Anda di halaman 1dari 33

REFERAT

FISIOLOGI KEHAMILAN

Pembimbing :

dr. Andra Kusuma P., Sp.OG

Penyusun :

Alriska Agni Nanggala Putri 201704200189

Amelinda Devina 201704200190

Andika Hidaliawan 201704200191

Andini Dwi Rosmawati 201704200192

DEPARTEMEN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

RUMAH SAKIT DR.RAMELAN SURABAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul referat “Fisiologi Kehamilan” telah diperiksa dan disetujui sebagai


salah satu tugas baca dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan
Dokter Muda di Departemen Ilmu Kebidanan dan Kandungan.

Mengetahui,
Pembimbing

dr. Andra Kusuma P., Sp.OG


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkah dan rahmatNya, kami bisa menyelesaikan referat dengan
topik “Fisiologi Kehamilan” dengan lancar. Referat ini disusun sebagai
salah satu tugas wajib untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di
departemen Ilmu Kebidanan dan Kandungan di RSAL dr. RAMELAN
Surabaya, dengan harapan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu yang
bermanfaat bagi pengetahuan penulis maupun pembaca.

Dalam penulisan dan penyusunan referat ini tidak lepas dari


bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan
terima kasih kepada:

a. dr. Andra Kusuma P., Sp.OG selaku Pembimbing Referat kami.


b. Para dokter di bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan di RSAL dr.
RAMELAN Surabaya.
c. Para perawat dan pegawai di RSAL dr. RAMELAN Surabaya
khususnya di bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan.
Kami menyadari bahwa referat kami susun ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan. Semoga referat ini dapat memberi manfaat.

Surabaya, 24 April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iv
BAB 1..................................................................................................................................1
BAB 2..................................................................................................................................3
2.1 Kehamilan....................................................................................................................3
2.1.1 Definisi Kehamilan.................................................................................................3
2.1.2 Tanda-tanda Kehamilan.........................................................................................3
2.1.3 Perubahan Anatomi dan Fisiologi Pada Ibu Hamil.................................................5
2.1.4 Fisiologi Kehamilan..............................................................................................18
2.1.5 Periode Kehamilan..............................................................................................22
BAB 3................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................28
BAB 1

PENDAHULUAN

Kanker Kelenjar Getah Bening atau biasa disebut dengan Limfoma


merupakan istilah umum untuk berbagai tipe kanker darah yang muncul
dalam sistem limfatik, yang menyebabkan pembesaran kelenjar getah
bening. Limfoma disebabkan oleh sel-sel limfosit B atau T, yaitu sel darah
putih yang dalam keadaan normal/sehat menjaga daya tahan tubuh kita
untuk menangkal infeksi bakteri, jamur, parasit dan virus, menjadi
abnormal dengan membelah lebih cepat dari sel biasa atau hidup lebih
lama dari biasanya. Sistem limfatik sendiri merupakan jaringan pembuluh
dengan katup dan kelenjar di tempat-tempat tertentu yang mengedarkan
cairan getah bening melalui kontraksi otot yang berdekatan dengan
kelenjar. Kelenjar getah bening menyaring benda asing dari getah bening
dan juga mengangkut lemak yang diserap dari usus halus ke hati. 3
Secara umum, limfoma diklasifikasikan menjadi dua, yaitu limfoma
Hodgkin dan limfoma non-hodgkin. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan
perbedaan histopatologis dari kedua penyakit diatas, dimana pada
limfoma Hodgkin terdapat suatu gambaran yang khas yaitu adanya sel
Reed-Sternberg.2
Saat ini, banyak terapi yang dikembangkan untuk terapi limfoma
salah satunya adalah Terapi Hiperbarik Oksigen. Terapi Hiperbarik
Oksigen adalah pemberian oksigen bertekanan tinggi untuk pengobatan
yang dilaksanakan dalam RUBT.1 Pemberian oksigen bertekanan tinggi
tersebut secara teoritis mampu meningkatkan sistem imun serta
membantu perbaikan sel.
Hipoksia adalah fenomena umum yang terjadi pada tumor solid
yang disebabkan oleh karena proliferasi yang cepat dari sel-sel kanker
dan atau suplai darah yang tidak mencukupi.10
Terapi oksigen hiperbarik (OHB) telah banyak digunakan untuk
mengobati berbagai penyakit yang disebabkan kondisi hipoksia dan
iskemia, dengan merangsang kelarutan oksigen didalam plasma dan
meningkatkan pengiriman O2 kedalam jaringan. Tumor yang hipoksia
berkembang dikarenakan kelainan struktural dan fungsional dari
pembuluh darah tumor sehingga menyebabkan tumor dapat beradaptasi
dengan kondisi tersebut untuk meningkatkan pasokan oksigen. Dulunya
hipoksia dipercaya sebagai faktor yang membatasi pertumbuhan tumor
dengan mengurangi kemampuan dari sel untuk membelah. Namun, akhir-
akhir ini dilaporkan bahwa hipoksia berperan dalam patofisiologi yang
menyebabkan pertumbuhan tumor.10
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan

2.1.1 Definisi Kehamilan


Kehamilan didefinisikan secara berbeda-beda oleh beberapa ahli,
namun pada prinsipnya memiliki inti yang sama. Wiknjosastro (2009),
mendefinisikan kehamilan sebagai suatu proses yang terjadi antara
perpaduan sel sperma dan ovum sehingga terjadi konsepsi sampai
lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari atau 40 minggu
dihitung dari Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT). Menurut BKKBN (Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) kehamilan adalah
proses yang diawali dengan keluarnya sel telur matang pada saluran telur
yang kemudian bertemu dengan sperma, lalu keduanya menyatu
membentuk sel yang akan tumbuh.
Manuaba, dkk (2012) memberikan definisi kehamilan secara
berbeda. Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan
yang terdiri dari ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel telur)
dan spermatozoa (sperma) terjadilah pembuahan dan pertumbuhan zigot
kemudian bernidasi (penanaman) pada uterus dan pembentukan plasenta
dan tahap akhir adalah tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm
(Manuaba, dkk., 2012). Berdasarkan beberapa definisi kehamilan tersebut
dapat disimpulkan bahwa kehamilan merupakan bertemunya sel telur dan
sperma yang telah matang sehingga terjadilah nidasi dan tumbuh
berkembang sampai aterm.

2.1.2 Tanda-tanda Kehamilan


Menurut Siswosudarmo (2009), secara klinis tanda-tanda kehamilan
dapat dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu sebagai berikut :
1) Tanda kehamilan yang tidak pasti (probable signs).
a. Amenorea, yaitu wanita yang terlambat mengalami haid dalam
masa wanita tersebut masih mampu hamil.
b. Mual dan Muntah (morning sickness), sering muncul pada pagi hari
dan diperberat oleh makanan yang baunya menusuk.
c. Mastodinia, yaitu rasa kencang dan sakit pada payudara yang
disebabkan payudara membesar. Vaskularisasi bertambah, asinus
dan duktus berproliferasi karena pengaruh progesterone dan
estrogen.
d. Quickening, yaitu persepsi gerakan janin pertama yang bisanya
disadari oleh wanita pada kehamilan 18-20 minggu.
e. Keluhan kencing (BAK), frekuensi kencing bertambah dan sering
kencing malam disebabkan karena desakan uterus yang membesar
dan tarikan oleh uterus ke kranial.
f. Konstipasi, terjadi karena reflek relaksasi progesterone atau dapat
juga karena perubahan pola makan.
g. Perubahan berat badan, yang terjadi pada kehamilan 2-3 bulan
sering terjadi penurunan berat badan karena nafsu makan menurun
dan muntah-muntah.
h. Perubahan temperature, kenaikan temperature basal lebih dari 3
minggu biasanya merupakan tanda-tanda terjadinya kehamilan.
i. Perubahan warna kulit, yaitu warna kulit kehitam-hitaman pada
dahi, punggung hidung, dan kulit daerah tulang pipi.
j. Perubahan payudara, akibat stimulasi prolaktin, payudara
mensekresi kolostrum bisanya setelah kehamilan enam minggu.
k. Pembesaran perut, menjadi nyata setelah minggu ke-16 karena
pada saat ini uterus telah keluar dari rongga pelvis dan menjadi
organ rongga perut.
l. Kontraksi uterus, tanda ini muncul belakangan dan pasien
mengeluh perutnya kencang, tetapi tidak disertai rasa sakit.
m. Balotemen, yaitu tanda adanya benda terapung melayang dalam
cairan.
2) Tanda Pasti Kehamilan. Siswosudarmo (2009) menyebutkan tanda
pasti kehamilan adalah sebagai berikut :
a. Denyut jantung janin (DJJ), dapat didengarkan dengan stetoskop
laenec atau dengan stetoskop ultrasonic (dopller).
b. Palpasi, terlihat dan teraba gerakan janin, teraba bagian-bagian
janin.
c. Rontgenografi, sehingga dapat terlihat gambaran tulang-tulang
janin.
d. Ultrasonografi (USG).
e. Test laboratorium, yaitu test inhibisi koagulasi yang bertujuan untuk
mendeteksi adanya HCG dalam urin.
Manuaba (2010) menyebutkan bahwa tanda-tanda kehamilan dibagi
menjadi tiga, yaitu tanda dugaan hamil, tanda kemungkinan hamil, dan
tanda pasti kehamilan. Terjadinya pembesaran rahim dan perut,
terdapat kontraksi rahim saat diraba, ada tanda hegar, chadwick, dan
reaksi kehamilan positif merupakan tanda kemungkinan hamil.

2.1.3 Perubahan Anatomi dan Fisiologi Pada Ibu Hamil


Perubahan baik anatomi maupun fisiologi pada perempuan hamil
sebagian besar sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut
selama kehamilan. Kebanyakan perubahan ini merupakan respon
terhadap janin dan perubahan ini akan kembali seperti sebelum hamil
setelah persalinan dan masa menyusui telah selesai. Berikut adalah
perubahan yang terjadi selama masa kehamilan pada matemal :

a) Sistem reproduksi
1) Uterus

Sebelum masa kehamilan uterus akan berfungsi dan


berusaha untuk melindungi serta menerima hasil konsepsi (janin,
plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus memiliki kemampuan
yang luar biasa unruk menjadi besar selama kehamilan, dan
kembali ke ukuran semula setelah beberapa minggu setelah
persalinan. Pada keadaan tidak hamil, uterus memiliki berat 70
gram dan kapasitas 10 mL, atau kurang. Sedangkan pada masa
kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu
menampung janin, plasenta, dan cairan amnion yang rata-rata
pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 L – 20 L atau
lebih dengan berat rata-rata 1100 gram.

Ukuran dapat membesar karena terjadi peregangan dan


penebalan sel-sel otot, sementara produksi miosit yang baru sangat
terbatas. Bersamaan dengan itu terjadi akumulasi jaringan ikat dan
elastik, terutama pada lapisan otot luar. Kerja sama tersebut akan
meningkatkan kekuatan dinding uterus. Daerah korpus pada
beberapa bulan pertama akan menebal, seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan akan menipis dan pada akhir
kehamilan hanya 1,5 cm saja.

Penebalan pada dinding uterus di awal kehamilan distimulasi


oleh hormon estrogen dan sedikit progesteron. Hal ini dapat dilihat
dengan perubahan uterus pada awal kehamilan mirip dengan
kehamilan ektopik; selain itu posisi tuba falopi, ovarium dan
ligamentum rotundum yang awalnya berada sedikit dibawah apeks
fundus kini berada diatas sedikit pertengahan uterus.

Setelah kehamilan 12 minggu lebih, penambahan ukuran


uterus di dominasi oleh desakan dari hasil konsepsi. Namun
ternyata posisi plasenta juga mempengaruhi perubahan sel otot
uterus, dimana bagian uterus yang mengelilingi tempat implantasi
plasenta akan bertambah besar lebih cepat dibandingkan dengan
bagian lainnya, sehingga akan menyebabkan uterus tidak rata.
Fenomena ini disebut Piscaseck.

Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih


seperti bentuk aslinya seperti buah alpukat. Seiring dengan
perkembangan kehamilan badian fundus dan korpus akan
membulat dan menjadi bentuk sferis (usia kehamilan 12 minggu),
panjang uterus terus bertambah dengan cepat dibandingkan
lebarnya sehingga membentuk oval, ismus uteri pada minggu
pertama akan mengalami hipertrofi seperti korpus uteri yang
mengakibatkan ismus menjadi lebih panjang dan lunak yang
disebut sebagai tanda Hegar.

Hingga akhirnya pada akhir kehamilan 12 minggu, uterus


akan menjadi terlalu besar dalam rongga pelbis dan lama kelamaan
akan menyentuh dinding abdominal, mendorong usus ke samping
dan keatas, dan terus tumbuh hingga hampir menyentuh hepar.
Pada saat pertumbuhan, uterus akan mengalami rotasi ke kanan,
dekstrorotasi ini disebabkan oleh adanya rektosigmoid di daerah
kiri pelvis. Pada triwulan akhir ismus akan berkembang menjadi
segmen bawah uterus. Pada akhir kehamilan, otot uterus bagian
atas akan berkontraksi sehingga segmen bawah uteri akan melebar
dan menipis.

Pada trisemester pertama kehamilan, uterus akan


mengalami kontraksi tidak teratur dan tidak nyeri. Pada trisemester
kedua, kontraksi ini dapat dideteksi dengan pemeriksaan bimanual,
kontraksi ini disebut sebagai Braxton Hicks (Muncul tiba-tiba,
sporadik, intensitas 5-25 mmHg), sampai bulan terakhir biasanya
kontraksi ini sangat jarang, dan meningkat pada 1 atau 2 minggu
sebelum persalinan. Hal ini dikaitkan dengan meningkatnya jumlah
reseptor oksitosin dan gap junction di antara sel miometrium. Pada
saat ini kontraksi akan terjadi setiap 10-20 menit, dan pada akhir
kehamilan, kontraksi ini akan menyebabkan rasa tidak nyaman dan
dianggap sebagai persalinan palsu.

2) Serviks

Pada saat satu bulan stelah konsepsi, serviks akan menjadi


lebih lunak dan kebiruan. Hal ini dikarenakan peningkatan
vaskularisasi dan edema pada seluruh serviks, terjadinya hipertrofi
dan hiperplasia pada kelenjar serviks, serta penurunan kadar
kolagen pada serviks.
3) Ovarium

Siklus ovarium langsung terhenti pada saat terjadi


kehamilan. Hanya satu korpus luteum yang dapat kita temukan di
ovarium. Korpus luteum akan berfungsi maksimal 6-7 minggu awal
kehamilan, dan setelah itu berperan sebagai penghasil
progresteron dalam jumlah relatif minimal.

Selain itu korpus korneum juga akan menghasilkan relaksin


yang serbaguna dalam proses remodeling jaringan ikat pada
saluran reproduksi, dan akan mengakomodasi kehamilan serta
keberhasilan proses persalian. Peran secara keseluruhannya
belum dapat diketahui secara menyeluruh, namun diduga memiliki
efek pada perubahan struktur biokimia serviks dan kontraksi
miometrium yang akan berimplikasi pada kehamilan preterm.

4) Vagina & Perineum

Pada masa kehamilan, vagina akan berwarna keunguan dan


dikenal dengan tanda Chadwick. Hal ini disebabkan oleh
peningkatan vaskularisasi dan hiperemia, dan sangat jelas terlihat
pada kulit dan otot perineum dan vulva. Perubahan ini juga
disebabkan oleh penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah
jaringan ikat dan hipertrofi dari sel otot polos.

Dinding vagina mengalami perubahan dimana menjadi lebih


panjang karena meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya
jaringan ikat dan hipertrofi otot polos, selain itu papilla mukosa juga
mengalami hipertrofi dengan gambaran seperti paku sepatu.

Volume sekresi juga meningkat dimana sekresi akan


berwarna keputihan menebal dan pH antara 3,5-6 yang merupakan
hasil dari peningkatan produksi asam laktat glikogen yang
dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari lactobacillus
acidophilus.
5) Kulit

Pada kulit dinding perut terjadi perubahan warna menjadi


kemerahan kusam dan kadang juga ditemukan pada daerah
payudara dan paha. Perubahan ini dikenal sebagai striae
gravidarium. Pada multipara selain striae kemerahan itu juga
ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik
dari striae sebelumnya.

Selain itu juga sering ditemukan garis pada pertengahan


perutnya berubah menjadi garis hitam kecoklatan yang dikenal
sebagai linea nigra. Kadang akan muncul dalam ukuran bervariasi
pada wajah dan leher yang disebut sebagai chloasma atau
melasma gravidarium.

Pada bagian areola dan genital akan ditemukan pigmentasi


yang berlebihan, namun akan hilang atau jauh berkurang saat
persalinan. Kontrasepsi oral juga dapat menyebabkan hal yang
sama. Perubahan ini disebabkan oleh cadangan melanin pada
daerah epidermal dan dermal yang penyebab pastinya belum
diketahui. Adanya peningkatan kadar serum melanocyte stimulating
hormone pada akhir bulan kedua masih sangat diragukan sebagai
penyebabnya. Estrogen dan progesteron diduga memiliki peran
dalam melanogenesis dan diduga bisa menjadi faktor
pendorongnya.

6) Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan
payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua, payudara
akan bertambah ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan
menjadi lebih terlihat. Puting payudara akan menjadi lebih besar,
kehitaman dan tegak. Setelah bulan pertama, suatu cairan
kekuningan yang disebut kolostrum dapat keluar. Kolostrum ini
berasal dari kelenjar asinus yang sudah mulai bersekresi. Meskipun
dapat dikeluarkan, akan tetapi ASI belum dapat diproduksi karena
hormon prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting hormone. Setelah
persalinan kadar progesteron dan esterogen menurun sehingga
pengaruh inhibisi progesteron terhadap α-laktabulmin akan hilang.
Peningkatan prolaktin akan merangsang sintesis laktosa dan pada
akhirnya akan meningkatkan produksi air susu.
Pada bulan yang sama areola akan menjadi lebih besar dan
kehitaman. Kelenjar montgomery, yaitu kelenjar sebasea dari
areola akan membesar dan cenderung menonjol keluar. Jika
payudara makin membesar, striae seperti yang terlihat pada perut
akan muncul. Ukuran payudara sebelum kehamilan tidak memiliki
hubungan dengan banyak air susu yang dihasilkan.
7) Perubahan metabolik
Sebagian besar perubahan berat badan selama kehamilan
berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah,
dan cairan ekstraseluler. Diperkirakan selama masa kehamilan,
berat badan seseorang akan bertambah 12,5 kg.

Kategori IMT Rekomendasi


Rendah <19,8 12,5-18
Normal 19,8-26 11,5-16
Tinggi 26-29 7-11,5
Obesitas >29 ≥7
Gemeli 16-20,5
Tabel 2.1 Rekomendasi berat badan selama kehamilan
berdasarkan indeks massa tubuh, dikutip dari Williams Obs.23rd
ed.

Pada trisemester ke-2 dan ke-3 pada wanita dengan gizi


baik dianjurkan untuk menambah berat badan per minggu sebesar
0,4 kg, sementara wanita dengan gizi kurang atau berlebih
dianjurkan menambah berat beban per minggu masing masing
sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg.
Peningkatan jumlah cairan selama kehamilan adalah suatu
hal fisiologis, hal ini dikarenakan turunnya osmolaritas dari 10
mOsm/kg yang diinduksi oleh makin rendahnya ambang rasa haus
dan sekresi vasopresin. Fenomena ini mulai terjadi pada awal
kehamilan.
Pada saat aterm kurang lebih 3,5 L cairan berasal dari janin
plasenta, dan cairan amnion, sedangkan 3 L lainnya berasal dari
akumulasi peningkatan volume darah ibu, uterus, dan payudara,
sehingga minimal tambahan cairan selama kehamilan adalah 6,5 L.
Penambahan tekanan vena dibagian bawah uterus dan
mengakibatkan oklusi parsial vena kava bermanifestasi pada
adanya pitting edema dikaki dan tungkai terutama pada akhir
kehamilan. Penurunan tekanan osmotik koloid di intertitial juga
akan menyebabkan edema pada akhir kehamilan.
Hasil konsepsi uterus dan darah ibu secara relatif memiliki
kadar protein yang lebih tinggi dibanding lemak dan karbohidrat.
Hipoglikemi puasa juga terjadi karena kenaikan kadar insulin dan
hiperglikemia postprandial dan hiperinsulinemia. Konsentrasi
lemak, lipoprotein, apolipoprotein dalam plasma akan meningkat
selama kehamilan. Lemak akan disimpan sebagian besar di sentral
yang kemudian akan digunakan janin sebagai nutrisi sehingga
cadangan lemak itu akan berkurang. LDL akan meningkat dan
mencapai puncaknya pada minggu ke-36 kehamilan, sedangkan
HDL akan mencapai puncaknya pada minggu ke-25 kehamilan, dan
akan terus berkurang hingga minggu ke 32, dan menetap. Hal ini
dipengaruhi oleh kenaikan hormon progesteron dan estrogen.
Selama masa kehamilan, ibu akan menyimpan 30 gram
kalsium yang sebagian besar akan dipergunakan oleh
pertumbuhan janin. Kadar zinc selama kehamilan ibu kadarnya
akan menurun dalam plasma ibu oleh karena pengaruh dilusi.
Maka dianjurkan untuk mendapat asupan mineral ini sebanyak 7,3
– 11,3 mg/hari. Asam folat juga sama dibutuhkan untuk mencegah
terjadinya neural tube defect dan membantu pertumbuhan serta
pembelahan sel dalam sintesis DNA atau RNA. Asupan asam folat
yang dianjurkan yakni 0,4 mg/hari.
8) Perubahan hematologik
Pada ibu hamil sangat lazim ditemukan adanya hipervolemia
40-45% diatas volume darah ibu dalam keadaan tidak hamil.
Peningkatan volume darah ibu dimulai dari trimester pertama,
namun akan semakin cepat di trimester kedua, kemudian
kecepatan meningkatnya volume darah pada trimester ketiga akan
semakin menurun, dan stabil pada minggu-minggu akhir kehamilan.
Fungsi dari terjadinya hipervolemia pada ibu hamil adalah untuk :

a) Memenuhi kebutuhan metabolik pembesaran uterus


dengan sistem vaskularisasi yang mengalami hipertrofi.

b) Untuk menyediakan nutrisi dan elemen penting untuk


mendukung pertumbuhan dari plasenta dan fetus.

c) Untuk melindungi ibu dan fetus dari efek yang


membahayakan akibat terganggunya arus balik vena
dalam posisi duduk maupun tidur terlentang.

d) Untuk melindungi ibu dari efek samping kehilangan darah


selama proses persalinan.

Volume darah yang mengalami ekspansi adalah hasil dari


peningkatan baik plasma maupun eritrosit (kenaikan plasma lebih
mendominasi dibandingkan eritrosit di pengaruhi oleh
meningkatnya eritropoetin ginjal pada trimester ke 3). Akibatnya
kenaikan eritrosit tidak sebanding dengan kenaikan volume plasma,
maka terjadinya hermodilusi dan penurunan konsentrasi Hb dari 15
g/dL menjadi 12,5 g/dL, bahkan hingga 11 g/dL. Namun pada
kehamilan lanjut, kadar Hb < 11 g/dL, merupakan suatu kelainan
dan berhubungan dengan defisiensi zat besi daripada hipervolemia.
(sehingga membutuhkan supply zat besi sebanyak kurang lebih
1000 mg atau rata-rata 6-7 mg/hari). Selain itu kadar Retikulosit
juga meningkat selama kehamilan, hal ini dikarenakan adanya
hiperplasia pada eritrosit di sumsum tulang belakang.
Jumlah leukosit akan meningkat yakni berkisar antara 5.000-
12.000/ul dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan masa
nifas berkisar 14.000 – 16.000 /ul. Penyebabnya peningkatan ini
belum diketahui. Respons yang sama diketahui terjadi selama dan
setelah melakukan latihan yang berat. Distribusi tipe sel juga akan
mengalami perubahan. Pada kehamilan, terutama trisemester
ketiga terjadi peningkatan jumlah granulosit dan limfosit CD8 T dan
secara bersamaan penurunan limfosit dan monosit CD4 T. Pada
awal kehamilan aktivitas leukosit alkalin fosfatase juga akan
meningkat.

Demikian juga konsentrasi dari penanda inflamasi seperti C-


reactive protein (CRP). Suatu reaktan serum akut dan erythrocyte
sedimentation rate (ESR) juga akan meningkat karena peningkatan
plasma globulin dan fibrinogen.

Kehamilan juga mempengaruhi keseimbangan koagulasi


intravaskular dan fibrinolysis sehingga menginduksi suatu keadaan
hiperkoagulasi. Dengan pengecualian pada factor XI dan XIII,
semua konsentrasi plasma dari factor-factor pembekuan darah dan
fibrinogen akan meningkat. Produksi platelet juga meningkat, tetapi
karena adanya dilusi dan konsumsinya, kadarnya akan menurun.

9) Sistem kardiovaskular

Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan


perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vascular sistemik.
Selain itu, juga terjadi peningkatan denyut jantung. Antara minggu
ke-10 dan 20 terjadi peningkatan volume plasma sehingga juga
terjadi peningkatan preload.

Performa ventrikel selama kehamilan dipengaruhi oleh


penurunan resistensi vascular sistematik dan perubahan pada
aliran pulsasi arterial. Kapasitas vascular juga akan meningkat
untuk memenuhi kebutuhan. Peningkatan estrogen dan
progesterone juga akan menyebakan terjadinya vasodilatasi dan
penurunan resistensi vascular perifer.

Ventrikel kiri akan mengalami hipertrofi dan dilatasi untuk


memfasilitasi perubahan cardiac output, tetapi kontraktilitasnya
tidak berubah. Bersamaan dengan perubahan posisi diafragma,
apeks akan bergerak ke anterior dan ke kiri, sehingga pada
pemeriksaan EKG akan terjadi deviasi aksis kiri, depresi segmen
ST, dan inverse atau pendataran gelombang T pada lead III.

Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan


menekan vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada dalam
posisi terlentang. Penekanan vena kava inferior ini akan
mengurangi darah balik vena ke jantung. Akibatnya, terjadi
penurunan preload dan cardiac output sehingga akan
menyebabkan terjadinya hipotensi arterial yang dikenal dengan
sindrom hipotensi supine dan pada keadaan yang cukup berat akan
mengakibatkan ibu kehilangan kesadaran. Penekanan pada aorta
ini juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke ginjal.
Selama trisemester terakhir posisi terlentang akan membuat fungsi
ginjal menurun jika dibandingkan posisi miring. Karena alasan inilah
tidak dianjurkan ibu hamil dalam posisi terlentang pada akhir
kehamilan.

10)Sistem pernafasan

Diafragma pada ibu hamil akan meningkat sebanyak 4 cm.


FIGURE 2.1 Change in cardiac outine that occurs in pregnancy the blue
lines represent the relations between the heart and thorax in the
nonpregnant woman, and the black lines represent the conditions custing
in pregnancy. These findings are based on radiographic findings in 33
women. (Redrawn from Klafen and Palugyay, 1927, with permission).

Gambar 2.1 Perubahan diafragma, dikutip dari Williams obs, 23rded.

Frekuensi pernapasan ibu hanya mengalami sedikit


perubahan, tetapi volume tidal, volume ventilasi permenit dan
pengambilan oksigen permenit akan bertambah secara signifikan
pada kehamilan lanjut.

Perubahan ini mencapai puncaknya pada minggu ke 37 dan


akan kembali hampir seperti awal dalam 23 minggu paksa
persalinan.

11) Traktus digestivus

Seiring dengan semakin besarnya uterus, posisi lambung


dan usus akan bergeser, hal ini juga terjadi pada apendiks yang
akan bergeser ke arah atas dan lateral. Perubahan yang nyata
akan terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada traktus
digestivus (mengakibatkan mual dan konstipasi); penurunan
sekresi asam hidroklorid (mengakibatkan mual); serta penurunan
peptin di lambung sehingga akan menimbulkan gejala berupa
pyrosis (heartburn) yang disebabkan oleh refluks asam lambung ke
esofogus bawah sebagai akibat perunahan posisi lambung dan
menurunnya tonus sfingter esofagus bagian bawah.

Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak sehingga


dengan trauma sedang saja bisa menyebabkan perdarahan. Epulis
selama kehamilan akan muncul, tetapi setelah kehamilan akan
berkurang secara spontan. Hemorrhoid juga merupakan suatu hal
yang sering terjadi sebagai akibat konstipasi dan peningkatan
tekanan vena pada bagian bawah karena pembesaran uterus.

Hepar tidak mengalami perubahan secara anatomik maupun


morfologik selama kehamilan, akan tetapi fungsi hati kadar alkalin
fosfatase akan meningkat hampir 2x lipat, dan serum aspartat
transamin; alanin transamin; y-glutamil transferase; albumin; dan
bilirubin akan menurun.

12)Traktus urinarius

Pada bulan-bulan awal kehamilan kandung kemih akan


tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan
keadaan sering berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin
tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada
akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas
panggul, keluhan itu akan timbul kembali.

Ginjal akan membesar, GFR & renal plasma flow akan


meningkat. Pada hasil eskresi ginjal akan ditemukan asam amino &
vitamin yang larut air dalam jumlah yang lebih banyak; glukosa
pada urin juga sering ditemukan namun kemungkinan diabetes
mellitus perlu tetap diperhitungkan, selain itu creatinine clearance
juga lebih tinggi 30%.
Pada ureter akan ditemukan adanya dilatasi yang tampak
lebih besar pada sisi kanan dibandingkan sisi kiri. Hal ini
dikarenakan ureter kiri dilindungi oleh kolon sigmoid dan adanya
tekanan yang kuat pada sisi kanan uterus sebagai konsekuensi dari
dekstrorotasi uterus. Ovarium kanan dengan posisi melintang di
atas ureter kanan juga diperkirakan sebagai faktor penyebabnya.
Penyebab lainnya diduga karena hormon progesteron.

13)Sistem endokrin

Selama kehamilan normal, kelenjar hipofisis akan membesar


kurang lebih 135%, tetapi hal ini tidak begitu mempunyai arti
penting bagi kehamilan. Hormon laktin akan meningkat 10x lipat
pada saat kehamilan aterm. Sebaliknya setelah persalinan
konsentrasinya akan menurun pada plasma. Hal ini juga ditemui
pada ibu-ibu menyusui.

Kelenjar tiroid juga akan mengalami pembesaran hingga 15


ml. pada saat persalinan dikarenakan hiperplasia kelenjar dan
meningkatnya vaskularisasi. Selain itu, pengaturan konsentrasi
kalsium sangat berhubungan erat dengan magnesium, fosfat,
hormone paratiroid, vitamin D, dan kalsitonin, Sehingga apabila ada
gangguan dari salah satu faktor ini akan menyebabkan perubahan
pada yang lainnya.

Konsentrasi plasma hormone paratiroid akan menurun pada


trimester pertama dan kemudian akan meningkat secara progresif.
Aksi yang penting dari hormone paratiroid ini adalah untuk
memasok janin dengan kalsium yang adekuat. Selain itu juga untuk
produksi peptide pada janin, plasenta, dan ibu.

Kelenjar adrenal akan mengecil, sedangkan hormone


androste nedione, testosterone, dioksikortikosteron, aldosterone
dan kortisol akan meningkat. Tetapi dehidroepiandrosteron akan
menurun.
14)Sistem muskuloskeletaI

Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum


pada kehamilan. Hal ini diakibatkan oleh kompensasi dari
pembesaran uterus ke posisi anterior, lordosis menggeser pusat
daya berat ke belakang kea rah dua tungkai. Seendi sakroiliaka,
sakrokokigis, dan pubis akan meningkat mobilitasnya, yang
diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat
mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya
menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah punggung
terutama pada akhir kehamilan.

2.1.4 Fisiologi Kehamilan


Pada proses kehamilan melibatkan spermatozoa dan ovum
dengan melalui 3 tahapan yaitu fertilisasi, impalntasi (nidasi), dan
plasentasi (Prawiharjo, 2014 & Cunningham, 2010).
1. Fertilisasi
Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen
pada fimbriae infundibulum tuba ke arah ostium tuba abdominalis
dan berjalan terus kearah medial. Ditengah-tengah ovum dapat
ditemukan nukleus yang berada dalam tahap metafase meiosis II,
terapung-apung dalam sitoplasma yang kekuning-kuningan yakni
vitelus. Ovum dikelilingi oleh zona pelusida, dan diluarnya
ditemukan korona radiata. Jumlah sel-sel korona radiata ini akan
semakin berkurang selama perjalanan ovum di dalam ampula tuba,
sehingga lama kelamaan ovum hanya akan dikelilingi oleh zona
pelusida pada waktu berada dekat dengan perbatasan ampula dan
istmus tuba, tempat pembuahan biasanya terjadi. Pada saat terjadi
koitus dan penetrasi penis ke vagina, laki- laki akan melakukan
ejakulasi, dimana jutaan spermatozoa ditumpahkan di forniks
vagina dan disekitar porsio. Namun hanya beberapa ratus ribu atau
bahkan beberapa ratus spermatozoa saja yang dapat berhasil
sampai ke bagian ampula dimana spermatozoa dapat menemukan
ovum yang telah siap dibuahi. Hanya satu spermatozoa yang
mempunyai kemampuan untuk membuahi atau kapasitasi. Pada
spermatozoa ditemukan peningkatan konsentrasi DNA pada
nukleus, dan caputnya, hal ini memudahkan mereka untuk
menembus dinding ovum. Caranya yakni suatu molekul komplemen
khusus di permukaan kepala spermatozoa kemudian mengikat ZP3
glikoprotein di zona pelusida, pengikatan ini memicu akrosom untuk
melepaskan enzim yang membantu spermatozoa menembus
dinding zona pelusida. Enzim tersebut adalah hialuronidase.
Fertilisasi adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan
spermatozoa yang berlangsung di ampula tuba falopi. Proses
inimeliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi
spermatozoa dengan ovum, diakhir dengan fusi materi genetik.
Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi
korteks ovum. Granula korteks didalam ovum (oosit sekunder)
berfusi dengan plasma sel, sehingga enzim didalam granula-
granula dikeluarkan secara eksositosis ke zona pelusida. Hal ini
menyebabkan glikoprotein pada zona pelusida berikatan satu sama
lain membentuk suatu materi yang keras dan tidak dapat ditembus
oleh spermatozoa, sehingga ovum tidak akan dibuahi oleh lebih
dari satu sperma. Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus
kehilangan membran nukleusnya, dan hanya pronukelusnya saja
yang tinggal, sedangkan ekor spermatozoa dan Mitokondrianya
berdegenerasi. Akibat masuknya spermatozoa kedalam vitelus
membangkitkan nukleus ovum yang masih dalam metafase untuk
proses pembelahan selanjutnya. Setelah menyelesaikan
prosesnya, maka sekarang ovum hanya memiliki pronukleus yang
haploid dan spermatozoa juga telah mengandung jumlah
kromosom yang haploid. Kedua pronukelus mendekat dan bersatu
membentuk zigot. Dalam beberapa jam setelah pembuahan maka
mulailah pembelaha n zigot, dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok
sel yang sama besarnya, hasil konsepsi berada dalam stadium
morula. Kemudian hasil konsepsi disalurkan terus ke pars ismika
dan pars interstitialis tuba dan disalurkan ke arah kavum uteri oleh
arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi
tuba.

Gambar 2.2 Proses Kehamilan

2. Implantasi (Nidasi)
Selanjutnya pada hari ke-4 hasil konsepsi mencapai stadium
blastula yang disebut sebagai blastokista, suatu bentuk yang di
bagian luarnya adalah trofoblas dan dibagian dalamnya disebut
massa inner cell. Massa ini yang nantinya akan berkembang
menjadi janin dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta.
Sejak trofoblas terbentuk, produksi hormon hCG dimulai, suatu
hormon yang penting dalam proses implantasi embrio. Produksi ini
akan terus meningkat hingga hari ke-60 kehamilan dan kemudian
akan menurun. Diduga fungsinya adalah untuk mempengaruhi
korpus luteum agar dapat terus tumbuh dan terus menghasilkan
progesteron sampai plasenta dapat menghasilkan progesteron
sendiri.Trofoblas memiliki kemampuan untuk menghancurkan
jaringan endometrium pada masa sekresi. Sel-sel desidua
berbentuk besar, mengandung lebih banyak glikogen, serta
mensekresikan faktor-faktor aktif yang bersifat lokal (sitokin dan
protease), sehingga lebih mudah dihancurkan oleh trofoblas.
Trofoblas dan endometrium mengalami suatu proses yang sangat
kompleks, dan keduanya memiliki peran penting dalam proses
nidasi. Kadang- kadang saat nidasi, terjadi perdarahan akibat luka
desidua yang disebut sebagai Hartman sign (bercak darah mirip
haid dalam jumlah sedikit). Proses nidasi dari blastokista biasanya
terjadi 6-7 hari setelah fertilisasi. Proses ini dapat dibagi menjadi 3
fase :
a. Aposisi – pelekatan awal blastokista ke dinding uterus
b. Adhesi - peningkatan kontak fisik antara blastokista dengan
epitel uterus
c. Invasi – penetrasi dan invasi dari sinsitiotrofoblas
dansitotrofoblas ke endometrium, sepertiga dalam
miometrium dan pembuluh darah uterus.

Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang


uterus dekat pada fundus uteri. Jika nidasi ini terjadi, maka barulah
disebut adanya kehamilan. Setelah nidasi berhasil, maka hasil
konsepsi akan bertumbuh dan berkembang didalam endometrium.

3. Plasentasi

Proses pembentukan struktur dan jenis plasenta, setelah


nidasi embrio ke endometrium. Pada manusia plasentasi
berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi. Dalam 2
minggu pertama perkembangan hasil konsepsi, trofoblas invasif
telah melakukan penetrasi ke pembuluh darah endometrium.
Terbentuklah sinus intertrofoblastik yaitu ruangan-ruangan yang
berisi darah maternal. Pertumbuhan ini berlanjut hingga akhirnya
terbentuk ruangan-ruangan interviler dimana vili korialis seolah-olah
terapung-apung diantara ruangan-ruangan tersebut sampai
terbentuknya plasenta. Tiga minggu pascafertilitas sirkulasi darah
janin dini dapat diidentifikasi dan dimulai pembentukan vili korialis.
Sirkulasi darah janin ini berakhir di lengkung kapilar (capillary
loops) didalam vili korialis yang ruang intervilinya dipenuhi dengan
darah maternal yang dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan
melalui vena uterina. Vili korialis akan bertumbuh menjadi suatu
massa jaringan yaitu plasenta.Lapisan desidua yang meliputi hasil
kosepsi ke arah cavum uteridisebut desidua capsularis; yang
terletak antara hasil konsepsi dandinding uterus disebut desidua
basalis, disitu plasenta akan dibentuk. Desidua yang meliputi
dinding uterus yang lain adalah desidua parietalis. Hasil konsepsi
sendiri diselubungi oleh jonjot-jonjot yang dinamakan vili korialis
dan berpangkal pada korion. Sel-sel fibroblas mesodermal tumbuh
disekitar embrio dan melapisi pula bagian dalam trofoblas. Dengan
demikian terbentuk chorionic membrane yang akanmenjadi korion.
Selain itu vili korialis yang berhubungan dengan desidua basalis
tumbuh dan bercabang-cabang dengan baik disini korion disebut
korion frondosum. Yang berhubungan dengan desidua kapsularis
kurang mendapat makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh ke
arah kavum uteri sehingga lambat laun menghilang; korion ini
disebut korion leave.

2.1.5 Periode Kehamilan


Kehamilan yang normal akan berlangsung selama 38-40
minggu dan jika diukur dari hitungan hari maka kehamilan akan
berakhir sesudah 226 hari atau 38 minggu pasca ovulasi atau kira-
kira 40 minggu dari akhir hari pertama menstruasi terakhir. Seorang
wanita baru dikatakan hamil bila pemeriksaan paramedis telah
menemukan tanda pasti kehamilan yaitu : mendengar detak
jantung bayi, meraba bentuk janin, atau melihat dengan USG.
Dengan pemeriksaan fisik kita dapat menemukan tanda
kemungkinan hamil melalui tanda Hegar, Chadwig, Balottemen
ditambah dengan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan
kadar HCG (human chorionic gonadotropine) di dalam urin yang
ditemukan 4 minggu setelah HPHT (hari pertama haid terakhir) atau
sekitar 2 minggu setelah pembuahan.

a. Periode Trimester Pertama


Pada masa ini organ-organ tubuh janin mulai dibentuk
(organogenesis). Kekurangan zat gizi pada rentang usia ini
akan berdampak negative pada perkembangan otak dan janin.
Diperlukan pangan berkualitas bagi ibu hamil yang nutrisinya
adekuat dan tidak bersifat / mengandung racun (bahan kimia
berbahaya). Misalnya pengawet, pewarna, penyedap, pestisida
yang ditambahkan di perkebunan, dan senyawa antibiotic serta
hormon yang diberikan di peternakan. Menu ibu hamil harus
benar-benar mengandung makanan gizi seimbang. Pada
periode ini sangat dibutuhkan penambahan protein dan asam
folat.
b. Periode Trimester Kedua
Pada masa ini asupan gizi masih focus dipergunakan untuk
pembentukkan kepala dan badan janin. Pertumbuhan janin
berlangsung sangat cepat. Minggu ke-19 konsepsi (minggu ke-
21 HPHT). Di minggu ini berat janin sekitar 300 gram. Panjang
janin dari puncak kepala hingga bokong mencapai 16-18 cm.
Berbagai sistem organ mengalami pematangan dan terbentuk
jaringan lemak sebagai bahan dasar bagi produksi panas tubuh
serta sumber energy untuk beraktivitas.
c. Periode Trimester Ketiga
Pada periode ini, faktor penyulit kehamilan semakin banyak.
Oleh karena itu, sangat dibutuhkan dukungan suami dan
keluarga untuk mengurangi rasa tidak nyaman, stress,
ketakutan, dan terkadang emosional. Ibu hamil harus
membersihkan kulit, organ reproduksi, mandi, dan upayakan
mengonsumsi makanan bervariasi dan gizi seimbang terutama
sayur dan buah yang banyak mengandung vitamin A, C, E, dan
serat (selulosa) serta minum air putih setidaknya 8 gelas per
hari, dan cukup istirahat. Kebutuhan meningkat sesuai dengan
kebutuhan janin yang sudah mampu menyimpan zat besi,
vitamin, dan gula melalui plasenta. Kebutuhan air yang adekuat
juga akan menjaga suhu intrauterine nyaman untuk janin pada
saat bernapas dan belajar mencerna.
BAB 3

KESIMPULAN

Menurut penelitian terdahulu, saat ini terapi oksigen hiperbarik telah


digunakan secara klinis untuk masalah-masalah kanker. Berbagai
penelitian telah dilakukan, baik pada hewan maupun pada penderita
kanker. Dan hasil yang diperoleh, cukup signifikan. Oksigen hiperbarik
memberikan suasana hiperoksia pada sel kanker. Di dalam lingkungan
yang kaya oksigen, sel kanker mengalami hambatan dalam
pertumbuhannya. Sel kanker terbiasa hidup dalam suasana hipoksia
(kekurangan oksigen). Kondisi hipoksia menjadikan sel kanker dalam
status "selalu lapar”, sehingga sel kanker selalu membutuhkan nutrisi
yang sangat banyak. Kondisi hipoksia membuat sel kanker menjadi
mudah berkembang pesat sebab banyak faktor-faktor pertumbuhan yang
dihasilkan sel kanker. Berbagai faktor pertumbuhan ini membuat sel
kanker mudah mendapatkan glukosa sebagai sumber energi, dan
memudahkan terbentuk pembuluh darah baru. Adanya pembuluh darah
baru akan dipakai oleh sel kanker sebagai sarana
penyebaran. Konsentrasi oksigen yang tinggi di dalam tubuh, dapat
meningkatkan fungsi daya tahan tubuh. Sel darah putih (leukosit) memiliki
kemampuan fagositosis (memakan) yang meningkat sehingga mampu
melawan sel kanker. Antioksidan alami yang ada di dalam tubuh, seperti
enzim superoxide dismutase, gluthation peroxidase, juga mengalami
peningkatan bila tubuh mendapat terapi oksigen hiperbarik. Antioksidan ini
dapat menetralkan radikal bebas yang dihasilkan oleh sel kanker. Oksigen
hiperbarik juga membantu meningkatkan sensitivitas obat kemoterapi dan
terapi radiasi. Seringkali ditemui, kanker yang sudah dioperasi dan
mendapat kemoterapi/radioterapi, sel kanker tetap "membandel". Sel
kanker kebal terhadap kemoterapi/radioterapi. Kondisi hiperoksia dapat
mengubah perilaku sel kanker, sehingga obat kemoterapi mudah
menembus dan menghancurkan sel kanker. Efek samping yang buruk
karena kemoterapi/radioterapi seperti sel normal menjadi rusak/mati.
Gejala/tanda yang bisa kita temui yaitu muntah/mual sebab kerusakan sel
epitel saluran cerna, rambut rontok sebab kematian sel rambut, tampak
pucat dan terjadi anemia sebab terjadi kerusakan sel darah merah atau
berkurangnya produksi sel darah merah, kulit di sekitar area radiasi
menjadi hitam sebab terjadi kematian jaringan kulit. Oksigen hiperbarik
memiliki manfaat mempertahankan sel normal agar tetap hidup. Oksigen
hiperbarik memberikan energi bagi sel normal agar dapat tetap bertahan
hidup.15
Kemudian tumor solid yang terdapat pada area dimana yang
kondisinya hipoksia, terutama pada daerah tepi tumor. Hipoksia terjadi
karena adanya abnormalitas pada struktur dan fungsi dari vaskularisasi
tumor.14
Secara umum hipoksia dipercaya merupakan salah satu faktor
yang membatasi pertumbuhan sel kanker dengan mengurangi
kemampuan sel untuk membelah. Namun, pada penelitian terbaru,
hipoksia dibuktikan menjadi salah satu penyebab patofisiologi
pertumbuhan sel kanker. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kondisi
hipoksia membuat sel kanker akan beradaptasi, dimana sel ini akan
berkembang secara progresif dan akan terus berproliferasi. 16
Telah dilaporkan bahwa hipoksia dapat menyebabkan respon
seluler dengan meningkatkan oksigenasi dengan cara induksi
angiogenesis, gangguan metabolism berupa meningkatkan glikolisis dan
meningkatkan regulasi apoptosis. Hipoksia juga menyebabkan
ketidakstabilan gen, pertumbuhan invasif, dan pertumbuhan sel
undifferentiated. Studi mengatakan hipoksia menyebabkan sel kanker
menjadi resisten terhadap terapi konvensional. 16
Konsentrasi oksigen sangat krusial dalam menentukan resistensi
radiasi. Sel kanker memiliki epitel yang hipoksia, membuat kanker menjadi
tidak sensitive terhadap radiasi. Dikarenakan fenomena ini, hipoksia
merupakan salah satu target terbaik dalam terapi kanker. 14
Tumor ganas selalu dalam keadaan hipoksia oleh karena adanya
gradasi oksigen dalam darah pada tepi tumor dan pada sentral tumor.
Hipoksia terutama terjadi di tepi tumor dan resisten terhadap radiasi. Sel-
sel yang hipoksia akan mengalami perlambatan dalam pertumbuhannya
bahkan akan terhenti metabolismenya, sehingga siklus sel akan
mengalami perpanjangan dan sel-sel yang masih hidup tetap dalam
kondisi diam. Ini terjadi pada fase G0. Sel-sel yang eukosis akan
memberikan respon terhadap radiasi sehingga sebagian akan mati dan
digantikan posisinya oleh sel-sel hipoksia yang berada pada fase G0. Ini
merupakan fase G1. Radiasi yang dilakukan secara fraksinasi akan
menyebabkan reoksigenasi sehingga sel-sel tumor yang hipoksia menjadi
lebih sensitif terhadap radiasi berikutnya.16
Efek pemberian HBO pada jaringan yang menerima radiasi>5000
cGy akan timbul capillary angiogenesis dan fibroplasi. Tahap-tahapnya
yang pertama Lag phase (setelah pemberian 6-8 kali HBO) terjadi
peningkatan proliferasi lumen kapiler dan densitas kapiler. Yang ketiga
Plateau Phase terjadi proses revaskularisasi maksimal dan secara
histology tampak gambaran berkurangnya makrofag, berkurannya proses
capillary budding dan menurunnya sintesa kolagen. 16
Terapi HBO 2,4 ATA, O2 100%, 90 menit, 5 hari + radiasi 5000 cGy,
fraksinasi 200 cGy/hari 25x → meningkatkan sensitivitas kanker terhadap
radiasi →respon terapi meningkat, kerusakan jaringan normal menurun,
efek samping terapi menurun → penyembuhan →angka harapan hidup
meningkat.16
Jadi, terapi HBO sangat berpengaruh baik, terhadap penderita
Kanker, asalkan disertai dengan terapi konvensiolan pula.
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik. Rumeksa


Jala Putra Lakesla Diskesal. 2018
2. Reksodiputro, A. dan Irawan, C. Limfoma Non-Hodgkin. Disunting
oleh Sudoyo, Setyohadi, Alwi, Simadibrata, dan Setiati. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2006
3. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Data dan
Kondisi Penyakit Limfoma di Indonesia. 2015
4. Sahni T. Hyperbaric Oxygen Therapy : Current Trends and
Application, JAPI Vol. 51. 2003.
5. Mapua. Hyperbaric Oxygen Therapy Patient Orientation Booklet.
Available at: http://www.mapuahealth.com/wp-
content/uploads/Patient-Orientation-booklet-Feb-2016.pdf. 2014.
6. Price, S.A dan Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical Concepts of
Disease Processes, Sixth Edition. Alih Bahasa Pendit, Hartanto,
Wulansari dan Mahanani. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC. 2005
7. Vinjamaram, S. Lymphoma, Non-Hodgkin. [serial online].
http://emedicine.medscape.com/article/20339-overview.com. [27
Februari 2017]. 2010.
8. Berthold, D. dan Ghielmini, M. Treatment of Malignant Lymphoma
Swiss Med Wkly (134) : 472-480. 2004.
9. Dessain, S.K. Hodgkin Disease. [serial online].
http://emedicine.medscapes.com/article/20188-overview. [27
Februari 2017]. 2009.
10. Peng et al. Synergistic Inhibitory Effect of Hyperbaric Oxygen
Combined with Sorafenib on Hepatoma Cells in PLOS ONE vol. 9
issue 6. 2014
11. Ford-Martin, Paula. Malignant Lymphoma. [serial online]
http://www.healthline.com/malignant-lymphoma/. [27 Februari
2017]. 2005.
12. Theodora S, Athanasia H. The inspiring journey of hyperbaric
oxygen therapy, from the controversy to the acceptance by the
scientific community. vol. 9, hh 4:7. 2015
13. Kumar, Abbas, dan Fausto. Phatologic Basis of Diseases 7 th
Edition. Philadelphia: Elsevier & Saunders. 2005
14. Moen, I., Stuhr, L. E. B. Hyperbaric Oxygen Therapy and Cancer-a
review. Targeted Oncology, 7 (4), 233-242. doi: 10.1007/s11523-
012-0233-x. 2012
15. Suyono, Handi. Oksigen Hiperbarik untuk Penderita Kanker. [serial
online].
https://www.kompasiana.com/handisuyonodr/55283990f17e613e2b
8b4602/oksigen-hiperbarik-untuk-penderita-kanker. [24 Juni 2015].
2013.
16. Koff, J.L., Ramachandiran, S., dan Bernal-Mizrachi, L. A time to kill:
targeting. Apoptosis in cancer. International Journal Molecular
Sciences. 2015.

Anda mungkin juga menyukai