Anda di halaman 1dari 39

WRAP UP SKENARIO 3

BLOK GASTROINTESTINAL
PERUT KEMBUNG

KELOMPOK A-13

Ketua :Bagas Anindito 1102015044


Sekretaris :Jihan Putri M 1102017117
Anggota : Aindana Khoirunnisa 1102014009
Alya Rihhadatul Fano 1102017019
Callista Adine Limarta 1102017054
Dwi Alma Salsabilla 1102017075
Elsya Veransa Hartoyo 1102017078
Khadijah Asysyifaa Delavega 1102017123
Istiqomah Hidayati 1102015106

FAKULTAS KEDOKTERAN 2017/2018


UNIVERSITAS YARSI
Jalan Letjen. Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp. 62.21.4244574 Fax.62.21.4244
DAFTAR ISI
SKENARIO......................................................................................................................2
KATA SULIT.....................................................................................................................3
BRAINSTORMING...........................................................................................................4
HIPOTESIS......................................................................................................................6
SASARAN BELAJAR.........................................................................................................7
LI 1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI USUS HALUS DAN USUS BESAR..........8
LO.1.1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI MAKROSKOPIS................................................8
LO.1.2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI MIKSROSKOPIS..............................................10
LI 2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FISIOLOGI SALURAN PENCERNAAN BAWAH.....13
LI 3. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ILEUS OBSTRUKTIF...........................................17
LO 3.1. DEFINISI..............................................................................................................17
LO 3.2. ETIOLOGI.............................................................................................................17
LO 3.3. EPIDEMIOLOGI......................................................................................................22
LO 3.4. KLASIFIKASI..........................................................................................................23
LO 3.5. PATOFISIOLOGI.....................................................................................................23
LO 3.6. MANIFESTASI KLINIS..............................................................................................25
LO 3.7. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING.......................................................................26
LO 3.8. TATALAKSANA.......................................................................................................29
LO 3.9. KOMPLIKASI.........................................................................................................32
LO 3.10. PROGNOSIS........................................................................................................33
LO 3.11. PENCEGAHAN.....................................................................................................33
LI 4. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PANDANGAN ISLAM TENTANG TINDAKAN
OPERASI.......................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................37

1
SKENARIO

PERUT KEMBUNG
Seorang pria, 40 tahun, datang ke dokter dengan keluhan perut kembung
disertai dengan muntah,nyeri perut,tidak bisa buang angin dan tidak bisa buang air
besar sejak 1 hari yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik terlihat distensi abdomen, pemeriksaan colok
dubur di dapatkan tonus spincter ani baik, ampula kolaps,serta tidak di temukan
feses, lender dan darah. Untuk memastikan diagnosis di lakukan pemeriksaan
radiologi foto polos abdomen dan BNO 3 posisi. Kemuadian dokter
merencanakan untuk melakukan tindakan operasi. Pasien bersedia dilakukan
tindakan operasi karena tidak bertentangan dengan ajaran islam.

2
Kata Sulit

1. Distensi Abdomen : Pelebaran abdomen


2. Ampula Kolaps : Kolapsnya keseimbangan dinamis
3. Tonus Spincter Ani : Kekuatan kontraksi spincter ani
4. BNO 3 posisi : Foto di daerah abdomen untuk melihat traktus
urinarius sampai kandung kemis dengan 3 posisi yaitu abdomen
supine,abdomen setengah duduk, dan abdomen LLD( left lateral decubitus).

3
Brainstorming

1. Mengapa pasien tidak bisa buang air besar dan buang angin?
2. Apa yang menyebabkan pasien muntah dan perut kembung?
3. Apa saja ciri ciri pemeriksaan fisisk agar terlihat distensi abdomen?
4. Apa diagnosis sementara kasus ini?
5. Mengapa terjadi distensi abdomen?
6. Indikasi apa yang harus dilakukan unruk tindakan operasi?
7. Apa yang terlihat pada foto polos abdomen?
8. Apa penyebab ampula kolaps?
9. Bagaimana menurut pandangan islam tentang tindakan operasi?
10. Mengapa dilakukan pemeriksaan colok dubur?
11. Pemeriksaan penunjang apa untuk menegakan diagnosis?
12. Tatalaksana apa saja yang bisa di berikan selain operasi?
13. Komplikasi dari penyakit ini?
14. Mengapa pada pemeriksaan colok dubur tidak di temukan feses,lendir,dan
darah?

Jawaban :
1. Karena adanya penyumbatan saluran cerna bagian bawah.
2. - kembung karena obstruksi dapat menyebabkan penyakit.

4
- Muntah karena terjadi distensi abdomen merangsang metabolism anal
peristaltic yang gerakannya bergerak naik kea rah duodenum dan gaster
Sebagian isi usus akan terdorong ke atas sehingga duodenum & gaster
akan meregang menimbulkan siyal pencetus muntah yang akan di
kirimkan ke pusar muntah.
3. - Pada ibspeksi tidak simetris pada dindng abdomen gerakan peristaltic
meningkat dan dilatasi terlihat abdomen membuncit
- Pada auskultasi suara bising usus akan meningkat di sebut borborigmi dan juga
di dapatkan suara metallic sound
4. Obstruksi usus
5. Karena adanya penyumbatan di bagian saluran cerna bawah (usus halus )
Makanan tidak bisa melewati bagian yang menyumbat penumpukan
bagian proximal serta gas dan cairan akan tertahan. karena makanan
terhambat bakteri an aerob akan tumbuh baik bakteri anaeorob
menghasilkan gas distensi abdomen penurunan pengaliran cairan
dan elektrolit kedalam darah semakin menumpuk.
6. – jika sudah ada obstruksi dan terapi suportif tidak memadai
- Jika pada pemeriksaan fisik dan lab konsisten menunjukan peritonitis
- Jikapada foto polos abdomen di temukan gambaran pneumoperitoneum
- Adanya strangulasi (bstruksi pada usus dan pembuluh darah)
7. - Gambaran radiolusen karena adanya penumpukan gas
- Kelok kelok usus yang juga melebar terdapat gambaran batas cairan (fluid
level) jelas.
8. Penekana dari perut karena feses tidak keluar ampula kolaps.
9. - Boleh, karena berobat dan mencegah kemudaratan dalam keadaan darurat
diperbolehkan.
- Jika niatnya karena berobat dan motivasinya untuk pengobatan maka di
bolehkan, operasi medis di anggap upaya menjaga kehidupn dan
menghindari mufsadah yang tercakup dalan quran (al-maidah:32)
10. - Untuk menegakan diagnosis apakah adanya kerusakan fisiologis anus /
obstruksu saluran cerna.
- Adanya hemmoroid
11. USG, MRI,CT-SCAN, BNO 3 posisi
12. Tatalaksana: rehidrasi cairan dan elektrolit , NGT
Farmako: obat Pereda nyeri
13. - Karena distensi dinding usus halus robek nekrosis dan peritonitis
- Septik kemia
14. Karena adanya penyumbatan saluran cerna bagian bawah

Hipotesis

Sumbatan pada saluran digestivus disebabkan oleh berbagai macam hal baik
mekanis maupun pseudobstruksi yang menyebabkan distensi di bagian proksimal
dan kolaps dibagian distal. Distensi menyebabkan reflex muntah. rangsangan
n.vagus dan kolaps menurunkan tonus dan peristaltik sehingga pasien mengalami

5
keluhan obstipasi, kolik, muntah, dan distensi abdomen. Pasien diduga
mengalami ileus obstruktif.

Sasaran Belajar

SASARAN BELAJAR
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Pencernaan bawah
LO 1.1. Makroskopis
LO 1.2. Mikroskopis

6
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Usus
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Ileus Obstruktif
LO 3.1. Definisi
LO 3.2. Etiologi
LO 3.3. Epidemiologi
LO 3.4. Klasifikasi
LO 3.5. Patofisiologi
LO 3.6. Manifestasi Klinis
LO 3.7. Diagnosis dan Diagnosis Banding
LO 3.8. Tatalaksana
LO 3.9. Komplikasi
LO 3.10. Prognosis
LO 3.11. Pencegahan
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Tentang Tindakan Operasi

7
LI 1. Memahami dan menjelaskan Anatomi usus halus dan usus besar

LO.1.1 Memahami dan menjelaskan anatomi makroskopis

Struktur usus halus terdiri dari bagian-bagian berikut ini:

A. Duodenum: bentuknya melengkung seperti kuku kuda. Pada lengkungan ini


terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum merupakan tempat
bermuaranya saluran empedu (duktus koledokus) dan saluran pankreas
(duktus pankreatikus), tempat ini dinamakan papilla vateri. Dinding
duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar
brunner untuk memproduksi getah intestinum. Panjang duodenum sekitar 25
cm, mulai dari pilorus sampai jejunum.

8
B. Jejunum: Panjangnya 2-3 meter dan berkelok-kelok, terletak di sebelah kiri
atas intestinum minor. Dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk
kipas (mesentrium) memungkinkan keluar masuknya arteri dan vena
mesentrika superior, pembuluh limfe, dan saraf ke ruang antara lapisan
peritoneum. Penampang jejunum lebih lebar, dindingnya lebih tebal, dan
banyak mengandung pembuluh darah.

C. Ileum: ujung batas antara ileum dan jejunum tidak jelas, panjangnya ±4-5 m.
Ileum merupakan usus halus yang terletak di sebelah kanan bawah
berhubungan dengan sekum dengan perantaraan lubang orifisium ileosekalis
yang diperkuat sfingter dan katup valvula ceicalis (valvula bauchini) yang
berfungsi mencegah cairan dalam kolon agar tidak masuk lagi ke dalam ileum.
Struktur usus besar

Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki
(sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalisani. Diameter usus
besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar
6,5 cm), tetapi makin dekat anus diameternya semakin kecil.

Lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar adalah selaput lendir, lapisan otot
yang memanjang, dan jaringan ikat. Ukurannya lebih besar daripada usus halus,
mukosanya lebih halus daripada usus halus dan tidak memiliki vili. Serabut otot
longitudinal dalam muskulus ekterna membentuk tiga pita, taenia coli yang
menarik kolon menjadi kantong-kantong besar yang disebut dengan haustra.
Dibagian bawah terdapat katup ileosekal yaitu katup antara usus halus dan usus
besar. Katup ini tertutup dan akan terbuka untuk merespon gelombang peristaltik
sehingga memungkinkan kimus mengalir 15 ml masuk dan total aliran sebanyak
500 ml/hari.

Bagian-bagian usus besar terdiri dari :

A. Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area katup


ileosekal apendiks. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang
melekat pada ujung sekum. Apendiks vermiform, suatu tabung buntu yang
sempit yang berisi jaringan limfoit, menonjol dari ujung sekum.
B. Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki
tiga divisi.
1. Kolon ascenden : merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di
sebelah kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.
2. Kolon transversum: merentang menyilang abdomen di bawah hati dan
lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke bawah
fleksura splenik.

9
3. Kolon desenden : merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi
kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.
C. Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12-13
cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus.
VASKULARISASI DAN INERVASI

1. Arteriae : berasal dari A.mesentrica superior, cabang –


cabangnyamembentuk anyaman yaitu arcade jejunalis da ilei A.ileocolica
menujubagian bawah ileum
2. Vena : senama dengan arteri
3. Inervasi : simpatis dan parasimpatis berasal dari N. Vagus dari
plexusmesentricus superior.

LO.1.2 Memahami dan menjelaskan anatomi miksroskopis


Duodenum, Jejunum dan Illeum

Usus Halus

10
Usus halus relatif panjang – kira-kira 6 m – dan ini memungkinkan kontak yang
lama antara makanan dan enzim-enzim pencernaan serta antara hasil-hasil
pencernaan dan sel-sel absorptif epitel pembatas. Usus halus terdiri atas 3 segmen:
duodenum, jejunum, dan ileum.

Membran mukosa usus halus menunjukkan sederetan lipatan permanen yang


disebut plika sirkularis atau valvula Kerkringi. Pada membran mukosa terdapat
lubang kecil yang merupakan muara kelenjar tubulosa simpleks yang dinamakan
kelenjar intestinal (kriptus atau kelenjar Lieberkuhn). Kelenjar intestinal
mempunyai epitel pembatas usus halus dan sel-sel goblet (bagian atas).

Mukosa usus halus dibatasi oleh beberapa jenis sel, yang paling banyak adalah sel
epitel toraks (absorptif), sel paneth, dan sel-sel yang mengsekresi polipeptida
endokrin.

1. Sel toraks adalah sel-sel absorptif yang ditandai oleh adanya permukaan
apikal yang mengalami spesialisasi yang dinamakan ”striated border” yang
tersusun atas mikrovili. Mikrovili mempunyai fungsi fisiologis yang
penting karena sangat menambah permukaan kontak usus halus dengan
makanan. Striated border merupakan tempat aktivitas enzim disakaridase
usus halus. Enzim ini terikat pada mikrovili, menghidrolisis disakarida
menjadi monosakarida, sehingga mudah diabsorbsi. Di tempat yang sama
diduga terdapat enzim dipeptidase yang menghidrolisis dipeptida menjadi
unsur-unsur asam aminonya. Fungsi sel toraks usus halus lebih penting
adalah mengabsorbsi zat-zat yang dihasilkan pada proses pencernaan.
2. Sel-sel goblet terletak terselip diantara sel-sel absorpsi, jumlahnya lebih
sedikit dalam duodenum dan bertambah bila mencapai ileum. Sel goblet
menghasilkan glikoprotein asam yang fungsi utamanya melindungi dan
melumasi mukosa pembatas usus halus.
3. Sel-sel Paneth (makrofag) pada bagian basal kelenjar intestinal merupakan
sel eksokrin serosa yang mensintesis lisosim yang memiliki aktivitas
antibakteri dan memegang peranan dalam mengawasi flora usus halus.
4. Sel-sel endokrin saluran pencernaan. Hormon-hormon saluran pencernaan
antara lain: sekretin, dan kolesistokinin (CCK). Sekretin berperan sekresi
cairan pankreas dan bikarbonat. Kolesistokinin berperan merangsang
kontraksi kandung empedu dan sekresi enzim pankreas. Dengan demikian,
aktivitas sistem pencernaan diregulasi oleh sistem saraf dan hormon-
hormon peptida.
Lamina propria sampai serosa

Lamina propria usus halus terdiri atas jaringan penyambung jarang dan pembuluh
darah dan limfe, serabut-serabut saraf, dan sel-sel otot polos. Tepat di bawah
membrana basalis, terdapat lapisan kontinyu sel-sel limfoid penghasil antibodi

11
dan makrofag, membentuk sawar imunologik pada daerah ini. Lamina propria
menembus ke dalam inti vili usus, bersama dengan pembuluh darah dan limfe,
saraf, jaringan penyambung, miofibroblas, dan sel-sel otot polos. Bercak PEYERI
(Peyer’s path).

Submukosa pada bagian permulaan duodenum terdapat kelenjar-kelenjar tubulosa


bercabang, bergelung yang bernuara ke dalam kelenjar intestinal yang disebut
kelenjar duodenum (Brunner), yang berfungsi menghasilkan glikoprotein netral
untuk menetralkan HCl lambung, melindungi mukosa duodenum terhadap
pengaruh asam getah lambung, dan mengubah isi usus halus ke pH optimal untuk
kerja enzim-enzim penkreas. Sel-sel kelenjar Brunner mengandung uragastron
yaitu suatu hormon yang menghambat sekresi asam klorida lambung.

Disamping kelenjar duodenum, submukosa usus halus sering mengandung


nodulus limfatikus. Pengelompokkan nodulus ini membentuk struktur yang
dinamakan bercak Peyer.

Usus besar terdiri atas membran mukosa tanpa lipatan kecuali pada bagian
distalnya (rektum) dan tidak terdapat vili usus. Epitel yang membatasi adalah
toraks dan mempunyai daerah kutikula tipis. Fungsi utama usus besar adalah:

1. untuk absorpsi air dan

2. pembentukan massa feses,

3. pemberian mukus dan pelumasan permukaan mukosa, dengan demikian banyak


sel goblet.

Lamina propria kaya akan sel-sel limfoid dan nodulus limfatikus. Nodulus sering
menyebar ke dalam dan menginvasi submukosa. Pada bagian bebas kolon, lapisan
serosa ditandai oleh suatu tonjolan pedunkulosa yang terdiri atas jaringan adiposa
– appendices epiploidices (usus buntu).

Pada daerah anus, membran mukosa mempunyai sekelompok lipatan longitudinal,


collum rectails Morgagni. Sekitar 2 cm di atas lubang anus mukosa usus diganti
oleh epitel berlapis gepeng. Pada daerah ini, lamina propria mengandung pleksus
vena-vena besar yang bila melebar berlebihan dan mengalami varikosa
mengakibtakan hemoroid.

12
Appendix merupakan diverticulum kecil langsing dan buntu yang berasal dari
caecum. Dalam potongan melintang, lumennya sempit dan biasanya dengan batas
yang tidak teratur, sering mengandung debris sel dan dapat menyumbat seluruh
lumen appendix. Epitel permukaan terutama tersusun oleh sel silindris dengan
striated border, dan sel gobletnya sedikit. Di dalam kriptus, terdapat sedikit sel
Paneth, dan banyak sel enteroendokrin. Muscularis mucosa biasanya tidak
sempurna. Submukosa tebal dan mengandung pembuluh darah dan saraf, dan
muscularisnya tipis tetapi masih memperlihatkan kedua lapisan. Tunica serosa
identik dengan yang meliputi usus lainnya.

Appendix seringkali menjadi tempat peradangan akut dan kronik, sehingga sukar
mendapatkan appendix yang normal. Biasanya terdapat eosinofil dan neutrofil
dalam lamina propria dan submucosa. Dalam jumlah banyak, eosinofil dan
neutrofil berturut-turut menunjukkan adanya infeksi menahun dan infeksi akut.

13
LI 2. Memahami dan menjelaskan Fisiologi Saluran Pencernaan Bawah

Fisiologi Usus Halus (intestinum minor)


Usus halus mempunyai 2 fungsi utama pencernaan dan absorbsi bahan-bahan
nutrisi dan air. Semua akitivitas lainnya mengatur atau mempermudah
berlangsungnya proses ini. Proses pencernaan ini dimulai dari mulut dan lambung
oleh kerja ptialin, asam klorida dan pepsin terhadap makanan yang masuk. Proses
dilanjutkan didalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang
menghidrolisis karbohidrat, lemak dan protein menjadi zat-zat yang lebih
sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas membantu menetralkan
asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim-enzim. Sekresi empedu dan
hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan permukaan yang lebih
luas bagi kerja lipase pankreas.

Kerja empedu terjadi sebagai akibat dari sifat deterjen asam-asam empedu yang
dapat melarutkan zat-zat lemak dengan membentuk misel. Misel merupakan
agregat asam empedu dan molekul-molekul. Lemak membentuk inti hidrofobik,
sedangkan asam empedu karena merupakan molekul polar, membentuk
permukaan misel dengan ujung hidrofobik mengarah ke dalam dan ujung
hidrofilik menghadap keluar menuju medium cair. Bagian sentral misel juga
melarutkan vitamin-vitamin larut lemak dan kolesterol. Jadi asam-asam lemak
bebas, gliserida dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak dipertahankan dalam
larutan sampai mereka dapat di absorbsi oleh permukaan sel epitel.

Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus
enteriukus). Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat pada brush border vili dan
mencernakan zat-zat makanan sambil diabsorbsi. Enzim-enzim utama pencernaan
adalah kelenjar ludah menghasilkan amylase (ptyalin) ludah; kelenjar ludah
menghasilkan pepsin dan lipase lambung; mukosa duodenum menghasilkan
enterokinase; kelenjar eksokrin pankreas menghasilkan tripsin, kemotripsin,
karbosipeptidase, nuclase, lipase pankreas; amilase pankreas; hati menghasilkan
asam empedu (bukan enzim), kelenjar usus menghasilkan aminopeptidase,
dipeptidase, maltase, lactase, sukrosa, lipase usus, nucleotidase.

Dua hormon penting dalam pengaturan usus. Lemak yang bersentuhan dengan
mukosa duodenum menyebabkan kontraksi kantong empedu yang diperantarai
oleh kerja kolesistokinin. Hasil-hasil pencemaan tak lengkap yang bersentuhan
dengan mukosa duodenum, merangsang sekresi getah pankreas yang kaya akan
enzim; hal ini diperantarai oleh kerja pankreozimin.

Parikreozimin dan kolesistokinin sekarang diduga merupakan satu hormon yang


sama, yang mempunyai efek berbeda, hurmon ini dinamakan CCK (beberapa
buku teks menyebut hormon ini CCK-PZ). Hormon ini dihasilkan oleh mukosa
duodenum. Asam yang bersentuhan dengan mukosa usus menyebabkan
dikeluarkan hormon lain, sekretin dan jumlah yang keluarkan sebanding dengan

14
asam yang mengalir melalui duodenum. Sekretin merangsang sekresi getah yang
mengandung bikarbonat dari pankreas, dan empedu dari hati. Sekretin
memperbesar kerja CCK. Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat
yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus, dan
pergerakkan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lain dengan
kecepatan yang sesuai untuk absorbsi optimal dan suplai kontinue isi lambung.

Absorbsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pengamatan karbohidrat, lemak dan


protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan asam-asam amino) melalui
dindirig usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel- sel tubuh.
Selain itu air, elektrolit dan vitamin juga diabsorbsi. Absorbsi berbagai zat
berlangsung dengan mekanisme transpor aktif dan pasif yang sebagian besar
kurang dimengerti.

Besi dan kalsium sebagian besar diabsorbsi dalam duodenum dan abscrbsi
kalsium memerlukan vitamin D, vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E dan K)
diabsorbsi dalam duodenum dan memerlukan garam-garam empedu. Asam folat
dan vitamin-vitamin lain yang larut dalam air juga diabsorbsi di duodenum.
Absorbsi gula, asam-asam amino dan lemak sebagian besar diselesaikan
menjelang kimus mencapai jejunum. Absorbsivitamin B12 berlangsung pda ileum
terminal melalui mekanisme transport khusus yang memerlukan faktor intrinsik
lambung. Sebagian besar asam-asam empedu yang dikeluarkan oleh kandung
empedu ke dalam duodenum untuk membantu pencernaan lemak, akan diabsorbsi
pada ileum terminal dan masuk kembali ke hati. Siklus ini dinamakan sirkulasi
enterohepatik garam-garam empedu dan sangat penting dalam mempertahankan
cadangan empedu.

Dengan demikian asam-asam atau garam-garam empedu mampu bekerja


mencenakan leniak berkali-kali sebelum dikeluarkan dalam feses.

Penyakit atau reseksi ileum terminal dapat menyebabkan deifisiensi garam-garam


empedu dan mengganggu pencernaan lemak. Masuknya garam- garam empedu
dalam jumlah besar ke dalam kolon menyebabkan iritasi kolon dan diare.

Fisiologi Usus Besar


Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses
akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan
elektrolit, yang sudah nampir lengkap pada kolon. bagian kanan. Kolon sigmoid
berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi
sampai defekasi berlangsung. Bila jumlah ini dilampaui, misalnya karena adanya
kiriman yang berlebihan dan ileum, maka akan terjadi diare.

Berat akhir feses yang dikeluarkan per hari sekitar 200 g, 75% diantaranya berupa
air. Sisanya terdiri dari residu makanan yang tidak diabsorpsi, bakteri, sel epitel
yang mengelupas, dan mineral yang tidak diabsorbsi.

15
Sedikitnya pencernaan yang terjadi di usus besar terutama diakibatkan oleh
bakteri dan bukan karena kerja enzim. Usus besar mengsekresikan mucus alkali
yang tidak mengandung enzim. Mukus ini bekerja untuk melumasi dan
melindungi mukosa.

Bakteri usus besar munsintesis vitamin K. dan beberapa vitamin B. Pembusukan


oleh bakteri dari sisa-sisa protein menjadi asam amino dan zat- zat yang lebih
sederhana seperti peptida, indol, skatol, fenol dan asam lemak.

Pembentukan berbagai gas seperti NH3, CO2, H2 dan CH4 membantu


pembentukan flatus di kolon. Beberapa subtansi ini dikeluarkan dalam feses,
sedangkan zat lainnya diabsorpsi dan diangkut ke hati di mana zat-zat ini akan
diubah manjadi senyawa yzng kurang toksik dan diekskresikan melalui kemih.
Fermentasi bakteri pada sisa karbohidrat juga melepaskan CO2 , H2 dan CH4
yang merupakan komponen flatus. Dalam sehari secara normal dihasilkan sekitar
1.000 ml flatus. Kelebihan gas dapat terjadi pada aerofagia (menelan udara secara
berlebihan) dan pada peningkatan gas di dalam lumenusus, yang biasanya
berkaitan dengan jenis makanan yang dimakan. Makanan yang mudah
membentuk gas seperti kacang-kacangan mengandung banyakkarbohidrat yang
tidak dapat dicerna.

Pada umumnya, pergerakan usus besar adalah lambat. Pergerakan usus besar yarg
khas adalah gerakan mengaduk haustra. Kantong-kantong atau haustra teregang
dan dari waktu ke waktu otot sirkular akan berkontrasi untuk mengosongkannya.
Pergerakannya tidak progresif, tetapi menyebabkan isi usus bergerak bolak-balik
dan meremas-remas sehingga memberi cukup waktu untuk absorbsi.
Terdapat dua jenis peristaltik propulsif;
1. Kontraksi lamban dan tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan
bergerak ke depan, menyumbat beberapa haustra, dan
2. Penstaltik massa, merupakan kontraksi yang mengbatkan segmen kolon.
Gerakan peristaltik ini menggerakkan massa feses ke depan, akhirnya
merangsang defekasi. Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan
dirangsang oleh refleks gastrokolik setelah makan, khususnya setelah makanan
pertama masuk pada hari itu.

Fisiologi Defekasi
Propulsi feses ke rektum mengakibatkan distensi dinding rektum dan merangsang
refleks defekasi. Defekasi dikendalikan oleh stingier ani eksterna dan interna.
Sfingter interna dikendalikan oleh sistem saraf otonom, dan sfingter eksterna
berada di bawah kontrol volunter. Refleks defekasi terintegrasi pada segmen
sakralis kedua dan keempat dari medula spinalis.

Serabut-serabut parasimpatis mencapai rektum melalui saraf splangnikus panggul


dan bertanggung jawab atas kontraksi rektum dan relaksasi sfingter interna. Pada
waktu rektum yang mengalami distensi -berkontraksi, otot levator ani berelaksasi,
sehingga menyebabkan sudut dan anulus anorektal menghilang. Otot-otot sfingter
intema dan ekstema berelaksasi pada waktu anus tertarik atas melebihi tinggi

16
massa feses. Defekasi dipercepat dengan adanya peningkatan tekanan
intraabdomen yang terjadi akibat kontraksi volunter otot-otot dada dengan glotis
ditutup, dan kontraksi secara terus- menerus dari otol-otot abdomen (menuver ata'i
peregangan valsava). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi volunter otot-otot
sfingtcr ekstema dan levator ani. Dinding rektum secara bertahap akan relaks, dan
keinginan untuk berdefekasi menghilang. Kelainan dari proses defekasi adalah
konstipasi dan diare. Konstipasi terjadi karena kegagalan pengosongan rektum
saal terjadi peristaltik massa.

LI 3. Memahami dan Menjelaskan Ileus Obstruktif

LO 3.1. Definisi
Obstruksi usus adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa
disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan
kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau
kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrosis
segmen usus tersebut.
Obstruksi usus atau Ileus menurut Sjamsuhidajat (1997) adalah obstruksi
saluran cerna tinggi artinya disertai dengan pengeluaran banyak aliran cairan dan
elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral dari obstruksi obstruksi maupun
oleh muntah.
Obstruksi Intestinal (Ileus) adalah gangguan pasase dari isi usus akibat
sumbatan sehingga terjadi penumpukkan cairan dan udara di bagian proksimal
dari sumbatan tersebut.
Akibat sumbatan tersebut, terjadi peningkatan tekanan intraluminer dan terjadi
gangguan resorbsi usus serta meningkatnya sekresi usus. Ditambah adanya
muntah akibat suatu refluks obstruksi maupun karena regurgitasi dari lambung
yang penuh mengakibatkan terjadi dehidrasi, febris dan syok.

LO 3.2. Etiologi
Berdasarkan mekanisme terjadinya obstruksi, maka obstruksi mekanik
dapat dibagi menjadi :
A. Obstruksi pada lumen usus (Intra luminer)
1. Polipoid tumor
2. Intussusception

17
3. Gaelstone Ileus
4. Feces, meconium bezoar (pada bayi)
B. Kelainan pada dinding usus (Intra mural), kebanyakan kongenital
Pada bayi :
1. Atresia
2. Stenosis
3. Duplikasi
Pada penderita dewasa :
1. Neoplasma
2. Keradangan
3. Crohn disease
4. Post radiasi
5. Sambungan usus
C. Kelainan di luar usus (Extra luminer)
1. Adhesion (perlengketan)
2. Hernia eksterna
3. Neoplasma
4. Abses

1. Adhesi
Adhesi umumnya berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis
setempat atau umum, atau pasca operasi. Adhesi dapat berupa perlengketan
dalam bentuk tunggal maupun multiple dan dapat setempat maupun luas.
Sering juga ditemukan adhesi yang berbentuk pita. Pada operasi perlengketan
dilepaskan dan pita dipotong agar pasase usus pulih kembali

Adhesi yang kambuh mungkin akan menjadi masalah besar. Setelah berulang
3x, resiko kambuhnya menjadi 50%. Pada kasus seperti ini diadakan
pendekatan konservatif karena walaupun pembedahan akan memperbaiki
pasase, obtruksi kemungkinan beasar akan kambuh lagi dalam waktu singkat.

2. Hernia inkarserata
Obstruksi akibat hernia inkarserata pada anak dapat di kelola secara konseratif
dengan posisi tidur Trendelenburg. Jika tidak berhasil dalam waktu 8 jam,
harus dilakukan herniotomi segera. Bila terdapat suatu defek pada dinding
rongga perut, maka akibat tekanan intraabdominal yang meninggi, suatu alat
tubuh dapat terdorong keluar melalui defek itu. Misalnya : sebagian lambung
dapat terdesak keluar ke rongga perut melalui suatu defek pada diafragma
masuk ke dalam rongga dada. Hernia yang tidak tampak dari luar disebut
“internal hernia”. Ditemukan lebih banyak “ekterna hernia”, yaitu yang
tampak dari luar seperti hernia umbilical, hernia inguinal, dan hernia femoral.

Jika liang hernia cukup besar maka isi usus dapat didorong masuk lagi dan
disebut reponibel, jika tidak dapat masuk lagi disebut incarcerata. Pada
keadaan ini terjadi bendungan pembuluh-pembuluh darah yang disebut dengan
strangulasi. Akibat gangguan sirkulasi darah akan terjadi kematian jaringan

18
setempat yang disebut infark. Hernia yang menunjukkan strangulasi pembuluh
darah dan tanda-tanda incarcerata akan menimbulkan gejala-gejala ileus.

3. Askariasis
Kebanyakan cacing askariasis hidup diusus halus bagian yeyenum, jumlahnya
biasanya mencapai puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi dapat terjadi di
berbagai tempat diusus halus, tetapi biasanya diileum terminal yang
lumennya paling sempit. Cacing menyebabkan terjadinya kontraksi local
dinding usus yang disertai dengan reaksi radang setempat yang tampak
dipermukaan peritoneum.

Obstruksi usus oleh cacing askaris paling sering ditemukan pada anak karena
hygiene kurang sehingga infestasi cacing terjadi berulang. Lumen usus halus
anak lebih sempit disbanding usus halus orang dewasa, sedangkan ukuran
cacing sama besar. Obstruksi umumnya disebabkan oleh gumpalan padat yang
terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati
akibat pemberian obat cacing.

Anak dapat menderita serangan kolik tanpa henti jika obstruksinya total.
Terjadi muntah sewaktu kolik, dan kadang keluar cacing dari mulut atau anus.
Perut kembung, dan peristaltis terlihat sewaktu kolik. Umumnya mengalami
demam.

Pada pemeriksaan perut dapat diraba masa tumor yang berupa gumpalan
cacing, masa tidak berbatas jelas dan mungkin dapat digerakkan. Kadang,
masa teraba seperti kantong nelayang yang penuh cacing. Penderita biasanya

Parsial Lengkap
Penyebab Masa terdiri atas gumpalan Masa terdiri atas cacing yang
cacing yang dikompresi oleh mati dan makanan, tidak
spasme usus, masih dapat dapat dilalui oleh gas dan
dilalui oleh gas dan cairan cairan
Keadaan umum Baik Sakit berat
Nyeri Kolik hilang timbul “kolik Kolik terus menerus
cacing”
Muntah Pada permulaan Terus menerus
Pemeriksaan Masa diperut berubah Gembung, peristaltic terlihat,
perut tempat, bentuk dan gerakan massa sukar diraba, mungkin
seperti cacing, nyeri sedikit nyeri setempat jelas
Foto RO Cacing mungkin kelihatan Gambaran obstruksi dengan
sedikit gambaran obstruksi batas cairan banyak, cacing
dengan batas cairan jarang terlihat
mengeluh nyeri perut apa bila ditekan.

19
4. Invaginasi
Invaginasi atau intususepsi sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada
orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak biasanya bersifat idiopatik.
Kebanyakan ditemukan pada usia 2-12 bulan, dan lebih banyak pada anak laki-
laki. Serangan rhinitis atau infeksi saluran nafas sering kali mendahului
terjadinya invaginasi. Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang
masuk dan naik kekolon asendens serta mungkin sampai keluar dari rectum.
Invaginasi dapat menyebabkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk
dengan komplikasi perforasi dari peritonitis. Anamnesis memberikan gambaran
yang cukup mencurigakan bila bayi yang sehat dan eutrofis sekonyong-
konyong mendapat serangan nyeri perut. Anak tampak gelisah dan tidak dapat
ditenangkan, sedangkan di antara serangan biasanya anak tidur tenang karena
sudah capai sekali.

Serangan klasik terdiri atas nyeri perut, gelisah sewaktu serangan kolik,
biasanya keluar lender campur darah per anum yang berasal dari intususeptum
yang tertekan, terbendung, atau mungkin sudah mengalami strangulasi. Anak
biasanya muntah sewaktu serangan, dan pada pemeriksaan perut dapat teraba
masa yg biasanya memanjang dengan batas jelas seperti sosis.

Invaginatum yang masuk jauh dapat ditemukan pada pemeriksaan colok dubur,
ujung invaginatum teraba seperti porsio uterus pada pemeriksaan vaginal
sehingga dinamai “pseudoporsio” atau porsio semu. Jarang ditemukan
invaginatum yang sampai keluar dari rektum. Keadaan tersebut harus
dibedakan dari prolapsus mukosa rektum, pada invaginasi didapatkan
invaginatum bebas dari dinding anus, sedangkan prolapsus berhubungan secara
sirkuler dengan dinding anus.
Disebut juga “intussusceptio”. Biasanya pada anak, bagian oral (proksimal)
usus menerobos masuk ke dalam rongga bagian anal (distal) seperti suatu
teleskop. Ada beberapa jenis bergantung pada lokasinya :
 enterika : usus halus masuk ke dalam usus halus
 entero-colics : ileum masuk ke dalam coecum atau colon, jenis ini paling
sering ditemukan
 colica : usus besar masuk ke dalam usus besar
 prolapsus ani : rektum keluar melalui anus
Bagian dalam disebut intussusceptium, sedang bagian luar yang melingkarinya
intussusceptum. Mesentrium yang mengandung pembuluh darah
intussusceptium akan ikut tertarik dan pembuluh darah akan terjepit hingga
terjadi gejala-gejala ileus. Penyebab terjadinya pada anak-anak adalah
ketidakseimbangan kontraksi otot usus-usus, adanya jaringan limfoid yang
berlebihan (terutama sekitar perbatasan bagian ileo-cekal) dan antiperistaltik
kolon melawan peristaltik ileum. Pada orang dewasa disebabkan karena adanya
dinding tumor yang menonjol/bertangkai (polip) dan oleh gerakan peristaltik
didorong ke bagian distal dan dalam gerakan ini dinding usus ikut tertarik.

20
5. Volvulus
Kebanyakan volvulus dibagian ileum, didarahi arteri ileosekalis dan mudah
mengalai strangulasi. Gambaran klinis merupakan gambaran ileus obstruksi
tinggi dengan atau tanpa gejals dan tanda stangulasi.

Volvulus di usus halus agak jarang ditemukan. Disebut pula dengan torsi dan
merupakan pemutaran usus dengan mesenterium sebagai poros. Usus
melilit/memutar sampai 180-360 derajat. Volvulus dapat disebabkan oleh
mesentrium yang terlalu panjang, yang merupakan kelainan kongenital pada
usus halus, pada obstisipasi yang menahun, terutama pada sigmoid, pada
hernia inkarcerata, usus dalam kantong hernia menunjukkan tanda-tanda torsi;
pada tumor dalam dinding usus atau tumor dalam mesentrium. Akibat
volvulus terjadi gejala-gejala strangulasi pembuluh darah dengan infark dan
gejala-gejala ileus.

6. Kelainan kongenital
Kelainan kongenital dapat berbetuk stenosis dan atresia. Setiap cacat bawaan
sebagian saluran cerna akan menyebabkan obstruksi setelah bayi mulai
menyusui. Kelainan-kelainan ini disebabkan oleh tidak sempurnanya
kanalisasi saluran pencernaan dalam perkembangan embrional dan keadaan ini
dapat terjadi pada usus dimana saja.
Stenosis juga dapat terjadi akibat penekanan, misalnya oleh pankreas anulare
atau oleh atresia jenis membran dengan lubang ditengahnya.

Atresia ialah buntu sama sekali dengan tanda-tanda obstruksi total sedangkan
stenosis hanya merupakan penyempitan dengan gejala-gejala obstruksi yang
tidak total. Atresia adalah gangguan pasase usus yang kongenital dapat
berbentuk stenosis dan atresia, yang dapat disebabkan oleh kegagalan
rekanalisasi pada waktu janin berusia 6-7 minggu. Kelainan bawaan ini dapat
juga disebabkan oleh gangguan aliran darah lokal pada sebahagian dinding
usus akibat desakan, invaginasi, volvulus, jepitan, atau perforasi usus masa
janin. Daerah usus yang tersering mengalaminya adalah usus halus.

Pankreas anulare menyebabkan obstruksi usus halus diduodenum bagian


kedua. Gejala dan tanda seperti itu juga ditemukan pada atresia atau malrotasi
usus. Bayi yang mengalami gangguan pasase lambung akibat kelainan bawaan
memiliki perut buncit, tetapi buncit ini tidak tegang, kecuali bila ada perforasi.

7. Radang kronik
Setiap radang kronik, terutama morbus Crohn, dapat menyebabkan obstruksi
karena udem, hipertrofi, dan fibrosis yang biasanya terjadi pada penyakit
kronik.

8. Tumor
Proses keganasan terutama karsinoma ovarium, dan kolon dapat menyebabkan
obstruksi usus. Obstruksi ini terutama disebabkan oleh kumpulan metastasis
diperitoneum atau di mesenterium yang menekan usus.

21
9. Tumpukan sisa makanan
Ditemukan pada orang yang pernah mengalami gasterektomi, biasanya terjadi
pada daerah anastomosis. Dapat terjadi setelah makan banyak sekali buah-
buahan yang mengandung banyak serat sehingga terjadi obstruksi ileum
terminal.

10. Kompresi duodenum oleh arteri


Arteri mesenterika superior dapat mengempa bagian ketiga duodenum atau
pars horizontalis. Duodenum dapat terjepit dalam sudut antara arteria tersebut
dengan aorta.

11. Pankreas Annulare


Pankreas anulare menyebabkan obstruksi usus halus di duodenum bagian
duodenum bagian kedua. Gejala dan tanda sama seperti pada atresia atau
malrotasi usus. Pankreas anulare merupakan kelainan kongenital yang jarang
ditemukan. Penyakit ini disebabkan oleh kelainan pada perkembangan bakal
pankreas sehingga tonjolan dorsal dan ventral melingkari duodenum bagian
kedua akibat tidak lengkapnya pergeseran bagian ventral. Keadaan ini
menyebabkan obstruksi duodenum dan kadang disertai atresia juga. Penyakit
ini pada awalnya sering tidak ditemukan gejala dan baru ditemukan pada saat
dewasa.

12. Batu empedu yang masuk ke ileus


Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran
empedu ke duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu
masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di
usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal
yang menyebabkan obstruksi

22
LO 3.3. Epidemiologi
Obstruksi ileus merupakan kegawatan dalam bedah abdominal yang sering
dijumpai. Sekitar 20% pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri
abdomen karena obstruksi saluran pencernaan dan 80% terjadi pada usus halus.
Obstruksi ileus adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
menghambat proses pencernaan secara normal. (Sjamsuhidayat, 2006)

Angka kejadian di Indonesia menunjukkan kasus laparatomi meningkat dari 162


kasus pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada 2006 dan 1281 kasus pada tahun
2007 (Depkes RI, 2007). Angka kejadian di RS H. Adam Malik Medan
menunjukkan semakin tingginya angka terapi pembedahan abdomen setiap
tahunnya, pada tahun 2008 terdapat 172 kasus laparatomi, lalu pada tahun 2009
terdapat 182 kasus pembedahan laparatomi.
Sedangkan angka kejadian pada pasien obstruksi ileus dengan tindakan
laparatomi di ruang Cempaka III RSUD Pandan Arang Boyolali dari bulan
Januari sampai Maret 2014 sebanyak 8 pasien. Pada pasien post operasi
laparatomi atas indikasi obstruksi ileus di ruang Cempaka III RSUD Pandan
Arang Boyolali memerlukan perawatan khusus.

LO 3.4. Klasifikasi
Ileus obstruksi di klasifikasikan menjadi:
1. ILEUS MEKANIK
a. Berdasarkan Lokasi Obstruksi
 Letak Tinggi: Bila mengenai usus halus (dari gaster sampai ke ileum
terminal)
 Letak Rendah: Bila mengenai usus besar (dari ileum terminal
sampai anus)
b. Berdasarkan sifat sumbatan
 Partial obstruction: Terjadi sumbatan sebagian lumen.
 Simple obstruction: terjadi sumbatan total yang tidak disertai
terjepitnya pembuluh darah. Biasanya terjadi pada obstruksi usus
yang disebabkan oleh tumor atau askaris.
 Strangulated obstruction: Terjadi jepitan pembuluh darah sehingga
terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren
yang ditandai dengan gejala umum berat yang disebabkan oleh
toksin dari jaringan gangren. Biasanya terjadi pada obstruksi usus
yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi, dan volvulus.
c. Berdasarkan kecepatan timbul (speed of onset):
 Akut: dalam hitungan jam
 Kronik: dalam hitungan minggu
 Kronik dengan serangan akut

2. ILEUS NEUROGENIK
a. Adinamik/Ileus Paralitik: Ileus timbul karena adanya lesi saraf (terjepit,
peritonitis umum) sehingga terjadi paralisis yang berakibat ileus
paralitik.

23
b. Dinamik/Ileus Spastika: Ileus terjadi karena rangsangan saraf,
keracunan, histeri, neurasteni, sehingga timbul kenaikan rangsang
terlalu kuat saraf parasimpatik di tunika muskularis yang berkontraksi
bersamaan dimana normalnya bergantian yang berakibat spasme dan
makanan tidak bisa menuju distal.

3. ILEUS VASCULAR
Ileus yang berhubungan dengan penyakit jantung, karena adanya
thrombus/embolus pada pembuluh darah sehingga timbul iskemik, gangren,
nekrosis, bisa juga perforasi.

Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga kelompok:


a. Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu empedu.
b. Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.
c. Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi.

LO 3.5. Patofisiologi
Perubahan patofisiologi utama pada ileus obstruktif dapat dilihat pada Gambar-
2.3. Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan
gas (70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang
menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8
liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi
dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan
penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama
cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan
ekstrasel yang mengakibatkan syok—hipotensi, pengurangan curah jantung,
penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus
menerus mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan
peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek local peregangan usus adalah
iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai
absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik
untuk menyebabkan bakteriemia (Price & Wilson, 1995).

Segera setelah timbulnya ileus obstruktif pada ileus obstruktif sederhana,


distensi timbul tepat proksimal dan menyebabkann muntah refleks. Setelah ia
mereda, peristalsis melawan obstruksi timbul dalam usaha mendorong isi usus
melewatinya yang menyebabkan nyeri episodik kram dengan masa relatif tanpa
nyeri di antara episode. Gelombang peristaltik lebih sering, yang timbul setiap 3
sampai 5 menit di dalam jejunum dan setiap 10 menit di didalam ileum. Aktivitas
peristaltik mendorong udara dan cairan melalui gelung usus, yang menyebabkan
gambaran auskultasi khas terdengar dalam ileus obstruktif. Dengan berlanjutnya
obstruksi, maka aktivitas peristaltik menjadi lebih jarang dan akhirnya tidak ada.
Jika ileus obstruktif kontinu dan tidak diterapi, maka kemudian timbul muntah
dan mulainya tergantung atas tingkat obstruksi. Ileus obstruktif usus halus
menyebabkan muntahnya lebih dini dengan distensi usus relatif sedikit, disertai
kehilangan air, natrium, klorida dan kalium, kehilangan asam lambung dengan

24
konsentrasi ion hidrogennya yang tinggi menyebabkan alkalosis metabolik.
Berbeda pada ileus obstruktif usus besar, muntah bisa muncul lebih lambat (jika
ada). Bila ia timbul, biasanya kehilangan isotonik dengan plasma. Kehilangan
cairan ekstrasel tersebut menyebabkan penurunan volume intravascular,
hemokonsentrasi dan oliguria atau anuria. Jika terapi tidak diberikan dalam
perjalanan klinik, maka dapat timbul azotemia, penurunan curah jantung,
hipotensi dan syok

LO 3.6. Manifestasi Klinis


Obstruksi sederhana

Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak,
yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri
abdomen bervariasi dan sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut
bagian atas.

Obstruksi bagian tengah atau distal menyebabkan kejang di daerah periumbilikal


atau nyeri yang sulit dijelaskan lokasinya. Kejang hilang timbul dengan adanya
fase bebas keluhan. Muntah akan timbul kemudian, waktunya bervariasi
tergantung sumbatan. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan
semakin fekulen. Obstipasi selalu terjadi terutama pada obstruksi komplit. Tanda
vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat
kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi
abdomen dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin
jelas pada sumbatan di daerah distal. Peristaltik usus yang mengalami dilatasi
dapat dilihat pada pasien yang kurus. Bising usus yang meningkat dan metabolic
sound dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah
distal.

Obstruksi disertai proses strangulasi

25
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri
hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya bekas operasi atau hernia. Bila
dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang sangat
hebat, menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera
untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.

Obstruksi pada kolon

Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan


biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan
adanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai
dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksi
komplit. Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar. Muntah timbul
kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila
akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan
pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada keadaan valvula
Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi
sekum karena tekanannya paling tinggi dan dindingnya yang lebih tipis. Pada
pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen dan timpani, gerakan usus
akan tampak pada pasien yang kurus, dan akan terdengar metallic sound pada
auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya massa menunjukkan adanya
strangulasi.

LO 3.7. Diagnosis dan Diagnosis Banding


ANAMNESIS

Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab misalnya


berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia.
Gejalaumum berupa syok,oliguri dan gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukan
meteorismus dan kelebihan cairan diusus, hiperperistaltis berkala berupa kolik
yang disertai mual dan muntah. Kolik tersebut terlihat pada inspeksi perut sebagai
gerakan usus atau kejang usus dan pada auskultasi sewaktu serangan kolik,
hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Penderita tampak
gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan setelah satu dua kali defekasi tidak ada
lagi flatus atau defekasi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Pemeriksaan Fisik
Gambaran fisik pasien yang menderita ileus obstruktif bervariasi dan tergantung
kapan dilakukan pemeriksaan. Jika pemeriksaan dilakukan beberapa jam atau
sehari setelah mulainya obstruksi mekanik sederhana, maka akan terbukti

26
beberapa gejala-gejala ileus. Tetapi jika dibiarkan lewat beberapa hari, maka tanda
tambahan akan bermanifestasi. Alasan ini didasarkan atas respon patofisiologi
terhadap ileus obstruktif. Gambaran pertama dalam pemeriksaan pasien yang
dicurigai menderita ileus obstruktif merupakan adanya tanda generalisasi
dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering.
Karena lebih banyak cairan disekuestrasi ke dalam lumen usus, maka bisa timbul
demam, takikardia dan penurunan tekanan dalam darah. Dalam pemeriksaan
abdomen diperhatikan kemunculan distensi, parut abdomen (yang
menggambarkan perlekatan pasca bedah), hernia dan massa abdomen. Pada pasien
yang kurus bukti gelombang peristaltik terlihat pada dinding abdomen dan dapat
berkorelasi dengan nyeri kolik.

Tanda demikian menunjukkan obstruksi strangulata. Gambaran klasik dalam


mekanik sederhana adalah adanya episodik gemerincing logam bernada tinggi dan
bergelora (rush) pada waktu penderita dalam kondisi tenang. Gelora tersebut
bersamaan dengan nyeri kolik. Pada obstruksi strangulata tidak ditemukan tanda
ini. Selanjutnya yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan rektum
dan pelvis. Apabila dalam pemeriksaan ini ditemukan tumor serta adanya feses di
dalam kubah rektum menggambarkan terjadinya obstruksi di proksimal. Jika
darah makroskopik ditemukan di dalam rektum, maka sangat mungkin bahwa
obstruksi didasarkan atas lesi intrinsik di dalam usus.

Pemeriksaan colok dubur

1. Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease


2. Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma
3. Feses yang mengeras : skibala
4. Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi
5. Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi
6. Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis

B. Pemeriksaan Penunjang Lain


Radiologi
Pemeriksaan sinar-X bisa sangat bermanfaat dalam mengkonfirmasi
diagnosis ileus obstruktif serta foto abdomen tegak dan berbaring harus yang
pertama dibuat. Adanya gelung usus terdistensi dengan batas udara-cairan dalam
pola tangga pada film tegak sangat menggambarkan ileus obstruksi sebagai
diagnosis. Dalam ileus obstruktif usus besar dengan katup ileocaecalis
kompeten, maka distensi gas dalam kolon merupakan satu-satunya gambaran
penting. Penggunaan kontras dikontraindikasikan adanya perforasi-peritonitis.

27
Barium enema diindikasikan untuk invaginasi, dan endoskopi disarankan pada
kecurigaan volvulus
Dapat pula ditemukan :
1. Ileus obstruksi letak tinggi :
 Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocecal
junction) dankolaps usus di bagian distal sumbatan.
 Coil spring appearance
 Herring bone appearance
 Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)

2. Ileus obstruksi letak rendah :


 Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi
 Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi
abdomen Air fluid level yang panjang-panjang di kolon. Sedangkan
pada ileus paralitik gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus yang
menyeluruhdari gaster sampai rectum.
 ditemukan dilatasi usus yang menyeluruhdari gaster sampai rectum.

Step ledder sign


BNO 3 posisi
pemeriksaan radiografi pada daerah abdomen khususnya untuk melihat kelainan
yang ada di tractus digestivus. Posisi AP untuk melihat ada atau tidaknya
penebalan / distensi pada kolon yang disebabkan massa atau gas, posisi setengah
duduk untuk menampakan udara bebas di bawh diaphragm dan LLD untuk
memperlihatkan air fluid level atau udara bebas
BNO 3 POSISI
1. ABDOMEN AP
 Posisi Pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan, MSP tubuh berada
di pertengahan meja. kedua tangan diatur lurus disamping tubuh dan kedua
kaki diatur lurus.

 Posisi Objek : aturlah kaset agar batas atas kaset pada diafragma, batas
bawah pada simfisis pubis dan crista iliaca berada dipertengahan. Pelvis
TIDAK mengalami rotasi (terlihat dari kedua SIAS berjarak sama dikedua
sisinya)

28
 CR : vertikal tegak lurus ke kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan crista
iliaca

 FFD : 100 cm

 Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh (aba-
abanya : “buang nafas….. tahan!!!” atau “tahan nafas!!!” lalu ekspos.)

2. ABDOMEN SETENGAH DUDUK


 Posisi Pasien : pasien duduk diatas meja pemeriksaan dengan
menempatkan MSP tubuh sejajar kaset, kedua tangan lurus disamping tubuh
dan kedua kaki diatur lurus.

 Posisi Objek : kaset berada dibelakang tubuh pasien, aturlah kaset dengan
batas atas procxypoid dan batas bawahnya simfisis pubis, pelvis dan shoulder
TIDAK mengalami rotasi.

 CR : horisontal tegak lurus ke kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan


crista iliaca (umbilikus)

 FFD : 100 cm

 jangan lupa memakai grid

 Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh (aba-
abanya : “buang nafas….. tahan!!!” atau “tahan nafas!!!” lalu ekspos.)

3. ABDOMEN LLD
 Posisi Pasien : Pasien tidur miring ke sisi kiri, kedua genue ditekuk
(difleksikan), kedua tangan diletakkan ditas kepala

 Posisi Objek : aturlah kaset agar batas atas kaset pada diafragma, batas bawah
pada simfisis pubis dan crista iliaca berada dipertengahan. kaset berada
dibelakang punggung.

 CR : horizontal sejajar kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan crista iliaca.

 FFD : 100 cm

 Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh (aba-abanya :
“buang nafas….. tahan!!!” atau “tahan nafas!!!” lalu ekspos.)

Laboratorium: Leukositosis, dengan pergeseran ke kiri, biasanya terjadi bila


terdapat strangulasi, tetapi hitung darah putih yang normal tidak
menyampingkan strangulasi. Peningkatan amilase serum kadang-kadang
ditemukan pada semua bentuk ileus obstruktif, khususnya jenis strangulasi.

29
PEMERIKSAAN LAIN
COLOK DUBUR
Umumnya dilakukan dengan sikap litotomi, dapat ditunjang dengan alat
anoskop atau sigmoidoskop. Posisi yang nyaman untuk pasien adalah posisi Sims,
yaitu pasien tidur terlentang pada sisi kiri dengan kedua lutut ditekuk. Buli-buli
harus dikosongkan dahulu agar tidak terdapat penilaian yang keliru.
1. Inspeksi pada daerah perianal dan sakrokoksigeal. Dapat dijumpai:
 Lesi anal, dan perianal, seperti prolapse hemoroid, yang biasanya
dijumpai pada arah pukul 4,7,11 dan berwarna livid.
 Prolaps rectum, dengan lipatan mukosa melingkar konsentris dan
berwarna merah
 Fisura ani, yang berupa lesi di anal-kanal yang nyeri bila ditekan
biasanya dijumpai arah pukul 6 dan disertai dengan skin tag
 Kondoloma akuminata atau kondiloma lata
2. Memasukan jari telunjuk bersarung tangan yang telah dilumuri pelumas
dengan lembut melalui anus
 Pada laki-laki dapat digunakan titik acuan berupa kelenjar prostat
disebelah ventral
 Pada perempuan titik acuan serviks uteri disebelah ventral
3. Penilaian terhadap:
 Tonus sfingter ani: jari telunjuk terjepit menunjukan kontraksi sfingter
ani
 Reflex bulbokavernosus: memencet glans penis
 Ampula rectum: menganga seperti pada peritonitis atau kolaps seperti
pada ileus obstruktif
 Mukosa dinding rectum: dinilai dengan melingkar memutar jari
telunjuk menurut arah jarum jam dan melawan arah jarum jam.
Hemoroid interna tidak teraba, polip rektuk teraba licin lunak dan
mungkin bertangkai, karsinoma teraba keras berbenjol dan tidak teratur

DIAGNOSIS BANDING

Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus, dan
terjadi distensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak
terjadi ketegangan dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut,
akan ada tanda dan gejala dari penyebab primer tersebut. Gastroenteritis akut,
apendisitis akut, dan pankreatitis akut juga dapat menyerupai obstruksi usus
sederhana.

30
LO 3.8. Tatalaksana
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.
Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu
penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika
disebabkan oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di rawat
dirumah sakit.
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi
dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan,
kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan
keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai barulah dilakukan
laparatomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen dengan
pemantauan dan konservatif.

2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital
berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah
pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :
a. Strangulasi
b. Obstruksi lengkap
c. Hernia inkarserata
d. Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan
pemasangan NGT, infus,oksigen dan kateter).
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien
masih dalam keadaan paralitik.

MEDIKAMENTOSA
Obat pertama :
1. Prostigmin 3 x 1 sampai IV untuk memacu mobilitas usus
2. Antibiotik

OBAT ANTIEMETIK
Antagonis reseptor H1, Antagonis reseptor muskarinik, Antagonis reseptor
dopamine, Antagonis reseptor serotonin, Cannabinoid, Steroid

1. Antagonis reseptor H1
Contoh : Cinnarizine, cyclizine, dimenhydrinate, promethazine
Tidak dapat digunakan untuk mual-muntah karena rangsangan pada CTZ.
Efektif untuk mabuk kendaraan dan mual muntah karena rangsangan pada
lambung. Diberikan sebelum timbul gejala mual-muntah
a. Puncak antiemetik : 4 jam, bertahan selama 24 jam
b. KI : wanita hamil trimester I (kec. Promethazine)

2. Antagonis reseptor muskarinik

31
Contoh : Hyoscine
Untuk mual-muntah karena gangguan labirin dan rangsangan lokal di lambung.
Tidak dapat digunakan untuk mual muntah karena rangsangan pada CTZ
a. Puncak antiemetik : 1-2 jam
b. ES : drowsiness, mulut kering, penglihatan kabur, retensi urin

3. Antagonis reseptor dopamin


Contoh : Metoklopramid, Domperidone, Phenothiazine
Metoklopramid
a. Bekerja di CTZ
b. ES : karena blokade reseptor dopamin di SSP →gangguan pergerakan
pada anak2 dan dewasa muda, mengantuk, fatigue/lemah. Stimulasi
release prolaktin → galaktore dan gangguan menstruasi. Efek pada
motilitas usus → diare
Domperidone
a. Antagonis reseptor D2. Antiemetik untuk vomitting postoperatif dan
akibat kemoterapi kanker
b. ES : diare
Phenothiazine
Dapat digunakan untuk vomitting karena rangsangan pada CTZ. Tidak efektif
untuk muntah karena rangsangan di lambung. Cara kerja → antagonis reseptor D2
di CTZ, menghambat reseptor histamine dan muskarinik. Pemberian p.o., rektal,
atau parenteral

4. Antagonis serotonin
Contoh : ondansetron, granisetron
a. Sangat baik utk terapi mual-muntah akibat obat sitotoksik. Pemberian p.o,
injeksi IV pelan, infus
b. ES : sakit kepala, gangguan GIT

5. Cannabinoid
a. Derivat cannabinol sintetik → menurunkan muntah karena rangsangan
pada CTZ.
b. ES : drowsiness, dizziness, mulut kering, perubahan mood,hipotensi
postural, halusinasi, dan reaksi psikotik

6. Steroid
Glukokortikoid → deksametason dan metilprednisolon
Mekanisme kerja → belum diketahui dan sinergisme dengan ondansetron

PENCAHAR
1. Bulk Laxative : meningkatkan volume residu padat yg tidak diabsorpsi
Contoh : Metilselulose, sterculia, agar, bran, ispaghula husk
Polimer polisakarida tidak dapat dipecah. Mekanisme kerja menahan air di lumen
usus merangsang peristaltis abeberapa hari. ES : ringan

2. Osmotic Laxative : meningkatkan jumlah air

32
Meningkatkan volume cairan di lumen bowel→ mempercepat transfer makanan
ke usus halus → massa yg sangat besar masuk kolon → distensi→ekspulsi faeces

3. Faecal Softener : mengubah konsistensi faeces


Contoh : Docusate sodium
Menghasilkan feses yg lebih lumak. Efek stimulan laksatif lemah
4. Stimulant Purgative : meningkatkan motilitas dan sekresi
Contoh : Bisacodyl, sodium picosulfat, preparat senna
Meningkatkan peristaltis dengan cara stimulasi mukosa usus. ES : kram
abdomen, jangka panjang → atonia colon

OBAT YG MENINGKATKAN MOTILITAS GIT


1. Domperidone
Antagonis reseptor D2 antiemetik. Memblok adrenoreseptor a-1 dan menurunkan
efek relaksanya , menurunkan tekanan sfingter esofagus bawah meningkatkan
motilitas GIT. Tidak menstimulasi sekresi asam lambung. Digunakan untuk
gangguan pengosongan lambung dan refluks esofagitiskronis.
ES : hiperprolaktinemia

2. Metoklopramid
Efek sentral → antiemetic
Efek lokal → percepatan pengosongan lambung tanpa menstimulasi sekresiasam
lambung
Efeknya kecil pada motilitas usus bag. Bawah. Digunakan untuk refluks
gastroesofagus dan gangguan pengosongan lambung. Tidak dapat digunakan
untuk ileus paralitik.

3. Cisapride
Menstimulasi release ACh pada pleksus myenterik di GIT bag. Atas. Digunakan
untuk refluks esofagitis dan gangguan pengosongan lambung. Tidak mempunyai
efek antiemetic. ES : diare, kram abdomen, takikardi (jarang).

LO 3.9. Komplikasi
1) Peritonitis septikemia, suatu keadaan dimana terjadi peradangan pada selaput
rongga perut (peritonium) yang disebabkan oleh adanya bakteri dalam darah
(bakteremia).
2) Syok hipovolemi, terjadi akibat dehidrasi dan kekurangan cairan
3) Perforasi usus, suatu kondisi yang ditandai dengan terbentuknya suatu lubang
yang menyebabkan kebocoran isi usus ke dalam rongga perut. Kebocoran ini
dapat menyebabkan peritonitis
4) Nekrosis usus, kematian jaringan pada usus
5) Sepsis, infeksi berat di dalam darah karena adanya infeksi
6) Abses, kondisi dimana berkumpulnya nanah di daerah anus karena adanya
bakteri atau kelenjar yang tersumbat pada usus
7) Sindrom usus pendek dengan malabsorbsi dan malnutrisi, suatu keadaan
dimana tubuh sudah tidak bisa mengabsorbsi nutrisi karena pembedahan

33
8) Gangguan elektrolit, terjadi karena hipovolemi

LO 3.10. Prognosis
Obstruksi yang tak mengakibatkan strangulasi mempunyai angka kematian
sekitar 5%. Kebanyakan yang meninggal adalah pasien yang sudah lanjut usia.
Obstruksi yang disertai dengan strangulasi mempunyai angka kematian 8%. Kalau
operasi dilakukan dalam jangka waktu 36 jam sesudah timbulnya gejala yang
bersangkutan.

LO 3.11. Pencegahan
Upaya pencegahan terhadap penyakit harus dilakukan sedini mungkin baik
pencegahan primordial, primer, sekunder dan tersier untuk mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas. Demikian juga pada penyakit ileus obstruktif, tindakan
pencegahan harus dilakukan untuk mencegah terjadinya ileus obstruktif dan
menghindari akibat fatal yang disebabkan ileus obstruktif.
Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial merupakan upaya pencegahan pada orang-orang yang
belum memiliki faktor risiko terhadap ileus obstruktif. Biasa dilakukan dengan
promosi kesehatan atau memberikan pendidikan kesehatan yang berkaitan ileus
obstruktif atau dengan melakukan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan masyarakat dalam menjaga kesehatannya oleh kemampuan
masyarakat.

Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya mempertahankan orang yang
agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Pencegahan
primer berarti mencegah terjadinya ileus obstruktif. Upaya pencegahan ini
dimaksudkan untuk mengadakan pencegahan pada masyarakat. Pencegahan
primer yang dilakukan antara lain :
a. Bergaya hidup sehat dengan cara menjaga diri dan lingkungannya
b. Dengan meningkatkan asupan makanan bergizi yang meningkatkan daya
tahan tubuh
c. Diet Serat
Berbagai penelitian telah melaporkan hubungan antara konsumsi serat dan
insidens timbulnya berbagai macam penyakit. Hasil penelitian membuktikan
bahwa diet tinggi serat mempunyai efek proteksi untuk kejadian penyakit
saluran pencernaan.
d. Untuk membantu mencegah kanker kolorektal, makan diet seimbang rendah
lemak dengan banyak sayur dan buah, tidak merokok, dan segera untuk
skrining kanker kolorektal setahun sekali setelah usia 50 tahun.
e. Untuk mencegah hernia, hindari angkat berat, yang meningkatkan tekanan di
dalam perut dan mungkin memaksa satu bagian dari usus untuk menonjol
melalui daerah rentan dinding perut Anda.

34
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder yang dapat dilakukan terhadap ileus obstruktif adalah
dengan cara mendeteksi secara dini, dan mengadakan penatalaksanaan medik
untuk mengatasi akibat fatal ileus obstruktif

Pencegahan Tersier
Tujuan pencegahan tertier adalah untuk mengurangi ketidakmampuan, mencegah
kecacatan dan menghindari komplikasi yang dapat memperparah keadaan.
Tindakan perawatan post operasi serta melakukan mobilitas/ambulasi sedini
mungkin.

LI 4. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Tentang Tindakan Operasi

Bedah medis termasuk bagian dari pengobatan. Secara


umum, pengobatan termasuk disyariatkan dalam Islam namun
ulama berbeda tentang hukumnya. Diantaranya:
 Mubah, menurut pendapat pendapat mayoritas ilmuwan
dari kalangan Ulama Hanafiyah, Malikiyyah, Syafi’iyah,
dan Hanabilah, namun mereka berbeda pendapat
tentang lebih utamanya, berobat atau tidak.
 Wajib, merupakan pendapat sebagian ulama Hanabilah.
Menurut sebagian ulamayang lain, hal tersebut jika
diyakini akan kesembuhannya.Menurut fatwa yang
dikeluarkan oleh Majma’al-Fiqh al-Islami,hukum berobat
tergantung pada keadaan dan kondisi pasien.
 Berobat menjadi Wajib jika tidak dilakukan akan
mengancam jiwa, atau kehilangan anggota tubuhnya,
atau akan menjadi lemah, atau penyakitnya akan dapat
menulari orang lain.
 Berobat hukumnya sunnah jika tidak dilakukan akan
menjadikan tubuhnya lemah namun tidak separah kondisi
yang diatas.
 Berobat hukumnya mubah jika tidak sampai pada kedua
kondisi diatas.
 Berobat hukumnya makruh jika dengan berobat
ditakutkan akan mengalami keadaan yang lebih buruk
daripada dibiarkan saja.

Dengan demikian, hukum bedah medis, secara umum


sangat tergantung dengan keadaan dan kondisi pasien. Secara
khusus Ulama sepakat membolehkan operasi medisrekonstruksi
anggota tubuh yang mengalami masalah tertentu.

Menurut para ulama, memperbaiki dan memulihkan


kembali fungsi organ yang rusak, baik bawaan sejak lahir
maupun adanya kecelakaan, dan hal-hal sejenis itu dibenarkan,

35
karena niat dan motivasi utamanya adalah pengobatan.
Diantara ayat yang dijadikan sebagai pembolehan terhadap
operasi medis, dianggap sebagai upaya menjaga kehidupan dan
menghindari kebinasaan atau mafsadah, antara lain tercakup
dalam (Q.S. al-Maidah 5:32).

Artinya: “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum)


bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang
manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau
bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-
akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan
barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia,
maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka
rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan
yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu
sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan
dimuka bumi”.

Dan berdasarkan hadits Usamah bin Syarik Radhiyallahu


'Anhu ia berkata: "Seorang Arab badui bertanya: "Wahai
Rasulullah, bolehkah kita berobat?" Rasulullah Shalallahu 'Alaihi
Wassalam bersabda: "Berobatlah, karena Allah telah
menetapkan obat bagi setiap penyakit yang diturunkan-Nya,
kecuali satu penyakit!" Para sahabat bertanya: "Penyakit apa itu
wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Pikun." (H.R At-Tirmidzi
IV/383 No:1961 dan berkata: "Hadits ini hasan shahih." Dan
diriwayatkan juga dalam Shahih Al-Jami' No:2930.)

Allah menghargai setiap bentuk upaya mempertahankan


kehidupan manusia, menjauhkan diri dari hal yang
membinasakan. Operasi medis dilakukan dalam rangka tujuan
tersebut. Banyak jenis penyakit yang pengobatannya hanya
dengan operasi, bahkan kadang-kadang jika itu tidak dilakukan
atau terlambat dilakukan akan mengancam kehidupannya,
dengan dioperasi akhirnya dapat tertolong.

36
Bolehnya bedah medis menurut hukum islam juga dapat
dianalogikan dengan berbekam (al-hijamah). Pada masa
teknologi kedokteran masih sederhana, di zaman Nabi,
berbekam dianggap sebagai salah satu bentuk operasi masa itu,
telah dipraktekkan dan dianjurkan Nabi. Berbekam merupakan
tindakan pembedahan untuk mengeluarkan darah kotor dari
dalam tubuh.

“Bahwa Rasulullah saw pernah berbekam di kepalanya”


(HR al Bukhari, Muslim, al Nasai, Ibnu Majah, dan Ahmad)
”Sesungguhnya dalam bekam terdapat penyembuhan’
(HR al Bukhari dan Muslim)

Juga dapat dikiyaskan daengan praktik khitan yang


merupakan jenis operasi medis tertua, termasuk salah satu
sunnah fitrah sangat dianjurkan dalam syariat Islam.

“Rasulullah pernah mengirim dokter (untuk mengobati) Ubaiy


bin Ka’b (maka dokter itu mengoperasinya) memotong urat
kemudian menyulutnya dengan besi panas” (HR Muslim,
Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Majah)

“Al -Fitrah ada lima : (yaitu) khitan, memotong bulu kemaluan,


mencabut bulu ketiak, dan memotong kuku , memotong kumis”
(HR al-Bukhari, Muslim dan al-Tirmidzi)

37
DAFTAR PUSTAKA

Zuhroni (2010). “Pandangan Islam Terhadap Masalah Kedokteran Dan


Kesehatan”. Jakarta: Bagian Agama Universitas YARSI.

Victor P. Eroschenko, dkk (2014). Atlas Histologi DiFiore dengan Korelasi


Fungsional Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Michael Schunke, dkk (2017). Prometheus Atlas Anatomi Manusia


Organ Dalam Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lauralee Sherwood, 2015. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem Edisi 9.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Arthur C. Guyton, 2016. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi Revisi


Berwarna ke-12. Singapore: Elsevier.

Sofwan, Achmad. 2014. Tractus Digestivus. Fakultas Kedokteran YARSI

38

Anda mungkin juga menyukai