Disusun Oleh:
Nina Fahriani, S. Kep
NIM: 11194692210146
Menyetujui,
Menyetujui,
RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Ners
Universitas Sari Mulia
Presetor Klinik (PK) Presetor Akademik (PA)
Mengetahui,
Ketua Jurusan
Program Studi Profesi Ners
Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
KISTA HEPAR
A. Landasan Teoritis Penyakit
1. Definisi
Dalam pengertian secara histopatologi, kista adalah rongga yang
dilapisi sel epitel. Pada kista terdapat duktus yang terdilatasi yang
biasanya disebabkan oleh obstruksi, hiperplasia epitel, sekresi
berlebihan dan distorsi struktural. Sebagian kista timbul dari sisa-sisa
epitel ektopik atau sebagai hasil nekrosis di tengah-tengah massa epitel.
Penyakit kistik hepar sering diidentifikasi saat laparotomi dan
selama pemeriksaan gejala abdominal yang tidak berhubungan dengan
kista. Dalam banyak kasus, penemuan kista hepar yang tidak terduga
baik soliter maupun multipel, tidak memiliki arti klinis bila tidak bergejala,
walaupun kista hepar ini juga dapat diasosiasikan sebagai proses
patologis yang cukup serius.
2. Anatomi
Hepar terletak pada kuadran kanan atas abdomen,
intraperitoneal tepat di bawah sisi kanan diafragma yang dilindungi oleh
costa. Berat hepar kurang lebih 1400 gram pada orang dewasa dan
dibungkus oleh sebuah kapsul fibrous.
3. Penatalaksanaan/Jenis-Jenis Tindakan
a. Biopsi hepar perkutan: pada teknik perkutan, jarum dimasukkan ke
dalam rongga perut melalui kulit perut bagian atas (transtorakal atau
subcostalis). Teknik ini merupakan teknik yang paling umum
digunakan dan sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Dalam
melakukan prosedur ini, dapat digunakan alat pencitraan seperti
ultrasonografi (USG) atau CT-Scan sebagai pemandu
b. Biopsi hepar transvena (transjugularis atau transfemoralis): Pada
teknik ini, jarum dimasukkan ke dalam vena jugularis atau vena
femoralis. Lalu menuju hepar mengikuti rute pembuluh vena. Teknik
ini dilakukan jika pasien memiliki kondisi medis yang menyulitkan
prosedur utama, yaitu perkutan. Misal pada pasien dengan
gangguan pembekuan darah atau asites.[2] Teknik transvena lebih
rendah resikonya dibanding perkutan karena tidak ada prosedur
melukai kapsula Glisson, selain itu meskipun terjadi perdarahan,
maka darah akan tetap berada di pembuluh darah, dan tidak masuk
ke rongga peritoneum. Terlebih, melalui teknik ini, pengukuran
tekanan pembuluh darah hepatika juga dapat dilakukan, bila
diperlukan. Pada anak-anak, biopsi transvena bukan merupakan
pilihan utama, dikarenakan kesulitan teknis
c. Biopsi hepar laparoskopi: Teknik laparoskopi biasanya oportunistik,
yaitu ketika durante operasi, ditemukan kelainan makroskopis pada
organ hepar. Melalui teknik ini, lebih banyak hasil yang diperoleh,
yaitu dapat melihat tampilan makroskopis hepar, memungkinkan
pengambilan jumlah spesimen yang lebih banyak dan representatif,
serta kemudahan dalam mengawasi organ disekitarnya untuk
mengantisipasi adanya perdarahan atau kebocoran
5. Kontraindikasi
biopsi hepar tidak banyak, namun penentuan kontraindikasi
secara seksama, penting dilakukan untuk menghindari komplikasi terkait
dengan prosedur. Kontraindikasi terbagi menjadi 2, absolut dan relatif.
Penyakit polikistik hepar pada orang dewasa diwariskan secara
dominan autosomal. Hepar tampak kistik difus secara makroskopik,
walaupun dapat tampak pola yang berbeda dari penyakit ini, seperti
kista yang unilobar dan ukuran kista yang bervariasi. Kista dapat
ditemukan pada lien, pancreas, ovarium, paru-paru, dan ginjal. Insidens
meningkat seiring usia dan lebih sering pada wanita dibandingkan pria.
Prognosis dari penyakit polikistik hepar biasanya bergantung
pada penyakit ginjal yang menyertainya. Kegagalan fungsi hati, ikterus,
dan manifestasi hipertensi portal jarang ditemukan. Tingkat mortalitas
dari kista non-parasitik yang ditangani secara operatif mendekati angka
nol.
b. Pemeriksaan Radiologik
Sebelum tersedia modalitas pencitraan abdominal secara
luas termasuk ultrasonografi (USG) dan CT scan, kista hepar
didiagnosa hanya apabila ia sudah sangat membesar dan bisa
dilihat sebagai massa di abdomen atau sebagai penemuan tidak
sengaja saat melakukan laparotomy. Saat ini, pemeriksaan
radiologik sering menemukan lesi yang asimptomatik secara tidak
sengaja. Terdapat beberapa pilihan pemeriksaan radiologik pada
pasien dengan kista hepar, seperti USG yang bersifat non-invasif
namun cukup sensitif untuk mendeteksi kista hepar. CT scan juga
sensitif dalam mendeteksi kista hepar, dan hasilnya lebih mudah
untuk diinterpretasikan dibanding USG. MRI, nuclear medicine.
scanning dan angiografi hepatik mempunyai penggunaan yang
terbatas dalam mengevaluasi kista hepar.
Secara umum simple cysts mempunyai gambaran radiologik
yang tipikal yaitu mempunyai dinding yang tipis dengan cairan yang
berdensitas rendah dan homogenous. PCLD harus dikonfirmasi
dengan USG atau CT scan dengan menemukan kista-kista multiple
pada saat evaluasi.
Kista hidatid bisa diidentifikasi dengan ditemukannya
daughter cyst yang terkandung dalam rongga utama yang
berdinding tebal. Kistadenoma dan kistadenokarsinoma umumnya
terlihat multilokuler dan mempunyai septa internal, densitas yang
heterogeneus dan dinding kista yang irregular. Tidak seperti tumor
lain pada umumnya, jarang dijumpai kalsifikasi pada kistadenoma
dan kistadenokarsinoma.
Satu masalah yang sering ditemui dalam mengevaluasi
pasien dengan lesi kistik pada hepar adalah untuk membedakan
kista neoplasma dan simple cyst. Namun secara umum, neoplasma
kistik mempunyai dinding yang tebal, irregular dan hipervaskular,
sedangkan dinding kista pada simple cyst tipis dan uniform.
Simple cyst memiliki tendensi memiliki bagian interior yang
homogenous dan berdensitas rendah, sedangkan neoplasma kistik
biasanya mempunyai bagian interior yang heterogenous dengan
septasi-septasi.
7. Komplikasi
Infeksi berat
Pecahnya kista
Penyebaran infeksi ke organ lain (otak, prostat, dan lain-lain)
Gagal hati
4. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA PRE-OPERATIF
NO Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1. Ansietas b.d Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
rencana (L.09093) (I.09314)
operasi Setelah dilakukan Observasi
tindakan 1x3 jam - Monitor tanda-tanda
diharapkan masalah vital
keperawatan ansietas - Identifikasi saat tingkat
dapat teratasi dengan ansietas berubah
kriteria hasil: Terapeutik
Verbalisasi khawatir - Ciptakan suasana
akibat kondisi yang teraupetik untuk
dihadapi, dari sedang menumbuhkan
(3) ke menurun (5) kepercayaan
Perilaku gelisah, dari - Temani pasien untuk
sedang (3) ke mengurangi
meningkat (5) kecemasan
Frekuensi napas dari - Pahami situasi yang
sedang (3) ke membuat ansietas
membaik (5) - Dengarkan dengan
Frekuensi nadi penuh perhatian
sedang (3) ke - Gunakan pendekatan
membaik (5) yang tenang dan
Kontak mata, dari meyakinan
sedang 3 ke Edukasi
membaik (5) - Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
dialami
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
- Latih teknik relaksasi
2. Gangguan Integritas jaringan Perawatan luka
intregritas (L.14125) (I.14564)
jaringan b.d Tindakan keperawatan Observasi
faktor dalam 1x 8 jam - Monitor karakteristik
mekanisme diharapkan integritas luka (mis. drainase,
jaringan meningkat warna, ukuran, bau)
dengan kriteria hasil : - Monitor tanda-tanda
• Kerusakan jaringan infeksi
dari sedang (3) Terapeutik
menjadi meningkat - Lepaskan balutan dan
(1) plester secara
• Nyeri dari sedang perlahan
(3) menjadi - Cukur rambut di
meningkat (1) sekitar daerah luka,
• Kemerahan dari jika perlu
sedang (3) menjadi - Bersihkan dengan
meningkat (1) cairan NaCl atau
• Hematoma dari pembersih nontoksik,
sedang (3) menjadi sesuai kebutuhan
meningkat (1) - Bersihkan jaringan
nekrotik
- Berikan salep yang
sesuai ke kulit/lesi, jika
perlu
- Pasang balutan sesuai
jenis luka
- Pertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka
- Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
- Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam
atau sesuai kondisi
pasien
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
- Ajarkan prosedur
perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur
debridement (mis.
enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik),
jika perlu :
Kolaborasi
pemberian antibiotik,
jika perlu
INTRA-OPERATIF
1. Perfusi perifer Perfusi Perifer Perawatan Sirkulasi
tidak efektif b.d
(L.02011) Observasi :
penurunan Setelah dilakukan - Periksa sirkulasi
konsentrasi tindakan keperawatan perifer (mis,
hemoglobin 1x4 jam diharapkan edema,warna,suhu,)
perfusi perifer dengan - Identifikasi factor
kriteria hasil: resiko gangguan
• Warna kulit pucat sirkulasi (mis,
yang awalnya diabetes, hipertensi,
meningkat (1) kolestrol)
menjadi cukup Terapeutik :
menurun (4) - Lakukan
• Akral yang awalnya pencengahan infeksi
memburuk (1) - Hindari penekanan
menjadi cukup dan pemasangan
membaik (4) pada ektrimitas
• Kelemahan otot dengan keterbatasan
yang awalnya perfusi
cukup menurun (2) Edukasi :
menjadi meningkat
- Anjurkan minum obat
(1)
pengontrol tekanan
• Turgor kulit menjadi
darah secara teratur
membaik
. Resiko Kontrol Pencegahan
Perdarahan Perdarahan(L.02017) Perdarahan(I.02067)
b.d tindakan Setalah dilakukan Obeservasi
pembedahan tindakan keperawatan - monitor tanda dan
dalam 1x30 menit gejala perdarahan
diharapkan risiko - monitor nilai
perdarahan tidak terjadi hematocrit/hemoglobin
dengan kriteria hasil: sebelum dan setelah
- Kelembapan kehilangan darah
membrane mukosa, - monitor tanda-tanda
dari sedang (3) ke vital ortostatik
meningkat (5) Terapeutik
- denyut nadi apical, - Batasi tindakan invve
dari cukup - pertahankan bed rest
memburuk (2) ke Edukasi
membaik (5) - jelaskan tanda dan
- Hemoglobin, dari
cukup memburuk gejala perdarahan
(2) ke membaik (5) - ajurkan meningkatkan
- Tekanan darah, dari asupan cairan untuk
cukup memburuk menghindari
(2) ke membaik (5) konstipasi anjurkan
segera melapor jika
terjadi perdarahan
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian
produk darah
- kolaborasi pemberian
obat
pengontrol perdarahan
. Bersihan jalan
Label : Bersihan Jalan Label : Manajemen Jalan
nafas tidak Napas (L.01001) Napas (I.01011)
efektif b.d
Setelah dilakukan tindakan Observasi
sekret yang keperawatan 1x8 jam - Monitor status
tertahan diharapkan bersihan kardiopulmunal
jalan nafas membaik - Monitot status
didapatkan kreteria oksigenasi
hasil : - Monitor status cairan
• Batuk efektif dari Terapeutik
sedang (3) ke - Berikan oksigen untuk
menurun (5) mempertahankan
• Pola napas dari status oksigenasi
sedang (3) ke
- Pasang jalur IV
membaik (5)
Edukasi
• Frekuensi napas
- Jelaskan tanda dan
dari sedang (3) ke
gejala awal syok
menurun (5)
• Gelisah dari
- Jelaskan penyebab
sedang (3) ke dan faktor risiko syok
menurun (5) Kolaborasi
• Produksi sputum - Kolaborasi pemberian
dari sedang (3) ke IV
menurun (5) - Kolaborasi pemberian
transfuse darah
DIAGNOSA POST-OPERATIF
1. Hipotermia b.d Termoregulasi Manajemen hipotermia
terpapar suhu (L.14134) (I.14507)
lingkungan Setelah dilakukan Observasi
rendah tindakan keperawatan - monitor suhu tubuh
1x8 jam diharapkan - identifikasi penyebab
termoregulasi hipotermia
meningkat dapat - monitor tanda dan
berkurang dengan gejala akibat
Kriteria Hasil: hipotermia
• Menggigil dari Terapeutik
sedang (3) ke - sediakan lingkungan
menurun (5) yang hangat
• Suhu tubuh dari - ganti pakaian atau
sedang (3) ke linen yang basah
meningkat (5) - lakukan
• Suhu kulit dari penghangatan pasif
sedang (3) ke - lakukan
meningkat (5) penghangatan
• Tekanan darah dari internal
sedang (3) ke
Edukasi
meningkat (5) - ajurkan makan atau
• Pucat dari sedang minum hangat
(3) ke meningkat
(5)
• Takikardia dari
sedang (3) ke
menurun (5)
6. Moore, KL., Agur, AM. Anatomi klinis dasar. Abdomen. Editors : Vivi S. &
Virgi S. Jakarta : Hipokrates. 2002. h. 117-25.
7. Schwartz, SI., et al. Principles of surgery 7th ed. Liver. New York : McGraw-
Hill. 1999. h. 1395-405.
8. Smithuis, R. Liver : segmental anatomy [online]. 2006 [dikutip April 2010].
Tersedia pada URL http://www.radiologyassistant.nl/en/4375bb8dc241d
9. Heriot AG., Karanjia ND. A review of techniques for liver resection [online].
2002 [dikutip April 2010]. Tersedia pada URL
http://www.rsmpress.co.uk/arcsam.pdf
10. Jackson, HH., Mulvihill, SJ. Hepatic cyst [online]. September 2009 [dikutip
April 2010]. Tersedia pada URL
http://emedicine.medscape.com/article/190818-overview
11. Cady, B. The surgical clinics of north America vol. 69 : Liver surgery.
Management of cystic disease of the liver. Philadelphia : W.B. Saunders
Company. 1989. h. 285-95.
12. Debas, HT. Gastrointestinal surgery : pathophysiology and management.
Liver cyst. San Fransisco : Springer-Verlag. 2004. h.180-1.
13. Chan. CY., Tan CHJ., Chew, SP, Teh CH. Laparoscopic fenestration of a
simple hepatic cyst [online]. 2001 [dikutip April 2010]. Tersedia pada URL
http://www.pkdiet.com/pdf/liver%20lapRx.pdf