S DENGAN
DIAGNOSA MEDIS BBLR (RDS) DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF DI RUANG
MELATI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
Disusun Oleh:
Wahnun Astika
Disusun Oleh :
Wahnun Astika
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................
BAB 1...............................................................................................................................................
PENDAHULUAN.............................................................................................................................
1. Pengertian..............................................................................................................................
2. Etiologi..................................................................................................................................
3. Batasan Karakteristik.............................................................................................................
4. Fokus Pengkajian..................................................................................................................
5. Patofisiologi dan Pathway Keperawatan................................................................................
6. Diagnosa Keperawatan lain yang Muncul.............................................................................
7. Intervensi Keperawatan.............................................................................................................
BAB II.............................................................................................................................................
TINJAUAN KASUS.......................................................................................................................
BAB III...........................................................................................................................................
PEMBAHASAN.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pola napas tidak efektif adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang
tidak memberi ventilasi adekuat (NANDA, 2011). Kejadian pola nafas
tidak efektif dapat dijumpai pada pasien dewasa maupun anak. Keefektifan
jalan napas sangat dipengaruhi oleh keadaan sistem kesehatan paru.
Beberapa kelainan sistem pernapasan seperti obstruksi jalan napas, atau
keadaan yang dapat mengakibatkan obstruksi jalan napas, infeksi jalan
napas, serta gangguan gangguan lain yang dapat menghambat pertukaran
gas, empisema dan bronchitis kronis. Hal ini perlu diantisipasi dan di
tangani dengan baik agar tidak terjadi kegawatan napas.
Berdasarkan fakta yang terjadi di Indonesia hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SKDI) pada tahun 2002-2003 di ASEAN, Indonesia
merupakan negara dengan angka kematian bayi tertinggi 35 per 1000
kelahiran hidup. (BAPPENAS, 2010). Survei Demografi Kesehatan
Indonesia tahun 2012 menyebutkan bahwa kematian bayi masih angka 32
per 1000 kelahiran hidup, dan hal tersebut terjadi pada minggu pertama
kelahiran, paling besar diakibatkan karena gangguan pada sistem
pernafasan yang mencapai 36,9%. Salah satu penyebab gangguan sistem
pernafasan pada bayi adalah Respirasi Distress Syndrom (RDS) yang
mencapai 14% (Erlita, R, 2013). Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jatim
pada tahun 2008 tercatat 4368 bayi meninggal dari 558.934 kelahiran.
Sementara menurut estimasi BPS, AKB di Provinsi Jawa Timur 32,2,
31,41/1000, 29,99/1000, 29,24/1000 pada tahun 2008, 2009, 2010, 2011.
Walaupun menunjukkan tren menurun selama 4 tahun terakhir, AKB
(Angka Kematian Bayi) tersebut masih jauh dari target nasional 2010 yang
diproyeksikan sebesar 25,7 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan target
MDG’s 2015 nomor 4 menurunkan AKB dari 35 menjadi 23/1000
kelahiran hidup.
Penyebab utama dari kegawatan nafas bayi/ Neonatal Respiratory
Distress adalah paru-paru bayi belum cukup untuk berkembang dengan
penuh akibat defisiensi surfaktan. Surfaktan membantu paru mengembang
dan melindungi kantong udara dari kollap paru. (Feptriyanto, 2014).
Penilaian fungsi pernafasan secara adekuat dapat dilihat dari nilai
perubahan skor down, gerak fisik bayi, dan juga analisa gas darah arteri.
Pemeriksaan skor down adalah pemeriksaan yang dilakukan pada bayi
yang baru lahir, yang bertujuan untuk mengevaluasi status gawat nafas.
Perawat dan ahli terapi harus mengerti kebutuhan pernafasan yang spesifik
atau manjemen lanjut sesuai dengan jenis atau derajat gangguan
pernafasan. Terutama pemberian terapi oksigen (O2) pada penanganan
awal bayi dengan Respiratory Distress Syndrome (RDS) memerlukan
dasar pengetahuan tentang ketepatan dalam mengevaluasi gawat nafas
menggunakan skor down dan pemberian terapi oksigen sesuai derajat
kegawatan nafas. Berdasarkan hal tersebut perawat harus memahami,
jumlah.
Berat bayi lahir rendah merupakan bayi yang memiliki berat badan
yang kurang dari 2500 gram saat lahir (Williamson & Kenda, 2013).
BBLR merupakan bayi yang lahir dengan kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gastasi berat lahir (Hanifah, 2010). Bayi BBLR
merupaka bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa
memandang usia kehamilannya (Proverawati, 2010). Menurut World
Health Organization mengubah istilah bayi prematur (premature baby)
menjadi berat bayi lahir rendah dan lansung mengubah kriteria BBLR
yang sebelumnya ≤2500 gram menjadi <2500 gram (Saputra, 2014).
Berdasarkan teori di atas dapat di tarik kesimpulkan bahwa BBLR
merupakan bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram - 1500 gram
dan umur kehamilannya di atas 37 minggu atau kurang dari 37 minggu.
Penurunan angka kematian neonatal dapat dicapai dengan
pemberian pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berkesinambungan
sejak bayi dalam kandungan, saat lahir hingga masa neonatal (Pritasari,
2020). Untuk itu peran serta perawat dalam mencegah kegawatan nafas
pada neonatus yaitu dengan meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin
dengan melakukan monitor pola nasfas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas), monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
ronchi kering), pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw- thrust jika curiga trauma servikal), posisikan semi-Fowler
atau Fowler, melakukan fisioterapi dada, jika perlu, berikan oksigen
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen pasien melalui CPAP 60%,
anjurkan asupan cairan 130 ml/hari, jika tidak kontraindikasi, Observasi
tanda-tanda vital, Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
B. Etiologi
Beberapa etiologi pola nafas tidak efektif menurut Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016), antara lain :
1. Depresi pusat pernafasan
2. Hambatan upaya nafas (mis. Nyeri saat bernafas, kelemahan otot
pernafasan)
3. Deformitas dinding dada
4. Deformitas tulang dada
5. Gangguan neuromuscular
6. Gangguan neurologis (mis. Elektroensefalogram (EEG) positif,
cidera kepala, gangguan kejang)
7. Imaturitas neurologis
8. Penurunan energy
9. Obesitas
10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11. Sindrom hipoventilasi
12. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
13. Cidera pada medulla spinalis
14. Efek agen farmakologis
15. Keccemasan
C. Batasan Karakteristik
1. Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
2. Penurunan tekanan udara permenit
3. Menggunakan otot pernafasan tambahan
4. Dypnea
5. Perubahan penyimpanan dada
6. Nafas pendek
7. Pernafasan pured-lip
8. Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
9. Pernafasan rata-rata/minimal
Bayi : <25 atau > 60
Usia 1-4 : <20 atau >30
Usia 5-14 tahun :<14 atau >25
Usia >14 : <11 atau >24
10. Kedalaman pernafasan
Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat
Bayi volume tidaknya 6-8 ml/kg
11. Timing rasio
12. Penurunan kapasitas vital
2. Pathway
E. Manifestasi klinis
Menurut PPNI (2016), data minor untuk masalah pola napas tidak
efektif yaitu : pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping hidung, diameter
thoraks anterior–posterior meningkat, ventilasi semenit menurun, kapasitas
vital menurun, tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun dan
ekskursi dada berubah. Sedangkan , data mayor untuk masalah pola nafas
tidak efektif antara lain ;
1. Penggunaan otot bantu pernapasan
2. Fase ekspirasi yang memanjang
3. Pola napas abnormal
Menurut Tarwoto dan Wartonah 2010, Manifestasi klinis pola
nafas tidak efektif antara lain :
1. Dispnea, yaitu kesulitan bernafasan, misalnya pada pasien dengan
asma, Apnea, yaitu tidak bernafas, berhenti bernafas.
2. Takipnea. Yaitu pernafasan lebih depat dari normal dengan frekuensi
lebih dari 24 x/menit.
3. Bradipnea, yaitu pernafasan lebih lambat (kurang) dari normal dengan
frekuensi kurang dari 16 x/menit.
4. Kussmaul, yaitu pernafasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi
sama, sehingga pernafasan menjadi lambat dan dalam, misalnya pada
penyakit diabetes militus dan uremia.
5. Cheyne-stoke, merupakan pernafasan cepat dan dalam kemudian
berangsur-angsur dangkal dan diikuti priode apnea yang berlubang
secara teratur. Misalnya pada keracunan obat bius, penyakit jantung,
dan penyakit ginjal.
6. Biot, adalah pernafasan dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan
priode yang tidak teratur, misalnya pada penyakit meningitis
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan :
1. Penanganan bayi
Perawatan akan semaki besar diperlukan jika semakin kecilnya bayi, hal
ini akan menyebabkan lebih besarnya serangan sianosis. Semua
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator.
2. Mempertahankan suhu tubuh
Suhu tubuh sangatlah sulit dipertahankan oleh bayi dengan berat lahir
rendah. Jika suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C maka
bayi akan berkembang secara memuaskan. Suhu normal bayi harus
dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal dan bayi berat
rendah juga harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan. Pengendalian
lingkungan secara seksama juga diperlukan jika bayi berat rendah
dirawat dalam suatu tempat tidur yang terbuka. Untuk bayi yang berat
sekitar 2000 gram maka suhu perawatan diatas 25 0 C, dan dengan
berat kurang dari 2000 gram maka suhu sampai 300C. Bayi dengan
berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“.
Incubator terlebih dahulu dihangatkan Sebelum bayi dimasukkan,
sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C
untuk bayi yang lebih kecil. Untuk pernafasan yang adekuat pada bayi
maka bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini agar bayi dapat
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih
mudah.
3. Pemberian oksigen
Masalah serius bagi bayi preterm yaitu BBLR,Ekspansi paru yang
buruk terjadi akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi o2
yang tinggi dalam masa yang panjangakan menyebabkan kerusakan
pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
Konsentrasi O2 dapat diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan
head box.
4. Pencegahan infeksi
5. Pemberian Makan
6. Medis
- Terapi oksigen, resusitasi yang adekuat, dan pengaturan suhu
- PDA harus diawasi
- Pemberian nutrisi yang cukup, keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat dan engelolaan
hiperbilirubinemia
G. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang dapat ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi
dengan BBLR yaitu:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/
kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/
kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
3. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu imatur dan penurunan
lemak tubuh subkutan
4. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubub
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas
5. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
kurang.
6. Resiko injuri cerebral berhubungan dengan hiperbilirubin
7. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan struktur kulit
imatur, penurunan status nutrisi dan prosedur invasif.
H. Intervensi keperawatan
- Atur posisi pasien
- Identifikasi kepatenan jalan nafas pasien
- Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
- Monitor bunyi nafas tambahan
- Berikan oksigen
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
Skenario Kasus
By.Ny S lahir pada tanggal 11 September 2021 pukul 03.07 WIB. Bayi lahir
dengan spontan. Minggu G3P2A0 dengan BB 1700 gram, panjang badan 38 cm,
apgar score 7,8,9 dengan usia gestasi 36 minggu. Pada saat pengkajian bayi di
rawat dalam inkubator, Terpasang infus Dextrose 10% 7tpm, bayi terpasang kanul
oksigen 1 lpm, suhu bayi 35,5 derajat celcius, pernafasan 63 x/i, akral teraba
dingin. Pada pemeriksan fisik ditemukan tampak warna kulit tubuh kemerahan,
ekstremitas kebiruan. Hasil laboratorium HGB 22.2 mg/dl terletak dalam batas
normal, RDW H 18.6 dalam batas normal, dan leukosit 14460 (10^3/Ul), dengan
diagnosa medis adalah BBLR.
A. Identitas Neonatus
Nama Bayi : By. Ny. S
Tanggal Lahir : 11 September 2021 Jam : 03.07 WIB
Jenis : Laki – Laki
Umur : 4 hari
Ruang : Melati (NICU)
Kelahiran : Ketiga
Tanggal MRS : 11 September 2021 Jam : 06.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 13 September 2021 Jam: 14.00 WIB
Diagnosa medis : BBLR, Respiratory Distress Syndrome (RDS),
Sepsis: bulkhoduria cepacia
Dikirim oleh : Petugas VK
B. Identitas Orang Tua
Nama Ibu : Ny. S
Nama Ayah : Tn. S
Umur Ibu : 41
Umur Ayah : 46
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pendidikan Ibu : SMA
Pendidikan Ayah : SMA
Agama : Islam
Alamat : Jatilawang
C. Riwayat Kehamilan Dan Persalinan :
1. Riwayat Kehamilan
a) Ibu G3 P2 A0
b) BB 65 kg , Umur Kehamilan 36 minggu
c) TB 155 cm
d) Pemeriksaan antenatal 12 kali di Klinik Bidan teratur, sejak
kehamilan 12 minggu
e) Penyakit/komplikasi kehamilan preeklampsia berat, oligohidramion
berat dan IUGR
f) Kebiasaan makanan, makanan nasi dan lauk tiga kali sehari
g) Merokok tidak
h) Jamu tidak
i) Kebiasaan minum obat: ya
j) Periksa terakhir :
1) -
2) Golongan Darah A
3) Gula Darah 130 mg/dL
4) Pernah mendapat terapi : tidak
5) Alergi obat : tidak
2. Riwayat Persalinan
Spontan
D. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan Sekarang :
a) Keluhan utama : Pasien tampak sesak dengan retraksi dinding dada
b) Riwayat penyakit Sekarang : By. Ny.S lahir tanggal 11 September
2021 jam 03.07 WIB dengan skor apgar menit pertama 7, menit kelima
8, menit kesepuluh 9 dengan pernafasan menangis, frekunesi jantung
145 kali/menit, reflek bersin ada, tonus otot ekstremitas fleksi sedikit,
warna kulit tubuh kemerahan, ekstremitas kebiruan. Berat badan lahir
1700 gram, Panjang badan 38 cm, Lingkar kepala 30 cm lingkar dada
26 cm. keadaan umum saat lahir lemah denyut jantung 140 kali/menit,
pernafasan 63 kali/menit. Vit K 1 mg dan salep mata diberikan setelah
bayi lahir. Pada tanggal 11 September 2021 pasien By. Ny. S dirawat
di ruang Melati (NICU) di inkubator, Suhu tubu 35,5Oc, Terpasang
infus Dextrose 10% 7tpm, Saat pengkajian pasien terpasang 02 1ltm,
terdapat retraksi dinding dada. Berat badan sekarang 1828 gram.
Reflek sucking ada, keadaan umum baik.
2. Riwayat Keperawatan Sebelumnya :
a) Riwayat Kesehatan yang lalu
Pasien sempat mengalami sianosis pada ekstremitas bawah setelah
lahir.warna kulit pada kaki tampak kebiruan. Berat badan bayi baru
lahir 1700 gram.
b) Imunisasi :
HB0 satu kali, BCG satu kali, Hepatitis satu kali
3. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
Tahap Pertumbuhan
a) Berat badan lahir : 1700 gr
Berat badan sekarang : 1828 gr
b) Lingkar Kepala cm
Lingkar Dada : 26 cm
Lingkar Abdomen : 22 cm
Lingkar Lengan Atas : 4 cm
Panjang Badan : 38 cm
Tahap Perkembangan
a) Psikososial :-
b) Psikoseksual :-
c) Kognitif :-
E. Pengkajian Fisik
1. Tanda – Tanda Vital :
Nadi : 145 x/menit
Suhu : 35,5 °C
Pernafasan : 63x/menit, tipe : pernafasan dada, terlihat ada
retraksi dinding dada
CRT : < 2 detik
Tekanan Darah : mmHg
2. Pemeriksaan Fisik
a) Refleks ; (Beri tanda √ pada hasil pemeriksaan)
1) Sucking (menghisap) : Ada (√ ) Tidak ( )
2) Palmar Grasping (menggenggam) : Ada (√ ) Tidak ( )
3) Tonic Neck (leher) : Ada (√ ) Tidak ( )
4) Rooting (mencari) : Ada (√ ) Tidak ( )
5) Moro (kejut): Ada (√ ) Tidak ( )
6) Babinsky : Ada (√ ) Tidak ( )
7) Gallant (punggung) : Ada (√ ) Tidak ( )
8) Swallowing (menelan) : Ada (√ ) Tidak ( )
9) Plantar Grasping (telapak kaki) : Ada (√ ) Tidak ( )
b) Tonus / aktivitas
1) Aktif (√ ) Tenang ( ) Letargi ( ) Kejang ( )
2) Menangis Keras ( ) Lemah ( √ ) Melengking ( )
c) Kepala / leher
1) Fontanel anterior : Lunak ( √ ) Tegas ( ) Datar ( )
Menonjol ( ) Cekung ( )
2) Sutura sagitalis : Tepat ( √ ) Terpisah ( ) Menjauh ( )
Tumpang tindih ( )
3) Gambaran wajah : Simetris ( √ ) Asimetris ( )
4) Molding ( √ ) Caput succedaneum ( ) Cephalhematoma ( )
d) Mata
1) Bersih ( √ ) Sekresi ( )
2) Sklera : ikterik
e) THT
1) Telinga : Normal ( √ ) Abnormal ( )
2) Hidung : Simetris ( √ ) Asimetris ( )
f) Wajah
1) Bibir sumbing ( )
2) Sumbing langit-langit / palatum ( )
g) Abdomen
1) Lunak ( √ ) Tegas ( ) Datar ( ) Kembung ( )
2) Lingkar perut 21 cm
3) Liver : teraba ( √ ) kurang 2 cm ( ) lebih 2 cm ( )
h) Toraks
1) Simetris ( √ ) Asimetris ( )
2) Retraksi derajat 0 ( ) derajat 1 (√ ) derajat 2 ( )
3) Klavikula normal ( √ ) Abnormal ( )
i) Paru-paru
1) Suara nafas kanan kiri sama ( √ ) Tidak sama ( )
2) Suara nafas bersih (√) : ronchi ( ) sekresi ( ) wheezing ( )
vesikuler ( )
3) Respirasi : spontan ( ) Tidak spontan ( √ )
4) Alat bantu nafas : ( ) Oxihood: ( ) Nasal kanul:
(√ ) O2 / incubator
5) Konsentrasi O2 : ______1__ liter / menit
j) Jantung
1) Bunyi Normal Sinus Rhytm (NSR) ( √ )
2) Frekuensi : 145 x/menit
3) Murmur ( ) Lokasi _____________
4) Waktu pengisian kapiler : < 2 detik
5) Denyut nadi : cepat
6) Nadi Perifer Keras
7) Brakial kanan keras
8) Brakial kiri keras
9) Femoral kananlemah
10) Femoral kiri lemah
k) Ekstremitas
1) Gerakan bebas ( √ ) ROM terbatas ( ) Tidak terkaji ( )
2) Ekstremita atas Normal (√ ) Abnormal ( )
Sebutkan : ___________
3) Ekstremitas bawah Normal ( √ ) Abnormal ( )
Sebutkan : ___________
Panggul Normal ( √ ) Abnormal ( )
Tidak terkaji ( )
l) Umbilikus
1) Normal ( √ ) Abnormal ( )
2) Inflamasi ( ) Drainase ( )
m) Genital
1) Perempuan normal ( ) Laki-laki normal ( √ )
2) Abnormal ( )
Sebutkan : ________________
n) Anus Paten ( √ ) Imperforata ( )
o) Kulit
1) Warna : Pink ( ) Pucat ( ) Jaundice ( √ ) Warna kuning
pada kulit ketika ditekan dan direnggangkan
2) Sianosis pada Kuku ( √ ) Sirkumoral ( )
3) Periorbital ( ) Seluruh tubuh ( )
4) Kemerahan (rash) ( )
5) Tanda lahir : (Tidak ada) : sebutkan ______________
6) Turgor kulit : elastis ( √ ) tidak elastis ( ) edema ( )
7) Lanugo ( √ )
p) Suhu
1) Lingkungan
Penghangat radian ( -oC ) Pengaturan suhu ( )
2) Inkubator ( 33 ) Suhu ruang ( ) Boks terbuka ( )
3) Suhu kulit : 35,3 oC
Nilai Apgar
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Tanggal : 11/09/2021 Jam : 08.08.00
1. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan
Rujukan
11/09/202 Hemoglobin L 22.2 15.2 – 23.6 g/dl
1 Leukosit L 14460 9400-34000 /uL
08.08. Hematocrit 64 44-72 %
Eritrosit L 6.06 4.30-6.30 10^6/uL
Trombosit L 131000 217000- /uL
MCV 105.6 497000 FL
MCH 36.6 98-122 Pg/cell
MCHC 34.7 33-41 %
RDW H 18.6 31-35 %
Kimia Klinik 11.5-14.5
Glukosa 62 <140 Mg/dl
Sewaktu H 11.7 0.10-1.20 Mg/dl
Bilirubin Total H 1.38 0.00-0.20 Mg/dl
Bilirubin direk H 10.32 0.00-1.00 Mg/dl
Bilirubin indirek
TERAPI :
No Nama therapi Kegunaan
Termoregulasi
tidak efektif :
Hipotermi
G. Evaluasi
PEMBAHASAN
Pada bab ini, membahas intervensi keperawatan yang dilakukan pada Asuhan
Keperawatan pada bayi Ny.S dengan masalah keperawatan utamma pola nafas tidak
efektif dengan diagnosa medis BBLR (RDS) di Ruang Melati RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo. Pola napas tidak efektif adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang
tidak memberi ventilasi adekuat (NANDA, 2011). Kejadian pola nafas tidak efektif
dapat dijumpai pada pasien dewasa maupun anak. Keefektifan jalan napas sangat
dipengaruhi oleh keadaan sistem kesehatan paru. Beberapa kelainan sistem
pernapasan seperti obstruksi jalan napas, atau keadaan yang dapat mengakibatkan
obstruksi jalan napas, infeksi jalan napas, serta gangguan gangguan lain yang dapat
menghambat pertukaran gas, empisema dan bronchitis kronis. Hal ini perlu
diantisipasi dan di tangani dengan baik agar tidak terjadi kegawatan napas.
Hasil pengkajian data pada bayi Ny.S didapatkan hasil pengkajian Berat badan
lahir 1700 gram, Panjang badan 38 cm, Lingkar kepala 30 cm lingkar dada 26 cm,
pada status usia kehamilan 36 minggu. keadaan umum saat lahir lemah denyut
jantung 140 kali/menit, pernafasan 63 kali/menit. Menurut NANDA 2015, adanya
Intervensi yang dilakukan untuk menangani masalah keperawatan ketidakefektifan
pola nafas pada kasus BBLR pada bayi Ny. S adalah menggunakan terapi oksigenasi
dengan memasang nasal kanul 1 lpm yang bertujuan untuk mencukupi kadar oksigen
dalam tubuh agar fungsi organ berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Idriansari, A. 2011. Pengaruh Development Care Terhadap Fungsi Fisiologis Dan Perilaku
Tidur Terjaga Bayi Berat Lahir Rendah Di Rsup Fatmawati Jakarta. Program
Magister Ilmu Keperawatan Depok.
Proverawati, Ismawati. 2010. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha Medika
Pudjiadi Antonius, H. Hegar Badriul, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta: IDAI