Anda di halaman 1dari 6

FAKULTAS KEPERAWATAN UPH

PROFESI NERS KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)

Analisa Sintesa Tindakan Keperawatan Memasang NGT Pada Tn. K

Ttd Preseptor:
Nama Peserta didik/ NIM : Aggata Dwi Larasati / 01503200339 AST ke 1

Nama Pasien/ Usia : Tn K (62 tahun)


Tanggal Masuk RS : 8 September 2020
No. MR : SHDP 33-22-76-54 Tanggal dan Jam Tindakan : 8 September jam 14.30
Diagnosa Medis : Ileus obstruksi

No Kriteria Bobot/
NIlai
1 Diagnosa Keperawatan (PE):
Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mengabsobsi nutrisi ditandai
dengan ketidak mampuan usus menyerab makan dan mual muntah. Menurut SDKI Online
(2019)
2 Data Subjekif:
 Pasien mengatakan mual dan muntah selama 3 hari terahir
 Pasien mengatakan merasakan nyeri dengan skala nyeri 4/3 pada bagian perut sebelah
kiri dan menjalar ke semua area perut
 Pasien mengatakan seminggu sebelumnya melakukan oprasi batu ginjal sebelah kanan
dan saat pulag selang 3 hari perut terasa sakit dan penuh
 Pasien mengatakn sudah tidak napsu makan selama 3 hari terakhir
 Pasien mengatakan sudah tidak flatus selama 3 hari terakhir.
3 Data Objektif:
 GCS : E4 V5 M6
 Tingkat kesadaran Compos Mentis
 BB: 65 kg (Turun 5 kg semenjak keluar dari rumah sakit)
 TB: 176 cm
 Pupil: 2+/2+
 Hasil TTV
 TD : 130/80mmHg
 RR : 18x/mnt
 ND : 60x/mnt
 Suhu : 36,5ºc
 Inspeksi
 Abdomen pasien tampak distensi
 Tidak ada ruam pada abdomen
 Terdapak bekas oprasi di abdomen sebelah kanan
 Palpasi
 Amdomen teraba keras
 Terdapat nyeri tekan dengan skala 4 dengan skala numerik
 Perkusi
 Terdapat suara hipertimpani
 Auskultasi
 Kuadran 1 : 29, kuadran 2 : 34, kuaran 3: 44, kuadran 4 : 32
 Data penunjang
XR-Abdoemn terdapat gambaran Ileus obtruksi letak tinggi
 Terapi
pemasangan NGT, Nacl 0,9% / 8 jam, Pantroprazol 4 mg,paracetamol 1 g, dan puasa
selama masih terpasang selang NGT dan cairan masih keluar
4 Langkah-langkah Tindakan Keperawatan yang dilakukan saat praktik (bukan
menurut teori):
1. Mencuci tangan
2. Menanyakan nama dan tangal lahir di cocokan ke gelang nama
3. Menjelaskan tindakan apa yang dilakukan
4. Mempersiapkan alat
5. Menutup sampiran
6. Membuka bungkus selang NGT dan bag penampung cairan
7. Memakai sarung tangan bersih
8. Menanyakan kepada pasien lubang hidung yang paling kuat dan mengeceknya
dengan tisu yang didekatkan ke hidung pasing lalu pasien mengeluarkan udara dari
salah satu lubang hidung yang didepannya ada tisu
9. Setelah ditemukan lupang hidung yang kuat dan tidak ada hambatan maka
dilakukan pengukuran dan ujung hidung ke telinga dan dari telinga ke xiphoid
prosesus
10. Setelah menentukan panjang dan diberi tanda selanjutnya mengulung kateter tip
dan diberi rubrikan yang disedikan sepanjang kira-kira 15 cm
11. Meminta pasien untuk hiperekstensi kepala
12. Meminta pasien untuk rilex dan bernafas normal, memasuk selang sepamjamg 5-10
cm, kemudian meminta pasien untuk menundukan kepala dengan membantu
menelan
13. Sesudah NGT masuk dengan baik dan sesuai dengan tanda yang dibuat maka
lakukan fiksasi sementara selang NGT
14. Melihat bagian mulut pasien apakan NGT keluar atau tidak dan melakukan
pengecekan dengan stetoskop dengan udara yang dimasukn ke dalam siring 5 ml
(dikarenakan siring 10 ml tidak ada) yang disambungkan dengan selang NGT dan
menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara di bagian abdomen dan
didengarakan oleh 2 orang secara bergantian
15. Setelah NGT tepat berada di lambung dan dilakuakn fiksasi sempurna
16. Sesudah itu dilakukan pemasangam bag ngt untuk menampung cairan yang keluar
17. Merapikan alat dan pasien
18. Menanyakan keluhan
19. Melakukan kontrak waktu dengan pasien untuk melakukan X-ray abdomen
5 Dasar Pemikiran:
Ileus obstruktif adalah gangguan patensi lumen intestinal akibat hambatan mekanik pada
bagian distal, sehingga terjadi akumulasi isi usus pada bagian proksimal obstruksi. Ileus
obstruktif menurut lokasinya dapat dibagi menjadi dua, yaitu letak tinggi (obstruksi usus
halus) dan letak rendah (obstruksi usus besar). Penyebab terjadinya ileus obstruktif
bervariasi di mana pada obstruksi usus halus penyebab tersering adalah adhesi dan hernia,
sedangkan pada obstruksi usus besar paling sering disebabkan oleh keganasan. Sumbatan
yang terjadi pada ileus obstruktif dapat berupa sumbatan komplit maupun parsial sumbatan
pada saluran cerna didefinisikan sebagai berhentinya atau tertahannya isi saluran
cerna. Obstruksi saluran cerna dapat dibedakan menjadi dua, yaitu komplit dan inkomplit
dan dapat disebabkan oleh faktor mekanis dan faktor fungsional. Obstruksi mekanik adalah
istilah yang digunakan ketika terdapat sumbatan fisik pada lumen saluran cerna, misalnya
jaringan ikat adhesi, hernia strangulata dan penekanan dari tumor pelvis. Sebaliknya ilus
paralitik merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskribsikan gangguan motilitas
usus. Obstruksi pada usus menyebabkan terkumpulnya isi usus proksimal dari tempat
sumbatan dan menyebabkan distensi usus. Udara yang tertelan akan menyebabkan 70%
udara menjadi merepresentasikan pada saluran cerna, menyebabkan distensi ini
bertambah. Karena vena dan arteri memperdarahi usus secara tangensial, dan karena
distensi tersebut, tekanan terhadap pembuluh darah lebih cepat terjadi. Vena dengan
tekanan yang lebih kecil, lebih cepat terpengaruh dengan penurunan aliran darah pada vena.
Cairan yang berisi protein dan garam mulai keluar dari kapiler dan menyebabkan edema.
Akumulasi cairan intraluminal meningkat karena sekresi aktif dan penurunan absorpsi
sehingga sel darah merah mulai keluar dari kapiler, aliran vena kemudian
terhenti sementara aliran arteri tetap terjaga, darah terakumulasi pada dinding dan lumen
usus. Jika proses ini tetap berlanjut, integritas usus rusak dan terjadilah peritonitis. Hal
yang paling penting walaupun tidak adanya cairan atau makanan yang dimakan, volume
cairan pada saluran cerna tetap dapat bertambah. Total volume dari sekresi harian pada
saluran cerna yang normal diperkirakan sekitar 10 liter. Sebanyak 7-8 liter hilang bila
terjadi obstruksi usus. Tersumbatnya isi usus dalam ileum menyebabkan peningkatan
jumlah bakteri. Selama mukosa masih intak dan baik, bakteri tersebut tidaklah berbahaya
tetapi peningkatan tekanan intraluminal untuk waktu tertentu akan menyebabkan area
nekrosis yang menyebabkan beberapa isi usus keluar ke ruang peritoneal. Jalur utama
sepsis dari obstruksi intestinal adalah berasal dari penyerapan melalui rongga peritoneal
dan bukan melalui system limfatik atau vena. Simptom pertama dari obstruksi intestinal
yaitu kejadian tiba-tiba nyeri abdominal. Nyeri ini intermiten, dengan adanya jeda
diantaranya yang lebih lama dari rasa nyerinya sendiri. Nyeri biasanya berada di daerah
periumbilikal untuk obstruksi di bagian tengah. Muntah dapat di jumpai bersamaan dengan
mulainya nyeri dengan kemungkinan kambuh jika obstruksi terjadi. Inspeksi pada abdomen
biasa memperlihatkan distensi dari obstruksi persisten. Lingkaran usus dengan peristaltik
yang tampak mungkin dapat terlihat di bawah dinding perut pada pasien yang sangat kurus.
Suara dengan nada tinggi, suara seperti gesekan besi merupakan karakteristik dari obstruksi
dan kadang dapat didengar tanpa menggunakan stetoskop. Suara ini melambangkan
terdapat air dan udara. Motilitas dengan semburan yang hebat dari peristaltic terjadi
dibagian proksimal dari obstruksi. Durasi dari interval diam diantara semburan dan
peristaltik mungkin menunjukkan tingkat obstruksi, pada obstruksi bagian tinggi waktu
jedanya mungkin antara 3 sampai 5 menit, dimana pada obstruksi bagian rendah waktu
jedanya mungkin terjadi antara 10 sampai 15 menit. Saat dilakukan pemeriksaan X-ray
menunjukkan lingkaran distensi dari usus dengan airfluid level, dimana sebagian besar
lingkaran usus kecil yang dilatasi berisi gas dalam usus besar biasanya ditemukan pada
ileus adinamik. Oleh karena penjelasan diatas maka dilakukan pemasangan NGT untuk
mengeluarkan cairan dalam abdomen. Ratna (2015).
6 Analisa Tindakan Keperawatan:
Menurut Pramana, Darmayanti, Munawaroh (2019) bahwa pemasangan NGT
menggunakan prinsip tindakan bersih dan tindakan pemasangan NGT pada pasin sudah
cukup untuk menggeluarkan cairan pada abdomen pasien.
7 Bahaya yang dapat terjadi? (Komponen Bahaya dan Pencegahan)
Bahaya:
 Jika pasien mengalami tanda-tanda batuk, stridor, sianosis, dan gejala-gejala distres
napas, tarik selang NGT beberapa sentimeter, putar sedikit, kemudian dorong secara
perlahan-lahan, minta pasien untuk menelan kembali sampai tanda yang sudah
ditentukan.
 Jika terdapat tahanan terutama di nasofaring jangan dipaksakan mendorong selang NGT
minta pasien untuk menurunkan kepalanya untuk menutup akses ke trakea serta
membuka akses ke esofagus. Saat tahanan berkurang, minta pasien untuk menelan.
 Bila muncul respon muntah saat memasukan selang NGT, dorong ke belakang dahi dan
anjurkan pasien untuk membantu menelan akan membuat epiglotis menutup dan
mempermudah masuknya selang NGT.
8 Hasil yang didapat:
S: pasien mengatakan area perut sudah lebih nyaman dan merasa sedikit kosong
O: abdomen terlihat sedikit mengecil dan kantong yang tersambung pada selang NGT
sudah berisi cairan yang berwarna coklat kehijuan dan tetap mengalir selama dilakukan
evaluasi
A: masalah resiko defusi nutrisi belum teratasi
S: lanjutkan intervensi
- Tetap memasang selang NGT
- Puasa
- Dan pemberian Nacl 0,9% / 8 jam
9 Evaluasi Diri:
Saya merasa sudah benar saat melakukan tindakan pemasangan NGT saya sudah mengikuti
SOP sesuai apa yang diajarkan. Tapi saya masih kurang berkomunikasi dengan pasien
dikarenakan pasien sudah mengerti bagaimana caranya dalam memasang NGT sehingga
saya sangat minim dalam berkomunikasi dengan pasien. Selanjutnya saya akan
memperbaiki dengan cara tetap berkomunikasi dengan baik walaupun pasien sudah
mengetahui cara pemasangan NGT. Saya juga masih salah dalam penggunaan siring yang
seharusnya menggunakan siring 10 cc tapi saya menggunakan siring 5 cc, saya akan
memperbaiki untuk mencari siring 10 cc terlebih dahulu.
10 Daftar Pustaka (APA style):
Indrayani Novi Margaretha.(2012). DIAGNOSIS DAN TATA LAKSANA ILEUS
OBSTRUKTIF. Jurnal Ilmu Bedah Fakultas kedokteran Universitas Udayana.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5113/3903/ (Diakses tanggal 9
september 2020 pukul 14.30 WITA )
Kresnawati Dwi. (2013). KOMPLIKASI PEMASANGAN PIPA NASOGASTRIK DAN
PENANGANANNYA. Jurnal Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/7335/5554/ (Diakses tanggal 9
September 2020 pukul 17.00 WITA)
Pramana Yuli Triyanta, Darmayani Aritantri, Munawaroh Siti. (2019). KETERAMPILAN
PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE (NGT). FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA . http://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-
content/uploads/2019/02/smt-4-MANUAL-PEMASANGAN-NGT-2019.pdf (Diakses
tanggal 9 September 2020 Pukul 18.00 WITA)
Sari Dewi Puspita Ratna. (2016). Distensi Abdomen Suspek PseudoObstruksi (Sindroma
Ogilvie. Jurnal Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.
http://fk.unila.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/12.pdf (Diakses tanggal 9 September
2020 pukul 15.00 WITA )
SDKI - Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia online.(2019). https://snars.web.id/
(Diakses tanggal 9 september 2020 pukul 13.00 WITA)

Total

Anda mungkin juga menyukai