Anda di halaman 1dari 11

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT

LAPORAN KASUS: RADIOGRAFI ABDOMEN PADA PASIEN DENGAN


ILEUS OBSTRUKTIF

Disusun Oleh:

Iqbal Maulana, S.Ked J510215140

Rahman Paridi, S.Ked J510215153

Khatifah Nur Aretha, S.Ked J510215223

Pembimbing:

dr. Ika Safitri, Sp. Rad, M.Sc.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI

RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2023
HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT

Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : Laporan Kasus: Radiografi Abdomen pada Pasien dengan Ileus


Obstruktif

Penyusun : Iqbal Maulana, S.Ked J510215140

Rahman Paridi, S.Ked J510215153

Khatifah Nur Aretha, S.Ked J510215223

Pembimbing : dr. Ika Safitri, Sp.Rad

Karanganyar, 17 Januari 2023

Menyetujui,

Penyusun Pembimbing

Khatifah Nur Aretha, S.Ked dr. Ika Safitri, Sp.Rad, M.Sc

Mengetahui,

Kepala Program Studi Profesi Dokter

Fakultas Kedokteran UMS

dr. Sulistyani, Sp.N


Laporan Kasus: Radiografi Abdomen pada Pasien dengan Ileus Obstruktif

Iqbal Maulana, Rahman Paridi, Khatifah Nur Aretha*, Ika Safitri**

*Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

**Bagian Radiologi, RSUD Kabupaten Karanganyar

Abstrak

Ileus obstruksi merupakan kasus bedah yang cukup sering, yang memiliki
prevalensi sekitar 20% dari semua kasus operasi abdomen. Radiologi menjadi salah satu
hal yang penting dalam menentukan diagnosis dan penyebab yang mendasarinya. Pada
kasus ini, seorang anak berusia 7 tahun datang dengan muntah >20x. Berdasarkan hasil
pemeriksaan, diagnosis pasien mendukung ke arah ileus obstruksi. Kemudian dilakukan
pemeriksaan radiologi USG dan foto polos abdomen 3 posisi sebagai langkah penunjang
untuk menegakan diagnosis pasien. Gambaran radiologi menunjukan adanya dilatasi
lumen usus disertai adanya proses infeksi.

Kata kunci: Ileus Obstruksi, Radiologi

Abstract

Bowel obstruction are common and account for 20% of admissions with surgical
abdomens. Radiology is important in confirming the diagnosis and identifying the
underlying cause. In this case, a 7 -year -old child came with vomiting more than 20
times. Based on the results of the examination, the patient was diagnose with bowel
obstruction. Then a radiological examination are performed as a step to establish the
patient's diagnosis. Radiological examination showed the dilated intestinal lumen and the
sign of infection process.

Keyword: Bowel obstruction, radiology


PENDAHULUAN Gambaran klinis pasien
dengan ileus obstruksi dapat berupa
Ileus obstruktif merupakan perasaan nyeri dan tidak nyaman
kegawatan di bidang bedah digestive diperut yang muncul hilang
yang sering dilaporkan. Gangguan timbul/kolik, nyeri dapat bertambah
saluran cerna ini menduduki 20% berat hingga menyebabkan keringat
dari seluruh kasus nyeri akut dingin, mual dan muntah, perut yang
abdomen yang tidak tergolong membesar, tidak bisa buang angin
appendicitis akut (Paulson and dan buang air besar. Pada tahap
Thompson, 2015). Penyebab dari lanjut disertai dehidrasi, demam,
ileus obstruksi karena ada sumbatan bahkan tanda tanda perforasi usus
mekanik yang menyebabkan berupa sepsis (Indrayani, 2017).
gangguan aliran normal isi usus.
penyebab tersering pada negara maju LAPORAN KASUS
adalah keganasan dan adhesi usus,
pada negara berkembang kasus Seorang anak laki-laki, An.
terbanyak adalah hernia, sedangkan R, berusia 7 tahun datang ke IGD
RSUD Karanganyar pada jam 21.38
kasus yang lebih jarang adalah
volvulus, intususepsi, iskemia WIB dengan keluhan utama muntah.
mesenterial dan polip (Patel et al., Keluhan dirasakan sejak tadi siang
sebelum datang ke rumah sakit.
2012).
Selama di rumah, keluarga pasien
Berdasaarkan lokasi mengatakan pasien muntah sebanyak
dibedakan obstruksi upper small 20x yang berisi air, muntah terutama
bowel, lower small bowel, dan pada setiap makan dan minum, perut
usus besar, sedangkan berdasarkan terasa sakit dan kembung, serta tidak
waktunya akut dan kronik, ataupun mau makan. Pasien masih bisa flatus
pembagian berdasarkan aliran darah namun belum BAB sekitar 2 hari.
ke usus yaitu strangulasi dan tidak Pasien tidak mengeluh pusing,
strangulasi (Sinicrope, 2003). demam, keringat dingin, diare dan
BAK anyang-anyangan.
Obstruksi ileus terjadi karena
adanya daya mekanik yang Pasien tidak pernah memiliki
mempengaruhi dinding usus keluhan seperti ini sebelumnya.
sehingga menyebabkan penyumbatan Riwayat penyakit keluarga dengan
lumen usus. Hal tersebut keluhan yang sama, hipertensi,
menyebabkan pasase lumen usus diabetes melitus, dan asma
terganggu. Akibat gangguan pasase disangkal. Dalam keseharian, pasien
tersebut terjadi pengumpulan isi makan sehari 2-3x dengan makanan
lumen usus yang berupa gas dan yang dimasak sendiri oleh ibunya.
cairan pada bagian proximal tempat Namun, pasien juga mengaku sering
penyumbatan (Maharaj and Singh, membeli jajanan yang ada di depan
2015). sekolah saat istirahat. Saat di
sekolah, pasien aktif dalam pelajaran Pemeriksaan Hasil Rujukan
HEMATOLOGI
dan senang berinteraksi dan bermain
Hemoglobin 12.5 11.0-16.0
dengan teman sekolahnya. Hematokrit 35.8 L 40-52
Lekosit 23.33 H 5-14.5
Pada pemeriksaan fisik Trombosit 401 181-521
didapatkan kesan umum cukup Eritrosit 4.78 4.5-5.9
INDEX
dengan kesadaran compos mentis. MCV 74.9 L 82.0-92.0
Pada pemeriksaan tanda vital MCH 26.2 22-34
didapatkan tekanan darah 90/60 MCHC 34.9 32.0-37.0
HITUNG JENIS
mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi Neutrophil% 94.3 H 50-70
napas 20 x/menit, saturasi oksigen Limfosit% 3.9 L 20-40
98%, suhu 36,8oC, dan berat badan Monosit% 1.8 L 3-9
Eosinofil% 0.0 L 0.5-5.0
24 kg. pada pemeriksaan fisik Basofil% 0.0 0.0-1.0
kepala didapatkan kesan normal, NLR 24.18 H <3.13
leher tidak ditemukan pembesaran ALC 0.90 >1.5
P-LCR 13.8 10-30
kelenjar getah bening maupun
RDW-CV 13.0 11-16
distensi vena jugular. Sedangkan
pemeriksaan thoraks dan jantung
didapatkan kesan normal. Pada Hasil pemeriksaan
pemeriksaan abdomen didapatkan laboratorium didapatkan pasien
bentuk perut normal datar dan tidak mengalami leukositosis.
ada defans muscular, pada auskultasi
Hasil usg abdomen pasien
didapatkan bising usus yang sedikit
didapatkan adanya gambaran dilatasi
meningkat pada regio lumbal dan
Sistema usus dengan penebalan
iliaca dextra, pada perkusi terdengar
dinding curiga ec ileus disertai
suara hipertimpani pada regio lumbal
gambaran infeksi, cairan bebas di
dan iliaca dextra, pada palpasi
regio suprapubic curiga ec
didapatkan nyeri tekan pada regio
infeksi/perforasi, appendix tak
iliaca dextra. Pada pemeriksaan
tervisualisasi karena tertutup udara
ekstremitas didapatkan kesan
usus yang dilatasi dan prominent,
normal.
serta tak tampak kelainan pada
Pada pasien dilakukan hepar, lien, ren bilateral, pancreas
pemeriksaan penunjang maupun vesica urinaria.
laboratorium, usg abdomen, dan
rontgen abdomen 3 posisi.

Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan data sebagai
berikut:
Tabel 1. Hasil pemeriksaan laboratorium
tanggal 11 Januari 2023
infeksi/peritonitis, dan tak tampak
gambaran pneumoperitoneum.

Gambar 1. Hasil pemeriksaan usg abdomen


Gambar 2. Hasil pemeriksaan rontgen
tanggal 12 Januari 2023
abdomen 3 posisi tanggal 12 Januari 2023
Hasil rontgen abdomen 3 Berdasarkan anamnesis,
posisi pasien didapatkan gambaran pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
yang mengarah pada ileus obstruksi penunjang yang telah dilakukan,
letak tinggi (SBO) disertai penebalan pasien didiagnosis ileus obstruksi
Sistema usus curiga
letak tinggi (SBO) ec suspek Penyebab terjadinya ileus
appendicitis perforasi. obstruksi pada usus halus antara lain
hernia inkarserata, adhesi atau
Tatalaksana yang diberikan
perlekatan usus, invaginasi
pada pasien ini adalah injeksi ringer
(intususepsi), askariasis, volvulus,
laktat, injeksi amoxan 500 mg/8 jam,
tumor, batu empedu yang masuk ke
dan injeksi metronidazole 250 mg/8
ileus. Obstruksi pada neonatal terjadi
jam. Kemudian pasien di konsulkan
pada 1/1.500 kelahiran hidup. Hasil
pada bagian bedah dan mendapat
penelitian Evans di Amerika Serikat
advice untuk pindah ke bangsal
menunjukkan hasil ada sekitar 3.000
bedah Teratai 2 dan direncanakan
bayi/tahun yang dilahirkan dengan
untuk operasi laparotomi eksplorasi
obstruksi. Di Indonesia jumlahnya
oleh dokter spesialis bedah. Namun
tidak jauh berbeda. Berdasarkan
keluarga pasien menolak dan
laporan rumah sakit di kabupaten
memilih untuk pulang atas
Cirebon pada tahun 2006, Ileus
permintaan sendiri.
obstruktif menduduki peringkat ke-6
PEMBAHASAN dari sepuluh penyakit penyebab
kematian tertinggi pada kelompok
Pada kasus ini pasien umur 1-4 tahun dengan proporsi
didiagnosis setelah dilakukan 3,34% (Kemenkes RI, 2019).
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Diagnosis Small-bowel obstruction
pasien ini adalah ileus obstruktif (SBO) atau ileus obstruksi dapat
letak tinggi (SBO) ec suspek diklasifikasikan sebagai berikut:
appendicitis perforasi.
1. Obstruksi lengkap atau tingkat
Ileus obstruktif merupakan tinggi menunjukkan tidak ada
suatu keadaan yang menyebabkan isi cairan atau gas yang melewati
usus tidak bisa melewati lumen usus tempat obstruksi
sebagai akibat adanya sumbatan atau 2. Obstruksi tidak lengkap atau
hambatan mekanik. Hal ini dapat sebagian menunjukkan bahwa
terjadi dikarenakan kelainan di beberapa cairan atau gas
dalam lumen usus, dinding usus, atau melewati obstruksi
benda asing di luar usus yang 3. Strangulasi obstruksi
menekan, serta kelainan menunjukkan bahwa aliran darah
vaskularisasi pada suatu segmen usus terganggu, yang dapat
yang dapat menyebabkan nekrosis menyebabkan iskemia usus,
segmen usus. Ileus obstruktif nekrosis, dan perforasi
merupakan suatu keadaan yang 4. Obstruksi loop tertutup terjadi
darurat sehingga memerlukan ketika segmen usus tersumbat
penanganan segera (Obaid, 2011). pada dua titik di sepanjang
jalurnya, dihasilkan dalam
akumulasi progresif cairan dalam
gas dalam loop terisolasi, pneumatosis intestinalis, gas dalam
menempatkannya pada risiko vena portal dan lipatan edema yang
volvulus dan iskemia berikutnya menebal jarang terlihat. Sebuah
(Paulson and Thompson, 2015). rontgen dada erect/lateral decubitus
abdomen mungkin menunjukkan
Temuan klinis SBO termasuk pneumoperitoneum jika SBO
nyeri perut kram, distensi, muntah, dipersulit oleh perforasi (Nicolaou et
dan bising usus meningkat atau tidak al., 2005).
ada. Tatalaksana SBO memiliki
kemajuan dari perbaikan bedah yang
cepat menjadi uji coba awal
dekompresi tabung nasogastrik
dengan tindak lanjut radiografi perut.
Pembedahan disediakan untuk
pasien-pasien yang memiliki lesi
signifikan yang menyebabkan
obstruksi total dan untuk pasien yang
gagal berespons terhadap dekompresi
tabung nasogastric (Paulson and
Thompson, 2015).

Diagnosis radiologis SBO


dapat dibuat dengan berbagai teknik
pencitraan termasuk radiografi polos,
Computed Tomography (CT) &
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
(Maharaj and Singh, 2015).

Pada radiografi polos


ditemukan adanya ≥2 air fluid levels,
yang masuk ke dalam lengkung usus
yang sama tingginya lebih dari 2 cm
dan rata-rata tingkat air fluid levels
>25 mm lebarnya pada radiografi
abdominal erect sangat sugestif
obstruksi tingkat tinggi. Penyebab
SBO seringkali tidak dapat
diidentifikasi pada film biasa. Jarang
patologi seperti ileus batu empedu,
hernia inguinalis, gossypibomas,
benda asing yang tertelan dan bolus
cacing dapat didiagnosis pada film
biasa. Gambaran strangulasi seperti
Keuntungan radiografi polos
adalah hemat biaya, mudah tersedia.
Jika SBO didiagnosis pasti,
tatalaksana bedah segera mungkin
dapat dimulai. Pencitraan serial dapat
dilakukan untuk menilai kemajuan.
Keterbatasannya mungkin normal
pada obstruksi dini. Mungkin non
diagnostik pada obstruksi tingkat
rendah. Jarang menunjukkan
penyebabnya (Maharaj and Singh,
2015).

Karena adanya keterbatasan


pada radiografi polos, CT scan
mungkin dapat dilakukan untuk
mendiagnosis SBO. CT scan efektif
sebagai modalitas pencitraan pilihan
untuk suspek SBO. Kemajuan dalam
Multidetector computed tomography
(MDCT) dengan multiplanar dan 3
Dimensi (3D) mampu melakukan
format ulang yang memungkinkan
demonstrasi proses patologis yang
melibatkan dinding usus, lumen
usus, mesenterium, pembuluh
mesenterika, dan rongga peritoneum.
MDCT sangat luar biasa dalam
mengkonfirmasi keberadaan,
menentukan situs, level, dan
penyebab SBO, dan dalam
menunjukkan komplikasi seperti
infark dan perforasi. Dengan
demikian, CT scan telah menjadi
sebuah alat penting dalam penilaian
pra-operasi SBO, memberikan peta
jalan anatomi untuk operasi,
terutama untuk SBO letak tinggi
parsial dan lengkap (Sandrasegaran
et al., 2003).
tinggi (SBO) ec suspek appendicitis
perforasi.

DAFTAR PUSTAKA

Indrayani, M. N. (2017) ‘Diagnosis


dan Tatalaksana Ileus Obstruktif.
Universitas Udayana Bagian Ilmu
Bedah’, pp. 3–10.
Kemenkes RI (2019) Profil
Kesehatan Indonesia 2018 Kemenkes
RI, Health Statistics. Available at:
https://www.kemkes.go.id/download
s/resources/download/pusdatin/profil
-kesehatan-indonesia/profil-
kesehatan-indonesia-2018.pdf.
Maharaj, N. and Singh, B. (2015) ‘A
KESIMPULAN review of the radiological imaging
modalities of non-traumatic small
Pada kasus ini, pasien bowel obstruction’, South African
didiagnosis setelah dilakukan Family Practice, 57(3), pp. 146–159.
doi:
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
10.1080/20786190.2014.977052.
pemeriksaan penunjang. Hasil usg
abdomen pasien ini menunjukan Nicolaou, S. et al. (2005) ‘Imaging
adanya gambaran dilatasi Sistema of acute small-bowel obstruction’,
usus dengan penebalan dinding American Journal of Roentgenology,
185(4), pp. 1036–1044. doi:
curiga ec ileus disertai gambaran 10.2214/AJR.04.0815.
infeksi, cairan bebas di regio
suprapubic curiga ec Obaid, K. J. (2011) ‘Intestinal
infeksi/perforasi, appendix tak Obstruction : Etiology , Correlation
between Pre- Operative and
tervisualisasi karena tertutup udara
Operative Diagnosis’, International
usus yang dilatasi dan prominent. Journal of Public Health Research
Kemudian dilakukan foto polos Special Issue, pp. 41–49.
abdomen tiga posisi untuk
mengonfirmasi diagnosis pasti dan Patel, S. et al. (2012) ‘Anesthesia
and perioperative management of
didapatkan hasil gambaran yang
colorectal surgical patients - A
mengarah pada ileus obstruksi letak clinical review (Part 1)’, Journal of
tinggi (SBO) disertai penebalan Anaesthesiology Clinical
Sistema usus curiga Pharmacology, 28(2), pp. 162–171.
infeksi/peritonitis, dan tak tampak doi: 10.4103/0970-9185.94831.
gambaran pneumoperitoneum.
Paulson, E. K. and Thompson, W.
Dengan demikian pasien ini M. (2015) ‘Review of small-bowel
didiagnosis ileus obstruksi letak obstruction: The diagnosis and when
to worry’, Radiology, 275(2), pp.
332–342. doi:
10.1148/radiol.15131519.
Sandrasegaran, K. et al. (2003) ‘The
Multifaceted Role of Radiology in
Small Bowel Obstruction’, Seminars
in Ultrasound, CT and MRI, 24(5),
pp. 319–335. doi: 10.1016/S0887-
2171(03)00072-6.
Sinicrope, F. A. (2003) ‘Ileus and
Bowel Obstruction’, in Kufe, Donald
W., Pollock, Raphael E.,
Weichselbaum, Ralph R., Bast,
Robert C., Gansler, Ted S., Holland,
James F., and Frei, E. (ed.) Cancer
Medicine. 6th edn. America: BC
Decker. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/
NBK12354/.

Anda mungkin juga menyukai