Seluruh Tubuh
Kelompok A-9
Ketua : Anada Umica Ressapati(1102014022)
Sekertaris : Hana Nabila Ulfia
Anggota
(1102014118)
(1102014014)
(1102014062)
(1102014094)
(1102014117)
SKENARIO
BENGKAK SELURUH TUBUH
Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun, dibawa ibunya ke dokter karena
bengkak di seluruh tubuh. Keluhan juga disertai dengan BAK menjadi jarang dan
tampak keruh. Sebelum sakit, nafsu makan pasien baik. Pasien mengalami radang
tenggorokan dua minggu yang lalu, sudah berobat ke dokter dan dinyatakan
sembuh. Riwayat sakit kuning sebelumnya disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan KU: komposmentis, tekanan darah 110/70
mmHg, denyut nadi 100x/menit, suhu 37C, frekuensi napas 24x/menit.
Didapatkan bengkak pada kelopak mata, tungkai dan kemaluan. Pada abdomen
didapatkan ascites. Jantung dan paru dalam batas normal. Pemeriksaan urinalisis
didapatkan proteinuria dan hematuria.
KATA SULIT
1. Ascites Efusi dan akumulasi cairan serosa di rongga abdomen.
2. Proteinuria Adanya protein serum yang berlebihan dalam urin, seperti
pada penyakit ginjal, aktivitas latihan yang keras, disertai dehidrasi.
Disebut juga albuminuria.
3. Hematuria Kondisi dimana terdapat sel darah merah di dalam urin.
4. Komposmentis Tingkat kesadaran yang menurun tetapi masih dapat
merespon.
5. Urinalisis Tes yang dilakukan pada urin atau analisis urin.
PERTANYAAN SEMENTARA
1. Apa penyebab bengkak di kelopak mata, tungkai dan kemaluan?
2. Mengapa dapat ditemukan protein dan juga sel darah merah didalam urin?
3. Apa hubungan radang tenggorokan sebelumnya dengan keluhan pasien sekarang?
4. Mengapa BAK menjadi jarang dan keruh?
5. Mengapa pada pemeriksaan fisik lainnya hasil masih tampak normal?
6. Apakah diagnosis dari skenario?
7. Apa saja pemeriksaan lain yang dilakukan selain urinalisis?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan?
9. Apa itu ginjal? Apa fungsi dari ginjal?
10.Dari kasus pasien, bagian ginjal mana yang mengalami kerusakan?
11.Mengapa pada anamnesis ditanyakan riwayat penyakit kuning?
12.Apakah penyakit pasien dapat dicegah?
13.Bagaimana penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi dari penyakit ini?
14.Bagaimana proses pembentukan urin?
JAWABAN SEMENTARA
1.
Karena protein menurun sehingga tekanan onkotik didapatkan menurun dan cairan masuk ke
ruang interstitial sehingga terjadi udem, ginjal melakukan kompensasi dengan mengaktifkan
RAAS sehingga terjadi retensi cairan dan garam lalu mengakibatkan udem seluruh tubuh
2.
3.
Karena infeksi streptococcus yang mempunyai faktor virulensi protein M yang membentuk
kompleks antigen antibody yang mengikuti sirkulasi darah ke ginjal dan mengalami
penumpukan
4.
Karena ada retensi cairan dan ditemukannya protein serta sel darah merah dalam urin
5.
6.
Sindroma nefrotik
7.
Pemeriksaan fisik abdomen, pemeriksaan fisik thorax dan pemeriksaan fisik jantung
8.
JAWABAN SEMENTARA
9. Ginjal adalah organ yang berbentuk seperti kacang merah terdapat pada bagian posterior abdomen
dengan berat 150 g dan ukuran 12 x 6 x 2 cm. Ginjal terdapat sebelah kanan dan kiri dimana ginjal kiri
terletak lebih tinggi dari ginjal kanan. Fungsi dari ginjal adalah untuk proses filtrasi, reabsorpsi, sekresi
dan juga ekskresi, untuk keseimbangan cairan dan keseimbangan asam basa.
10. Glomerulus
11. Karena terdapat ascites pada pasien sehingga dokter mengira ada kelainan pada hepar.
12. Ya. Dapat dicegah dengan pola hidup yang sehat.
13. Tatalaksana secara farmakologi dapat diberikan diuretic, antibiotic serta kortikosteroid, sedangkan
tatalaksana non farmakologi dapat dilakukan dengan diet rendah garam dan diet rendah kalori.
14. Proses pembentukan urin dimulai dari filtrasi yang terletak di glomerulus, dilanjutkan dengan
reabsorpsi di tubulus ginjal dan dilanjutkan dengan sekresi.
HIPOTESIS
SASARAN BELAJAR
LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Ginjal dan Saluran Kemih
LO.1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Ginjal dan Saluran Kemih
LO.1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Ginjal dan Saluran Kemih
LO.1.3. Memahami dan Menjelaskan Vaskularisasi dan Persyarafan Ginjal
LI. 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi dan Aspek Biokimia Ginjal
LO.2.1. Memahami dan Menjelaskan Fungsi Ginjal
LO.2.2. Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan Cairan Tubuh
LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Sindroma Nefrotik
LO.3.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Sindroma Nefrotik
LO.3.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Sindroma Nefrotik
LO.3.3. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Sindroma Nefrotik
LO.3.4. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Sindroma Nefrotik
LO.3.5. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Sindroma Nefrotik
LO.3.6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan DD Sindroma Nefrotik
LO.3.7. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Sindroma Nefrotik
LO.3.8. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Sindroma Nefrotik
LO.3.9. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Sindroma Nefrotik
SASARAN BELAJAR
LI. 4. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang Sindroma Nefrotik
LI. 5. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Sindroma Nefrotik
LI. 6. Memahami dan Menjelaskan Hukum Dalam Islam Tentang Urin dan Darah
Permukaan anterior dan posterior, atas dan bawah serta lateral ginjal berbentuk konveks
(cembung) sedangkan pinggir medialnya berbentuk konkaf karena adanya hilum
renale. Ada beberapa struktur yang masuk atau keluar ginjal melalui hilum renale
antara lain arteri dan vena renalis, nervus vasomotor simpatis dan pembuluh getah
bening dan ureter.
Ginjal diliputi oleh suatu kapsula cribrosa tipis mengkilat, fascia renalis. Fascia renalis
dibagi menjadi lamina anterior di depan dan lamina posterior dibelakang. Kearah kiri dan
kanan bersatu dengan fascia transversa abdominalis membentuk rongga yang diisi
oleh lemak disebut corpus adiposa (untuk menjaga ginjal tidak bergerak).
Terdapat lapisan yang membungkus langsung ginjal=capsula fibrosa.
Pada penampang lintang ginjal terbagi dua:
Pinggir : cortex. Ada bagian dari cortex yang masuk kedalam medulla disebut columnae
renales (Bertini).
Tengah : medulla, ada bangunan seperti pyramid disebut pyramid renales dengan
puncaknya disebut papillae renales dan basisnya disebut basis pyramidis.
Pada medulla, dari papillae renales calices renales minores. Dua calices renales
minores yang berdekatan menjadi calices renales majors. Dua atau tiga calices renales
majors menjadi pelvis renalis, yang selanjutnya akan berlanjut menjadi ureter dan
bermuara ke vesical urinaria.
2. Ureter
Ureter adalah tabung/ saluran yang mengalirkan urin dari ginjal ke vesica urinaria (kandung kemih).
Ureter merupakan lanjutan dari pelvis renalis, menuju distal dan bermuara pada vesical urinaria.
Panjangnya 25-30 cm.
Terdiri dari dua bagian:
Pars abdominalis
Pada cavum abdominalis
Pars pelvica
Pada rongga panggul (pelvis). Berubah menjadi pars pelvica begitu melewati a. iliaca communis
akan berubah menjadi ureter pars pelvica.
Batas keduanya diambil suatu bidang disebut aditus pelvis.
Tiga tempat penyempitan pada ureter:
Uretro-pelvic junction, yaitu perubahan dari pelvis renalis menjadi ureter.
Tempat penyilangan dengan a. illiaca communis
Saat muara di vesica urinaria, yaitu pada waktu menembus dinding vesica urinarius.
3. Vesica Urinaria
Disebut juga bladder/kandung kemih, retroperitoneal karena hanya dilapisi peritoneum pada bagian
superiornya.
Terletak di region hypogastrica (suprapubic)
Vesica urinaria mempunyai 4 bagian:
Apex vesicae dihubungkan ke cranial oleh urachus (sisa kantong allantois) sampai ke umbilicus membentuk
ligamentum vesico umbilicale mediale. Bagian ini tertutup peritoneum dan berbatasan dengan ileum dan kolon
sigmoideum, sesuai puncak pyramidium.
Fundus vesicae
Corpus vesicae antara apex dan fundus
Cervix vesicaesudut caudal mulai urethra dengan ostium urethra internum
Lapisan dalam vesicae urinaria pada muara masuknya ureter terdapat plica yang disebut plica ureterica yang
menonjol. Pada waktu VU kosong plica ini terbuka sehingga urin dapat masuk dari ginjal melalui ureter,
sedangkan pada waktu VU penuh, plica ureterica ini tertutup karena dorongan urin, sehingga cairan urin di VU
walaupun penuh tidak akan naik ke atas ureter.
Pada pria vesicular seminalis dipermukaan posterior VU dipisahkan oleh ductus deferens. Pada wanita diantara
VU dengan rectum ada uterus.
Cervix vesicae pada pria menyatu dengan prostat, sedangkan pada wanita langsung melekat ke fascia pelvis.
Membram mukosa VU pada waktu kosong membentuk lipatan yang sebagian menghubungkan kedua ureter
membentuk plica disebut plica interureterica. Lipatan ini bila dihubungkan dengan ostium urethrae internuk
akan membentuk segitiga yg disebut dengan trigonum vesicae.
Lapisan otot VU terdiri dari tiga otot polos membentuk trabekula yang disebut m. detrusor vesicae yg akan
menebal di leher VU membentuk sfingter vesicae.
4. Uretra
Merupakan saluran keluar dari urin yang diekskresikan oleh tubuh melalui
ginjal, ureter, vesical urinaria, mulai dari ujung bawah VU sampai ostium
urethrae externum.
Uretra pria lebih panjang drpd wanita karena perjalanannya tidak sama dan
beda alat-alat di panggul.
Pada pria panjangnya sekitar 20 cm ( 20-25 cm) dan pada wanita kurang
lebih 4 cm.
Uretra pria dibagi atas:
Pars prostatica
Pars membranaceae
Pars cavernosa (pars spongiosa)
Lobus posterior
Berkembang dari dinding dorsal uretra, kalo berkembang akan menjadi
ganas ca prostat
Lobus posterior ini teraba pada rectal toucher
Bagian prostat yang berhadapan dengan rectum
Terletak dibawah muara ductus ejakulatorius
Lobus media
Sinonim= lobus medianus
Berkembang dari dinding posterior uretra pars prostatica
Terletak diatas ductus ejakulatorius
Sering menjadi BPH (benign prostate hyperplasia)
Berkembangmenekan uretraada penyempitan uretra
o Glomerulus
Gulungan kapiler, berasal dari percabangan arteriol afferen
dibungkus oleh capsula Bowman
keluar sebagai vas efferent
Membrana Basalis
Fusi antara membrana basalis podocyte dan endothel
Lamina rara interna
Lamina densa
Lamina rara externa
Podocyte
Sel epiteloid besar, tonjolan sitoplasma (foot processes) bercabang
Cabang sekunder (pedicle) menempel pada membrana basalis
Bersama sel endothel menyaring darah
Tubulus
Tubulus contortus proximalis
epitel selapis kubis
batas sel sukar dilihat
Inti bulat, letak berjauhan
Sitoplasma asidofil (merah)
Mempunyai brush border
Fungsi: reabsorbsi glukosa, ion Na, Cl dan H 2O
Ansa Henle
Ansa Henle Segmen Tipis
Mirip pembuluh kapiler darah, tetapi epitelnya lebih tebal, sehingga sitoplasma lebih jelas
terlihat
Dalam lumennya tidak terdapat sel-sel darah
Ansa Henle Segmen Tebal Pars Desendens
Mirip tubulus kontortus proximal tetap diameternya lebih kecil dan dindingnya lebih tipis
selalu terpotong dalam berbagai potongan
Ansa Henle Segmen Tebal Pars Asenden
Mirip tubulus kontortus distal, tetapi diameternya lebih kecil dan dindingnya lebih tipis
selalu terpotong dalam berbagai potongan
epitel selapis kubis
batas-batas sel lebih jelas
Inti bulat, letak agak berdekatan
Sitoplasma basofil (biru)
Tidak mempunyai brush border
Absorbsi ion Na dalam pengaruh aldosteron. Sekresi ion K
Ductus Coligens
Saluran pengumpul, menampung beberapa tubulus distal, bermuara sebagai
ductus papillaris Bellini di papilla renis
Mirip tub.kont.distal
Batas2 sel epitel jelas
Sel lebih tinggi dan lbh pucat
URETER
Dinding saluran urinarius berstruktur sama yaitu terdapat tunika mukosa, tunika
muscular dan tunika adventitia. Tunika mukosa terdiri dari epitel transisional dan
tunika muscularis terdiri dari dua lapis otot yang berslingan.
Tunika mukosa pada ureter terlipat kedalam. Pada tunika muscularisnya terdapat 2
lapisan otot yaitu bagian luar otot polos tersusun sirkuler dan bagian dalam otot polos
tersusun longitudinal. Dan lapisan terakhir terdapat tunika adventitia.
VESIKA URINARIA
Tunika mukosa VU dilapisi oleh epitel transisional dengan ketebalan 5-6
lapisan, namun pada saat sel meregang menjadi 2-3 lapisan. Pada
permukaan sel dapat ditemukan sel payung. Tunika muskularisnya terdiri
dari 3 lapisan otot yaitu bagian luar terdapat otot polos tersusun secara
longitudinal, bagian tengan terdapat otot polos tersusun secara sirkular dan
bagian dalam tersusun otot polos tersusun secara longitudinal. Tunica
muscularis terdiri dari otot polos yang berjalan kesegala arah tanpa lapisan
yang jelas
Pada leher vesica dapat dibedakan 3 lapisan:
Lapisan dalam berjalan longitudinal, distal terhadap leher vesica berjalan circular
mengelilingi urethra pars prostatica, menjadi sphincter urethra interna
(involuntary)
Lapisan tengah berakhir pada leher vesica
Lapisan luar, longitudinal, berjalan sampai ke ujung prostat pada laki2, dan pada
wanita berjalan sampai ke meatus externus urethrae
URETRA
Uretra Wanita
Pendek, 4-5 cm
Dilapisi oleh epiter berlapis gepeng dan terkadang ada yang dilapisi oleh epitel
bertingkat toraks.Ditengah-tengah uretra terdapat sfingter eksterna / muscular
bercorak.
Uretra Pria
Pada pars prostatica dilapisi oleh epitel transisional. Pada pars
membranaceae dilapisi oleh epitel bertingkat toraks. Pada pars spongiosa
umumnya dilapisi oleh epitel bertingkat torak namun diberbagai tempat terdapat
epitel berlapis gepeng.
GLANDULA PROSTAT
Jenis epitelnya berlapis atau bertingkat dan bervariasi dari silindris sampai kubus
rendah tergantung pada status endokrin dan kegiatan kelenjar.
Sekret mengandung fosfatase asam
Perdarahan Ureter
Ureter atas mendapat perdarahan dari A.renalis sedangkan ureter bawah
mendapat perdarahan dari A.vesicalis inferior.
Persarafan Ureter
Persarafan ureter oleh plexus hypogastricus inferior T11 L2 melalui neuronneuron simpatis.
Perdarahan Vesica Urinaria
Berasal dari Aa.Vesicalis superior dan A.vesicalis inferior cabang dari A.iliaca
interna, sedangkan pembuluh baliknya melalui V.vesicalis menyatu
disekeliling VU membentuk plexus dan akan bermuara ke V.iliaca interna
Persarafan Vesica Urinaria
VU dipersarafi oleh cabang-cabang plexus hypogastricus inferior yaitu :
Serabut-serabut post ganglioner simpatis glandula para vertebralis L1-2
Serabut-serabut preganglioner parasimpatis N.S2,3,4 melalui N.splancnicus
dan plexus hypogastricus inferior mencapai dinding vesica urinaria.
Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air dan solute
menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah didalam kapiler dan
tekanan oncotik dari cairan di dalam bowman space merupakan kekuatn untuk
proses filtrasi. Normalnya tekanan onkotik di bowman space tidak ada karena
molekul protein yang medium-besar tidak tersaring. Rintangan untuk filtrasi
( filtration barrier ) bersifat selektif permeable. Normalnya komponen seluler dan
protein plasma tetap didalam darah, sedangkan air dan larutan akan bebas
tersaring
Pada umunya molekul dengan raidus 4nm atau lebih tidak tersaring, sebaliknya
molekul 2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasan. Bagaimanapun
karakteristik juga mempengaruhi kemampuan dari komponen darah untuk
menyebrangi filtrasi. Selain itu beban listirk (electric charged ) dari sretiap
molekul juga mempengaruhi filtrasi. Kation ( positive ) lebih mudah tersaring dari
pada anion. Bahan-bahan kecil yang dapat terlarut dalam plasma, seperti
glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea
melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.Hasil penyaringan di
glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa
dengan darah tetapi tidak mengandung protein
Reabsorpsi tubulus
Perpindahan zat dari lumen tubulus menuju plasma kapiler peritubulus.
Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian terbesar
dari filtered solute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi dari
tubulus renal tiak sama. Pada umumnya pada tubulus proksimal bertanggung
jawab untuk mereabsorbsi ultrafiltrate lebih luas dari tubulus yang lain.
Paling tidak 60% kandungan yang tersaring di reabsorbsi sebelum cairan
meninggalkan tubulus proksimal. Tubulus proksimal tersusun dan
mempunyai hubungan dengan kapiler peritubular yang memfasilitasi
pergherakan dari komponen cairan tubulus melalui 2 jalur : jalur transeluler
dan jalur paraseluler. Jalur transeluler, kandungan ( substance ) dibawa oleh
sel dari cairan tubulus melewati epical membrane plasma dan dilepaskan ke
cairan interstisial dibagian darah dari sel, melewati basolateral membrane
plasma.
Sekresi tubulus
Perpindahan zat dari plasma kapiler menuju lumen. Volume urin manusia
hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan
direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi
penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi
yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah.
Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrate dikeluarkan dalam
urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g
garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi
beberapa kali
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder
yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder,
zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya,
konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah,
misalnya ureum dari 0,03`, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin
sekunder. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam
mino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osn
osis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal
Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus
kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5%
garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi
memberi warna dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat
makanan yang bermolekul kompleks dan tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme
antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat. Karbon dioksida dan air
merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang berasal dari
karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak berbahaya bila kadarnya
tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih dapat dipakai
sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah. Demikian juga H2O dapat digunakan
untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai Amonia (NH3), hasil
pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun bagi sel. Oleh karena
itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika untuk sementara disimpan
dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam
bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang
dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang akan
dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna memberi warna pada tinja dan urin.Asam urat
merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan
mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya larutnya di
dalam air rendah
Sindrom nefrotik sekunder, timbul sebagai akibat dari suatu penyakit sistemik
atau sebagai akibat dari berbagai sebab yang nyata seperti misalnya efek
samping obat. Penyebab yang sering dijumpai adalah :
Penyakit metabolik atau kongenital: diabetes mellitus, amiloidosis, sindrom
Alport, miksedema.
Infeksi : hepatitis B, malaria, Schistosomiasis mansoni, Lues, Subacute Bacterial
Endocarditis, Cytomegalic Inclusion Disease, lepra, sifilis, streptokokus, AIDS.
Toksin dan alergen: logam berat (Hg), Trimethadion, paramethadion, probenecid,
penisillamin, vaksin polio, tepung sari, racun serangga, bisa ular.
Penyakit sistemik bermediasi imunologik: Lupus Eritematosus Sistemik, purpura
Henoch-Schonlein, sarkoidosis.
Neoplasma : tumor paru, penyakit Hodgkin, Leukemia, tumor gastrointestinal.
Penyakit perdarahan : Hemolytic Uremic Syndrome
A) Hepar
Hepatomegali pada anak-anak jarang ditemukan, kalau ada biasanya disebabkan
karena malabsorpsi protein, parasit atau tumor. Bila hepatomegali disertai juga
dengan splenomegali, pikirkan kemungkinan adanya hipertensi portal, infeksi kronis
dan keganasan.
B) Spleen
Spleenomegali dapat disebabkan oleh beberapa penyakit, seperti infeksi, gangguan
hematogalis misalnya anemia hemolitik, gangguan infiltratif, inflamasi atau
penyakit autoimun dan juga bendungan akibat hipertensi.
C) Ginjal Palpasi ginjal kanan dan kiri.
D) Kandung kemih
Normalnya kandung kemih tidak dapat diperiksa kecuali jika terjdi distensi kandung
kemih hingga di atas simfisis pubis. Pada palpasi, kubah kandungan kemih yang
mengalami distensi akan teraba licin dan bulat. Periksa adanya nyeri tekan. Lakukan
perkusi untuk mengecek keredupan dan menentukan berapa tinggi kandung kemih
berada di atas simfisis pubis.
c. Perkusi :
Liver dan lien akan terdengar pekak pada perkusi. Pekak berpindah yang
positif menunjukkan adaya ascites.
d. Auskultasi :
A) Normal: suara peristaltik usus dengan intensitas rendah terdengar tiap 1030 detik.
B) Nada tinggi (nyaring): obstruksi GIT (metalic sound).
C) Berkurang/ hilang: peritonitis/ ileus paralitik.
D) Suara abnormal lainnya : -Bising usus; kemungkinan temuan peningkatan
atau penurunan motilitas. -Bruit; kemungkinan temuan bruit stenosis arteri
renalis. -Friction rub; kemungkinan temuan tumor hati, infak limpa.
DIAGNOSIS BANDING
Proteinuria transien : dapat ditemukan setelah latihan berat, demam, dehidrasi,
kejang dan terapi agonis adrenergik.
Proteinuria postural (ortostatik) : terjadi saat berdiri, bila berbaring, ekskresi
protein berada dalam rentang normal. Proteinuria jenis ini merupakan tipe
glomerular, biasanya ditemukan pada remaja yang tinggi kurus daan tidak
berhubungan dengan kelainan ginjal yang progresif.
Proteinuria tubular : yang ditandai dengan pengeluaran protein dengan berat
molekul rendah dalam jumlah besar dan biasanya dihubungkan dengan nekrosis
tubular akut (NTA), pielonefritis, kelainan struktur ginjal, penyakit ginjal polikistik,
dan toksik tubular seperti antibiotik dan obat kemoterpi tertentu.
Proteinuria glomerular : ditandai dengan proteinuria yang terdiri atas protein
dengan berat molekul besar dan kecil disertai bukti penyakit glomerular
(hematuria, hipertensi, dan infusiensi ginjal). (Nelson)
Edema non-renal : gagal jantung kongestif, gangguan nutrisi, edemahepatal.
Glomerulonefritis akut
Lupus sistemik eritematosus.
Penanggulangan Asidosis
Pada umumnya asidosis baru timbul pada tahap lanjut dari nefrotik sindrom.
Sebelum memberikan pengobatan khusus, faktor lain yang harus diatasi dulu
misalnya rehidrasi. Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus
dihindari. Pengobatan natrium bikarbonat dapat diberikan melalui peroral dan
parenteral, pada permulaan diberi 100 mg natrium bicarbonate, diberikan melalui
intravena secara perlahan-lahan.Tetapi lain dengan dilakukan dengan cara
hemodialisis dan dialysis peritoneal.
Pengobatan dan pencegahan infeksi
Ginjal yang sedemikian rupa lebih mudah mengalami infeksi, hal ini dapat
memperburuk faal ginjal. Obat-obatan antimikroba diberikan bila ada bakteriuria
dengan memperhatikan efek nefrotoksik, tindakan katetrisasi harus sedapat
mungkin dihindari karena dapat mempermudah terjadinya infeksi.
Pengaturan diet dan makanan
Gejala ureum dapat hilang bila protein dapat dibatasi dengan syarat kebutuhan
energi dapat terpenuhi dengan baik, protein yang diberikan sebaiknya mengandung
asam amino yang esensial, diet yang hanya mengandung 20 gram protein yang
dapat menurunkan nitrogen darah, kalori diberikan sekitar 30 kal/kgBB dapat
dikurangi apabila didapati obesitas.
Klirens inulin
Inulin merupakan marker yang ideal karena memenuhi semua persyaratan
tersebut, sehingga klirens inulin dipakai sebagai baku emas dalam
penghitungan LFG baik pada dewasa maupun pada anak-anak. Pengukuran
LFG dengan klirens inulin hanya dipakai dalam riset, karena klirens inulin sulit
dilakukan dalam praktek sehari-hari. Prosedur pemeriksaan adalah dengan
cara infus inulin selama 3 jam agar diperoleh kadar yang stabil dalam cairan
ekstraseluler. Dibutuhkan intake cairan yang banyak.
Klirens kreatinin
Kreatinin endogen paling sering dipakai untuk menentukan LFG. Meskipun
kreatinin bebas filtrasi dalam glomerulus, terdapat sejumlah kecil kreatinin
disekresi dalam tubulus. Perlu pengumpulan kemih 24 jam. LFG berhubungan
terbalik dengan kadar kreatinin plasma.
2. Urinalisis
Urinalisis adalah tes awal diagnosis sindromk nefrotik.Proteinuria berkisar 3+
atau 4+ pada pembacaan dipstik, atau melalui tes semikuantitatif dengan
asam sulfosalisilat.3+ menandakan kandungan protein urin sebesar 300 mg/dL
atau lebih, yang artinya 3g/dL atau lebih yang masuk dalamnephrotic range.2
3.Patologi Anatomi
Pemeriksaan Patologi Anatomi
Glomerulonefritis membranoproliperatif -> memiliki penampakan lobuler
karena proliferasi meningeal dan dinding kapiler menunjukan double
contour/tram-track
Glomerulonefrits Crescentic -> Sindrom goodpasture,pemulasan
penularan(Lumpy Bumpy. Banyak sel berbentuk sabit(crescentik) yang
mengalami sklerosis.
Nefrophati Ig A -> Purpura Henoch Schonlein,sel-sel berbentuk sabit
B. Suportif
- apabila didapatkan udem anasarca lakukan tirah baring
- selain pemberian kortikosteroid atau immunosupresan
diperlukan pemberian obat suportif lain seperti pemberian diet
protein normal, diet rendah garam dan diuretic. Diuretic berupa
furosemide 1-2mg/kgBB perhari, bila perlu kombinasi dengan
spiranolaktan 2-3mg/kgBB perhari bila terdapat udema anasarca
yang mengganggu aktivitas
C. Pemantauan
Pemberian prednisone atau immunosupresan lain dalam jangka
waktu lama dapat menimbulkan efek samping. Prednisone dapat
menyebabkan hipertensi dan efek samping lain, furosemide dapat
menyebabkan depresi sumsum tulang. Pemeriksaan tekanan
darah harus dilakukan secara rutin. Pada pemakaian siklofosfamid
perlu pemeriksaan darah tepi tiap minggu. Apabila didapatkan
hipertensi diberikan obat antihipertensi/ prednisone dihentikan
dan diganti dengan obat immunosupresan lain.
DARAH
Difatwakan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin -hafizhahullah- :
Darah yang mengalir dari hewan yang najis baik dalam keadaan hidup maupun sudah mati
(bangkainya), maka darahnya adalah najis secara mutlak. Misalnya, darah babi dan anjing. Sedikit
ataupun banyak tetap najis dan wajib dibersihkan.
Darah yang keluar dari hewan suci baik dalam keadaan hidup dan mati, seperti ikan dan belalang,
maka darahnya adalah suci. Karena apabila bangkainya suci hal itu menjadi dalil atas sucinya
darah. Sesungguhnya haramnya bangkai adalah karena adanya darah di dalamnya, berdasarkan
sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
Sesuatu yang mengalirkan darah dan disebut nama Allah Subhanahu wa taala atasnya (saat
menyembelih) maka makanlah.
Hadits ini juga menjadi dalil atas sucinya darah binatang suci yang mati karena disembelih dengan
menyebut nama Allah atasnya. Misalnya, darah sapi atau kambing yang mati karena disembelih,
jika disembelih dengan menyebut nama Allah, maka darahnya adalah suci. Apabila pakaian atau
sepatu terciprat darahnya, maka tidaklah membatalkan wudhu dan shalat, akan tetapi sebaiknya
dibersihkan.
Allah Taala berfirman:
Katakanlah, Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang
diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah
yang mengalir, atau daging babi, karena sesungguhnya semua itu kotor (rijs). (QS. Al-Anam 145)
Begitu juga dengan darah nyamuk, lalat, semut, dll karena bangkainya suci
maka darahnya pun suci.
Darah haid dan darah nifas pada wanita adalah najis secara mutlak. Sedikit
ataupun banyak tetap najis dan wajib untuk dibersihkan.
Dari Asma -radhiallahu anha- :
Seorang perempuan datang menemui Nabi -shallallahu alaihi wasallamseraya berkata, Pakaian salah seorang dari kami (wanita) terkena darah haid,
apa yang harus dia lakukan? Beliau menjawab, Keriklah darah itu, kemudian
bilaslah dia dengan air, kemudian cucilah ia. Setelah itu (kamu boleh)
memakainya untuk shalat. (HR. Al-Bukhari no. 330 & Muslim no. 291)
Darah yang mengalir dari manusia adalah suci serta tidak membatalkan wudhu
dan shalat menurut sebagian besar Ulama, akan tetapi membersihkannya
adalah yang utama. Misalnya mimisan, darah yang keluar karena luka, muntah
darah, atau darah istihadhah maka sedikit atau banyaknya tidaklah
membatalkan wudhu dan shalat. Dalil sucinya darah istihadhah adalah dengan
adanya perintah untuk tetap mengerjakan shalat dan tidak terhalangnya atas
hal-hal yang dibolehkan saat suci ketika seorang wanita mengalami istihadhah.
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Ed. 6.
Jakarta : EGC.
Sofwan, Ahmad. 2015. Systema Urogenitale (Apparatus Urogenitalis).
Jakarta: Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3 Revisi. Jakarta: EGC
saripediatri.idai.or.id/pdfile/14-4-12.pdf (diakses pada 28 maret, 2016)
Sudoyo AW, et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 6th ed, Jilid I. Jakarta :
Interna Publishing