Disusun ntuk memenuhi tugas stase keperawatan gawat darurat dan kritis
Oleh
AFENTIANI RIZKY SUHENDRI
204291517030
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI
2021
A. KONSEP DASAR
1. Anatomi dan Fisiologi
1. Ginjal
a. Bagian dalam (internal) medula. Substansia medularis terdiri dari piramid renalis
jumlahnya antara 8-16 buah yang mempunyai basis sepanjang ginjal, sedangkan apeksnya
menghadap ke sinus renalis.
a. Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh akan
dieksresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam jumlah besar, kekurangan
air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang dieksresi berkurang dan konsentrasinya
lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relative
normal.
c. Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh bergantung pada apa yang dimakan,
campuran makanan menghasilkan urine yang bersifat agak asam , pH kurang dari 6 ini
disebabkan hasil akhir metabolisme protein. Apabila banyak makan sayur-sayuran, urine
akan bersifat basa. pH urine bervariasi antara 4,8-8,2. Ginjal menyekresi urine sesuai
dengan perubahan pH darah.
d. Eksresi sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik, obat-obatan,
hasil metabolisme hemoglobin dan bahan kimia asing (pestisida).
e. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi hormon renin yang mempunyai
peranan penting mengatur tekanan darah (sistem renin angiotensin aldosteron) membentuk
eritropoiesis mempunyai peranan penting untuk memproses pembentukan sel darah merah
(eritropoiesis).
2. Ureter
Ureter terdiri dari dua buah tabung/saluran yang menghubungkan ginjal dengan kandung
kemih (vesika urinaria). Ureter merupakan lanjutan pelvis renis, menuju distal & bermuara
pada vesica urinaria. Panjangnya 25-30 cm dan diameternya 0,5 cm. Piala ginjal
berhubungan dengan ureter, menjadi kaku ketika melewati tepi pelvis dan ureter
menembus kandung kemih. Lapisan ureter terdiri dari; 1. Dinding luar jaringan ikat
(jaringan fibrosa), 2. Lapisan tengah (otot polos) dan 3. Lapisan sebelah dalam (mukosa)
Persarafan ureter oleh plexus hypogastricus inferior T11- L2 melalui neuron-neuron
simpatis. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit
sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung
kemih. Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan
dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada
tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh
sekitarnya mempunyai saraf sensorik. Pembagian ureter menurut tempatnya:
Dalam kavum abdomen ureter terletak di belakang peritoneum, sebelah media anterior
muskulus psoas mayor ditutupi oleh fasia subserosa. Vasa spermatika/ovarika intern
menyilang ureter secara obliq, selanjutnya ureter akan mencapai kavum peloleh vis
menyilang arteri iliaka eksterna. Ureter kanan terletak pada pars desendens duodenum
sewaktu turun ke bawah terdapat di kanan bawah dan disilangkan oleh kolon dekstra dan
vasa iliaka iliokolika, dekat apertura pelvis akan dilewati oleh bagian bawah mesenterium
dan bagian akhir ileum. Ureter kiri disilang oleh vasa koplika sinistra dekat apertura pelvis
superior, berjalan di belakang kolon sigmoid mesenterium.
b. Pars pelvis ureter, berjalan pada bagian dinding lateral dari kavum pelvis sepanjang tepi
anterior dari insisura iskiadika mayor dan tertutup oleh peritoneum. Ureter dapat
ditemukan di depan arteri hipogstrika bagian dalam nervus obturatoris, arteri vasialis
anterior dan arteri hemoroidalis media. Pada bagian bawah insisura iskiadika mayor ureter
agak miring ke bagian medial untuk mencapai sudut lateral dari vesika urinaria.
Pembuluh darah yang memperdarahi ureter adalah arteri renalis, arteri spermatika interna,
arteri hipogastrika, dan arteri vesikalis inferior.
c. Persarafan ureter
3. Kandung Kemih
Kandung kemih disebut juga bladder atau vesika urinaria. Kandung kemih merupakan
kantung berongga yang dapat diregangkan dan volumenya dapat disesuaikan dengan
mengubah status kontraktil otot polos di dindingnya. Secara berkala urin dikosongkan dari
kandung kemih ke luar tubuh melalui ureter. Organ ini mempunyai fungsi sebagai
reservoir urine (200-400 cc). Dindingnya mempunyai lapisan otot yang kuat. Letaknya di
belakang os pubis. Dalam kondisis penuh, bentuknya seperti telur (ovoid) dan apabila
kosong seperti limas. Apex (puncak) vesica urinaria terletak di belakang symphysis pubis.
Fungsi vesica urinaria yaitu (1) sebagai tempat penyimpanan urine, dan (2) mendorong
urine keluar dari tubuh. Persarafan kandung kemih Persarafan utama kandung kemih ialah
nervus pelvikus, yang berhubungan dengan medulla spinalis melalui pleksus sakralis,
terutama berhubungan dengan medulla spinalis segmen S2 dan S3. Yang berjalan melalui
nervus pelvikus ini adalah serat saraf motoik. Serat sensorik mendeteksi derajat regangan
pada dinding kandung kemih. Tanda-tanda regangan dari uretra posterior yaitu bersifat
sangat kuat dan terutama bertanggung jawab untuk mencetuskan refleks yang
menyebabkan kandung kemih.Saraf motorik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah
serat para simpatis. Serat ini berakhir pada sel ganglion yang terletak dalam dinding
kandung kemih, saraf postganglion pendek kemudian mempersarafi otot detrusor. Selain
nervus pelvikus, terdapat dua tipe persarafan lain yang penting untuk fungsi kandung
kemih, yaitu nervus pudendal dan nervus hipogastrikus Yang terpenting adalah serat otot
lurik yang berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter eksternus kandung kemih,
yang mempersarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter. Selain itu kandung kemih juga
menerima saraf simpatis dari rangkaian simpatis melalui nervus hipogastrikus, terutama
hubungan dengan segmen L2 medula spinalis. Serat simpatis ini mungkin terutama
merangsang pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih.
Beberapa serat saraf sensorik juga berjalan melalui saraf simpatis dan mungkin penting
dalam menimbulkan sensasi rasa penuh dan pada beberapa keadaan rasa nyeri.
4. Uretra
Uretra merupakan saluran keluar dari urin yang diekskresikan oleh tubuh melalui ginjal,
ureter, dan vesica urinaria. Uretra adalah saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki uretra berjalan
berkelokkelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang
menembus tulang pubis ke bagian penis, panjangnya ± 20 cm. Uretra pada laki-laki terdiri
dari uretra prostaria, uretra membranosa, dan uretra kavernosa. Lapisan uretra laki-laki
terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam) dan lapisan submukosa. Uretra pada
wanita terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit kearah atas, salurannya
dangkal, panjangnya ± 3-4 cm dari orifisium uretra interna sampai ke orifisium uretra
eksterna. Uretra ini terdapat di belakang simfisis pada dinding anterior vagina, menjurus
obliq ke bawah dan menghadap ke depan. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari; 1.Tunika
muskularis (sebelah luar), 2.Lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan 3.
Lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas
vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
Diafragma urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di depan permukaan vagina 2,5
cm di belakang gland klitoris.
2. Definisi
Gangguan ginjal akut (GGA) atau Acute Kidney Injury(AKI) dapat diartikan sebagai
penurunan cepat dan tiba-tiba atau parah pada fungsi filtrasi ginjal. Kondisi ini
biasanya ditandai oleh peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau azotemia
(peningkatan konsentrasi BUN). Akan tetapi biasanya segera setelah cedera ginjal
terjadi, tingkat konsentrasi BUN kembali normal, sehingga yang menjadi patokan
adanya kerusakan ginjal adalah penurunan produksi urin ((KDIGO), 2012)
Acute kidney injury (AKI) merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan gangguan
fungsi ginjal dalam mengatur komposisi cairan dan elektrolit tubuh, serta pengeluaran
produk sisa metabolisme, yang terjadi tiba-tiba dan cepat.
3. Etiologi
4. Patofisiologi
Dalam keadaan normal aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerolus relatif
konstan yang diatur oleh suatu mekanisme yang disebut otoregulasi. Dua
mekanisme yang berperan dalam autoregulasi ini adalah:
• Reseptor regangan miogenik dalam otot polos vascular arteriol aferen
• Timbal balik tubuloglomerular
Selain itu norepinefrin, angiotensin II, dan hormon lain juga dapat mempengaruhi
autoregulasi. Pada gagal ginjal pre-renal yang utama disebabkan oleh hipoperfusi ginjal.
Pada keadaan hipovolemi akan terjadi penurunan tekanan darah, yang akan mengaktivasi
baroreseptor kardiovaskular yang selanjutnya mengaktifasi sistim saraf simpatis, sistim
rennin-angiotensin serta merangsang pelepasan vasopressin dan endothelin-I (ET-1), yang
merupakan mekanisme tubuh untuk mempertahankan tekanan darah dan curah jantung
serta perfusi serebral. Pada keadaan ini mekanisme otoregulasi ginjal akan
mempertahankan aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus (LFG) dengan vasodilatasi
arteriol afferent yang dipengaruhi oleh reflek miogenik, prostaglandin dan nitric oxide
(NO), serta vasokonstriksi arteriol afferent yang terutama dipengaruhi oleh angiotensin-II
dan ET-1.
Ada tiga patofisiologi utama dari penyebab acute kidney injury (AKI) :
1. Penurunan perfusi ginjal (pre-renal)
2. Penyakit intrinsik ginjal (renal)
3. Obstruksi renal akut (post renal)
5. Manifestasi Klinik
Pada fase awal, gagal ginjal akut tidak menunjukkan gejala apa pun dan hanya bisa
dideteksi melalui uji laboratorium. Tapi, penyakit ini bisa memburuk dengan sangat cepat.
Tanda dan gejala dari GGA dapat termanifestasi pada berbagai organ tubuh, mulai dari
kulit, mata, telinga, system cardiovascular, dll. Berikut adalah beberapa tanda dan gejala
yang dapat tampak pada penderita GGA:
1. Kulit:
- Ischemi pada jari
- Butterfly rash
- Palpable purpura
2. Mata:
- Keratitis
- Uveitis
- Icteric
3. Telinga:
- Gangguan pendengaran
- Ulkus pada mukosa atau kartilago telinga (Wegener granulomatosis)
4. System cardiovascular:
- Aritmia, biasanya atrial fibrillation
- Murmur jantung (diakibatkan oleh endocarditis)
- Pericardial friction rub
5. Gagal jantung
Abdomen:
- ketegangan pada area perut
- massa pada area perut
6. Saluran pernapasan:
- Hemoptysis
- Ronchi paru
6. Komplikasi
Komplikasi terkait AKI tergantung dari keberatan AKI dan kondisi terkait AKI yang
ringan dan sedang mungkin secara keseluruhan asimtomatik khususnya saat awal. Pada
tabel berikut dijelaskan komplikasi yang sering terjadi dan penangannya untuk AKI.
7. Penatalaksanaan Medis
Menurut definisi, AKI prerenal adalah reversibel pada koreksi kelainan utama
hemodinamik, dan AKI postrenal dengan menghilangkan obstruksi. Sampai saat ini, tidak
ada terapi khusus untuk mendirikan AKI intrinsik renal karena iskemia atau
nefrotoksisitas. Manajemen gangguan ini harus fokus pada penghapusan hemodinamik
kelainan penyebab atau toksin, menghindari gejala tambahan, dan pencegahan dan
pengobatan komplikasi. Pengobatan khusus dari penyebab lain dari AKI renal tergantung
pada patologi yang mendasari.
1. AKI Prarenal
Komposisi cairan pengganti untuk pengobatan GGA prerenal akibat hipovolemia harus
disesuaikan sesuai dengan komposisi cairan yang hilang. Hipovolemia berat akibat
perdarahan harus dikoreksi dengan packed red cells, sedangkan saline isotonik biasanya
pengganti yang sesuai untuk ringan sampai sedang perdarahan atau plasma loss (misalnya,
luka bakar, pankreatitis). Cairan kemih dan gastrointestinal dapat sangat bervariasi dalam
komposisi namun biasanya hipotonik. Solusi hipotonik (misalnya, saline 0,45%) biasanya
direkomendasikan sebagai pengganti awal pada pasien dengan GGA prerenal akibat
meningkatnya kehilangan cairan kemih atau gastrointestinal, walaupun salin isotonik
mungkin lebih tepat dalam kasus yang parah. Terapi berikutnya harus didasarkan pada
pengukuran volume dan isotonik cairan yang diekskresikan. Kalium serum dan status
asam-basa harus dimonitor dengan hatihati. Gagal jantung mungkin memerlukan
manajemen yang agresif dengan inotropik positif, preload dan afterload mengurangi agen,
obat antiaritmia, dan alat bantu mekanis seperti pompa balon intraaortic. Pemantauan
hemodinamik invasif mungkin diperlukan untuk memandu terapi untuk komplikasi pada
pasien yang penilaian klinis fungsi jantung dan volume intravaskular sulit.
2. AKI intrinsic renal AKI
akibat lain penyakit ginjal intrinsik seperti glomerulonefritis akut atau vaskulitis dapat
merespon glukokortikoid, alkylating agen, dan atau plasmapheresis, tergantung pada
patologi primer. Glukokortikoid juga mempercepat remisi pada beberapa kasus interstitial
nefritis alergi. Kontrol agresif tekanan arteri sistemik adalah penting penting dalam
membatasi cedera 22 ginjal pada hipertensi ganas nephrosclerosis, toxemia kehamilan, dan
penyakit pembuluh darah lainnya. Hipertensi dan AKI akibat scleroderma mungkin
sensitif terhadap pengobatan dengan inhibitor ACE.
3. AKI postrenal
Manajemen AKI postrenal membutuhkan kerjasama erat antara nephrologist, urologi, dan
radiologi. Gangguan pada leher uretra atau kandung kemih biasanya dikelola awalnya oleh
penempatan transurethral atau suprapubik dari kateter kandung kemih, yang memberikan
bantuan sementara sedangkan lesi yang menghalangi diidentifikasi dan diobati secara
definitif. Demikian pula, obstruksi ureter dapat diobati awalnya oleh kateterisasi perkutan
dari pelvis ginjal. Memang, lesi yang menghalangi seringkali dapat diterapi perkutan
(misalnya, kalkulus, sloughed papilla) atau dilewati oleh penyisipan stent ureter (misalnya,
karsinoma). Kebanyakan pasien mengalami diuresis yang tepat selama beberapa hari
setelah relief obstruksi. Sekitar 5% dari pasien mengembangkan sindrom garam-wasting
sementara yang mungkin memerlukan pemberian natrium intravena untuk menjaga
tekanan darah. Pada dasarnya tata laksana AKI sangat ditentukan oleh penyebab AKI dan
pada tahap apa AKI ditemukan. Jika ditemukan pada tahap prarenal dan inisiasi (kriteria
RIFLE R dan I), upaya yang dapat dilakukan adalah tata laksana optimal penyakit dasar
untuk mencegah pasien jatuh pada tahap AKI berikutnya. Upaya ini meliputi rehidrasi bila
penyebab AKI adalah prarenal/hipovolemia, terapi sepsis, penghentian zat nefrotoksik,
koreksi obstruksi pascarenal, dan meng- hindari penggunaan zat nefrotoksik. Pemantauan
asupan dan pengeluaran cairan harus dilakukan secara rutin. Selama tahap poliuria (tahap
pemeliharaan dan awal perbaikan), beberapa pasien dapat mengalami defisit cairan yang
cukup berarti, sehingga pemantauan ketat serta pengaturan keseimbangan cairan dan
elektrolit harus dilakukan secara cermat. Substitusi cairan harus diawasi secara ketat
dengan pedoman volume urin yang diukur secara serial, serta elektrolit urin dan serum.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Biodata
a. Inisial :
b. Umur :
c. Jenis Kelami :
d. Suku/Bangsa :
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
14
Biasanya pasien dengan diagnose gagal ginjal akut sering terasa sesak, mual,
muntah.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya pasien mengeluh badan terasa lemah, kencing terasa sesak, mual
dan muntah dan penambahan BB, nyeri tekan pada abdomen, anoreksia dan
lemah.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Pola Nutrisi
Biasanya pasien tidak mampu makan karena pasien mual dan muntah pasien
hanya mampu menghabiskan 3 sendok makan dari porsi yang disediakan
dan pasien minum 2 gelas / hari.
b. Pola Istirahat
Biasanya pasien tidak dapat tidur dengan tenang dan hanya tidur 4-5
jam/hari.
c. Pola Eliminasi
Biasanya BAB 2 hari satu kali dengan konsistensi padat dan untuk BAK
dengan urine warna kuning pekat agak kental.
d. Pola Aktifitas
15
e. Personal Hygine
Biasanya personal hygene pasien dibantu keluarga karena k/u pasien lemah.
4. Riwayat Psikologis
3. A. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
Perut
kembung.
4. Auskultasi
a. Kepala
1. Kesimetrisan
2 Edema periorbital
4. Capu
t succeodenum 5
Cephalhematom
6. Distribusi rambut dan warna
b. Mata
1. Kesimetrisan
4. Refleks Cahaya
c. Hidung
1. Kesimetrisan
d. Mulut
1. Kesimetrisan
2. Adanya labioschisi
17
e. Telinga
f. Leher
2. Benjolan ada/tidak
g. Dada
h. Adomen :
4. Auskultasi bisisng usus : terdengar satu sampai dua jam setelah lahir.
18
i. Ekstremitas
20
5. Kelengkapan organ
j. Genitalia Laki-laki
1. Penis : ada/tidak
3. Pemeriksaan Penunjang
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai respon individu,
klien atau masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial
sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Herdman & Kamitsuru,
2015).
21
3.Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan gagal ginjal akut dengan
masalah kelebihan volume cairan antara lain :
4.Implementasi Keperawatan
5.Evaluasi Keperawatan
Pardede, S. O., & Puspaningtyas, N. W. (2012). Kriteria rifle pada acute kidney
injury. Majalah Kedokteran, 28(2), 92-99.
Sari, B. P., Arguni, E., & Satria, C. D. (2018). Acute Kidney Injury sebagai prediktor
kematian pada SIndrom Syok Dengue di RSUp dr. Sardjito. Sari Pediatri, 19(5), 252-9.
Novianty, D. (2020). Gagal Ginjal Akut sebagai Komplikasi Covid-19: Literature
Review. Indonesian Journal of Nursing and Health Sciences, 1(1), 63-72.
Teo, S. H., & Endre, Z. H. (2017). Biomarkers in acute kidney injury (AKI). Best practice &
research Clinical anaesthesiology, 31(3), 331-344.
20