tepi

Saraf motor Saraf otonom Saraf sensorik

Kelemahan otot Gangguan kelenjar fibrosis


minyak & aliran darah

Intoleransi aktivitas Penebalan saraf


Kulit kering, bersisik,
macula seluruh tubuh
anestesi

sekresi histamin Gangguan fungsi barrier


kulit Terjadi trauma/cedera

Respon gatal Kerusakan integritas


kulit Terjadi luka

digaruk Merangsang mediator


inflamasi

Resiko penyebaran
infeksi Sekresi mediator
nyeri
Gangguan citra nyeri
tubuh
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Bakteriologis
2. Indeks Bakteri (IB):
Merupakan ukuran semikuantitatif kepadatan BTA dalam sediaan hapus. IB digunakan
untuk menentukan tipe kusta dan mengevaluasi hasil pengobatan. Penilaian dilakukan
menurut skala logaritma RIDLEY sebagai berikut :
0 : Bila tidak ada BTA dalam 100 lapangan pandang

1 : Bila 1-10 BTA dalam 100 lapangan pandang

2 : Bila 1-10 BTA dalam 10 lapangan pandang

3 : Bila 1-10 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang

4 : Bila 11-100 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang

5 : Bila 101-1000 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang

6 : Bila >1000 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang

3. Indeks Morfologi (IM)


Merupakan persentase BTA bentuk utuh terhadap seluruh BTA. IM digunakan untuk
mengetahui daya penularan kuman, mengevaluasi hasil pengobatan, dan membantu
menentukan resistensi terhadap obat.
4. Polymerase Chain Reaction (PCR)
PCR dapat digunakan untuk medeteksi gen yang mengkode berbagai macam protein M.
leprae.
(Martinez et al. 2014)

G. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Medik
Tujuan utama program pemberantasan kusta adalah penyembuhan pasien kusta dan
mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai penularan dari pasien kusta
terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk menurunkan insiden penyakit.
Program Multi Drug Therapy (MDT) dengan kombinasi rifampisin, klofazimin, dan DDS
dimulai tahun 1981. Program ini bertujuan untuk mengatasi resistensi dapson yang
semakin meningkat, mengurangi ketidaktaatan pasien, menurunkan angka putus obat,
dan mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam jaringan. Rejimen pengobatan MDT
di Indonesia sesuai rekomendasi WHO sebagai berikut:
1) Tipe PB (Pause Basiler)
Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa :

a. Rifampisin 600mg/bln diminum didepan petugas


b. DDS tablet 100 mg/hari diminum di rumah
Pengobatan 6 dosis diselesaikan dalam 6-9 bulan dan setelah selesai minum 6
dosis dinyatakan RFT meskipun secara klinis lesinya masih aktif (Malathi,
Munisamy.2013). Menurut WHO tidak lagi dinyatakan RFT tetapi
menggunakan istilah Completion Of Treatment Cure dan pasien tidak lagi
dalam pengawasan.
2) Tipe MB (Multi Basiler)
Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa:

a. Rifampisin 600mg/bln diminum didepan petugas


b. Klofazimin 300mg/bln diminum didepan petugas dilanjutkan dengan
klofazimin 50 mg /hari diminum dirumah
c. DDS 100 mg/hari diminum dirumah
Pengobatan 24 dosis diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan sesudah
selesai minum 24 dosis dinyatakan RFT meskipun secara klinis lesinya
masih aktif dan pemeriksaan bakteri positif. Menurut WHO pengobatan MB
diberikan untuk 12 dosis yang diselesaikan dalam 12-18 bulan dan pasien
langsung dinyatakan RFT.
(White, Cassandra. 2015)
 Putus obat
Pada pasien kusta tipe PB yang tidak minum obat sebanyak 4 dosis dari yang
seharusnya maka dinyatakan DO, sedangkan pasien kusta tipe MB dinyatakan DO
bila tidak minum obat 12 dosis dari yang seharusnya.
2. Perawatan Umum
Perawatan pada morbus hansen umumnya untuk mencegah kecacatan. Terjadinya cacat
pada kusta disebabkan oleh kerusakan fungsi saraf tepi, baik karena kuman kusta maupun
karena peradangan sewaktu keadaan reaksi netral.
a. Perawatan mata dengan lagophthalmos
 Penderita memeriksa mata setiap hari apakah ada kemerahan atau kotoran
 Penderita harus ingat sering kedip dengan kuat
 Mata perlu dilindungi dari kekeringan dan debu
b. Perawatan tangan yang mati rasa
 Penderita memeriksa tangannya tiap hari untuk mencari tanda- tanda luka,
melepuh
 Perlu direndam setiap hari dengan air dingin selama lebih kurang setengah
jam
 Keadaan basah diolesi minyak
 Kulit yang tebal digosok agar tipis dan halus
 Jari bengkok diurut agar lurus dan sendi-sendi tidak kaku
 Tangan mati rasa dilindungi dari panas, benda tajam, luka
c. Perawatan kaki yang mati rasa
 Penderita memeriksa kaki tiap hari
 Kaki direndam dalam air dingin lebih kurang ½ jam
 Masih basah diolesi minyak
 Kulit yang keras digosok agar tipis dan halus
 Jari-jari bengkok diurut lurus
 Kaki mati rasa dilindungi
d. Perawatan luka
 Luka dibersihkan dengan sabun pada waktu direndam
 Luka dibalut agar bersih
 Bagian luka diistirahatkan dari tekanan
 Bila bengkak, panas, bau bawa ke puskesmas
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2006). Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Kusta. Jakarta: Direktorak Jendral
Pengadilan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Irianto, K. (2014). Bakteriologi, Mikologi & Virology Panduan Medis & Klinis. Jakarta:
Alfabeta.

WHO. (2016). Guide Eliminate Leprosy as a Public Health Problem.


http://www.who.int/lep/resources/ Guide_Int_E.pdf?ua=1.

Sari, et al. 2018. Interpretation Of Nerve Conduction Study In Polyneuropathy With


Multibacillary Leprosy Type 2 Reaction. Interpretation of Nerve Conduction Study MNJ,
Vol.04, No.02,Juli 2018

Martinez et al. 2014. PCR-Based Techniques for Leprosy Diagnosis: From the Laboratory to the
Clinic. PLoS Negl Trop Dis. 2014 Apr; 8(4): e2655.doi: [10.1371/journal.pntd.0002655]
White, Cassandra. 2015. Leprosy in the 21st Century. Clin Microbiol Rev. 2015 Jan; 28(1): 80
94.doi: [10.1128/CMR.00079-13]
Malathi, Munisamy. 2013. Fixed-Duration Therapy in Leprosy: Limitations and Opportunities.
Indian J Dermatol. 2013 Mar-Apr; 58(2): 93–100. doi: [10.4103/0019-5154.108029]

Anda mungkin juga menyukai