Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DIESES (CKD)

Disusun Oleh:
ADELLA SILVINA PUTRI
NIM. 2330001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES HANG TUAH SURABAYA
TA. 2023/2024
I. Pengertian CKD
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan salah satu penyakit yang menyerang organ
ginjal dimana keadaan organ ginjal menurun secara progresif, kronik, maupun menetap
dan berlangsung. Kriteria yang terdapat pada penyakit ginjal kronik ini adalah
timbulnya kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan dengan kata lain terjadinya kelainan
structural maupun fungsional.

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal
yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi
urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).

II. Etiologi
Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit lainnya,
sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illnes).
1. Penyakit dari ginjal:
a. Penyakit pada glomerulus: glomerulonephritis
b. Infeksi kronis: pyelonephritis
c. Batu ginjal: nefrolitiasis

2. Penyakit umum di luar ginjal


a. Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi
b. Infeksi: TBC paru, SLE
c. Obat – obatan
d. Kurang minum air putih

III. Klasifikasi CKD


1. Stadium 1: penurunan Cadangan ginjal ditandai dengan kehilangan fungsi nefron
40-75%. Pasien biasanya tidak mempunyai gejala karena sisa nefron yang ada dapat
membawa fungsi normal ginjal.
2. Stadium 2: Kehilangan fungsi ginjal 75% - 90%. Pada tingkat ini BUN kreatinin
meningkat.
3. Stadium 3: kehilangan fungsi nefron > 90%. Pada keadaan ini kreatinin dan BUN
meningkat tajam sebagai respon terhadap GFR yang mengalami penurunan
sehingga terjadi ketidakseimbangan kadar ureum nitrogen darah dan elektrolit
IV. Tanda dan Gejala
1. Edema
2. Nyeri pada punggung belakang bawah
3. Kulit terasa gatal
4. Adanya darah atau protein dalam urine yang dideteksi saat tes urin
5. Kehilangan nafsu makan
6. Mual muntah
7. Sering BAK
8. Nyeri dada/ sesak napas jika cairan menumpuk di paru – paru

V. Patofisiologi
Proses terjadinya kerusakan ginjal kronik diawali dengan beberapa faktor pencetus
yang menyebabkan kerusakan nefron dan fungsi ginjal menurun. Nefron yang tersisa
akan mengalami peningkatan kecepatan filtrasi, reabsorpsi, dan sekresinya, serta
mengalami hipertropi. Seiring dengan berjalannya waktu akan menjadi penyakit ginjal
kronik. Penyakit hipertensi dan diabetes juga menjadi faktor pencetus CKD. Keadaan
hipertensi menyebabkan pembuluh darah ginjal (arteri renalis) mengalami penebalan
akibat dari seringnya menahan tekanan tinggi pada pembuluh darah. Ditambah adanya
kolesterol tinggi yang membuat plak pada pembuluh darah sehingga mengalami
penyempitan. Hasil dari penyempitan tersebut membuat aliran darah ke ginjal
(glomelurus) menurun sehingga oksigen dan nutrisi tidak mencukupi ke ginjal
menjadikan cidera iskemik. Sel – sel di ginjal yang mengalami kerusakan akan
terbentuk jaringan parut yang membuat kaku dan keras sehingga mengurangi
kemampuan nefron untuk menyaring darah. Diabetes melitus menyebabkan darah
menjadi lebih pekat dan kental yang membuat nefron bekerja lebih keras untuk
menyaring darah. Kerusakan nefron membuat zat – zat sisa yang seharusnya dieksresi
justru akan disekresikan kembali ke tubuh sehingga terjadi penumpukan zat toksik
dalam tubuh. Natrium yang tidak dikeluarkan oleh tubuh juga bisa menyebabkan
penderita CKD mengalami odema anasarca karena volume cairan tubuh meningkat.

VI. Komplikasi
1. Anemia akibat penurunan sekresi eritropoetin di ginjal akan mengakibatkan
penurunan hemoglobin dalam tubuh.
2. Penurunan kadar kalium secara langsung akan mengakibatkan tulang menjadi
rapuh (osteoporosis) dan jika berlangsung lama akan menyebabkan fraktur
pathologis pada tulang.
3. Asidosis metabolic
4. Neuropati perifer

VII. Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium
Pemeriksaan kadar BUN, Kreatinin, Natrium, Kalium, pH, kadar Hb. Analisa urin
rutin dapat menunjukkan kadar protein dan glukosa dalam urin.
2. Radiologi
a. CT Scan digunakan untuk melihat struktur anatomi ginjal secara jelas.
b. Foto polos abdomen, biasanya tampak batu
c. USG ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengeci, korteks yang
menipis, adanya batu ginjal

VIII. Penatalaksanaan
1. Hemodialisis
2. Transplantasi ginjal
3. Pengaturan asupan protein
4. Diit rendah garam
5. Konsumsi obat diuretic, penghambat kalsium
6. Kontrol tekanan darah
7. Koreksi asidosis metabolic
IX. WOC
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CKD

I. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Terdiri dari nama, no. rekam medis, tanggal lahir, umur, agama, jenis kelamin,
pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk, diagnose medis dan nama
identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur, hubungan dengan pasien,
pekerjaan, dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama: Biasanya klien datang dengan keluhan utama yang didapat
bervariasi, mulai dari urine output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah
sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksi), mual, muntah,
mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau (ureum), dan gatal pada kulit.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang: Biasanya terjadi penurunan urine output,
penurunan kesadaran, perubahan pola napas, kelemahan fisik, adanya
perubahan kulit, adanya napas berbau ammonia, dan perubahan pemenuhan
nutrisi. Kemana saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalah dan
mendapat pengobatan apa.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu: Biasanya ada riwayat penyakit gagal ginjal akut,
infeksi saluran kemih, penggunaaan obat-obatan nefrotoksik, batu saluran
kemih, infeksi system perkemihan yang berulang, penyakit diabetes melitus,
dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi
penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa
lalu dan ada riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian didokumentasikan.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga: Biasanya klien mempunyai anggota keluarga
yang pernah menderita yang sama dengan klien yaitu CKD, maupun penyakit
diabetes melitus dan hipertensi yang bisa menjadi faktor pencetus terjadinya
penyakit CKD.

3. Pola-Pola Aktivitas Sehari-hari


a. Pola Aktivitas / Istirahat: Biasanya pasien mengalami kelelahan ekstrim,
kelemahan malaise, gangguan tidur (insomnia/gelisah atau samnolen),
penurunan rentang gerak.
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme: Biasanya pasien mual, muntah, anoreksia, intake
cairan inadekuat, peningkatan berat badan cepat, penurunan berat badan
(malnutrisi), nyeri ulu hati, rasa metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan
ammonia).
c. Pola Eliminasi: Biasanya pada pasien terjadi penurunan frekuensi urine,
oliguria, anuria (gagal tahap lanjut), abdomen kembung, diare konstipasi,
perubahan warna urine.
d. Persepsi diri dan konsep diri: Perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada
kekuatan, menolak, ansietas, takut, mudah marah, perubahan kepribadian,
kesulitan menentukan kondisi, contoh tidak mampu bekerja, mempertahankan
fungsi peran.
e. Pola reproduksi dan seksual: Penurunan libido, amenorea, infertilitas.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum dan TTV
1) Keadaan umum klien lemah, letih, dan terlihat sakit berat
2) Tingkat kesadaran klien menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana
dapat mempengaruhi system saraf pusat
3) TTV : RR meningkat, tekanan darah didapati adanya hipertensi

b. Head to toe
1) Rambut : biasanya klien berambut tipis dan kasar, klien sering sakit, kepala,
kuku rapuh dan tipis.
2) Wajah : biasanya klien berwajah pucat
3) Mata : biasanya mata klien memerah, penglihatan kabur, konjungtiva
anemis, dan sclera tidak ikretik.
4) Hidung : biasanya tidak ada pembengkakan polip dan klien bernafas pendek
dan kusmaul (cepat).
5) Bibir: biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi gusi,
perdarahan gusi, dan nafas berbau.
6) Gigi: biasanya tidak terdapat karies pada gigi
7) Leher : Biasanya terjadi pembesaran vena jugularis
8) Dada / Thorax: Penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan dangkal dan
kusmaul serta krekels, pneumonitis.
9) Abdomen: nyeri area pinggang, asites
10) Genitourinaria : biasanya terjadi penurunan frekuensi urine, anuria distensi
abdomen, perubahan warna urine menjadi kuning pekat, merah dan coklat
dan berwarna.
11) Ekstremitas : biasanya didapatkan adanya nyeri panggul, oedema pada
ekstermitas, kram otot, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak
kaki, keterbatasan gerak sendi.
12) Integumen : biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan berbisik
adanya area ekimosis pada kulit, kuku tipis dan rapuh, memar (purpura),
edema.
13) Neurologi: biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan
lapang perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori,
penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti perubahan proses
piker dan disorientasi.

c. Pemeriksaan Penunjang
1) Urine, biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada
(anuria). Warna biasanya di dapati urine keruh disebabkan oleh pus, bakteri,
lemak, partikel koloid, fosfat atau urat sedimen kotor. Kecoklatan
menunjukkan adanya darah. Berat jenis kurang dari 1,015 (menetap pada
1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat).
2) Laju endap darah meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hypoalbuminemia.
3) Hiponatremi, umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia biasanya
terjadi pada gagal ginjal lanjut Bersama dengan menurunnya diuresis.
4) Hipoklasemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis
vitamin D3 pada pasien CKD
5) Ultrasonografi (USG), untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal
parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalesis,
ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Pola Nafas Tidak Efektif b.d kelemahan otot pernapasan
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
4. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi, kelebihan asupan cairan,
kelebihan asupan natrium.
5. Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan
6. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Pola Nafas Tidak Efektif b.d kelemahan otot pernapasan (D.0005)
Tujuan: Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola
napas membaik dengan Kriteria hasil : (L. 01004)
a) Dispnea menurun
b) Penggunaan otot bantu napas menurun
c) Pemanjangan fase ekspirasi menurun
d) Frekuensi napas membaik
e) Kedalaman napas membaik

Rencana Tindakan : Manajemen Jalan Napas (I.01011)


Observasi
a) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
b) Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)
c) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
d) Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift
e) Posisikan semi fowler atau fowler
f) Berikan minum hangat
g) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
h) Lakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik
i) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
j) Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi
k) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu

2. Perfusi Perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah


Tujuan : setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
perfusi perifer meningkat dengan Kriteria hasil : (L.02011)
a) Denyut nadi perifer meningkat
b) Warna kulit pucat menurun
c) Nyeri ekstremitas menurun
d) Parastesia atau kesemutan menurun
e) Kelemahan otot menurun
f) Turgor kulit membaik

Rencana Tindakan : Perawatan Sirkulasi (I.02079)


Observasi
1) Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
suhu, ankle brachial index)
2) Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis. diabetes, perokok, orangtua,
hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
3) Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas

Terapeutik
1) Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi.
2) Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
3) Lakukan pencegahan infeksi

Edukasi
1) Anjurkan berolahraga rutin
2) Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
3) Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur
4) Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis. rendah lemak jenuh,
minyak ikan omega 3)
5) Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis. rasa sakit
yang tidak hilang saat tidur, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)
DAFTAR PUSTAKA

1. Fadilla I, Adikara PP, Setya Perdana R. Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Disease
(CKD) Dengan Menggunakan Metode Extreme Learning Machine (ELM). J Pengemb
Teknol Inf dan Ilmu Komput [Internet]. 2018;2(10):3397– 405. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/323365845
2. Utomo B. Gambaran Faktor Penyebab Cronic Kidney Disease di Ruang Hemodialisa
RSUD DR. Soegiri Lamongan 2017. J Chem Inf Model [Internet]. 2018;10(3):49–55.
Available from: http://lppm.umla.ac.id/wpcontent/uploads/2020/09/49-55-Budi-
Utomo.pdf
3. Hemodialysis YM. Buletin Sariputra, Juni 2020 Volume 10 (2) Analisis Faktor Kualitas
Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani. 2020;10(2):25–30.
4. Rahayu O. Laporan Pendahuluan Chronic Kidney Disease ( Ckd ).

Anda mungkin juga menyukai