Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN BBLR (BAYI BARU

LAHIR RENDAH) DI RUANG BAYI RSUD ULIN


BANJARMASIN

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Anak


Program Studi Profesi Ners

Disusun Oleh:
Muhammad Fahrizal, S. Kep
NIM: 11194692210143

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)


NAMA MAHASISWA : Muhammad Fahrizal,S.Kep
NIM : 11194692210143

Banjarmasin, 27 Maret 2023

Menyetujui,

RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Ners


Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Preseptor Akademik (PA)
Preseptor Klinik

Susilawati, S.Kep., Ns Paul Joae Brett Nito,S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIP. 198306132010012006 NIK. 1166102014068
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)


Nama : Muhammad Fahrizal, S.Kep
NIM : 11194692210143

Banjarmasin, 27 Maret 2023


Menyetujui,

Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Program Studi Profesi Ners


Banjarmasin Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Banjarmasin
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

Paul Joae Brett Nito, S.Kep., Ns.,M.Kep


Susilawati, S,Kep., Ns
NIK. 1166102014068
NIP.198306132010012006

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners
Universitas Sari Mulia

Muhammad Arief Wijaksono, S.Kep., Ns., MAN


NIK.1166012016089
A. Konsep Anatomi dan Fisiologi Sistem
1. Anatomi Sistem

Gambar 1.1 Sistem Pernafasan


2. Fisiologi Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan pada janin saat di dalam kandungan berbeda
dengan pada saat bayi lahir, hal ini dikarenakan pada saat janin didalam
kandungan mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta
sedangkan setelah bayi lahir dan plasenta lahir, bayi bernafas
menggunakan paru-paru (Koc et al., 2019). Sebelum janin lahir dan
memiliki pematangan fungsi paru-paru, janin menghasilkan surfaktan dan
mempunyai alveolus sebagai sarana untuk melakukan pertukaran gas
(Wati, 2020).

Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 10


detik pertama sesudah lahir. Rangsangan gerakan pernafasan pertama
terjadi karena beberapa faktor, yaitu (Rahmawati & Meiferina, 2019) :

1) Stimulasi mekanik
Stimulasi mekanik yaitu karena terdapat rongga dada pada
saat melewati jalan lahir hal tersebut mengakibatkan paru paru
kehilangan 1/3 dari cairan yang terdapat dildalamnya, sehingga
akan tersisa 80-100 mL setelah bayi lahir dan cairan tersebut akan
diganti dengan udara.
2) Stimulasi kimiawi
Stimulasi kimiawi yaitu penurunan kadar oksigen (dari 80
ke 15 mmHg), Kenaikan kadar karbon dioksida (dari 40 ke 70
mmHg) dan penurunan PH yang akan merangsang kemoreseptor
yang terletak di sinus karotikus dan akibatnya akan terjadi asfiksia
sementara selama kelahiran.
3) Stimulasi sensorik
Stimulasi sensorik yaitu adanya rangsangan suhu dingin
pada bayi pada saat bayi meninggalkan suasana hangat pada
uterus dan memasuki udara luar yang dingin. Perubahan suhu
yang mendadak ini akan merangsang implus sensoris di kulit yang
kemudian disalurkan ke pusat respirasi.
4) Refleks deflasi hering breur
Refleks deflasi hering breur adalah refleks mengeluarkan
cairan dalam paru-paru yang dapat menyebabkan bayi batuk dan
muntah sehingga mengembangkan jaringan alveolus paru-paru
untuk pertama kali.
Berikut beberapa fungsi dari bagian sistem pernafasan (Ibishi et al, 2018):
1) Nasal Cavity (Rongga Hidung)
Rongga hidung adalah tempat masuknya udara menuju
tenggorokan. Rongga hidung juga bertugas menjaga kelembapan,
suhu, dan tekanan udara di sana. Di dalam rongga, terdapat
selaput lendir dan bulu hidung.

2) Faring
Faring berfungsi sebagai penyalur, sehingga udara yang
masuk ke tubuh disalurkan lewat faring ke trakea.
3) Epiglotis
Epiglotis berbentuk seperti katup yang bekerja pada saat
bernafas ia akan terbuka dan saat kita makan ia akan tertutup hal
ini berfungsi untuk menghalang makanan masuk pada rongga
pernafasan.
4) Laring
Laring bertugas untuk memproduksi suara, ketika kita
berbicara maka akan ada udara yang keluar dari mulut, udara
yang keluar dari mulut ini melalui pita suara yang
berimpitanakibatnya timbullah getaran.
5) Trakea
Trakea merupakan batang tenggorokan yang berfungsi
untuk mengalirkan udara ke paru-paru.
6) Bronkus
Bronkus menyerupai tabung yang pada tabungnya
terdapat silia atau rambut kecil dan bergerak secara gelombang,
gerakan tersebut membuat dahak dan lendir keluar ke
tenggorokan. Dahak atau lendir terdapat pada bronkus mencegah
debu masuk ke paru-paru.
7) Bronkiolus
Bronkiolus adalah cabang bronkus yang bertugas
menyalurkan udara ke alveoli. Selain itu tugas dari beronkiolus
adalah mengendalikan jumlah udara yang masuk ke paru-paru ke
bernafas
8) Paru-paru
Paru-paru berjumlah seoasang dan merupakan tempat
menampung udara sehingga oksigen tersebut bisa disalurkan ke
tubuh. Oksigen yang terdapat pada udara tersebut akan dialirkan
ke pembuluh darah. Tugas ini akan dibanto oleh pompaan dari
jantung
9) Alveolus
Pada paru-paru terdapat kantong-kantong kecil yang
merupakan tempat bertukarnya oksigen dan karbondioksida.
Karbondioksida akan dialirkan ke alveolus sehingga dapat
dihembuskan keluar tubuh.
10) Diafragma
Diagfragma merupakan pemisah rongga dada dan juga
perut. Diagragma ini bentuknya berupa otot dan dapat digunakan
untuk memperluas paru-paru.
LAPORAN PENDAHULUAN
BAYI BARU LAHIR RENDAH (BBLR)

B. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Bayi Baru Lahir Rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya
saat lahir kurang dari 2500 gram. Bayi yang dilahirkan dengan BBLR
umunya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru
sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya
(Huda dan Hardhi, 2017).
Bayi berat badan rendah adalah bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir.(Amru Sofian,2012)

2. Klasifikasi
dalam mengelompokkan bayi BBLR ada beberapa cara yaitu Menurut
Kochhar & Muñoz, (2017):
a. Berdasarkan harapan hidupnya
- Bayi dengan berat lahir 2500 – 1500 gram adalah bayi berat
lahir rendah (BBLR)
- Bayi dengan berat lahir 1500 – 1000 gram adalah bayi berat
lahir sangat rendah (BBLSR)
- Bayi dengan berat lahir <
1000 gram adalah bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLR).
b. Berdasarkan masa gestasinya:
- Prematuritas Murni Bayi dengan masa gestasi kurang dari 37
minggu atau biasa disebut neonatus dengan berat normal
ketikalahir. Dapat disebut BBLR jika berat lahirnya antara 1500
–2500 gram.
- Dismaturitas Bayi dengan berat badan lahir tidak normal atau
kecil ketika dalam masa kehamilan.
3. Etiologi
Penyebab Bayi Baru Lahir Rendah yang terdiri dari faktor ibu,
faktor janin dan faktor lingkungan (Matthay et al., 2018) :

1) Faktor ibu
Faktor ibu meliputi Riwayat kelahiran sebelumnya,
perdaharan antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion,
penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu
kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahum, jarak dua kehamilan
yang terlalu dekat, infeksi trauma dan lain-lain..
2) Faktor janin
Faktor janin meliputi cacat bawaan, kehamilan ganda,
hidramnion, ketuban pecah dini.
3) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi kebiasaan merokok, minum
alkohol dan status ekonomi sosial.
4. Patofisiologi

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia


kehamilanyang belum cukup bulan atau prematur, disamping itu juga
disebabkandismaturitas. Artinya, bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38
minggu), tapi BB lahirnya lebih kecil ketimbang kehamilannya, yaitu tidak
mencapai 2500 gram.Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayisewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
penyakit ibu seperti adanyakelainan plasenta, infeksi, hipertensi, dan
keadaan-keadaan lain yangmenyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan
janin tidak mengalamihambatan dan selanjutnya akan melahirkan bayi
dengan berat normal.Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan
atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel
otak.Anemia gizi dapatmengakibatkan kematian janin di dalam kandungan,
abortus, cacat bawaan,BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini
dapat mengakibatkanmorbiditas dan mortilitas ibu dan kematian perinatal
secara bermakna lebih tinggi.Pada ibu hamil yang menderita anemia berat
dapat meningkatkanresiko morbiditas ibu dan bayi, kemungkinan
melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.Dengan kondisi
kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan
tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil maupunsaat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar daripada ibu dengan kondisikehamilan yang
sebailknya, ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masahamil sering
melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yangtinggi,
terlebih lagi bila ibu menderita anemia (Matthay et al., 2018)

.
5. Pathway

Sumber : Matthay et al., 2018


6. Manifestasi Klinis
Secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut :
(Ogundare et al., 2019):

1) Berat kurang dari 2500 gram


2) Panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm
3) Lingkar dada kurang atau sama dengan 30 cm
4) Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5) Jaringan lemak bawah kulit sedikit
6) Tulang tengkorak lunak atau mudah bergerak
7) menangis lemah
8) Kepala bayi lebih besar dari badan , kepala tidak mampu tegak,
rambut kepala tipis dan halus, elastisitas daun telinga
9) Integumen : kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, jaringan
subkutan sedikit
10) Dada : dinding thorak elastis, putting susu belum terbentuk,
pernafasan tidak teratur, dapat terjadi apnea, pernafasan 40-50
kali/menit
11) Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus, kadang
terjadi oedem, garis telapak kaki sedikit, telapak kaki halus, tumit
mengkilat
12) Genetalia : pada bayi laki-laki skrotum kecil dan testis tidak teraba
(belum turun), dan pada bayi perempuan klitoris menonjol serta
labia mayora belum menutupi labia minora atau labia mayora
hampir tidak ada.
7. Komplikasi

Komplikasi dari Bayi Baru Lahir Rendah (Hubbard et al., 2018) :


1) Hipotermia
Terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan sistem pengaturan
suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang.adapun ciri-ciri
mengalami hipotermi adalah suhu tubuh < 32 0 C, mengantuk dan
sukar dibangunkan, menangis sangat lemah, seluruh tubuh dingin,
pernafasan tidak teratur.
2) Hipoglikemia
Gula darah berfungsi sebagai makaan otak dan membawa oksigen
ke otak. Jika asupan glukosa ini kurang mempenagruhi kecerdasan
otak
3) Gangguan Imunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya
kadar Ig G, maupun gamma globulin. Bayi prematur relatif belum
sangup membentuk anti bodi dan daya fagositisis serta reaksi
terhadap infeksi belum baik, karena sistem kekebalan bayi belum
matang
4) Sindroma Gangguan Pernafasan
Sindroma Gangguan Pernafasan pada BBLR adalah perkembangan
imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuat jumlah surfaktan
pada paru-paru Gangguan nafas yang sering terjadi pada BBLR
(masa gestasi pendek) adalah penyakit membran hialin, dimana
angka kematian ini menurun dengan meningkatnya umur
kehamilan.
5) Masalah Eliminasi
Kerja ginjal masih belum matang. Kemampuan mengatur
pembuangan sisa metabolisme dan air belum sempurna. Ginjal
yang imatur baik secara anatomis dan fungsinya.
6) Gangguan Pencernaan
Saluran pencernaan pada BBLR belum berfungsi sempurna
sehingga penyerapan makanan dengan lemah atau kurang baik.
Aktifitas otot pencernaan masih belum sempurna sehingga waktu
pengosongan lambung bertambah.
8. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan penunjang pada bayi baru lahir rendah yaitu (Matthay et al.,
2018):

1) Periksa jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat


sampai 23.000 – 24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun
bila ada sepsis).
2) Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisetmia, penurunan kadar menunjukkan anemia
atau hemoragic perinatal
3) Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl kadar lebih rendah berhubungan
dengan anemia atau hemolisis berlebih ).
4) Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2
hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
5) Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata – rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari
ketiga
6) Pemeriksaan analisa gas darah
9. Penatalaksanaan
1) Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Bayi premature akan cepatmengalami kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan
badan relative luas. Oleh karena itu bayi premature harus dirawat di
dalam incubator, sehingga panas badannya mendekati rahim. Bila
belum memiliki incubator, bayi premature dapat dibungkus dengan
kain dan di sampingnya di taruh botol yang berisi air panas atau
menggunakan metode kanguru yaitu perawatan bayi baru lahir
seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya
2) Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah
menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian
yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI (Air Susu Ibu )
merupakan pilihan pertama jika bayi mampu menghisap.
Permulaan pemberian cairan yang diberikan sekitar 200
cc/kg/BB/hari. Cara pemberian makanan BBLR harus diikuti
tindakan pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi
dan masuknya udara dalam usus
3) Pencegahan Infeksi
Infeksi adalah masuk bibit penyakit atau kuman dalam keadaan
tubuh khususnya mikroba. BBLR sangat mudah mendapatkan
infeksi. Rentan terhadap infeksi dikarenakan oleh kadar
immunoglobulin serum pada BBLR masih rendah. BBLR tidak
boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun.
Fungsi perawatan disini adalah memberikan perlindungan terhadap
bayi BBLR dari bahaya infeksi. Oleh karena itu bayi BBLR tidak
boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun.
Digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi,
perawatan luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan
aseptis dan antiseptic alat-alat yang digunakan, isolasi pasien,
jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien ideal, mengatur
kunjungan, menghindari perawatan yang terlalu lama, mencegah
timbulnya asfiksia dan pemberian antibiotik yang tepat.
4) Penimbangan Berat Badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi
bayi oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan
dengan ketat.
5) Pemberian Oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi
diberikan sekitar 30%-35% dengan mengunakan head box.
Konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat
menimbulkan kebutaan.
6) Kenaikan berat badan pada bayi
Bayi BBLR dengan berat badan <1500 gram akan mengalami
kehilangan berat badan 15% selama 7-10 hari pertama. Berat lahir
biasanya tercapai kembali, kenaikan berat badan selama 3 bulan.
Kenaikan berat badan bayi BBLR dengan berat badan <1500 gram
adalah 150-200 gram seminggu (misalnya 20-30 gram/hari)
7) Pengawasan jalan nafas
Jalan nafas merupakan jalan udara melalui hidung, faring, trakea,
bronkeolus, bronchioles respiratorius, dan duktus alveoleris ke
alveoli. Terhambatnya jalan nafas dapat menimbulkan asfiksia, 16
hipoksia dan akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat
beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran
sehingga dapat lahir dengan asfiksia perinatal. Bayi BBLR beresiko
mengalami serangan apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak
dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh
dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan
jalan nafas segera setelah lahir ( aspirasi lendir), dibaringkan pada
posisi miring, merangsang pernafasan dengan menepuk atau
menjetik tumit. Bila tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi,
intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian oksigen dan
selama pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan
tindakan ini dicegah sekaligusmengatasi asfiksia sehingga
memperkecil kematian bayi BBLR
10. Pengkajian Fokus Keperawatan
a. Pengkajian
Merupakan data dasar klien yang komprehensif mencakup
riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnostik
dan laboratorium serta informasi dari tim kesehatan serta keluarga
klien yang meliputi :
1) Identitas : Usia ibu saat hamil, usia kehamilan, kehamilan
dengan penyakit penyerta
2) Keluhan Utama: Untuk mengetahui alasan utama mengapa
klien mencari pertolongan pada tenaga professional.
3) Riwayat penyakit sekarang : Untuk mengetahui lebih detail
hal yang berhubungan dengan keluhan utama
4) Riwayat masa lampau
5) Riwayat keluarga
Penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh keluarga
(baik berhubungan / tidak berhubungan dengan penyakit
yang diderita klien), gambar genogram dengan
ketentuan yang berlaku (symbol dan 3 generasi).
6) Riwayat sosial
7) Keadaan kesehatan saat ini
8) Pengkajian pola fungsi Gordon
a. Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Status kesehatan sejak lahir, pemeriksaan kesehatan
secara rutin, imunisasi,penyakit yang menyebabkan
anak absen dari sekolah, praktek pencegahan
kecelakaan (pakaian, menukar popok,dll), kebiasaan
merokok orang tua,keamanan tempat bermain anak dari
kendaraan, praktek keamanan orang tua (produk rumah
tangga, menyimpan obat-obatan,ddl).
b. Nutrisi metabolik
Pemberian ASI / PASI, jumlah minum, kekuatan
menghisap, makanan yang disukai / tidak disukai,
makanan dan minuman selama 24 jam, adakah
makanan tambahan/vitamin, kebiasaan makan, BB lahir
dan BB saat ini,masalah dikulit:rash, lesi,dll.
c. Pola eliminasi
Pola defekasi (kesulitan, kebiasaan, ada darah/tidak),
mengganti pakaian dalam / diapers (bayi), pola eliminasi
urin (frekuensi ganti popok basah/hari, kekuatan
keluarnya urin, bau, warna)
d. Aktivitas dan pola latihan
Rutinitas mandi (kapan, bagaimana, dimana, sabun
yang digunakan), kebersihan sehari-hari, aktivitas
sehari-hari (jenis permainan, lama, teman bermain,
penampilan anak saat bermain, dll), tingkat aktivitas
anak/bayi secara
umum, tolerans, persepsi terhadap kekuatan,
kemampuan kemandirian anak (mandi, makan, toileting,
berpakaian, dll.)
e. Pola istirahat tidur
Pola istirahat/tidur anak (jumlahnya), perubahan pola
istirahat, mimpi buruk, nokturia, posisi tidur anak,
gerakan tubuh anak.
f. P Responsive secara umum anak, respons anak untuk
bicara, suara, objek sentuhan, apakah anak mengikuti
objek dengan matanya, respon untuk meraih
mainan, vocal suara, pola bicara kata-kata, kalimat,
menggunakan stimulasi/tidak, kemampuan untuk
mengatakan nama, waktu, alamat, nomor
telepon, kemampuan anak untuk mengidentifikasi
kebutuhan; lapar, haus, nyeri, tidak nyaman ola kognitif-
persepsi
g. Persepsi diri – pola konsep diri
Status mood bayi / anak (irritabilitas), pemahaman anak
terhadap identitas diri, kompetensi, banyak/tidaknya
teman
h. Pola peran – hubungan
Struktur keluarga, masalah/stressor keluarga, interaksi
antara anggota keluarga dan anak, respon anak/bayi
terhadap perpisahan, ketergantungan anak dengan
orang tua.
i. Sexualitas
Perasaan sebagai laki-laki / perempuan (gender),
pertanyaan sekitar sexuality bagaimana respon orang
tua
9) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran, postur tubuh, fatigue
b. Tanda – tanda vital
Tekanan darah. Nadi, respirasi, suhu\
c. Ukuran anthropometric
Berat badan, panjang badan, lingkar kepala
d. Mata
Konjungtiva, sclera, kelainan mata
e. Hidung
Kebersihan, kelainan
f. Mulut
Kebersihan, bau, mukosa mulut, stomatitis
g. Telinga
Fungsi pendengaran, kelainan, kebersihan
h. Dada
Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (jantung, paru-
paru)
i. Abdomen
Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
j. Genetalia
Kebersihan, terpasang kateter/tidak, kelainan
11. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan d.d berat badan menur
un (D.0019)
2) Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas neurologi d.d dipsnea(D.0005)
3) Termoregulasi tidak efektif b.d ketidakadekuatan suplai lemak subkut
an d.d suhu tubuh fluktuatif(D.0149)
4) Risiko infeksi berhubungan dengan Tindakan Invasif(D.0142)
12. Tujuan Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1. Defisit Nutrisi Status Nutrisi (L.06053) Manajemen Nutrisi ( I.03119)
b.d
kurangnya Setelah dilakukan tindakan ke Observasi
asupan perawatan selama 3x24 jam m
- Identifikasi status nutrisi
makanan d.d
aka diharapkn deficit nutrisi me
mbaik dengan kriteria hasil : - Monitor berat badan
berat badan - Monitor asupan makanan
- Berat badan meningkat
menurun Terapeutik
- Nafsu makan meningkat
(D.0019) - Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
- Frekuensi makan meningkat
- Indeks Massa Tubuh meningkat konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu

Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika perlu

Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan

2. Pola nafas Pola Nafas (L.01004) Pemantauan Respirasi ( I.01014)


tidak efektif
Setelah dilakukan tindakan Observasi
b.d
keperawatan 1x24 jam diharapkan
hambatan - Monitor frekuensi, irama,kedalaman dan upaya
inspirasi/ekspirasi menjadi ventilasi
upaya nafas nafas
adekuat yang dibuktikan dengan
(D.0005) - Monitor pola nafas (seperti bradipnea,takipnea,
kriteria hasil :
hiperventilasi. Kussmaul, cheyne-stokes, biot,
- Frekuensi nafas dari nilai 3 ataksik)
(sedang) menjadi 5 (membaik) - Auskultasi bunyi nafas
- Kedalaman nafas dari nilai 3 - Monitor nilai AGD
(sedang) menjadi 5 (membaik) Terapeutik
- Ekskursi dada dari nilai 3 - Atur interval pemantauan respirasi sesuai
(sedang) menjadi 5 (membaik) kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

3. Termoregul Temoregulasi (L.14134) Regulasi Temperatur ( I.14578)


asi tidak efe
Setelah dilakukan asuhan Observasi
ktif b.d ketid keperawatan selama 1x24 jam
akadekuata - Monitor suhu bayi sampai stabil (36,5- 37,5)
suhu tubuh kembali normal
n suplai lem - Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam
dengan kriteria hasil:
ak subkutan - Monitor warna dan suhu kulit
- Suhu tubuh membaik Terapeutik
d.d suhu tu
- Suhu kulit membaik - Pasang alat pemantau suhu kontinu
buh fluktuati
- Mengigil menurun - Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
f - Pucat menurun adekuat
(D.0149) Edukasi
- Jelaskan cara pencegahan hipoyermia karena
terpapar udara dingin

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu

4. Risiko Infeksi Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi ( I.14539)


b.d
Setelah dilakukan intervensi Observasi
Tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
Invasif - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
Resiko Infeksi membaik dengan
(D.0142) sistemik
kriteria hasil :
Terapeutik
- Demam menurun - Batasi jumlah pengunjung
- Kemerahan menurun - Cuci tangan sebelum dan sesuda kontak
- Nafsu makan meningkat dengan pasien dan lingkungan pasien

Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Bitew, Z. W., Alemu, A., Ayele, E. G., Jember, D. A., Haile, M. T., & Worku, T.
(2020). Incidence Density Rate of Neonatal Mortality and Predictors in Sub-
Saharan Africa: A Systematic Review and Meta-Analysis. International
Journal of Pediatrics, 2020, 1–14. https://doi.org/10.1155/2020/3894026

De Luca, D. (2021). Respiratory distress syndrome in preterm neonates in the era


of precision medicine: A modern critical care-based approach. Pediatrics and
Neonatology, 62, S3–S9. https://doi.org/10.1016/j.pedneo.2020.11.005

Hubbard, R. M., Choudhury, K. M., & Lim, G. (2018). Treatment patterns and
clinical outcomes in neonates diagnosed with respiratory distress syndrome in
a low-income country: A report from Bangladesh. Anesthesia and Analgesia,
126(5), 1684–1686. https://doi.org/10.1213/ANE.0000000000002865

Ibishi, V. A., Isjanovska, R., & Malin, A. E. (2018). Early-onset neonatal infection in
pregnancies with prelabor rupture of membranes in Kosovo: A major
challenge. Turk Jinekoloji ve Obstetrik Dernegi Dergisi, 15(3), 171–176.
https://doi.org/10.4274/tjod.73600

Koc, E., Demirel, N., Bas, A. Y., Isik, D. U., Hirfanoglu, I. M., Tunc, T., … Hakan,
N. (2019). Early neonatal outcomes of very-low-birthweight infants in Turkey:
A prospective multicenter study of the Turkish Neonatal Society. PLoS ONE,
14(12), 1–12. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0226679

Matthay, M. A., Zemans, R. L., Zimmerman, G. A., Arabi, Y. M., Beitler, J. R.,
Mercat, A., … Calfee, C. S. (2018). Acute respiratory distress syndrome.
Nature Reviews Disease Primers, 5(1). https://doi.org/10.1038/s41572-019-
0069-0

Ogundare, E., Akintayo, A., Aladekomo, T., Adeyemi, L., Ogunlesi, T., & Oyelami,
O. (2019). Presentation and outcomes of early and late onset neonatal sepsis
in a Nigerian Hospital. African Health Sciences, 19(3), 2390–2399.
https://doi.org/10.4314/ahs.v19i3.12

Rahmawati dan Meiferina. (2019). Perawatan Bayi Baru Lahir (Bbl) Pada Ibu Usia
Perkawinan Kurang Dari 18 Tahun. Jurnal Kebidanan, 6(1), 47–55.

Stylianou-Riga, P., Boutsikou, T., Kouis, P., Kinni, P., Krokou, M., Ioannou, A., …
Iacovidou, N. (2021). Maternal and neonatal risk factors for neonatal
respiratory distress syndrome in term neonates in Cyprus: a prospective
case–control study. Italian Journal of Pediatrics, 47(1), 1–9.
https://doi.org/10.1186/s13052-021-01086-5

Wati, S. (2020). Literatur Review Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan
Sepsis Neonatorum Dari Ibu Dengan Kpd (pp. 2–11). Universitas Sari Mulia.
Literatur Review Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Sepsis
Neonatorum Dari Ibu Dengan Kpd (Pp. 2–11). Universitas Sari Mulia.
Retrieved from http://repository.unism.ac.id/1772/

Anda mungkin juga menyukai