Anda di halaman 1dari 42

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah ‘Azza wa Jalla, karena berkat-Nya penyusun


dapat menyelesaikan laporan seminar kasus kelolaan di Puskesmas Mamboro
guna menyelesaikan tugas praktek profesi keperawatan maternitas.
Laporan ini merupakan wujud nyata dari hasil observasi kami tentang
“Asuhan keperawatan pada An.L dengan diagnose keperawatan hipertermi”,
dalam penyusunan laporan seminar ini tentunya tidak lepas dari kesulitan-
kesulitan dan masalah, namun berkat bantuan dan bimbingan dari preceptor
institusi dan preceptor clinic (Puskesmas Mamboro) kami dapat menyelesaikan
laporan ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Fitria Masulili,M.Kep.,Ners.,SP.Kep.An selaku koordinator praktek profesi
keperawatan anak.
2. Siti Aisjah, SKM selaku kepala Puskesmas Mamboro
3. Erni Setyarini,S.kep.,Ns selaku preceptor clinic di Puskesmas Mamboro
4. Lenny, SKM., S.Kep.,Ners.,M.Kes selaku preceptor institusi di Puskesmas
Mamboro
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan seminar ini masih
terdapat kekurangan karena keterbatasan pengetahuan,pengalaman dan waktu
penyusunan, sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan dalam dalam laporan
seminar ini,demi kesempurnaan karya tulis ini. Akhir kata semoga laporan
seminar ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Palu, 14 Maret 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
DAFTAR TABEL......................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Penelitian......................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................3
A. Pengertian Hipertermia............................................................................3
B. Fisiologi Hipertermia...............................................................................3
C. Etiologi Hipertermia.................................................................................4
D. Faktor yang mempengaruhi.....................................................................4
E. Tanda Dan Gejala.....................................................................................6
F. Pathway.....................................................................................................7
G. Pemeriksaan Diagnostik...........................................................................8
H. Penatalaksanaan Medis............................................................................8
I. Pengkajian Keperawatan.........................................................................9
J. Diagnosa Keperawatan..........................................................................10
K. Intervensi.................................................................................................10
BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................14
A. PENGKAJIAN........................................................................................14
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN..........................................................23
C. Rencana Asuhan Keperawatan..............................................................25
D. Implementasi dan Evaluasi....................................................................27
BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................33
A. Pengkajian...............................................................................................33
B. Diagnosa..................................................................................................33
C. Perencanaan.............................................................................................33
D. Pelaksanaan.............................................................................................34
E. Evaluasi....................................................................................................34
BAB V PENUTUP.....................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA................................................................................36

2
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 intervensi keperawatan…………………………………………………..10
3.1 Jenis Imunisasi……………………………………………………………12
3.2 Analisa data………………………………………………………………16
3.3 Intervensi Keperawatan…………………………………………………..18
3.4 Implementasi dan Evaluasi……………………………………………….20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertermi merupakan peningkatan suhu inti tubuh manusia yang
biasanya terjadi karena infeksi, kondisi dimana otak mematok suhu tubuh
diatas normal yaitu diatas 380c ( Anisa, 2019).
Hipertermi merupakan peningkatan suhu tubuh yang berhubungan
dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun
mengurangi produksi panas. Hipertermi terjadi karena adanya
ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi
produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.
Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 390c. Selain adanya tanda – tanda
klinis, penentuan hipertemi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada
waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dalam satu hari dan
dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut ( potter & perry, 2010).
Penanganan hipertermi dilakukan dengan 2 tindakan yaitu tindakan
farmakologi, tindakan non farmakologi, maupun kombinasi dari keduanya.
Tindakan farmakologi yaitu memberikan obat antipiretik sedangkan
tindakan non farmakologi yaitu tindakan tambahan dalam menurunkan suhu
tubuh setelah diberikan obat antipiretik. Tindakan non farmakologi terhadap
penurunan panas seperti memberikan minum yang banyak, ditempatkan
dalam ruangan suhu normal, menggunakan pakaian yang tidak tebal, dan
memberikan water tepid sponge ( Wardiyah, setiawati, & setiawan, 2016).
Angka kejadian hipertermi ( kejang demam) di asia dilaporkan lebih
tinggi dan sekitar 80 – 90% dari seluruh kejang demam sederhana
(Arifuddin, 2016).

4
5

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada An. L Dengan diagnosa
keperawatan hipertermi pada anak di puskemas mamboro ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan laporan kasus ini adalah mengetahui
penerapan asuhan keperawatan.pada An. L Dengan diagnosa
keperawatan hipertermi pada anak puskesmas mamboro
2. Tujuan Khusus
Tujuan umum penulisan laporan kasus ini adalah agar dapat
mengetahui tentang :
a. Pengkajian pada pasien asuhan keperawatan.pada An. L Dengan
diagnosa keperawatan hipertermi pada anak puskesmas mamboro.
b. Perumusan diagnosa keperawatan pada pasien asuhan
keperawatan.pada An. L Dengan diagnosa keperawatan hipertermi
pada anak puskesmas mamboro
c. Rencana asuhan keperawatan pada pasien asuhan
keperawatan.pada An. L Dengan diagnosa keperawatan hipertermi
pada anak puskesmas mamboro.
d. Implementasi keperawatan pada pasien asuhan keperawatan.pada
An. L Dengan diagnosa keperawatan hipertermi pada anak
puskesmas mamboro.
e. Evaluasi keperawatan pada pasien asuhan keperawatan.pada An. L
Dengan diagnosa keperawatan hipertermi pada anak puskesmas
mamboro
6
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Hipertermia
Hipertermia merupakan keadaan ketika individu mengalami atau
berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh <37,8oC per oral atau 38,8oC per
rektal yang sifatnya menetap karena faktor eksternal. Hipertermia adalah
peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal. Hipertermia adalah keadaan
suhu tubuh seseorang yang meningkat diatas rentang normalnya.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipertermia
adalah keadaan dimana suhu inti tubuh diatas batas normal fisiologis
sehingga menyebabkan peningkatan suhu tubuh dari individu. Suhu normal
tubuh berkisar antara 36,50C – 37,50C, hipertermia jika suhu tubuh > 37,5 0C
dan hipotermi jika suhu tubuh <36,50C (Nurarif, Amin H dan Hardhi
Kusuma, 2015).

B. Fisiologi Hipertermia
Substansi yang menyebabkan demam disebut pirogen dan berasal baik
dari oksigen maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah
mikroorganisme atau toksik, pirogen endogen adalah polipeptida yang
dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama monosit, makrofag, pirogen
memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam pada tingkat termoregulasi di
hipotalamus. Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan engarah
pada meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan dan
elektrolit dibutuhkan dalam metabolism di otak untuk menjaga
keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Apabila seseorang
kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), maka elektrolit-elektrolit yang
ada pada pembuluh darah berkurang padahal dalam proses metabolisme di
hipotalamus anterior membutuhkan elektrolit tersebut, sehingga kekurangan
cairan dan elektrolit mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior dalam

6
7

mempertahankan keseimbangan termoregulasi dan akhirnya menyebabkan


peningkatan suhu tubuh (Lynda Juall, 2012).

C. Etiologi Hipertermia
Menurut Lynda Juall (2012) etiologi hipertermia yaitu :
1. Dehidrasi
2. Penyakit
3. Trauma
4. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
5. Pemakaian pakaian yang tidak sesuai
6. Peningkatan laju metabolism
7. Pengobatan/anesthesia
8. Terpajan pada lingkungan yang panas
9. Aktivitas yang berlebihan

D. Faktor yang mempengaruhi


Menurut Lynda Juall (2012) faktor yang mempengaruhi hipertemia
yaitu :
1. Usia, pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme
pengaturan suhu sehingga terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis
terhadap lingkungan. Pastikan mereka mengenakan pakaian yang cukup
dan hindari pajanan terhadap suhu lingkungan. Seorang bayi lahir dapat
kehilangan 30% panas tubuh melalui kepala untuk mencegah kehilangan
panas. Suhu tubuh bayi lahir berkisar antara 35,5-37,5°C. Regulasi tubuh
baru mencapai kestabilan saat pubertas. Suhu normal akan terus menurun
saat seseorang semakin tua. Para dewasa tua memiliki kisarab suhu tubuh
yang lebih kecil dibandingkan dewasa muda. Suhu oral senilai 35°C pada
lingkungan dingin cukup umum ditemukan pada dewasa tua. Namun,
rerata suhu tubuh dari dewasa tua adalah 36°C. Mereka lebih sensitif
terhadap suhu ekstrem karena perburukan mekanisme pengaturan,
terutama pengaturan vasomotor (vasokontriksi dan vasodilatasi) yang
8

buruk, berkurangnya jaringan subkutan, berkurangnya aktivitas kelenjar


keringat, dan metabolisme yang menurun.
2. Olahraga, aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta
peningkatan pemecahan karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk
olahraga meningkatkan metabolisme dan dapat meningkatkan produksi
panas sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Olahraga berat yang
lama, seperti lari jarak jauh, dapat meningkatkan suhu tubuh sampai
41°C.
3. Kadar Hormon, umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang
lebih bersar. Hal ini dikarenakan adanya variasi hormonal saat siklus
menstruasi. Kadar progesteron naik dan turun sesuai siklus menstruasi.
Saat progesteron rendah, suhu tubuh berada dibawah suhu dasar, yaitu
1/10nya. Suhu ini bertahan sampai terjadi ovulasi. Saat ovulasi, kadar
progesteron yang memasuki sirkulasi akan meningkat dan menaikkan
suhu tubuh dasar atau suhu yang lebih tinggi. Variasi suhu ini dapat
membantu mendeteksi masa subur seorang wanita. Perubahan suhu tubuh
juga terjadi pada wanita menopause. Mereka biasanya mengalami
periode panas tubuh yang intens dan perspirasi selam 30 detik dampai 5
menit. Pada periode ini terjadi peningkatan suhu tubuh sementara
sebanyak 4°C, yang sering disebut hot flashes. Hal ini diakibatkan
ketidakstabilan pengaturan vasomotor.
4. Irama Sirkandian, suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1°C
selama periode 24 jam. Suhu terendah berada di antara pukul 1 sampai 4
pagi. Pada siang hari, suhu tubuh meningkat dan mencapai maksimum
pada pukul 6 sore, lalu menurun kembali sampai pagi hari. Pola suhu ini
tidak mengalami perubahan pada individu yang bekerja di malam hari
dan tidur di siang hari. Dibutuhkan 1 sampai 3 minggu untuk terjadinya
pembalikan siklus. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah
seiring usia.
9

5. Stres fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh melalui


stimulasi hormonal dan saraf. Perubahan fisiologis ini meningkatkan
metabolisme, yang akan meningkatkan produksi panas. Klien yang
gelisah akan memiliki suhu normal yang lebih tinggi.
6. Lingkungan memengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi
yang tepat, suhu tubuh manusia akan berubah mengikuti suhu
lingkungan. Suhu lingkungan lebih berpengaruh terhadap anak-anak dan
dewasa tua karena mekanisme regulasi suhu mereka yang kurang efisien.
7. Pengukuran suhu tubuh dapat di lakukan dengan cara mengukur suhu
tubuh seseorang dengan menggunakan alat yang dinamakan
Thermometer.

E. Tanda Dan Gejala


Menurut Lynda Juall (2012) tanda dan gejala hipertemi yaitu :
1. Suhu tinggi 37,8oC peroral atau 38,80C per rektal
2. Takikardi
3. Takipnea
4. Konvulsi (kejang)
5. Kulit kering, kemerahan dan terasa hangat
6. Menggigil
7. Dehidrasi
8. Pusing
9. Kehilangan nafsu makan
10

F. Pathway

Endogen Pirogen Eksogen

(Mikroorganisme, (substansi penyebab demam) (trauma, pemakaian


monosit, makrofag, pakaian,
toksik) aktivitas)

Sirkulasi darah

Hipotalamus

Hipotalamus Anterior Mengatur Hipotalamus Posterior


keseimbangan
termoregulasi
titik patokan suhu titik patokan suhu

(sel point)
Produksi panas dan

kehilangan cairan kehilangan panas


kehilangan cairan
elektrolit tubuh elektrolit tubuh

Ketidakefektifan
elektrolit pada pembuluh elektrolit pada pembuluh
termoregulasi
darah (dehidrasi) darah

suhu tubuh suhu tubuh

Hipertermia Hipotermia
11

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic menurut Lynda Juall (2012) yaitu :
1. Riwayat penyakit dan keluhan
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap : mengindetifikasi kemungkinan
terjadinya resiko infeksi
b. Pemeriksaan urine
c. Uji widal : suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk
pasien typoid
d. Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl
4. Uji tourniquet

H. Penatalaksanaan Medis
Menurut Lynda Juall (2012) yaitu :
1. Non Farmakologi
a. Observasi keadaan umum pasien
b. Observasi tanda-tanda vital pasien
c. Observasi perubahan warna kulit pasien
d. Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis
e. Anjurkan pasien banyak minum
f. Anjurkan pasien banyak istirahat
g. Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan
paha, leher bagian belakang
h. Beri Health Education ke pasien dan keluarganya mengenai
pengertian, penanganan, dan terapi yang diberikan tentang
penyakitnya
2. Farmakologi
Beri obat penurun panas seperti paracetamol, asetaminofen
12

I. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian menurut Lynda Juall (2012) merupakan tahap awal dan
dasar utama dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan
data-data yaitu :
1. Identitas diri : umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat
2. Status Kesehatan :
3. Keluhan utama : panas
4. Riwayat penyakit sekarang :
a. Hipertermi :
1) Data Subjektif
a) Pasien mengeluh panas
b) Pasien mengatakan badannya terasa lemas/ lemah
2) Data Objektif
a) Suhu tubuh >37oC
b) Mukosa bibir kering
c) Warna kulit kemerahan
b. Hipotermi : ketika suhu tubuh turun menjadi 35 0C, klien mengalami
gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak
mampu menelan. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 0C frekuensi
jantung, pernafasan, dan tekanan darah turun.
5. Riwayat kesehatan lalu
a. Hipertermi : sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang
menyertai demam (misalnya mual, muntah, nafsu makan turun,
eliminasi, nyeri otot, dan sendi dll).
b. Hipotermi : tanyakan suhu pasien sebelumnya, sejak kapan timbul
gejala gemetar, hilang ingatan, depresi dan gangguan menelan.
6. Pemeriksaan fisik
a. Hitung TTV ketika panas terus menerus
b. Inspeksi dan palpasi kulit, cek turgor kulit (dingin,
kering,kemerahan,hangat dan turgor kulit menurun)
c. Tanda – tanda dehidrasi
13

d. Perubahan tingkah laku : bingung, disorientasi, gelisah, sakit kepala,


nyeri otot, lemah dll

J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Lynda Juall (2012) yaitu :
1. Hipertermiaa berhubungan dengan penyakit
2. Hipotermia berhubungan dengan penuaan
3. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan penyakit
14

K. Intervensi

Tabel 2.1 intervensi keperawatan


Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Hipertermia Termoregulasi Manajemen Hipertermia
D.0130 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 jam diharapkan Observasi:
suhu tubuh tetap berada pada rentang normal  Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi,
Pengertian : Kriteria Hasil: terpapar lingkungan panas, penggunaan inkubator)
Suhu tubuh meningkat di Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Monitor suhu tubuh
atas rentang normal Meningkat Menurun  Monitor kadar elektrolit
1 Menggigil  Monitor haluaran urine
tubuh
 Monitor komplikasi akibat hipertermia
1 2 3 4 5
Terapeutik:
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
 Sediakan lingkungan yang dingin
Memburuk Membaik  Longgarkan atau lepaskan pakaian
3 Suhu tubuh  Basahi dan kipasi permukaan tubuh
1 2 3 4 5  Berikan cairan oral
4 Suhu kulit  Hindari pemberian antipiretik atau asprin
1 2 3 4 5  Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu
15

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Hipotermi Termoregulasi Manajemen hipotermi
D.0131 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 8 jam, Observasi:
termoregulasi membaik.  Monitor suhu tubuh
Pengertian : Kriteria Hasil:  Identifikasi penyebab hipotermia
Suhu tubuh berada Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia
dibawah rentang Meningkat Menurun 
normal tubuh Terapeutik
1 Menggigil  Sediakan lingkungan yang hangat
1 2 3 4 5  Ganti pakaian dana tau linen yang basah
2 Pucat  Lakukan penghangatan pasif
1 2 3 4 5  Lakukan penghangatan aktif eksternal
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik  Lakukan penghangatan aktif internal
Memburuk Membaik
3 Suhu tubuh Edukasi:
1 2 3 4 5  Anjurkan makan/minum hangat
4 Suhu kulit
1 2 3 4 5

Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan


Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Termoregulasi Tidak Termoregulasi Regulasi Temperatur
Efektif Observasi:
16

D.0149 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan  Monitor suhu tubuh dalam rentang normal
pengaturan suhu tubuh membaik  Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
Pengertian : Kriteria Hasil:  Monitor warna dan suhu kulit
kegagalan Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau
mempertahankan suhu Meningkat Menurun hipertermia
tubuh dalam rentang 1 Menggigil Terapeutik:
normal 1 2 3 4 5  Pasang pemantau alat pengukur suhu, jika perlu
2 Kejang  Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
1 2 3 4 5  Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas pada
3 Hipoksia bayi baru lahir
1 2 3 4 5  Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
4 Pucat  Sesuaikan suhu ligkungan dengan kebutuhan pasien
1 2 3 4 5  Pertahankan kelembaban inkubator 50% atau lebih untuk
mengurangi kehilangan panas karena proses evaporasi
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik  Gunakan matras hangat, selimut hangat, jika perlu
Memburuk Membaik Edukasi
1 Suhu Tubuh  Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara
1 2 3 4 5 dingin
2 Suhu Kulit
1 2 3 4 5
3 Pengisian Kapiler
1 2 3 4 5
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
I. Identitas klien
Nama        : An. L

Tempat Tanggal Lahir: Palu, 12 juli 2021

Umur                : 8 bulan

Nama Ayah/Ibu : Tn. M/ Ny. M

Pekerjaan Ayah/Ibu : Wiraswasta/ Bidan

Alamat : Jl. Tandame

Agama              : Islam

Suku              : Kaili

Pendidikan Ayah/Ibu : S1/D3

Diagnosa Medis :

Tgl Dikaji : 10 Maret 2022

No. RM :

II. Riwayat kesehatan


1) Penyakit sekarang
a. Keluhan Utama :
Ibu klien mengatakan anaknya demam sudah 2 hari
b. Riwayat keluhan utama :
Ibu klien mengatakan sejak 2 hari yang lalu klien batuk kering
disertai demam dengan suhu 38,5°c, ibu klien juga mengatakan
anaknya susah BAB sejak 4 hari yang lalu. Ibu klien sudah

17
18

mengompres anaknya tetapi demam tidak kunjung turun, ibu klien


mengatakan klien semakin lemas, dan memutuskan untuk dibawa
ke puskesmas.
2) Riwayat kehamilan dan kelahiran
Ibu klien mengatakan, tidak ada keluhan pada saat prenatal hingga
postnatal.
3) Imunisasi
Tabel 3.1 Jenis Imunisasi

Waktu Reaksi Ketepatan


Jenis Imunisasi Frekuensi
pemberian pemberian Imunisasi
1. BCG 0 Bulan 1x Anak selalu
2. DPT (1,2,3) 3,5,7 Bulan 3x tepat dalam
Demam
3. Polio (1,2,3,4) 0,2,4,6 bulan 4x pemberian
4. Hepatitis 3, 5 bulan 2x imunisasi

4) Riwayat kesehatan Masa lalu


a. Penyakit yang pernah diderita
Ibu klien mengatakan klien belum pernah sakit lebih dari 1 hari
sebelumnya.
b. Pengalaman pembedahan
Ibu klien mengatakan klien belum pernah dilakukan tindakan
pembedahan.
c. Pengalaman dirawat di RS
Ibu klien mengatakan klien belum pernah dirawat di RS
d. Obat-obatan yang digunakan
Ibu klien mengatakan, saat demam klien hanya dikompres, ibu
klien menghindari penggunaan obat kimia jika anaknya sakit untuk
mencegah ketergantungan.
e. Alergi
19

Ibu klien mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat alergi baik


obat maupun makanan.
f. Kecelakaan
Ibu klien mengatakan, anaknya tidak pernah mengalamai
kecelakaan
5) Riwayat kesehatan Keluarga (Genogram)
a. Penyakit yang diderita anggota keluarga
Ibu klien mengatakan, orang tuanya dan suaminya tidak memiliki
riwayat penyakit menurun. Ibu klien mengatakan bahwa dia
memiliki riwayat penyakit hypertiroid.
b. Genogram
A B

C D

Keterangan :

= Laki-laki = Garis keturunan


= Perempuan A = Orang tua ayahklien
= Klien B = Orang tua ibu Klien
= Meninggal dunia C = Saudara Kandung ibu Klien
= Garis pernikahan D = Saudara ayah klien
F = Klien
20

6) Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh
Ibu klien mengatakan, anaknya diasuh oleh neneknya jika pergi
berkerja
b. Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungan dengan anggota keluarga baik, terbukti saat berobat ke
PKM klien diasuh oleh orang tua.
c. Hubungan dengan teman sebaya
Ibu klien mengatakan, anaknya selalu bermain dengan teman
seumurannya saat dibawa ke posyandu saat ibunya berkerja
d. Pembawaan secara umum
Anak tampah pendiam, lemas, walaupun didekati oleh petugas
kesehatan untuk diperiksa
e. Lingkungan rumah
Ibu klien mengatakan, lingkungan rumah bersih, kamar sedikit
lembab, dan tidak ada anggota keluarga yang merokok di dalam
rumah.

III. Kebutuhan dasar


1. Makanan disukai/tidak : klien menyukai semua makanan yang
diberikan oleh orang tua, klien tidak memiliki makanan yang tidak
disukai. Klien meminum susu 5x/hari, semenjak sakit klien jarang
menghabiskan susunya.
Selera makan/porsi : ibu klien mengatakan selera makan klien
baik baik saat sebelum maupun sakit, porsi makan klien tetap seperti
saat sebelum sakit.
Alat makan yang dipakai : ibu klien mengatakan, anaknya
menggunakan mangkok dan sendok saat di beri makan.
21

Pola makan/jam : ibu klien mengatkan klien diberi makan 2-


3x/hari.
2. Pola tidur : semenjak sakit klien jadi jarang tidur siang, tetapi
pada malam hari klien masih tidur pada jam nya walaupun sering
terbangun karena batuk dan demamnya.
3. Mandi : ibu klien mengatakan semenjak demam, klien
hanya dilap menggunakan handuk dan air hangat.
4. Aktifias bermain : semenjak sakit klien jadi jarang bermain
seperti saat sebelum sakit, klien lebih banyak bermain kecil ditempat
tidur atau hanya menonton film.
5. Eliminasi :
BAB : ibu mengatakan klien belum BAB semenjak sakit, BAB
klien keras dan susah keluar.
BAK : ibu klien mengatakan BAK klien baik, klien
menggunakan pempers.

IV. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum : Lemah
2. Tanda vital
S : 39°C
N: 124x/menit
R: 26x/menit
3. Antropometri
TB/BB : 69 cm/10,5 kg
LI/La : 43,4 cm/47cm
4. Pengkajian head to toe
1) Kepala
Inspeksi : bentuk kepala normal, rambut lurus berwarna
hitam, persebaran rambut merata, kondisi kepala bersih, tidak ada
lessi atau massa.
22

2) Mata
Inspeksi : Mata simetris kanan dan kiri, penyebaran bulu
mata merata, penyebaran alis merata, konjungtiva tidak anemis,
pupil isokor, sclera putih susu.
Palpasi : Tidak terapa benjolan dan nyeri tekan
3) Telinga
Inspeksi : Telinga simetris kanan dan kiri, tidak ada massa,
tidak ada serumen, tidak ada pendarahan, telinga Nampak bersih.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada telinga
4) Hidung
Inspeksi : tidak Nampak pendarahan pada hidung, tidak ada
luka atau lessi, tidak Nampak pernafasan cupping hidung, tidak
terdapat secret, tidak ada polip
5) Mulut
Inspeksi : tidak ada peradangan pada gusi, mukosa bibir
kering, dan pucat, tidak ada nyeri telan anak tidak berbicara.
6) Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran tongsil.
Palpasi : tidak teraba pembesaran pada kelenjar thyroid,
tidak teraba pembesaran pada kelenjar limfe
7) Dada
a. Jantung
Inspeksi : tidak Nampak ictus cordis pada ICS V mid
klavikula sinistra.
Palpasi : teraba ictus cordis pada ICS V mid klavikula
sinistra sebesar 2 cm. tidak teraba nyeri tekan, irama teratur.
Perkusi : terdengar suara pekak
Auskultasi : terdengar suara khas jantung lub-dub.
b. Paru-paru
23

Insepksi : bentuk dada sejejr kiri dan kanan, tidak Nampak


adanya otot bantu pernafasan.
Palpasi : tidak teraba adanya benjolan pada dada
8) Abdomen
Inspeksi : Warna kulit normal, tidak ada bekas luka, Nampak
distensi pada abdomen.
Auskultasi : bising usus 6x/menit
Palpasi : tidak ada hepatomegaly, teraba nyeri tekan.
Perkusi : tidak terdengan hypertimpani.
9) Ekstermitas
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan atau
bekas luka.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat edema,
akral hangat.

V. Pemeriksaan tingkat perkembangan


1. Kemandirian dan bergaul :
Anak berdiri dan duduk masih berpegangan, anak terus berpelukan
dengan ibunya, anak mudah bergaul ditandai dengan saat didekati
dan diajak bicara anak merespon dengan menggenggam tangan, dan
menatap mata lawan bicaranya.
2. Motorik halus :
Anak mampu menggenggam jari, saat di berikan pulpen anak dapat
menggenggamnya erat tanpa terjatuh.
3. Motorik kasar :
Anak dapat berdiri walau masih berpegangan dengan orang tua, anak
bisa duduk tanpa berpegangan dengan orang tua.
4. Kognitif dan bahasa :
Selama pengkajian anak tidak menjawab pertanyaan, tidak menangis.
anak hanya diam dan menatap lawan bicara.
24

VI. Klasifikasi Data


1. Ibu klien mengatakan anaknya demam sudah 2 hari
2. Ibu klien mengatakan sejak 2 hari yang lalu klien batuk kering disertai
demam dengan suhu 38,5°c
3. ibu klien juga mengatakan anaknya susah BAB sejak 4 hari yang lalu
4. Ibu klien sudah mengompres anaknya tetapi demam tidak kunjung
turun
5. ibu klien mengatakan klien semakin lemas, dan memutuskan untuk
dibawa ke puskesmas.
6. Anak selalu tepat dalam pemberian imunisasi
7. Ibu klien mengatakan, saat demam klien hanya dikompres, ibu klien
menghindari penggunaan obat kimia jika anaknya sakit untuk
mencegah ketergantungan
8. Ibu klien mengatakan bahwa dia memiliki riwayat penyakit
hypertiroid.
9. Klien meminum susu 5x/hari, semenjak sakit klien jarang
menghabiskan susunya
10. semenjak sakit klien jadi jarang tidur siang, pada malam hari klien
sering terbangun karena batuk dan demamnya.
11. ibu mengatakan klien belum BAB semenjak sakit, BAB klien keras
dan susah keluar
12. distensi pada abdomen
13. bising usus 6x/menit
14. teraba nyeri tekan pada abdomen
15. Keadaan umum : Lemah
16. mukosa bibir kering
17. Tanda vital
S : 39°C
25

N: 124x/menit
R: 26x/menit
18. akral teraba hangat
26

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
I. Analisa Data
Tabel 3.2 Analisa data

Masalah
NO Data Etiologi
keperawatan
1. DS : Bakteri/virus Hipertermi
1) Ibu klien mengatakan anaknya
demam sudah 2 hari Masuk kedalam
2) Ibu klien sudah mengompres
anaknya tetapi demam tidak tubuh
kunjung turun
3) ibu klien mengatakan klien Peningkatan suhu
semakin lemas
4) klien sering terbangun karena tubuh
batuk dan demamnya.

DO : Hipertermi
1) Keadaan umum Lemah : Lemah
2) Tanda vital
S : 39°C
N : 124x/menit
R : 26x/menit
3) akral teraba hangat
2. DS : Pola BAB tidak Konstipasi
teratur
1) ibu klien juga mengatakan
anaknya susah BAB sejak 4 hari Penurunan respon
yang lalu terhadap dorongan
defekasi
2) Klien meminum susu 5x/hari,
semenjak sakit klien jarang Gangguan
menghabiskan susunya koordinasi reflex
defekasi
3) ibu mengatakan klien belum
BAB semenjak sakit, BAB klien
Penumpukan feses
keras dan susah keluar

Konstipasi
27

DO :
1) Keadaan umum Lemah
2) mukosa bibir kering : Lemah
3) distensi pada abdomen
4) bising usus 6x/menit
5) teraba nyeri tekan pada abdomen

II. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah

1. Hipertermi b.d proses penyakit (SDKI, D.0130)


2. Konstipasi b.d ketidakcukupan asupan cairan (SDKI, D.0049)
27

C. Rencana Asuhan Keperawatan

Tabel 3.3 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
1. Hipertermi b.d Proses penyakit Setelah di lakukan 1) Monitor suhu tubuh 1) Untuk mengetahui
DS : kunjungan selama 2 hari, suhu tubuh anak
1) Ibu klien mengatakan anaknya diharapkan masalah 2) Longgarkan atau 2) Membantu
demam sudah 2 hari
Hipertermi teratasi gunakan pakaian yang memperlancar
2) Ibu klien sudah mengompres
anaknya tetapi demam tidak dengan kriteria hasil : tipis sirkulasi dari dalam
kunjung turun
 Suhu tubuh membaik tubuh
3) ibu klien mengatakan klien
semakin lemas  Suhu kulit membaik 3) Kompres tubuh anak 3) Membantu
4) klien sering terbangun karena menurunkan suhu
batuk dan demamnya.
DO : tubuh
4) Tingkatkan asupan
1) Keadaan umum Lemah 4) Memenuhi kebutuhan
cairan dan nutrisi
2) Tanda vital nutrisi dan cairan
S : 39°C yang adekuat
tubuh anak
N : 124x/menit
5) Kolaborasi pemberian
R : 26x/menit 5) Membantu
3) akral teraba hangat antipiretik
28

penurunan suhu
2. Setelah di lakukan 1) Anjurkan peningkatan 1) Membantu konsistensi
Konstipasi b.d ketidakcukupan
kunjungan selama 2 hari, asupan cairan feses membaik
asupan nutrisi
diharapkan masalah 2) Anjurkan pemberian 2) Serat yang cukup dapat
DS :
Konstipasi teratasi MPASI tinggi serat membantu pengeluaran
1) ibu klien juga mengatakan
anaknya susah BAB sejak 4 dengan kriteria hasil : fese
hari yang lalu  Keluhan defekasi 3) Lakukan evakuasi 3) Membantu
2) Klien meminum susu 5x/hari,
semenjak sakit klien jarang lama dan sulit feses secara manual, pengeluaran feses
menghabiskan susunya menurun jika perlu secara manual
3) ibu mengatakan klien belum
BAB semenjak sakit, BAB  Distensi abdomen
klien keras dan susah keluar menurun
DO :  Konsistensi feses

1) Keadaan umum Lemah membaik


2) mukosa bibir kering  Frekuensi defekasi
3) distensi pada abdomen
membaik
4) bising usus 6x/menit
5) teraba nyeri tekan pada
abdomen
29

D. Implementasi dan Evaluasi


Tabel 3.4 Implementasi dan Evaluasi

Hari/Tanggal Implementasi Paraf Evaluasi


Kamis, 10 Maret 11.00 16.00
2022 Memonitor suhu tubuh, dengan hasil : S :
Suhu tubuh anak 39°c Ibu klien mengatakan, demam
11.15 klien mulai turun.
Melonggarkan atau gunakan pakaian yang tipis, O :
dengan hasil : 1) TTV :
Ibu klien memakaikan klien baju yang tipis dan N : 120x/menit
tidak membungkus anak dengan selimut. S : 38,3°c
11.23 R : 26x/menit
Mengompres tubuh anak, dengan hasil : 2) Akral masih teraba hangat
Ibu klien mengkopres tubuh klien dengan air 3) Klien Nampak lemah
hangat, ke seluruh tubuh, hingga ke lipatan
paha dan ketiak anak. Ibu klien juga A :
menggosokkan minyak kayu putih keseluruh Tujuan tercapai
tubuh anak.
P :
30

11.30 Lanjutkan intervensi


Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang 1) Monitor suhu tubuh
adekuat, dengan hasil : 2) Basahi dan kipasi permukaan
Ibu klien terus memberikan susu kepada klien tubuh
sedikit tapi sering, ibu klien juga memberikan 3) Tingkatkan asupan cairan dan
klien pisang rebus sebagai makanan nutrisi yang adekuat
pendamping asi.
11.45
Mengkolaborasi pemberian antipiretik, dengan
hasil :
Klien diresepkan paracetamol 3x0,6 ml
Dexametasone 1½ tablet
CTM 1½ tablet
Vit C III
Ambroxol I
31

Hari/Tanggal Implementasi Paraf Evaluasi


Jumat, 11 Maret 09.00 13.00
2022 Memonitor suhu tubuh, dengan hasil : S :
Suhu tubuh anak 37,3°c Ibu klien mengatakan, demam
09.15 anaknya mulai turun, dan hamper
Mengompres tubuh anak, dengan hasil : tidak teraba demam.
Ibu klien mengatakan masih terus mengkopres O :
badan klien dengan air hangat, dan menggosok 1) TTV :
badan anak dengan minyak kayu putih. N : 124x/menit
09.20 S : 36,8°c
Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang R : 24x/menit
adekuat, dengan hasil : 2) Akral mulai teraba normal
Ibu klien mengatakan masih terus memberikan 3) Klien Nampak mulai aktif
klien susu dan air putih sedikit tapi sering, dan dalam beraktifitas
ibu klien juga mengatakan memberikan bubur A :
dan pisang rebus sebagai makanan pendamping Tujuan tercapai
asi. P :
Pertahankan intervensi
32

Hari/Tanggal Implementasi Paraf Evaluasi


Kamis, 10 Maret 12.00 16.00
2022 Menganjurkan peningkatan asupan cairan, S :
dengan hasil : Ibu klien mengatakan anaknya
Ibu klien terus memberikan susu kepada klien, belum BAB sejak pemeriksaan
walau klien tidak menghabiskannya. Susu terakhir
diberikan sedikit tapi sering agar cairan klien O :
terpenuhi. 1) TTV :
12.10 N : 120x/menit
Menganjurkan pemberian MPASI tinggi serat, S : 38,3°c
dengan hasil : R : 26x/menit
Ibu klien mengatakan semenjak demam klien 2) Klien Nampak lemah
diberikan MPASI berupa pisang rebus, dan 3) Mukosa bibir klien kering
buah semngka dan papaya sebagai penutupnya. 4) Masih Nampak adanya
12.15 distensi abdomen.
Melakukan evakuasi feses secara manual, jika 5) Masih teraba nyeri tekan pada
perlu, dengan hasil : abdomen.
Ibu klien mengatakan jika anaknya BAB, dan
sulit keluar ibu klien akan membantu
33

mengeluarkan feses yang sudah terlihat di pintu A :


keluar. Tujuan belum tercapai

P :
Lanjutkan intervensi
1) Anjurkan peningkatan asupan
cairan
2) Anjurkan pemberian MPASI
tinggi serat
3) Lakukan evakuasi feses
secara manual, jika perlu
34

Hari/Tanggal Implementasi Paraf Evaluasi


Jumat, 11 Maret 10.00 13.00
2022 Menganjurkan peningkatan asupan cairan, S :
dengan hasil : Ibu klien mengatakan kemarin
Ibu klien mengatakan terus memberi klien susu malam anaknya mulai BAB
dan air putih sedikit tapi sering, ibu klien walaupun masih sedikit.
menduga bahwa klien susah BAB karena O :
kurang cairan. 1) TTV :
N : 124x/menit
10.10
S : 36,8°c
Menganjurkan pemberian MPASI tinggi serat, R : 24x/menit
2) Klien Nampak mulai aktif
dengan hasil :
dalam beraktifitas
Ibu klien mengatakan masih terus memberi 3) Masih Nampak distensi
abdomen
klien buah papaya dan semangka untuk
4) Nyeri tekan abdomen
membantu pencernaan klien berkurang
10.15 A :
Melakukan evakuasi feses secara manual, jika Tujuan tercapai
perlu, dengan hasil : P :
Ibu klien mengatakan anaknya mulai BAB Pertahankan intervensi
sedikit demi sedikit.
BAB IV

PEMBAHASAN
Dalam bab ini dibahas tentang kesenjangan antara konsep teori yang
ada dengan pernyataan yang terjadi dalam kasus, argumentasi atas
kesenjangan yang terjadi dan solusi pemecahan masalah yang diambil untuk
mengatasi masalah yang terjadi saat memberikan asuhan keperawatan pada
An. Dengan Hipertermi di Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro.

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan
dilaksanakan pada An.n melalui beberapa tehnik yaitu observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik dan dokumentasi. Hipertermi merupakan peningkatan suhu
tubuh diatas rentang normal dimana didapatkan data dari hasil pengkajian Ibu
klien mengatakan anaknya demam sudah 2 hari, Ibu klien sudah mengompres
anaknya tetapi demam tidak kunjung turun.

B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah sebuah acuan keperawatan untuk
membuat rencana keperawatan yang tepat. Dari hasil pengkajian didapatkan
diagnosa prioritas yaitu Hipertermi b.d Proses penyakit ditandai dengan suhu
tubuh diatas rentang normal S : 39°C.

C. Perencanaan
Untuk prioritas diagnosa keperawatan yang ditulis berdasarkan
masalah utama pada asuhan keperawatan An.n yang menjadi prioritas utama
adalah hipertermi. Penyusunan rencana keperawatan meliputi langkah-langah
menentukan tujuan yang mengacu pada masalah dan tujuan khusus yang
mengacu pada penyebab, menentukan kriteria evaluasi, menentukan
intervensi serta membuat rasional atas intervensi yang dilakukan. Adapun
intervensi yang dilakukan pada An.n dengan diagnoasa hipertermi b.d Proses
penyakit 1)Monitor suhu tubuh 2)Longgarkan atau gunakan pakaian yang

35
tipis 3)Kompres tubuh anak 4)Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
adekuat 5)Kolaborasi pemberian antipiretik.

36
36

D. Pelaksanaan
Pelaksanaa merupakan tindakan keperawatan sebagai sosialisasi dari
perencanaan dimana telah disesuaikan dengan kondisi pasien dan kebutuhan
pasien akan pelayanan keperawatan.

E. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan merupakan langkah akhir dari proses
keperawatan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien. Adapun evaluasi pada hari
Jumat, 11 Maret 2022 Ibu klien mengatakan, demam anaknya mulai turun,
dan hamper tidak teraba demam. TTV : N : 124x/menit S : 36,8°c R :
24x/menit, Akral mulai teraba normal, Klien Nampak mulai aktif dalam
beraktifitas. Masalah Hipertermi teratasi.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
hipertensi dengan kehamilan trimester II di wilayah kerja puskesmas
mamboro maka dapt diambil kesimpulan :
1. Pengkajian pada An. L dengan kehamilan trimester II dilakukan secara
komprehensif dengan cara wawancara ( interview), pengamatan
(observasi), pemeriksaan fisik dan study dokumentasi dengan
mempelajari status – status pasien dan data lain seperti rekam medic
2. Dari hasil pengkajian pada An. L didapatkan data pada pengkajian
klien Ibu klien mengatakan sejak 2 hari yang lalu klien batuk kering
disertai demam dengan suhu 38,5°c, ibu klien juga mengatakan
anaknya susah BAB sejak 4 hari yang lalu. Ibu klien sudah
mengompres anaknya tetapi demam tidak kunjung turun, ibu klien
mengatakan klien semakin lemas, dan memutuskan untuk dibawa ke
puskesmas.
3. Diagnosa yang didapatkan pada An. L adalah Hipertermi b.d proses
penyakit, dan konstipasi b.d ketidakcukupan asupan cairan pada tubuh.
4. Tujuan intervensi hipertensi dan konstipasi pada An. L teratasi.
5. Pelaksanaan yang telah diberikan pada An. L dilakukan secara
dependen, independen, dan kolaboratif untuk mencapai hasil yang
optimal
6. Berdasarkan hasil evaluasi adalah tanda – tanda vital dalam batas
normal, demam menurun, dan anak mulai BAB.
7. Semua tindakan keperawatan yang dilakukan di dokumentasikan pada
status pasien.

37
B. Saran

Dianjurkan untuk orang tua dengan anak sakit, untuk terus


memperhatikan keadaan anak, dan tidak menganggap remeh kejadian
penaikan suhu tubuh seperti hipertermi yang sering terjadi pada anak.
Hipertermi yang sering terjadi pada anak merupakan pintu awal masuknya
suayu penyakit, sehingga patut untuk diberi perhatian khusus. Sesegera
mungkin membawa anak ke puskesmas maupun klinik kesehatan lainnya.

38
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.


Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.Edisi 10. Jakarta : EGC
Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Herlman,T. Heather.2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan
Nurarif, Amin H dan Hardhi Kusuma. 2014.Handbook for Health Student.
Nurarif, Amin H dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Yogyakarta:MediAction Publishing

39

Anda mungkin juga menyukai