MAKALAH
oleh
Kelompok 3
MAKALAH
oleh :
Mahbub Ramadhani (122310101003)
Erna Dwi Putri Cahyani (122310101004)
Riska Umaroh (122310101023)
Zulfa Makhatul Ilmi (122310101024)
Sofiatul Ma’fuah (122310101042)
Armita Iriana H (122310101051)
Ditta Anggraini (122310101062)
M Tutus Prasetyo (122310101071)
A. Pengkajian
a. Pengkajian Anamnesis
Pada pengakajian anamnesis data yang diperoleh yakni identitas klien dan
identitas penanggung jawab, identitas klien yang meliputi nama, usia, jenis
kelamin, pekerjaan, serta diagnosa medis. Penyakit Gagal Ginjal Akut dapat
menyerang pria maupun wanita dari rentang usia manapun, khususnya bagi
orang yang sedang menderita penyakit serius, terluka serta usia dewasa dan
pada umumnya lanjut usia. Untuk pengkajian identitas penanggung jawab
data yang didapatkan yakni meliputi nama, umur, pekerjaan, hubungan
dengan si penderita.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering adalah terjadi penurunan produksi miksi.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian ditujukan sesuai dengan predisposisi etiologi penyakit terutama
pada prerenal dan renal. Secara ringkas perawat menanyakan berapa lama
keluhan penurunan jumlah urine output dan apakah penurunan jumlah urine
output tersebut ada hubungannya dengan predisposisi penyebab, seperti pasca
perdarahan setelah melahirkan, diare, muntah berat, luka bakar luas, cedera
luka bakar, setelah mengalami episode serangan infark, adanya riwayat
minum obat NSAID atau pemakaian antibiotik, adanya riwayat pemasangan
tranfusi darah, serta adanya riwayat trauma langsung pada ginjal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan
yang berulang, penyakit diabetes melitus dan penyakit hipertensi pada masa
sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab pasca renal. Penting untuk
dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat
alergi terhadap jenis obat dan dokumentasikan.
f) ekstremitas
pada bagian ektrimitas pasien mengalami kelemahan gerak, mudah kram,
terjadi odema. Dan juga adanya akses vaskuler pada ekstremitas atas.
2. Pemeriksaan Pola Fungsi
a) B1 (Breathing).
Pada periode oliguri sering didapatkan adanya gangguan pola napas dan jalan
napas yang merupakan respons terhadap azotemia dan sindrom akut uremia.
Klien bernapas dengan bau urine (fetor uremik) sering didapatkan pada fase
ini. Pada beberapa keadaan respons uremia akan menjadikan asidosis
metabolik sehingga didapatkan pernapasan kussmaul.
b) B2 (Blood).
Pada kondisi azotemia berat, saat perawat melakukan auskultasi akan
menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi perikardial
sekunder dari sindrom uremik. Pada sistem hematologi sering didapatkan
adanya anemia. Anemia yang menyertai gagal ginjal akut merupakan kondisi
yang tidak dapat dielakkan sebagai akibat dari penurunan produksi
eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah, dan
kehilangan darah, biasanya dari saluran G1. Adanya penurunan curah jantung
sekunder dari gangguan fungsi jantung akan memberat kondisi GGA. Pada
pemeriksaan tekanan darah sering didapatkan adanya peningkatan.
c) B3 (Brain).
Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran
(azotemia, ketidakseimbangan elektrolit/asam/basa). Klien berisiko kejang,
efek sekunder akibat gangguan elektrolit, sakit kepala, penglihatan kabur,
kram otot/kejang biasanya akan didapatkan terutama pada fase oliguri yang
berlanjut pada sindrom uremia.
d) B4 (Bladder).
Perubahan pola kemih pad aperiode oliguri akan terjadi penurunan frekuensi
dan penurunan urine output <400 ml/hari, sedangkan pada periode diuresis
terjadi peningkatan yang menunjukkan peningkatan jumlah urine secara
bertahap, disertai tanda perbaikan filtrasi glomerulus. Pada pemeriksaan
didapatkan perubahan warna urine menjadi lebih pekat/gelap.
e) B5 (Bowel).
Didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia sehingga sering
didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
f) B6 (Bone).
Didapatkan adnaya kelemahan fisik secara umum efek sekunder dari anemia
dan penurunan perfusi perifer dari hipetensi. Terdapat odema dan adanya
akses vaskuler pada ekstremitas atas.
e. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Urinalisis didapatkan warna kotor, sedimen kecoklatan menunjukkan
adanya darah, Hb, dan myoglobin. Berat jenis < 1.020 menunjukkan penyakit
ginjal, pH urine > 7.00 menunjukkan ISK, NTA, dan GGK. Osmolalitas
kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal dan rasio urine :
serum sering 1:1. Pemeriksaan BUN dan kadar kreatinin. Terdapat
peningkatan yang tetap dalakm BUN dan laju peningkatannya bergantung
pada tingkat katabolisme (pemecahan protein), perfusi renal dan masukan
protein. Serum kratinin meningkat pada kerusakan glomerulus. Kadar
kreatinin serum bermanfaat dalam pemantauan fungsi ginjal dan
perkembangan penyakit.
Pemeriksaan elektrolit. Pasien yang mengalami penurunan lajut filtrasi
glomerulus tidak mampu mengeksresikan kalium. Katabolisme protein
mengahasilkan pelepasan kalium seluler ke dalam cairan tubuh, menyebabkan
hiperkalemia berat. Hiperkalemia menyebabkan disritmia dan henti jantung.
Pemeriksan pH. Pasien oliguri akut tidak dapat emngeliminasi muatan
metabolik seperti substansi jenis asam yang dibentuk oleh proses metabolik
normal. Selain itu, mekanisme bufer ginjal normal turun. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya penurunan kandungan karbon dioksida darah dan pH darah
sehingga asidosis metabolik progresif menyertai gagal ginjal.
e. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan dan mencegah
komplikasi, yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Dialisis. Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal
akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialisis
memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan
natrium dapat dikonsumsi secara bebas; menghilangkan kecenderungan
perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
2. Koreksi hiperkalemi. Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan
pemberian ion pengganti resin (natrium polistriren sulfonat), secara oral
atau melalui retensi enema. Natrium polistriren sulfonat bekerja dengan
mengubah ion kalium menjadi natrium di saluran intenstinal.
3. Terapi cairan
4. Diet rendah protein, tinggi karbohidrat
B. Analisa Data
No Analisa Data Etiologi Masalah
Keperawatan
Do : berat badan meningkat dalam
1 waktu Kelebihanvolume cairan
Kerusakan glomerulus
yang singkat
Ds : pasien mengatakan “saya buang air kecil hanya satu kali sehari dengan kecing yang sedikit”
GFR menurun
GFR menurun
Retensi Na dan
cairan
Penekanan syaraf
Nyeriperifer
sendi
Ds : pasien berkata
“pinggang saya
nyeri sekali”
3. Do : Gangguan
Saturasi oksigen 85 % Edema
pertukaran gas
dan AGD dibawah
rentang normal Beban jantung
Ds : pasien mengatakan naik
Payah jantung
“saya kesulitan dalam
kiri
bernafas”
Bendungan
atrium kiri
Bendungan
atrium kiri
Edema paru
Gangguan
pertukaran gas
anorexia
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
6 Do: suhu tubuh pasien Resiko tinggi
Gangguan
meningkat, pasien keseimbangan asam infeksi
terlihat memegangi basa
perut bagian kiri atas
Ds: pasien mengatakan Asam lambung
sakit pada perut daerah meningkat
kanan atas, pasien
Erosi mukosa
mengatakan badannya
lambung
meriang.
Iritasi lambung
Resiko tinggi
7 Do: pasien terlihat infeksi Intoleransi aktivitas
Edema paru
terengah-engah setelah
berjalan, TTV Ganguan
meningkat setelah pertukaran gas
beraktivitas
Ds: pasien mengatakan Suplai oksigen ke
jaringan otot tidak
adekuat
sesak napas setelah
berjalan dan Kelelahan
beraktivitas fisik
Intoleransi aktivitas
C. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi Na dan cairan
2. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan sekitar saraf perifer
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema pulmonal
4. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi akibat edema
pulmonal
5. Ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anorexia, mual dan muntah
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan iritasi lambung akibat
peningkatan asam lambung yang berlebihan.
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai darah ke
jaringan tubuh
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Intervensi
. Keperawatan Hasil
1. NOC: NIC:
Kelebihan volume
1. Keseimbangan Fluid and Electrolyte
cairan
Elektrolit/Asam Basa Management (2080)
2. Keseimbangan Cairan
1) Monitor tanda vital.
Setelah dilakukan tindakan
2) Monitor hasil laboratorium
keperawatan selama 3 x 24
terkait keseimbangan cairan dan
jam keseimbangan volume
elektrolit seperti penurunan
cairan tercapai dengan
hematokrit, peningkatan BUN,
kriteria hasil :
kadar natrium serum dan kalium.
3) Pertahankan terapi
intravena pada flow rate yang
1. Tidak ada edema konstan.
4) Kolaborasi dengan dokter
2. Berat badan stabil
jika tanda dan gejala kelebihan
3. Intake sama dengan cairan tetap atau semakin
output memburuk.
5) Monitor intake dan output
4. Berat jenis urin atau hasil cairan.
laboratorium mendekati 6) Monitor kuantitas dan
normal warna haluaran urin
Fluid monitoring (4130)
5. TTV dalam batas normal
1) Pantau hasil laboratorium
berat jenis urin.
1. Mendemonstrasikan mengoptimalkan
E. Implementasi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
1 1. Mengkaji tanda-tanda vital, suhu, tekanan
Kelebihan volume cairan darah, nadi, dan RR kemungkinan adanya
penurunan tingakt kesadaran
2. Memantau hasil laboratorium seperti
penurunan hematokrit, peningkatan BUN,
kadar natrium serum dan kalium
3. Mempertahankan terapi intravena pada flow
rate yang konstan
4. Mengkolaborasikan dalam pemantauan tanda
gejala kelebihan cairan tetap atau semakin
memburuk.
5. Memonitor intake dan output cairan.
6. Memonitor kuantitas dan warna haluaran urin
7. Fluid monitoring (4130)
8. Memantau hasil laboratorium berat jenis urin.
9. Memonitor serum albumin dan total protein
dalam urin.
10. Memonitor membran mukosa, turgor kulit,
dan rasa haus.
11. Memonitor tanda dan gejala asites.
12. Menimbang berat badan setiap hari
2 Nyeri
1 Melakukan pengkajian nyeri dengan menggunakan
PQRST
Oxygen Therapy
1. Memberishkan mulut, hidung dan secret trakea
pasien
2. Mempertahankan jalan nafas yang paten
3. Menyiapkan peralatan oksigenasi
4. Memonitor aliran oksigen
5. Mempertahankan posisi pasien
6. Mengobservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
7. Memonitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi
4 Airway Management
Gangguan pertukaran gas
1. Memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
2. Mengkaji suara nafas, catat adanya suara
nafas tambahan
3. Memoonitor respirasi dan status O2 pasien
4. Mengkolaborasikan pemberian
bronkodilator bila perlu
Respiratory Monitoring
1. Mencatat pergerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavikular dan
intercostals
2. Memonitor pola napas pasien
3. Mentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crackles dan ronchi pada
jalan napas utama
a) Mengauskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnya.
5 Activity Therapy
Intoleransi aktivitas
1. Membantu klien untuk
mengidentifikasikan aktivitas yang
mampu dilakukan
2. Membantu klien untuk memilih aktivitas
yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi, dan sosial
3. Menyediakan alat bantu aktivitas seperti
kursi roda dan krek
4. Mengkolaborasikan dengan tenaga
rehabilitasi medic dalam merencanakan
program terapi yang tepat
5. Membantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
6. Memberikan motivasi untuk klien
7. Memonitor respon fisik, emosi, sosial, dan
spiritual klien
6 Infection Control
Risiko infeksi
1. Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik
local pasien
2. Mebersihkan lingkungan setelah dipakai
pasien lain
3. Mempertahankan teknik isolasi
4. Mengiststruksikan pada pengunjung untuk
mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan pasien
5. Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
6. Mengkolaborasikan pemberian antibiotic
7. Mengajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
8. Mengajarkan pasien dan keluarga cara
mencegah infeksi.
7 1. Mengkaji pola nutrisi, adanya alergi makanan
Ketidakseimbangan nutrisi: 2. Memberikan nutrisi yang adekuat secara
kurang dari kebutuhan tubuh kualitas maupun kuantitas
3. Memberikan makanan dalam porsi kecil tapi
sering
4. Memantau pemasukan makanan dan timbang
berat badan setiap hari.
5. Melakukan konsultasi dengan ahli diet.
6. Melibatkan keluarga klien dalam perencanaan
makan sesuai dengan indikasi.
F. Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi
1. S : pasien mengatakan “saya buang air kecil sudah lebih dari
Kelebihan volume cairan satu kali sehari ”
O: berat badan mulai normal
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
2 nyeri S: pasien mengatakan “ pinggang saya sudah tidak terlalu
nyeri”
O: pasien terlihat tidak nyeri pinggang
A: masalah teratasi
P: intervensi dilanjutkan
3 Pola nafas tidak efektif S: Pasien mengatakan “nafas saya sudah baikan“
O: pasien terlihat dalam nafas mulai normal
A: masalah teratasi
P: intervensi dilanjutkan
6. Resiko tinggi infeksi S : pasien mengatakan “ demam saya mulai turun dan sakit
pada perut daerah kanan atas saya sudah tidak terasa sakit lagi
O: Pasien terlihat suhu tubuh mulai normal daan tidak
memegangi perut
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
7. Ketidaksembangan nutrisi S: pasien mengatakan “ nafsu makan saya baikan dan sudah
kurang dari kebutuhan tubuh tidak mual
O: pasien terlihat menghabiskan makanan
A: masalah teratasi
P: intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif, Kumala Sari. 2011. Askep Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika.
NANDA Internasional. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta: EGC
Suddart, Brunner. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H.
Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin Asih. Jakarta: EGC