KELOMPOK 8
1. MUHAMMAD FAUZAN IFTIHAR ( K1A1 15 008 )
2. GISCHA ISNANDA RATU ( K1A1 16 130 )
3. ZAINUL MUHLISIN ( K1A1 16 025 )
4. LUTHFI ASYIFA HARSA ( K1A1 16 026 )
5. MUHAMMAD AKBAR SYUKUR AFA ( K1A1 16 027 )
6. AHMAD RUWAIM FATWA (K1A1 16 065 )
7. NATASYA KARTIKA MAHARANI ( K1A1 16 067 )
8. FAUZIAH SALIM ( K1A1 16 068 )
9. MUHAMMAD SYARIF HIDAYAT R ( K1A1 16 108 )
10. ANGGUN.C ( K1A1 16 109 )
11. FARADILA ILMI AULIA ( K1A1 16 110 )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dipandang dari sudut fisiologis, system urogenital dapat dibagi dalam 2 unsur
yang sangat berbeda sifatnya : system urinarius dan system genitalia. Akan tetapi
dipandang dari sudut embriologi dan anatomi, kedua system ini saling bertautan.
Keduanya berasal dari rigi mesoderm yang sama disepanjang dinding belakang
rongga perut, dan saluran pembuangan kedua system ini pada mulanya bermuara
kerongga yang sama, yaitu kloaka.
Pada perkemmbangan selanjutnya, tumpang tindih kedua system ini terutama
nyata sekali pada pria. Duktus ekstretorius primitive mula-mula berfungsi sebagai
duktus urinarius, tetapi kemudian berubah menjadi duktus genitalis utama. Selain
itu, pada orang dewasa, alat kemih maupun kelamin ini menyalurkan air kemih
dan semen melalui sebuah saluran yang sama, uretra penis.
D. Kasus
Seorang ibu, 35 tahun, datang ke RS dengan keluhan sakit di daerah perut
kanan dan menjalar sampai ke bawah 5 jam yang lalu. Sakitnya bersifat datang-
datang. Penderita merasa mual tapi tidak sampai muntah, tidak ada demam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kata Kunci
1. Wanita 35 tahun
2. Keluhan sakit di perut kanan
3. Menjalar sampai ke bawah 5 jam yang lalu
4. Sakitnya bersifat datang-datang
5. Merasa mual
6. Tidak muntah
7. Tidak demam
B. Pertanyaan
1. Jelaskan anatomi, histologi, dan fisiologi sistem urinarius !
2. Jelaskan pembagian regio abdomen !
3. Jelaskan klasifikasi nyeri abdomen !
4. Jelaskan patomekanisme tiap gejala !
5. Sebutkan penyakit-penyakit yang menyebabkan sakit perut mendadak!
6. Jelaskan penatalaksanaan untuk penyakit-penyakit yang menyebabkan sakit
perut mendadak !
7. Jelaskan pencegahan untuk penyakit-penyakit yang menyebabkan sakit
perut mendadak !
8. Bagaimana langkah-langkah diagnosis ?
9. Jelaskan DD dan DS !
C. Jawaban Pertanyaan
1. Anatomi, histologi, dan fisiologi sistem urinarius :
a. Anatomi
i. Ren
Struktur ren terdiri atas cortex renalis dan medulla renalis, yang
masing-masing berbeda dalam warna dan bentuk. Cortex renalis
berwarna pucat, mempunyai permukaan yang kasar. Medulla renalis
terdiri atas pyramidales renale (= pyramis renalis Malpighii ),
berjumlah antara 12 – 20 buah, berwarna agak gelap. Basis dari
bangunan piramid ini, disebut basis pyramidis berada pada cortex, dan
apexnya yang dinamakan papilla renalis, terletak menghadap ke arah
medial, bermuara pada calyx minor.
Axis transversal dan ren terletak latero dorsal, dan axis longitudinal
terletak latero-caudal, sehingga extremitas superior renalis letaknya
lebih dekat pada linea mediana daripada extremitas inferior renalis.
Extremitass inferior renalis pada umumnya dapat dipalpasi.
Ren sinister dan ren dexter berdampingan dengan organ-organ yang
berada di sekitarnya, baik pada facies anterior maupun pada facies
posteriornya.
Vascularisasi
Arteri Renalis
Pada wanita ureter pars pelvica berada pad tepi posterior ovarium,
lalu berjalan di dalam ligamentum sacro-uterinum, selanjutnya berada
di dalam ligamentum cervicale laterale, di sebelah caudal pars inferior
ligamentum latum (= broad ligament ). Dekat pada cervix uteri ureter
membelok ke medial, berada di dalam ligamentum vesicale laterale,
berjalan di sebelah ventral ligamentum vaginale laterale menuju ke
vesica urinaria. Ureter sinister terletak lebih dekat pada vagina
daripada ureter dexter.
Vascularisasi
Facies superior dan bagian superior dari basis vesicae ditutupi oleh
peritoneum, yang membentuk reflexi (lipatan, lengkungan) dari
dinding lateral dan dari dinding ventral abdomen, di dekat tepi
cranialis symphysis osseum pubis. Dalam keadaan vesica urinaria
terisi penuh maka peritoneum ditekan ke arah cranial sehingga reflexi
tadi turut terangkat ke cranialis. Di sisi lateral vesica urinaria reflexi
peritoneum membentuk fossa para vesicalis.
iv. Urethra
Urethra Veminina
Urethra Masculina
1. pars prostatica
2. pars membranacea
3. pars spongiosa
Vascularisasi
Urethra pars prostatica mendapat suplai darah terutama dari arteria
vesicalis inferior dan arteria rectalis media. Urethra pars membranacea
diberi suplai darah oleh arteria bulbi penis. Urethra pars spongiosa
mendapat suplai darah dari arteria urethralis dan cabang-cabang arteria
dorsalis penis dan arteria profunda penis. Aliran darah venous menuju
ke plexus venosus prostaticus dan ke vena pudenda interna. Aliran
lymphe dari urethra pars prostatica dan pars membranacea dibawa
oleh pembuluh-pembuluh lymphe yang berjalan mengikuti vasa
pudenda interna menuju ke lymphonodi iliaci interni (sebagian besar)
dan ke lymphonodi iliaci externi (sebagian kecil). Aliran lymphe dari
urethra pars spongiosa, sebagian besar dibawa menuju ke
lymphonodus inguinalis profundus, dan sebagian kecil menuju ke
lymphonodus iliacus externus.
b. Histologi
i. Ginjal
Ansa henle terbagi atas 3 bagian yaitu bagian tebal turun (pars
asendens), bagian tipis (segmen tipis) dan bagian tebal naik (pars
asendens). Segmen tebal turun mempunyai gambaran mirip dengan
tubulus kontortus proksimal, sedangkan segmen tebal naik
mempunyai gambaran mirip tubulus kontortus distal. Segmen tipis
ansa henle mempunyai tampilan mirip pembuluh kapiler darah,
tetapi epitelnya sekalipun hanya terdiri atas selapis sel gepeng,
sedikit lebih tebal sehingga sitoplasmanya lebih jelas terlihat.
Selain itu lumennya tampak kosong. Ansa henle terletak di medula
ginjal. Fungsi ansa henle adalah untuk memekatkan atau
mengencerkan urin.
ii. Ureter
iii.Kandung kemih
iv. Uretra
Pars Prostatika, yaitu bagian uretra mulai dari muara uretra pada
kandung kemih hingga bagian yang menembus kelenjar prostat.
Pada bagian ini bermuara 2 saluran yaitu duktus ejakulatorius dan
saluran keluar kelenjar prostat.
b. Fisiologi
Fungsi ginjal:
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit
fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal.
Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus
distal dan tubulus urinarius
i. Rangsangan simpatis
Anatomi Abdomen
Dinding abdomen terdiri dari pada kulit, fascia superfiscialis, lemak, otot
– otot, fascia transversalis dan parietal peritoneum (Shaikh, 2014). Selain
itu, posisi abdomen ada diantara
Toraks dan pelvis (Moore, 2014).
Pada abdomen, terdapat empat kuadran yang dibahagi dari bagian
midline dan bagian transumbilical (Pansky, 2013)
a. Bagian kanan atas : Hepar dan kantong empedu
b. Bagian kiri atas : Gastric dan limfa
c. Bagian kanan bawah : Cecum, ascending colon dan usus kecil
d. Bagian kiri bawah : Descending colon, sigmoid colon, dan usus kecil
Jika karena sesuatu sebab terjadi sumbatan pada aliran urine, terjadi
kontraksi otot polos yang berlebihan yang bertujuan untuk mendorong
atau mengeluarkan sumbatan tersebut dari saluran kemih. Kontraksi itu
dirasakan sebagai nyeri kolik yang datang secara berkala, sesuai dengan
irama peristaltik ureter. Ureter memasuki kandung kemih menembus otot
detrusor di daerah trigonum kandung kemih. Normalnya ureter berjalan
secara oblique sepanjang beberapa sentimenter menembus kandung
kemih yang disebut dengan ureter intramural kemudian berlanjut pada
ureter submukosa. Tonus normal dari otot detrusor pada dinding kandung
kemih cenderung menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran
balik urine dari kandung kemih saat terjadi tekanan di kandung kemih.
Setiap gelombang peristaltik yang terjadi sepanjang ureter akan
meningkatkan tekanan dalam ureter sehingga bagian yang menembus
kandung kemih membuka dan memberi kesempatan kandung urine
mengalir ke dalam kandung kemih. (Sylvia,2005)
Mual dan muntah merupakan gejala dan tanda yang sering menyertai
1
gangguan gastrointenstinal, dengan penyakit-penyakit lain. Mual
merupakan gejala awal dari muntah. Mual adalah pengenalan secara
sadar terhadap eksitasi bawah sadar pada daerah medula yang secara erat
berhubungan dengan atau merupakan bagian dari pusat muntah, dan mual
dapat disebabkan oleh:
b. Makanan
c. Aktivitas
d. Dukungan sosial
8. Langkah-langkah diagnosis
a. Anamnesis
4) Auskultasi
Dilakukan bila dicurigai ada stenosis atau aneurisma A.Renalis
atau pembuluh darah lain hingga akan terdengar suara bising (bruit
sistolik)
c. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Purnomo,2016),pemeriksaan penunjang yang di perlukan yaitu:
1) Pemeriksaan Sedimen urin, dapat menunjukkan adanya leukosituria,
hematuria dan kristal pembentuk batu
2) Pemeriksaan kultur urin, mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan
kuman pemecah urea
3) Pemeriksaan faal ginjal, untuk mencari kemungkinan terjadinya
penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersiapkan pasien menjalani
pemeriksaan foto IVU
4) Pemeriksaan kadar elektrolit, sebagai faktor penyebab timbulnya batu
saluran kemih (antara lain kadar : kalsium, oksalat, fosfat maupun
asam urat dalam darah maupun urin)
5) Pemeriksaan Imaging :
Foto Polos Abdomen
Ini bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio-opak disaluran
kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan
paling sering dijumpai diantara
batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio-
lusen).
Usia 35 thn + + +
Nyeri perut + + +
kanan
Mual + + +
Menjalar + + +
hingga ke
bawah
Nyeri hilang + +/- -
timbul
a. Nefrolitiasis
1) Definisi
Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan suatu keadaan dimana
terdapat satu atau lebih batu didalam pelvis atau kaliks dari ginjal.
Secara garis besar pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh faktor
intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu umur, jenis kelamin, dan
keturunan, sedangkan faktor ekstrinsik yaitu kondisi geografis, iklim,
kebiasaan makan, zat yang terkandung dalam urin, pekerjaan, dan
sebagainya (Purnomo, Basuki B, 2016)
2) Epidemiologi
Hampir semua kepustakaan yang membahas batu saluran kemih
menunjukkan bahwa penderita batu saluran kemih paling banyak
diderita oleh pria dibandingkan dengan wanita dengan perbandingan 3
sampai 4 : 1, dan komposisi batu terbanyak adalah batu kalsium
oksalat, pada usia rata-rata 40 sampai 60 tahun, yang pada penelitian
ini juga ditemukan sama.
Prevalensi penyakit ini diperkirakan sebesar 7% pada perempuan
dewasa dan 13% pada laki-laki dewasa. Empat dari lima pasien adalah
laki-laki, sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai ke
empat.
Di Indonesia sendiri, penyakit ginjal yang paling sering ditemui
adalah gagal ginjal dan nefrolitiasis. Prevalensi tertinggi penyakit
nefrolitiasis yaitu di daerah DI Yogyakarta (1,2%), diikuti Aceh
(0,9%), Jawa Barat, Jawa Tengah , dan Sulawesi Tengah masing-
masing (0,8%). (Fauzi,Ahmad dan Marco Manza Adi Putra, 2016)
3) Faktor Risiko
Faktor risiko nefrolitiasis (batu ginjal) umumnya biasanya karena
adanya riwayat batu di usia muda, riwayat batu pada keluarga, ada
penyakit asam urat, kondisi medis lokal dan sistemik, predisposisi
genetik, dan komposisi urin itu sendiri. Komposisi urin menentukan
pembentukan batu berdasarkan tiga faktor, berlebihnya komponen
pembentukan batu, jumlah komponen penghambat pembentukan batu
(seperti sitrat, glikosaminoglikan) atau pemicu (seperti natrium, urat).
Anatomis traktus anatomis juga turut menentukan kecendrungan
pembentukan batu. (Purnomo, Basuki B, 2016)
4) Klasifikasi
Nefrolitiasis berdasarkan komposisinya terbagi menjadi batu
kalsium, batu struvit, batu asam urat, batu sistin, batu xanthine, batu
triamteren, dan batu silikat.
Terdapat beberapa jenis variasi dari batu ginjal, yaitu:
a) Batu Kalsium
Batu yang paling sering terjadi pada kasus batu ginjal. Kandungan
batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau
campuran dari kedua unsur tersebut. Faktor-faktor terbentuknya
batu kalsium adalah:
- Hiperkalsiuri
Terbagi menjadi hiperkalsiuri absorbtif, hiperkalsiuri renal, dan
hiperkasiuri resorptif. Hiperkalsiuri absorbtif terjadi karena
adanya peningkatan absorbsi kalsium melalui usus,
hiperkalsiuri renal terjadi akibat adanya gangguan kemampuan
reabsorbsi kalsium melalu tubulus ginjal dan hiperkalsiuri
resorptif terjadi karena adanya peningkatan resorpsi kalsium
tulang.
- Hiperoksaluri
Merupakan eksresi oksalat urin yang melebihi 45 gram perhari.
- Hiperurikosuria
Kadar asam urat di dalam urin yang melebihi 850mg/24 jam.
- Hipositraturia
Sitrat yang berfungsi untuk menghalangi ikatan kalsium dengan
oksalat atau fosfat sedikit.
- Hipomagnesuria
Magnesium yang bertindak sebagai penghambat timbulnya batu
kalsium kadarnya sedikit dalam tubuh. Penyebab tersering
hipomagnesuria adalah penyakit inflamasi usus yang diikuti
dengan gangguan malabsorbsi.
b) Batu Struvit
Batu yang terbentuk akibat adanya infeksi saluran kemih.
c) Batu Asam Urat
Biasanya diderita pada pasien-pasien penyakit gout, penyakit
mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan terapi anti kanker, dan
yang banyak menggunakan obat urikosurik seperti sulfinpirazon,
thiazid, dan salisilat.
d) Batu Jenis Lain
Batu sistin, batu xanthine, batu triamteran, dan batu silikat sangat
jarang dijumpai. (Ratu, G, A. Badji, Hardjoeno. 2016)
5) Etiologi
Penyebab pasti yang membentuk batu saluran kemih belum
diketahui, oleh karena banyak faktor yang dilibatkannya. Diduga dua
proses yang terlibat dalam batu saluran kemih yakni supersaturasi dan
nukleasi. Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun batu
terdapat dalam jumlah besar dalam urin, yaitu ketika volume urin dan
kimia urin yang menekan pembentukan batu menurun. Pada proses
nukleasi, natrium hydrogen urat, asam urat dan kristal hidroksipatit
membentuk inti. Ion kalsium dan oksalat kemudian merekat (adhesi) di
inti untuk membentuk campuran batu. Proses ini di namakan nukleasi
heterogen. Analisis batu yang memadai akan membantu memahami
mekanisme patogenesis batu saluran kemih dan merupakan tahap awal
dalam penilaian dan awal terapi pada penderita batu saluran kemih
(Ratu, G, A. Badji, Hardjoeno,2016)
6) Patomekanisme
Pembentukan batu pada ginjal umumnya membutuhkan keadaan
supersaturasi. Namun pada urin normal, ditemukan adanya zat
inhibitor pembentuk batu. Pada kondisi-kondisi tertentu, terdapat zat
reaktan yang dapat menginduksi pembentukan batu. Adanya hambatan
aliran urin, kelainan bawaan pada pelvikalises, hiperplasia prostat
benigna, striktura, dan buli bulineurogenik diduga ikut berperan dalam
proses pembentukan batu.
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan
organik maupun anorganik yang terlarut dalam urin. Kristal-kristal
tersebut akan tetap berada pada posisi metastable (tetap terlarut)dalam
urin jika tidak ada keadaan-keadaan yang menyebabkan presipitasi
kristal. Apabila kristal mengalami presipitasi membentuk inti batu,
yang kemudian akan mengadakan agregasi dan menarik bahan-bahan
yang lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Kristal akan
mengendap pada epitel saluran kemih dan membentuk batu yang cukup
besar untuk menyumbat saluran kemih sehingga nantinya dapat
menimbulkan gejala klinis (Purnomo, Basuki B, 2016)
7) Gejala Klinis
Penderita nefrolitiasis sering mendapatkan keluhan rasa nyeri pada
pinggang ke arah bawah dan depan. Nyeri dapat bersifat kolik atau non
kolik. Nyeri dapat menetap dan terasa sangat hebat. Mual dan muntah
sering hadir, namun demam jarang djumpai pada penderita. Dapat juga
muncul adanya bruto atau mikrohematuria.Pada pemeriksaan fisis
mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah costovertebra, teraba
ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal
ginjal, dan retensi urin (Purnomo, Basuki B, 2016)
8) Diagnosis
Selain dari keluhan khas atau gejala klinis yang didapatkan pada
penderita nefrolitiasis, ada beberapa hal yang harus dievaluasi untuk
menegakkan diagnosis, yaitu:
a) Evaluasi skrining yang terdiri dari sejarah rinci medis dan
makanan, kimia darah, dan urin pada pasien.Pemeriksaan sedimen
urin menunjukkan adanya leukosituria, hematuria, dan dijumpai
berbagai kristal pembentuk batu. Pemeriksaan faal ginjal bertujuan
untuk mencari kemungkinan terjadinya penurunan fungsi ginjal dan
untuk mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan foto IVU/IVP.
Perlu juga diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai faktor
penyebab timbulnya batu saluran kemih (antara lain kadar: kalsium,
oksalat, fosfat maupun urat didalam darah maupun didalam urin).
b) Foto Rontgen Abdomen yang digunakan untuk melihat adanya
kemungkinan batu radio-opak.
c) Pielografi Intra Vena (IVP) yang bertujuan melihat keadaan
anatomi dan fungsi ginjal. Pemeriksaan ini dapat terlihat batu yang
bersifat radiolusen.
d) Ultrasonografi (USG) dapat melihat semua jenis batu.
e) CT Urografi tanpa kontras adalah standar baku untuk melihat
adanya batu di traktus urinarius.
9) Penatalaksanaan
Tujuan utama tatalaksana pada pasien nefrolitiasis adalah
mengatasi nyeri, menghilangkan batu yang sudah ada, dan mencegah
terjadinya pembentukan batu yang berulang.
a) ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Alat ini ditemukan pertama kali pada tahun 1980 oleh Caussy.
Bekerja dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan di
luar tubuh untuk menghancurkan batu di dalam tubuh. Batu akan
dipecah menjadi bagian-bagian yang kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dianggap sebagai
pengobatan cukup berhasil untuk batu ginjal berukuran menengah
dan untuk batu ginjal berukuran lebih dari 20-30 mm pada pasien
yang lebih memilih ESWL, asalkan mereka menerima perawatan
berpotensi lebih
b) PCNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy)
Merupakan salah satu tindakan endourologi untuk mengeluarkan
batu yang berada di saluran ginjal dengan cara memasukan alat
endoskopi ke dalam kalises melalui insisi pada kulit. Batu
kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi
fragmen-fragmen kecil. Asosiasi Eropa Pedoman Urologi tentang
urolithiasis merekomendasikan PNL sebagai pengobatan utama
untuk batu ginjal berukuran >20mm, sementara ESWL lebih
disukai sebagai lini kedua pengobatan, karena ESWL sering
membutuhkan beberapa perawatan, dan memiliki risiko obstruksi
ureter, serta kebutuhan adanya prosedur tambahan. Ini adalah
alasan utama untuk merekomendasikan bahwa PNL adalah baris
pertama untuk mengobati pasien nefrolitias.
c) Bedah terbuka
Untuk pelayanan kesehatan yang belum memiliki fasilitas PNL
dan ESWL, tindakan yang dapat dilakukan melalui bedah terbuka.
Pembedahan terbuka itu antara lain pielo litotomi atau nefrolitotomi
untuk mengambil batu pada saluran ginjal.
d) Terapi Konservatif atau Terapi Ekspulsif Medikamentosa (TEM)
Terapi dengan mengunakan medikamentosa ini ditujukan pada
kasus dengan batu yang ukuranya masih kurang dari 5mm, dapat
juga diberikan pada pasien yang belum memiliki indikasi
pengeluaran batu secara aktif. Terapi konservatif terdiri dari
peningkatan asupan minum dan pemberian diuretik; pemberian
nifedipin atau agen alfa-blocker, seperti tamsulosin; manajemen
rasa nyeri pasien, khusunya pada kolik, dapat dilakukan dengan
pemberian simpatolitik, atau antiprostaglandin, analgesik;
pemantauan berkala setiap 1-14 hari sekali selama 6 minggu untuk
menilai posisi batu dan derajat hidronefrosis (Purnomo, Basuki B,
2016)
10) Komplikasi
Komplikasi pada nefrolitiasis bedakan menjadi komplikasi akut
dan komplikasi jangka panjang.
a) Komplikasi Akut
Kematian, kehilangan fungsi ginjal, kebutuhan transfusi dan
tambahan invensi sekunder yang tidak direncanakan.
b) Komplikasi Jangka Panjang
Striktura, obstruksi, hidronefrotis, berlanjut dangan atau tanpa
pionefrosis, dan berakhir dengan kegagalan faal ginjal yang
terkena. (Fauzi, Ahmad dan Marco Manza Adi Putra,2016)
1) Definisi
2) Pendekatan Diagnosis
i. Anamnesis
3) Penatalaksanaan
Nonfarmakologis
Farmakologis
Antimikroba berdasarkan pola kuman yang ada. Bila hasil tes
resistensi kuman sudah ada, pemberian antimikroba disesuaikan.
( Infeksi saluran kemih.In:Sudoyo A, Setiyohadi B,Alwi
I,Simadibrata M,Setiati S,editors.Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam.5th ed.jakarta;Pusat informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.2009).
4) Komplikasi
5) Prognosis
Infeksi saluran kemih tanpa kelainan anatomis mempunyai
prognosis yang lebih baik bila dilakukan pengobatan pada fase akut
yang adekuat dan disertai pengawasan terhadap kemungkinan infeksi
berulang. ( Infeksi saluran kemih.In:Sudoyo A, Setiyohadi B,Alwi
I,Simadibrata M,Setiati S,editors.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.5th
ed.jakarta;Pusat informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.2009).
c. Urolithiasis
1) Definisi
Urolithiasis adalah suatu kondisi dimana dalam saluran kemih
individu terbentuk batu berupa kristal yang mengendap dari urin .
Pembentukan batu dapat terjadi ketika tingginya konsentrasi kristal
urin yang membentuk batu seperti zat kalsium, oksalat, asam urat
dan/atau zat yang menghambat pembentukan batu (sitrat) yang
rendah . Urolithiasis merupakan obstruksi benda padat pada saluran
kencing yang terbentuk karena faktor presipitasi endapan dan
senyawa tertentu
2) Etiologi
Penyebab terjadinya urolithiasis secara teoritis dapat terjadi atau
terbentuk diseluruh salurah kemih terutama pada tempat-tempat
yang sering mengalami hambatan aliran urin (statis urin) antara lain
yaitu sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan
pada pelvikalis (stenosis uretro-pelvis), divertikel, obstruksi
intravesiko kronik, seperti Benign Prostate Hyperplasia (BPH),
striktur dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang
memudahkan terjadinya pembentukan batu (Andi eka pranata, Eko
Prabowo, 2014)
3) Manifestasi Klinis
a. Nyeri
Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis nyeri yaitu
nyeri kolik dan non kolik. Nyeri kolik terjadi karena adanya
stagnansi batu pada saluran kemih sehingga terjadi resistensi dan
iritabilitas pada jaringan sekitar .Nyeri kolik juga karena adanya
aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter
meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu pada
saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan
intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan pada
terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri (Purnomo, 2012).
b. Gangguan miksi
Adanya obstruksi pada saluran kemih, maka aliran urin (urine
flow) mengalami penurunan sehingga sulit sekali untuk
miksi secara spontan. Pada pasien nefrolithiasis, obstruksi saluran
kemih terjadi di ginjal sehingga urin yang masuk ke vesika urinaria
mengalami penurunan. Sedangkan pada pasien uretrolithiasis,
obstruksi urin terjadi di saluran paling akhir sehingga kekuatan
untuk mengeluarkan urin ada namun hambatan pada saluran
menyebabkan urin stagnansi . Batu dengan ukuran kecil
mungkin dapat keluar secara spontan setelah melalui hambatan
pada perbatasan uretero- pelvik, saat ureter menyilang vasa
iliaka dan saat ureter masuk ke dalambuli-buli (Purnomo,2012).
c. Hematuria
Batu yang terperangkap di dalam ureter (kolik ureter)
sering mengalami desakan berkemih, tetapi hanya sedikit urin
yang keluar. Keadaan ini akan menimbulkan gesekan yang
disebabkan oleh batu sehingga urin yang dikeluarkan bercampur
dengan darah (hematuria) . Hematuria tidak selalu terjadi pada
pasien urolithiasis, namun jika terjadi lesi pada saluran kemih
utamanya ginjal maka seringkali menimbulkan hematuria yang
masive, hal ini dikarenakan vaskuler pada ginjal sangat kaya dan
memiliki sensitivitas yang tinggi dan didukung jika karakteristik
batu yang tajam pada sisinya.
3) Patofisiologi
Banyak faktor yang menyebabkan berkurangnya aliran urin dan
menyebabkan obstruksi, salah satunya adalah statis urin dan
menurunnya volume urin akibat dehidrasi serta ketidakadekuatan
intake cairan, hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya
urolithiasis. Rendahnya aliran urin adalah gejala abnormal yang
umum terjadi. selain itu, berbagai kondisi pemicu terjadinya
urolithiasis seperti komposisi batu yang beragam menjadi faktor
utama bekal identifikasi penyebab urolithiasis.
4) Pemeriksaan Diagnostik
Purnomo, (2012) diagnosis urolithiasis dapat ditegakkan melalui
beberapa pemeriksaan seperti:
a) Kimiawi darah dan pemeriksaan urin 24 jam untuk mengukur
kadar kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, pH dan volume total
.
b) Analisis kimia dilakukan untuk menentukan komposisi batu.
c) Kultur urin dilakukan untuk mengidentifikasi adanya bakteri
dalam urin (bacteriuria)
d) Foto polos abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat
kemungkinan adanya batu radio-opak di saluran kemih. Batu-batu
jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan
paling sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu
asam urat bersifat non opak (radio-lusen) (Purnomo, 2012).
e) Intra Vena Pielografi (IVP)
f) Ultrasonografi (USG)
USG sangat terbatas dalam mendiagnosa adanya batu dan
merupakan manajemen pada kasus urolithiasis. Meskipun
demikian USG merupakan jenis pemeriksaan yang siap sedia,
pengerjaannya cepat dan sensitif terhadap renal calculi atau batu
pada ginjal, namun tidak dapat melihat batu di ureteral. USG
dikerjakan bila pasien tidak memungkinkan menjalani
pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-keadaan seperti alergi
terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, pada pada
wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai
adanya batu di ginjal atau buli-buli, hidronefrosis, pionefrosis,
atau pengerutan ginjal (Purnomo, 2012).
5. Penatalaksanaan
Tujuan dalam panatalaksanaan medis pada urolithiasis adalah
untuk menyingkirkan batu, menentukan jenis batu, mencegah
penghancuran nefron, mengontrol infeksi, dan mengatasi obstruksi
yang mungkin terjadi.
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran
kemih secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan
penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan/ terapi
pada batu saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan
obstruksi dan infeksi. Beberapa tindakan untuk mengatasi penyakit
urolithiasis adalah dengan melakukan observasi konservatif (batu
ureter yang kecil dapat melewati saluran kemih tanpa intervensi),
agen disolusi (larutan atau bahan untuk memecahkan batu),
mengurangi obstruksi (DJ stent dan nefrostomi), terapi non invasif
Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL), terapi invasif
minimal: ureterorenoscopy (URS), Percutaneous Nephrolithotomy,
Cystolithotripsi/ ystolothopalaxy, terapi bedah seperti nefrolithotomi,
nefrektomi, pyelolithotomi, uretrolithotomi, sistolithotomi (Purnomo,
2012
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ginjal adalah organ multifungsional yang mengatur hemostasis tubuh,
asam an elektrolit lain di dalam lingkungan cairan internal fungsi ginjal
berperan penting dalam mempertahankan homesostasis dengan mengeliminasi
komponen yang tidak lagi diperlukan dalam tubuh hasil dari metabolisme
namun kerusakan dalam unit fungsional dan ketidakseimbangan dalam
komponen intake. Ketidakseimbangan ini yang kemudian menimbulkan
keadaan patologis salah satunya dengan terbentuknya endapan berstruktur
kalsium yang akan menimbulkan obstruksi pada bagian fungsional ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
Basri, Muh Iqbal, dkk. 2016. Buku Ajar Biomedik 2. Makassar: Departemen
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Basuki B.Purnomo. 2016. Dasar- Dasar Urologi. Edisi 3. Malang .Sagung Seto
Fauzi, Ahmad dan Marco Manza Adi Putra. 2016. ‘Nefrolitiasis’. Majority.
Vol.5(2):69-72
Infection of the urinary tract.Dalam:Wein et al.Campbell-Walsh urology.9th
Edition.Saunders.
Jusuf, Ahmad Aulia. 2001. Diktat Kuliah Histologi. Jakarta: Bagian Histologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta : EGC
Leslie, SW. 2010. Nephrolithiasis, Acute Renal Colic. in E-Medicine.
Purnomo, Basuki B. 2016. Dasar-Dasar Urologi Edisi 3. Jakarta: Saguung
Penuntun pembelajaran pegangan mahasiswa sistem urigenitalia. 2018. Kendari.
FK UNHAS (Sumber nomor 1 dan 2)
Price, Sylvia A.2013. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta: EGC