Anda di halaman 1dari 17

PRESENTASI KASUS

Epispadia







oleh:
Yashinta, 0906640021
D Winoyoko S, 0706258954

Narasumber:
Dr. Irfan Wahyudi, SpU







MODUL PRAKTIK KLINIK ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
2014

BAB I
ILUSTRASI KASUS

1. IDENTITAS
Nama : An. RAP
Usia : 3 tahun
Alamat : Tebet, Jakarta Selatan
Status : Belum Menikah
Pendidikan : Belum Sekolah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Agama : Islam
No.RM : 387-96-98
Tanggal masuk : 28 Januari 2014
Tanggal Pemeriksaan : 4 Februari 2014
2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis(ibu pasien) pada tanggal 4 Februari 2014
di BCh kamar III A

Keluhan Utama
Bagian atas penis pasien tampak terbelah sejak lahir

Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengeluhkan bagian atas penis pasien yang tampak terbelah sejak lahir.
Selain itu, air seni selalu merembes dari belahan tersebut. Sesaat setelah melahirkan,
bidan yang membantu kelahiran langsung menyarankan agar pasien dibawa ke
puskesmas untuk diperiksa dokter. Pasien lalu dirujuk ke RSCM oleh dokter
puskesmas dengan kelainan bentuk penis. Di RSCM, pasien datang ke poli Anak dan
disarankan agar kembali lagi ke poli bedah saat pasien berusia 3 tahun untuk
dilakukan operasi. Selama 2 tahun menunggu, pasien tidak memiliki keluhan lain.
Tumbuh kembang pasien sama seperti kakak kakaknya.BAK dan BAB tidak ada
keluhan. Pada tahun 2013, pasien pernah dibawa ke RS Sari Asih dengan keluhan
serupa. Pasien lalu dirujuk ke RS Tarakan karena keterbatasan sumber daya. Di RS
Tarakan pasien dikatakan memiliki lubang kencing yang salah tempat, namun karena
ada di bagian atas tidak dapat dioperasi di RS Tarakan. Pasien pun dirujuk ke RSCM
dan datang lagi ke poli bedah urologi pada tahun 2014. Selama perawatan di RSCM
telah dilakukan prosedur uretroplasti dan sudah terdapat selang di kemaluan pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi, asma, penyakit jantung, operasi sebelumnya disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien yang mengalami keluhan yang serupa dengan pasien (-).
Hipertensi, sakitjantung, sakit paru, diabetes melitus, dan alergi dalam keluarga
disangkal.

Riwayat Sosial
Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Usia ibu saat melahirkan pasien
28 tahun, ayah 30 tahun. Konsumsi obat obatan maupun alkohol selama kehamilan
disangkal. Pembiayaan kesehatan menggunakan BPJS.

3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kesadaran : kompos mentis
Keadaan Umum : tampak sakit ringan
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 90 kali/menit
Suhu : 36,8C
Pernapasan : 20 kali/menit
Tinggi badan : 100 cm
Berat badan : 27 kg
Kepala : deformitas (-), normosefal
Kulit : sawo matang, turgor baik
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : tidak ada kelainan
Hidung : tidak ada kelainan
Tenggorok : faring hiperemis (-), tonsil T1-T1
Gigi & mulut : higien oral baik
Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Jantung : bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : datar, lemas
Palpasi : massa(-), nyeri tekan (-), hati dan limpa tidak teraba
Perkusi : timpani (+)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, edema (-), CRT < 2

Status Urologis
Daerah Flank :
Inspeksi : tidak tampak massa, perubahan warna kulit
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : nyeri ketok CVA -/-
Suprasimfisis : kesan kosong, tidak teraba distensi, nyeri tekan (-)
Genitalia eksterna : nampak luka bekas operasi di bagian dorsal penis, tampak
rembesan urine di luka bekas operasi, terpasang stent di OUE.
Kedua testis teraba berada di dalam skrotum.

#pemeriksaan tanggal 28/1/2014#
Uretra terbuka pada bagian distal penis, tampak rembesan
urine di sepanjang bukaan uretra, tidak tampak deviasi penis.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (28/1/2014)
Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah perifer lengkap
Hemoglobin
Hematokrit
MCV/VER
MCH/HER
MCHC/KHER
Jumlah trombosit
Jumlah leukosit

13.1
37.3
75.2
26.4
35.1
357
9.75

g/dL
%
fL
pg
g/dL
10^3/uL
10^3/uL

12-14
40-48
82-92
27-31
32-36
150-400
5-10
Kimia klinik
Ureum darah
Kreatinin darah
SGPT

21.8
0,214
14

mg/dL
mg/dL
U/L

10-50
0,5-1,5
<36
Elektrolit
Natrium

144

mEq/L

132-147
Kalium
Klorida
4,3
105
mEq/L
mEq/L
3.30-5.40
94-111.0
Hemostasis
PT
Pasien
Kontrol
APTT
Pasien
Kontrol


9.7
11.1

42.3
31.8


Detik
Detik

Detik
Detik


9.8-12.6


31.0-47.0

Foto Thorax(25/10/2013)
Jantung tidak membesar, CTR <50%
Aorta dan mediastinum superior tidak melebar
Trakea di tengah
Kedua hilus tidak menebal
Corakan vaskular kedua paru baik, tidak tampak infiltrat maupun nodul
Lengkung hemidiagfragma dan sinus kostofrenikus normal
Tulang tulang kesan masih baik
Kesimpulan: tak tampak kelainan radiologis pada jantung dan paru

Uraian Pembedahan (29/1/2014)
1. Pasien posisi supine dalam GA dan kaudal anestesi. A dan antisepsis
prosedur
2. Pasang foley catheter 12 Fr, balon 6cc. Diklem
3. Dibuat jahitan tegel di glans penis, identifikasi: tampak glands bifid dengan
ukuran normal, chordee dan torsio tidak ada. OUE tidak ditemukan di
sepanjang shaft penis, urine rembes kesan sphincter tidak ada, foreskin cukup,
urethral plate kesan lebar, testis kiri dan kanan normal.
4. Dilakukan insisi sesuai desain pada urethral groove dan circumglandular.
Urethral plate dipisahkan dari corporal bodies. Dilakukan degloving penis.
5. Insersi sillastic stent pada OUE.
6. Dilakukan uretroplasti dengan teknik Modified Cantwell-Ransley
menggunakan monosy 6/0 simple interrupted.
7. Perdarahan dikontrol.
8. Jahit glands penis dan kulit sebagai second layer dengan Monosyn 5/0 simple
interrupted.
9. Luka operasi ditutup dengan antibiotic dressing dan kassa Coban.
10. Silastik stent dialirkan.
11. Operasi selesai.

V. DIAGNOSIS
Epispadia komplit post uretroplasti hari ke 6

VI. TATALAKANA
Cefixime Susp 2 x cth 1
Ikamycetin Salep pada luka operasi
Novolgin Susp 3 x cth 1

VII. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Epispadia
Epidemiologi
Epispadia merupakan diagnosis yang jarang dan biasanya dideskripsikan sebagai
bagian kompleks ekstrofi vesika.
1
Pada kasus ini, uretra terletak di dorsal, dan
klasifikasinya berdasarkan posisi.
2
Epispadia biasanya muncul sebagai kelainan
kongenital tunggal pada 1 dari 117,000 laki-laki dan 1/150,000 hingga 1/300,000
wanita.
1
Pada pasien dengan kompleks ekstrofi vesika, fokus utama terapi adalah
melindungi saluran kemih atas dan mendapatkan kapasitas vesika yang memadai.
Tampilan dan fungsi penis sering dijadikan fokus pada usia remaja. Epispadia pada
pria dan wanita dicirikan sebagai kegagalan pelat uretra membentuk tabung pada
bagian dorsum dengan lokasi cacat dari glandular hingga penopubis. Pada pasien pria
terlihat dorsal chordee dengan berbagai derajat sementara pasien wanita ditunjukkan
dengan klitoris bifid. Refluks vesikoureter biasa muncul pada kedua jenis kelamin dan
dilaporkan 35% hingga 85% pasien disebabkan oleh insersi lateral ureter ke dalam
kandung kemih.
1
Pencapaian berkemih tergantung pada tingkatan defek, dengan epispadia glandular
dan intermediate memperlihatkan mekanisme berkemih yang intak. Defek penopubik
mulai dari leher vesika, melibatkan sfingter uretra dan lurik, dan hampir selalu
mengakibatkan inkontinensia dan seringnya kapasitas kandung kemih buruk karena
resistensi jalan keluar kandung kemih yang minimal.
Inkontinensia uri dilaporkan hingga 75% pasien epispadia distal.
1
Canon dkk
3

melaporkan anak laki-laki 6 tahun dengan epispadia distal dengan inkontinensia
persisten setelah perbaikan epispadi. Mereka menemukan defek lapang dari leher
vesika sepanjang atap uretra ke meatus epispadi. Kurangnya fungsi otot polos pada
daerah tersebut mengganggu kontraktilitas dan koaptasi uretra yang mengarah ke
inkontinensia. Canon dkk memperlihatkan rekonstruksi leher vesika, termasuk eksisi
dan reaproksimasi deformitas atap uretra, dan semua pasien berhasil kembali
berkemih selama 10 tahun pemantauan lanjut.
Pada pasien wanita, inkontinensia uri hampir selalu tidak bergantung pada tingkatan
defek dan memerlukan koreksi operasi. Tujuan koreksi bedah pada pasien wanita dan
pria adalah penempatan meatus pada posisi anatomisnya dan membentuk genitalia
fungsional dengan luaran kosmetik yang baik.
1
Embriologi
Teori embriologi epispadia diperlihatkan dari eventrasi uretra dan kandung kemih
dalam kombinasi ekstrofi-epispadia, dan lokasi dorsal dari dek penis berlawanan
dengan defek ventral pada hipospadia. Terdapat 2 prinsip perkembangan kompleks
ekstrofi-epispadia. Embriologi penyakit ini tidak konsisten dengan pemberhentian
perkembangan sederhana, seperti pada hipospadia. Disamping itu, embriologi
penyakit ini berhubungan dengan inhibisi migrasi normal mesoderm ke midline dari
dinding infraumbilikal abdomen. Teori yang paling banyak diterima adalah teori
Muecke, yang mengembangkan model ekstrofi kloaka pada ayam.
4
Postulatnya
mengemukakan pada keadaan di bawah normal, ukuran mebran kloaka meregrasi
untuk membuat mesoderm memasukkan kembali aspek sentral dinding infraumbilikal
abdomen. Jika persisten, membrane kloaka besar yang abnormal tersebut berfungsi
sebagai sawar mekanik untuk mencegah migrasi mesodermal normal dan
memperbaiki perkembangan struktur dinding abdomen bawah.

Gambar 1 perubahan posisi primordial tuberkel genital normal (A) dan abnormal (B) dengan
hubungan ke membrane kloaka dan orifisum urogenital pada kompleks ekstrofi-epispadia.
Muecke menunjukkan insersi graft plastic ke primordium kloaka mencegah migrasi
mesodermal normal dan mengakibatkan ekstrofi kloaka dengan terkait falus yang
terentang. Diperkirakan falus yang terentang diakibatkan dari perkembangan aberan
lipatan genital dan menyesuaikan hemifali rudimenter di ekstrofi kloaka pada laki-
laki. Menurut Muecke, ekstrofi bisa jadi berhubungan atau tidak berhubungan dengan
falus bifida tergantung dari kemampuan asal lipatan genital ke midline pada aspek
membran kloaka persisten yang besar di cefalad.
Teori alternative diajukan oleh Thomalla dkk bahwa kompleks ekstrofi-epispadia
muncul sebagai akibat dari membukanya membrane kloaka secara premature dengan
level anatomis beragam tergantung defek klinis.
4
Mereka menunjukkan bahwa cedera
yang diinduksi laser pada membrane kloaka dapat menyebabkan ekstrofi kloaka ayam
jika cedera diinduksi cukup dini pada kehamilan. Cedera laser pada 68 jam kehamilan
dapat menyebabkan ekstrofi kloaka namun induksi pada 76 jam kehamilan tidak
menghasilkan defek ekstrofi. Teori ini konsisten dengan ahli embriologi lain yang
menemukan bahwa membrane kloaka, yang merupakan antarmuka ektodermis dan
entodermis, dapat rupture tanpa pertumbuhan mesodermal.
Lain halnya dengan Patten dan Barry, mereka menemukan perkembangan falus
epispadia berupa hubungan antara eventrasi dorsal uretra dan kandung kemih di
dalam kompleks ekstrofi-epispadia.
5
Mereka mencatat bahwa tuberkel genital secara
normal naik ke arah cephalad ke orifisum urogenital dan membawa massa padat
jaringan mesenkim, yang menjadi dinding infraumblikal abdomen. Mereka
menemukan bahwa pada epispadia, sepasang primordial tuberkulum genitalia naik ke
arah kaudal ke posisi normalnya, menyebabkan misdireksi kaudal mesodermis ke
membrane kloaka. Pada kejadian ini, dinding abdomen infraumbilikal tidak dipaksa
masuk oleh mesodermis, sehingga meninggalkan ektodermis dan entodermis
bersinggungan satu sama lain tanpa disokong layar mesodermis, sehingga situasi ini
tidak stabil dan mengakibatkan rupture membrane kloaka.
5

Diagnosis dan tatalaksana awal
Anak laki-laki biasanya terdiagnosis pada saat lahir karena tampilan karakteristik dari
uretra dorsal yang terbelah dengan dorsal chordee dan tudung kulit depan di ventral
(Gambar 2). Falus pendek karena 50% defisiensi panjang corporal.
6
Epispadia
glandular dapat tersembunyi hingga kulit depan tertarik ketika akan disirkumsisi atau
retraksi alami. Bentuk penopubis juga menunjukkan diastasis tulang puis. Epispadia
pada wanita lebih sulit ditemukan saat lahir dan sering tidak didiagnosis hingga
ditemukan keterlambatan toilet training. Inspeksi menyeluruh pada genitalia eksterna
memperlihatkan perkembangan labia minor yang tidak lengkap, uretra yang
nontubular, klitoris bifida dan mons pubis yang datar (Gambar 3).
Rekonstruksi bedah
Pada pasien wanita, tindakan bedah difokuskan pada mengembalikan kemampuan
berkemih dengan rekonstruksi bedah pada genitalia eksterna. Pada pasien laki-laki,
bedah leher vesika tidak terlalu penting, dan rekonstruksi falus lebih sering dilakukan
terpisah lebih awal. Rekonstruksi penis bertujuan untuk memperbaiki dorsal chordee
ketika mencapai panjang korpus yang paling memungkinkan. Pada pasien penopubis,
panjang penis dapat dioptimalisasi dengan meloloskan korpus kavernosum dari ramus
pubis inferior. Langkah selanjutnya diutamakan pada tubularisasi pelat uretra dengan
menempatkan meatus ke dalam glans. Beberapa teknik menunjukkan mobilisasi
lengkap pelat uretra dari korpus kavernosum dimana bagian lainnya yang menjauhi
ujung distal dilekatkan. Terakhir adalah pembuatan kulit penutup untuk laki-laki dan
membuat mons pubis dan klitoroplasti pada perempuan dilakukan untuk luaran
kosmetik (Gambar 4).

Gambar 2 Epispadia pada Laki-laki

Gambar 3 Epispadia pada wanita

Gambar 4 Epispadia pada pria setelah operasi rekonstruksi
Kerumitan perbaikan tergantung pada tingkat defek epispadi. Di samping itu, epispadia
penopubik dan pada perempuan sering memerlukan rekonstruksi leher vesika dan prosedur
kandung kemih dan kontinensia lebih lanjut. Jika ditemukan, refluks vesikouretra perlu
ditindak dengan bedah pula. Perbaikan epispadia umumnya dilakukan pada usia 6 bulan dan
1 tahun. Untuk laki-laki, banyak peneliti merekomendasikan penggunaan intramuscular atau
tertosteron topical untuk meningkatkan vaskularitas dan stimulasi pertumbuhan penis.
Perbaikan epispadia penopubik dan pada perempuan juga dapat meningkatkan kapasitas
kandung kemih dengan meningkatkan resistensi jalur keluar kandung kemih.
1
Di antara banyak teknik, teradapat 2 prinsip mayor rekonstruksi yang berbeda yang
digunakan di pusat spesialis di dunia. Teknik Cantwell-Ransley (CR) dimodifikasi
meninggalkan uretra distal menempel pada glans dan menggulingkan korpus kavernosum ke
uretra tertubularisasi. Pendekatan Mitchell-Bagli (MB)
7
dideskripsikan sebagai pembukaan
penis menjadi 3 komponen terpisah. Kedua teknik ini memiliki keuntungan dan risiko
masing-masing. Disamping pendekatan atau teknik apa yang dipakai, rekonstruksi harus
dilakukan hanya oleh dokter bedah yang berpengalaman untuk meyakinkan hasil yang
terbaik. Pascaoperasi, sangat penting untuk mengontrol nyeri dan spasme kandung kemih
untuk mencegah ekstravasasi urin dan pembentukan fistula. Anesthesia kauda atau epidural
direkomendasikan bersama dengan administrasi oxibutinin.
Teknik Cantwell-Ransley (CR) termodifikasi
Cantwell
8
memulai mengenalkan teknik ini berdasarkan mobilisasi lengkap dari pela uretra
yang kemudian ditubularisasi dan ditransplatasi secara ventral ke korpus. Ransley dkk
9
dan
peneliti lainnya
10
kemudian memodifikasi tekni Cantwell. Teknik ini berdasarkan diseksi
pelat uretra dari korpus, dengan memisahkan 2 badan korpus, kecuali bagian distal korpus
dan hemiglans, yang ditinggalkan intak untuk meyakinkan asupan darah yang lebih baik dan
mencegah pemendekan pelat. Kopus yang didiseksi dirotasi secara medial dan diamankan
pada posisinya dengan kavernosokavernostomi. Pelat uretra ditubularisasi dan ditransposisi
ke bagian ventral kopus yang dirotasi in bagian glans yang lebih dorsal.
Prinsip perbaikan CR yang dimodifikasi sama baik pada epispadia distal dan proksimal pada
pasien laki-laki. Namun, epispadia proksimal diperlukan diseksi yang dan rekonstruksi lebih
radikal. Setelah jahitan traksi diletakkan di central glans, insisi vertical dalam, berlawanan
dengan perkembangan meatus, dan glanuloplasti dibuat pada distal pelat uretra dan ditutup
secara transversal. Hal ini dapat meratakan pelat uretra distal dan membawa uretra ke ujung
falus. Lajur dengan lebar 18 mm pada mukosa uretra yang terbentang dari meatus uretra
prostatika ke ujung glans ditandai dan diinsisi pada bagian dorsal. Flap glandular tebal
dikonstruksi secara bilateral.
Kulit ventral dibawa ke bawah ke tingkat skrotum. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan
mesenterium ke pelat uretra, yang naik secara proksimal dan memanjang ke depan antara
korpus sebagai asupan darah ke pelat uretra. Korpus didiseksi secara ventral pada permukaan
fasia Buck. Bidang tersebut diikuti dengan dekat secara bilateral ke dorsal penis antara
korpus spongiosum dan badan korpus dan ligamentum suspensorium dipisahkan. Pelat uretra
didiseksi hanya di atas badan korpus ke tingkat prostat dan glans. Hal ini dilakukan untuk
meninggalkan 1 cm bagian paling distal pelat mukosa yang menempel ke glans tetap intak.
Berkas neurovascular didiseksi dan dibebaskan dari badan korpus hanya jika rotasi korpus
dari uretra tidak meluruskan penis.
Selanjutnya, badan korpus diinsisi pada titik kurvatura maksimal, meninggalkan defek
berbentuk wajik dan menutup neurouretra. Uretra yang ditempatkan ventral saat ini
diamankan di antara korpus. Sayap glans ditutup dan kulit ventral dijahiy ke ujung ventral
korona, dengan flap menutup bagian dorsal. Katup silicon ditutup dan dipasang dressing
penutup dari plastik.
11
Perbaikan epispadia dengan teknik ini terbukti baik dalam luaran
fungsi dan segi kosmetik dan mengurangi insidens komplikasi (fistula uretrokutan dan
striktur uretra).
12


Gambar 5 (A) jahitan traksi glans diletakkan pada masing-masing hemiglans dengan orientasi
transversal. (B) Bidang disekssi antara jaringan uretra dan korpus kavernosum, dengan catatan diseksi
ventral awal sudah dilakukan (C) bidang lateral diseksi memperlihatkan inter-symphyseal band
(kondensasi anterior dari diafragma pelvis). Bagian ini harus diinsisi dalam untuk dapat meletakkan
leher kandung kemih dan uretra ke posterior pelvis. (D) tampilan kros-seksional memperlihatkan
ekstensi diseksi dengan pemisahan penis lengkap dan teknik perbaikan primer pada laki-laki dengan
ekstrofi. Batas diseksi posterior untuk epispadia penopubis sama dengan ekstrofi ini lantai muscular
pelvis. (E) pemisahan penis dilakukan dengan memisahkan masing-masing badan korpus secara tajam.
Badan korpus tidak memiliki asupan darah yang terbagi (bersama). (F) tubularisasi uretra dilanjutkan
dengan penutupan leher kandung kemih. (G) badan korpus dirotasi medial. Hal ini membantu
memperbaiki chordeedan juga memindahkan berkas neurovascular ke arah yang lebih anatomis di sisi
distal.






























BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Penegakan Diagnosis
3.1.1 Anamnesis
Pasien laki laki berusia 3 tahun yang datang dengan keluhan bagian atas penis tampak
terbelah sejak lahir. Selain itu, terdapat keluhan air seni yang selalu merembes dari belahan
tersebut. Dilihat dari onsetnya, dipikirkan masalah pada pasien merupakan kelainan
kongenital. Karena adanya urin yang mengalir dari belahan tersebut, dipikirkan belahan
tersebut merupakan uretra yang tidak menutup sempurna. Selain itu letak bukaan yang ada di
bagian atas penis juga mengarahkan ke diagnosis epispadia. Adanya rembesan urin
kemungkinan disebabkan adanya keterlibatan sfinkter buli. Pada anamnesis juga dikatakan
bahwa pasien diminta menunggu hingga usia 3 tahun untuk menjalani operasi. Sebenarnya
pada literatur dikatakan bahwa ada waktu tertentu untuk melakukan operasi, hanya saja lebih
baik proses rekonstruksi telah selesai sebelum anak memasuki usia sekolah.

3.1.2 Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya luka bekas operasi di bagian dorsal penis, tampak
rembesan urine di luka bekas operasi, serta terpasang stent di OUE. Pada saat pemeriksaan
dilakukan, pasien telah menjalani prosedur uretroplasti. Pemeriksaan fisik sebelum operasi
didapatkan uretra terbuka pada bagian distal penis, tampak rembesan urine di sepanjang
bukaan uretra, dan tidak tampak deviasi penis. Dari pemeriksaan tersebut, semakin
mendukung diagnosis kearah epispadia karena adanya letak uretra di bagian dorsal penis.
Rembesan urine di sepanjang bukaan uretra menandakan adanya keterlibatan leher buli.
Tidak adanya deviasi penis menandakan tidak adanya chordee. Diagnosis epispadia komplit
sudah tepat karena pada pasien terdapat keterlibatan leher buli.

3.2 Penatalaksanaan
Pada pasien telah dilakukan uretroplasti dengan teknik Modified Cantwell-Ransley. Metode
ini memberikan hasil dengan fungsi dan estetika yang baik dibandingkan metode lain. Hal
yang perlu diperhatikan saat pasien datang kontrol adalah ada tidaknya fistula uretrokutan
dan striktur uretra.Saat ini pasien mendapat cefixime, ikamycetin salem dan novalgin.
Cefixime dan ikamycetin salep diberikan untuk mencegah infeksi pada luka operasi dan
novalgin diberikan sebagai analgetik.


DAFTAR PUSTAKA
1 Frimberger D. Diagnosis and management of epispadias. Seminars in Pediatric Surgery
(2011) 20, 85-90
2 McAninch JW. Disorders of the Penis & Male Urethra. In Tanagho EA, McAninch JW.
Smiths General Urology 17
th
Ed. McGraw-Hill Companies. 2008.p 625-40
3 Canon S, Robert R, Koff SA. Pathophysiology and management of urinary incontinence in
case of distal penile epispadias. J Urol 2008;180:2636-42.
4 Diamond DA, Ransley PG. Male Epispadias. J Urol 1995: 154: 2150-5
5 Patten, B. M. and Barry, A.: The genesis of exstrophy of the bladder and epispadias. Amer.
J. Anat., 90: 35, 1952.
6 Silver RI, Partin AW, Epstein JI, et al. Penile length in adulthood after bladder exstrophy
reconstruction. J Urol 1997;158:999-1003.
7 Mitchell ME, Bagli DJ. Complete penile disassembly for epispadias repair: The Mitchell
technique. J Urol 1996;155:300-4.
8 Cantwell FV. I. Operative treatment of epispadias by transplantation of the urethra. Ann
Surg 1995;22:689-94.
9 Cuckow P, Lopez PJ. Bladder exstrophy closure and epispadias repair. In: Spitz L, Nixon
HH, eds. Rob and Smiths Operative Surgery Pediatric Surgery. Boston, MA:
Buttersworth,2013:920-44.
10 Gearhart JP, Sciortino C, Ben-Chaim J, et al. The Cantwell-Ransley epispadias repair in
exstrophy and epispadias: Lessons learned. Urology 1995;46:92-5.
11 Frimberger D, Gearhart JP. Bladder exstrophy and Epispadias. In: Glenns Urologic
Surgery (ed 6). Philadelphia, PA: Lippincott, Williams and Wilkins, 2002:815-22.
12 Surer I, Baker LA, JeffsRD, Gearhart JP. The Modified Cantwell-Ransley Repair For
Exstrophy And Epispadias: 10-Year Experience. The Journal Of Urology. 2000:
164; 1040-3

Anda mungkin juga menyukai