Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ginjal termasuk salah satu organ vital yang dimiliki manusia. Ada tujuh utama
fungsi ginjal. Diantaranya, mengeluarkan air, racun, dan bahan yang tidak berguna
serta berfungsi sebagai buffer (menetralkan kelebihan asam), mengontrol tekanan
darah, membuat tubuh tidak kurang darah, serta untuk kesehatan tulang. Gagal ginjal
diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal
kronik. Gagal ginjal akut yaitu penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba yang
biasanya tetapi tidak secara keseluruhan atau reversibel, sedangkan gagal ginjal
kronik yaitu penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan ireversibel.
Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup tinggi. Di
Amerika serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10
tahun. Pada 1990, terjadi 166 ribu kasus GGT (gagal ginjal tahap akhir) dan pada
2000 menjadi 372 ribu kasus. Angka tersebut diperkirakan terus naik. Pada 2010,
jumlahnya diperkirakan lebih dari 650 ribu.
Untuk peran perawat sangatlah dibutuhkan baik secara preventif dan promotif
yaitu perawat melakukan penyuluhan kesehatan mengenai pola hidup yang sehat dan
pola makan dan lingkungan yang sehat. Dari aspek kuratif perawat memberikan
pengobatan dengan berkolaborasi dengan tim medis lainnya dan secara rehabilitative
yaitu perawat memberikan dukungan pada klien dan anggota keluarga yang
menderita gagal ginjal kronik.
Berdasarkan uraian tesebut angka kejadian penyakit Cronic Renal Failure
semkain meningkat apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan komplikasi
maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Cronic Renal Failure

1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis ingin mendapat pengalaman secara nyata dalam penerapan
asuhan keperawatan pada klien dengan Cronic Renal Failure

2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan dan menerapkan Asuhan Keperawatan klien
dengan Cronic Renal Failure penulis diharapkan mampu :

a. Melaksanakan pengkajian pada klien dengan Cronic Renal Failure


b. Merumuskan masalah keperawatan pada klien dengan Cronic Renal Failure
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien dengan Cronic Renal
Failure
d. Melalukan tindakan keperawatan pada kien dengan Cronic Renal Failure
e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan Cronic Renal Failure
f. Mengidentifikasi kesenjangan teori dengan kasus pada Cronic Renal Failure
g. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat serta pemecahan
masalah pada klien dengan Cronic Renal Failure
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan Cronic Renal
Failure
D. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu studi kasus
dengan memilih satu kasus dengan Cronic Renal Failure dilakukan dengan cara
pengumpulan data, menganalisa data, dan menarik kesimpulan yang dituangkan
dalam bentuk narasi. Adapun pengumpulan data melalui wawancara, observasi, studi
Cronic Renal Failure dan studi kepustakaan dengan mempelajari literatur atau buku
sumber dan internet yang terkait dengan judul makalah ini.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengetian
Cronic Renal Failure adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang ireversibel pada suatu derajat yang memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tetap berupa dialisis atau transpalatasi ginjal (Ketut Suwitra,
2006).
Cronic Renal Failure adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan
ditandai dengan uremia dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta
komplikasinya jika tidak dilakukan dialysis atau transplatasi ginjal (DR. Nursalam,
M.Nurs, 2009).
Cronic Renal Failure merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit, sehingga menyebabkan uremia (Brunner dan
Suddarth, 2001).

B. Etiologi

Adapun penyebab Cronic Renal Failure menurut Brunner & Suddarth, 2002
antara lain diabetes mellitus, glumerulonefritis kronis, hipertensi yang tidak dapat
dikontrol, gangguan vaskuler infeksi, obstruksi traktus urinarius.

C. Patofisiologi

Produk akhir metabolisme protein yang normalnya disekresikan ke dalam urine


tertimbun dalam darah sehingga terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem
tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin berat.
Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.

3
Banyak masalah muncul pada Cronic Renal Failure sebagai akibat dari
penurunan jumlah glomeroli yang berfungsi yang menyebabkan penurunan klirens
substansi darah yang seharusnya yang dibersihkan oleh ginjal.
Penurunan laju filtrasi ginjal dapat dideteksi dengan mendapatkan urine 24 jam
untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurunnya filtrasi glomerulus, klirens
kreatinin akan menurun dan kadar kreatinin serum akan meningkat dan kadar
nitrogen urea darah biasanya akan meningkat.
Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin
secara normal pada ginjal tahap akhir. Pasien sering menahan natrium dan cairan
sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan
hipertensi. Pada penderita gagal ginjal kronik mempunyai kecenderungan untuk
kehilangan garam dan dapat mengakibatkan hipotensi dan hipovolemia.
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis metabolik
sering dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang
berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal
untuk menyekresikan amonia dan mengabsorbsi natrium bikarbonat. Penurunan
ekskresi fosfat dan asam organik lain juga terjadi.
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoiten yang tidak adekuat,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk
mengali perdarahan akibat status uremik pasien terutama dari saluran
gastrointestinal. Pada penderita gagal ginjal, produksi eritropoiten menurun dan
anemia berat terjadi, disertai keletihan, angina dan sesak napas.

D. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan Cronic Renal Failure dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu
tindakan konservatif dan dialisi atau transplantasi ginjal.
1. Tindakan konservatif

4
Tujuan pengobatan pada tahap ini adalah untuk meredakan atau memperlambat
gangguan fungsi ginjal progresif

a. Pengaturan diet protein, kalium, natrium, dan cairan


b. Pencegahan dan pengobatan komplikasi

2. Dialisis dan transplantasi

Dialisis dapat digunakan untuk mempertahankan penderita dalam keadaan klinis


yang optimal sampai tersedia donor ginjal. Dialisis dapat dilakukan apabila kadar
kreatinin serum biasanya diatas 6 mg/100 ml pada laki-laki atau4 mg/100 ml
pada wanita dan GFR kurang dari 4 ml/menit.

E. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelelahan eksterm, kelemahan, malaise
Gangguan tidur (insomnia, gelisah atau somnolen)
Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi lama atau berat, nyeri dada.
Tanda : hipertensi, distrimia jantung, tahkikardia
c. Integritas ego
Gejala : faktor stress, perasaan tidak berdaya, tidak ada kekuatan
Tanda : menolak, cemas, takut, marah
d. Makanan/ cairan.
Gejala : peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi) anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik
tak sedap pada mulut. Penggunaan diuretik.
Tanda : distensi abdomen/asites, pembesaran hati tahap hati (tahap akhir)

5
Perubahan turgor kulit/kelembapan
Edema
e. Neurosensoris.
Gejala : sakit kepala, penglihatan kabur

Kram otot/kejang

Tanda :gangguan status mental, penurunan lapang perhatian,


ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, penurunan
tingkat kesadaran, koma.

f. Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki (memburuk saat
malam hari)

Tanda : perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah

g. Pernafasan

Gejala : napas pendek; dispnea; batuk dengan/tanpa sputum kental dan


banyak

Tanda : takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman (pernapasan


kusmaul)

Batuk produktif dengan sputum merah muda-encer (edema paru)

h. Keamanan

Gejala : kulit gatal

Ada/berulangnya infeksi

Tanda : pruritus

6
Demam, petekie, area ekimosis pada kaki

i. Seksualitas

Gejala : penurunan libido

j. Interaksi sosial

Gejala :kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,


mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.

k. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : riwayat DM keluarga (risiko tinggi untuk gagal ginjal) penyakit


polikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria, malignansi.

2. Pemeriksaan Diagnostik

a. Urine
b. Darah
c. Ultrasonografi ginjal
d. Endoskopi ginjal
e. Arteriogram ginjal

F. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan haluaran urine, diet berlebihan
dan retensi cairan dan natrium.
2. Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan mukosa mulut.
3. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
frekuensi, irama, kondisi jantung, keseimbangan cairan mempengaruhi volume
sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik.

7
4. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan penekanan produk sekresi,
gangguan faktor pembekuan, peningkatan kerapuhan kapiler.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik,
anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisa.
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat,
interprestasi informasi.

G. Perencanaan Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan haluaran urine, diet berlebihan


dan retensi cairan dan natrium.

Tujuan : Mempertahankan volume cairan

Kriteria hasil : mempertahankan masukkan cairan yang seimbang

Intervensi:

a. Kaji status cairan

b. Berikan cairan yang diinjinkan selama periode 24 jam

c. Identifikasi sumber potensi cairan

d. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional dan pembatasan

e. Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan

f. Tingkatkan dan dorong higine oral dengan sering

2. Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,


mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan mukosa mulut.

Tujuan : mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat

8
Kriteria hasil : BB dipertahankan atau ideal, tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Intervensi :

a. Kaji status nutrisi

b. Kaji pola diet nutrisi pasien

c. Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukkan nutrisi

d. Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batasan diet

e. Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi

f. Anjurkan cemilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium, diantara


waktu makan.

g. Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan penyakit ginjal


dan peningkatan urea dan kadar kreatinin

h. Timbang berat badan harian.


3. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
frekuensi, irama, kondisi jantung, keseimbangan cairan mempengaruhi volume
sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik.

Tujuan : penurunan curah jantung tidak terjadi

9
Kriteria hasil : mempertahankan curah jantung dengan tekanan darah dan
frekuensi jantung normal, nadi perifer kuat dan sama dengan
waktu pengisian kapiler

Intervensi :

a. Auskultasi bunyi jantung dan paru-par\u.

b. Kaji adanya derajat hipertensi

c. Selidiki keluhan adanya nyeri

d. Evaluasi bunyi jantung

e. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap


aktivitas

f. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium

g. Berikan obat antihipertensi

4. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan penekanan produk sekresi,


gangguan faktor pembekuan, peningkatan kerapuhan kapiler.

Tujuan : cedera tidak terjadi

Kriteria hasil : tidak terdapat penurunan kesadaran

Intervensi :

a. Perhatikan keluhan
peningkatan kelelahan, kelemahan

b. Awasi tingkat
kesadaran dan perilaku

c. Evaluasi respon
terhadap aktivitas

d. Observasi perdarahan
(jika terjadi)

10
e. Berikan sikat gigi
halus, gunakan jarum kecil dan lakukan penekanan lebih lama setelah
penyuntikan

f. Kolaborasi dalam
pemeriksaan laboratorium

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik,


anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisa.
Tujuan : berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi
Kriteria hasil : menunjukkan peningkatan kekuatan dan bebas dari komplikasi
aktivitas dibantu dengan bantuan minimal.
Intervennsi :
a. Kaji faktor yang menimbulkan keletihan
b. Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat
ditoleransi, bantu keletihan jika terjadi.
c. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
d. Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisi.

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat,
interprestasi informasi.

Tujuan : Meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan


kebutuhan pengobatan.

Kriteria hasil : menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan


pengobatan, melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan
menjelaskan alasan untuk melakukan tindakan,
menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup yang perlu,
berpartisipasi dalan program pengobatan.

Intervensi :

a. Kaji pemahaman klien dan keluarga mengenai penyakit

b. Diskusikan masalah nutrisi

11
c. Diskusikan terapi obat

d. Tekankan pentingnya membaca label produk dan tidak meminum obat tanpa
menanyakannya kepada pemberi perawatan.

e. Perhatikan masalah seksual

f. Bantu klien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami berbagai


perubahan akibat penyakit dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya.

g. Berikan informasi secara lisan ataupun tulisan dengan tepat.

H. Pelaksanaan Keperawatan

Tahapan pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukkan


pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan keperawatan
akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama tahap pelaksanaan
perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan keperawatan
yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. Ada tiga tahap dalam tindakan
keperawatan yaitu: persiapan, perencanaan dan dokumentasi.

I. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan
sudah berhasil dicapaai. Melalui evaluasi menunjukkan perawat untuk memonitor
yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan
keperawatan. Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan. Proses evaluasi terdiri dari dua tahap yaitu mengukur pencapaian tujuan klien
dan membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian data.

12
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas Klien

Tn. R umur 27 tahun, Jenis Kelamin laki-laki, status klien belum


menikah, klien suku bangsa cina dan sumbr informai dari klien sendiri.

2. Pengkajian Keperawatan Pasien

Dari hasil pengkajian fisik tanggal 10 Dsember 2010: GCS : E 4, M5, V6,
observasi tanda-tanda vital 160/90 mmhg, Suhu : 36,5 °C, Nadi 80 x/m, RR: 24x/m,
klien tidak mempunyai riwayat alergi, klien pun tidak mempunyai riwayat penyakit
seperti diabetes mellitus ataupun darah tinggi. Klien mengatakan sebelum cuci
darah kaki nya sedikit bengkak. Klien mandi dirumah sehari 3 kali, oral hygine klien
dirumah sehari 3 kali, klien cuci rambut setiap kali klien mandi, klien bekerja pada
pagi hari, klien makan sehari 3 kali dan nafsu makan klien baik. Berat badan klien
sebelum cuci darah adalah 52,3 kg, setelah cuci darah berat badan klien adalah 50
kg, pengkajian fisik yang dilakukan adalah sisi mata klien simetris, kelopak mata
klien normal, pergerkan bol mata normal, pupil isokor, fungsi penglihatan klien
kabur dan klien mengunakan kaca mata. Sistem pendengaran klien normal, cairan
dari telinga tidak ada. Sistem pernafasan klien, jalan nafas bersih, pernafasan tidak
sesak, irama teratur. Sistem pencernaan klien, klien tidak menggunakan gigi palsu,
nyeri daerah abdomen klien baik, bising usus klien 5 x/menit, turgor kulit klien baik,
keadaan kulit baik. Balance cairan: intake: 300 cc dan output tidak ada, tidak ada
distensi, tidak sakit pinggang. Sistem muskuloskletal klien, klien tidak sakit pada
tulang maupun sendi dan tidak adanya fraktur, tidak ada kelainan bentuk tulang dan
otot.

13
3. Data Tambahan

Klien terpasang simino pada daerah lengan kiri, dan klien cuci darah 3 kali
dalam seminggu, klien juga mengatakan semenjak cuci darah klien tidak pernah
buang air kecil, dan klien mengatakan sewaktu kecil sering makan-makanan
yang manis-manis. Berat badan bersih klien 50 kg.

4. Data Penunjang

Pada tanggal 13 september 2010 dilakukan pemeriksaan laboratorium sebelum


cuci darah yaitu ureum: 197 mg, kreatinin: 14.30 mg/dl, post cuci darah yaitu:
ureum: 60 mg, kreatinin: 5.30 mg/dl. Pemeriksaan gula darah sewaktu tgl 12
september 134 mg/dl, 12 november 134 mg/dl.

5. Pelaksanaan

Irvel 300 mg 2x1, Besablok 50 mg 1x1, ISDN 5 mg 3x1, narvask10 mg 1x1, dan
vitamin Haemodialisa 1x1.

6. Data Fokus

a. Data subyektif

Klien mengatakan sebelum cuci darah kaki nya sedikit bengkak, klien
mengatakan sewaktu kecil sering makan-makanan yang manis-manis.

b. Data obyektif

Observasi tanda-tanda vital 160/90 mmhg, Suhu : 36,5 °C, Nadi 80 x/m, RR 24
x/m, Balance cairan: intake: 300 cc dan output tidak ada, Pada tanggal 13
september 2010 dilakukan pemeriksaan laboratorium sebelum cuci darah yaitu
ureum: 197 mg, kreatinin: 14.30 mg/dl, post cuci darah yaitu: ureum: 60 mg,
kreatinin: 5.30 mg/dl, Berat badan sebelum cuci darah 52,3 kg, berat badan
setelah cuci darah 50 kg.

14
7. Analisa Data

No. DATA MASALAH ETIOLOGI

1. D.S : Klien mengatakan sebelum cuci Kelebihan volume Penurunan


darah kaki nya sedikit bengkak cairan fungsi ginjal

D.O : Observasi tanda-tanda vital


160/90 mmhg, Suhu : 36,5 °C, Nadi 80
x/m, RR 24 x/m, Balance cairan: intake:
300 cc dan output tidak ada, Pada
tanggal 13 september 2010 dilakukan
pemeriksaan laboratorium sebelum cuci
darah yaitu ureum: 197 mg, kreatinin:
14.30 mg/dl, post cuci darah yaitu:
ureum: 60 mg, kreatinin: 5.30 mg/dl,
Berat badan sebelum cuci darah 52,3
kg, berat badan setelah cuci darah 50
kg.

2. D.S : Klien mengatakan sewaktu kecil


sering makan-makanan yang manis- Resti Defisit Insulin
manis. Hiperglikemia

D.O : Pemeriksaan gula darah sewaktu


tgl 12 september 134 mg/dl, 12
november 134 mg/dl, 13 september HB
6,2 g/dl.

15
B. Diagnosa Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Penurunan fungsi ginjal

2. Resti hiperglikemia berhubungan dengan defisit insulin

C. Rencana, Pelaksanaan dan Evaluasi

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Penurunan fungsi ginjal

D.S : Klien mengatakan sebelum cuci darah kaki nya sedikit bengkak

D.O : Observasi tanda-tanda vital 160/90 mmhg, Suhu : 36,5 °C, Nadi 80 x/m, RR
24 x/m, Balance cairan: intake: 300 cc dan output tidak ada, Pada tanggal 13
september 2010 dilakukan pemeriksaan laboratorium sebelum cuci darah yaitu
ureum: 197 mg, kreatinin: 14.30 mg/dl, post cuci darah yaitu: ureum: 60 mg,
kreatinin: 5.30 mg/dl, Berat badan sebelum cuci darah 52,3 kg, berat badan
setelah cuci darah 50 kg.

Tujuan : setelah dilkukan 1x4 jam diharapkan kelebihan volume cairan


dapat berkurang

Kriteria hasil : tidak terjadi oedem, ureum dan kreatinin dalam batas normal,
berat badan dalam batas normal

Perencanaan :

a Kaji status cairan

b Berikan cairan yang diinjinkan selama periode 4 jam

c Observasi tanda-tanda vital tiap jam

d Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat


pembatasan cairan

e Cuci darah rutin

16
Pelaksanaan :

Tanggal 10 Desember 2010

Pukul 08.00 Menimbang berat badan klien, hasil berat badan : 52,5 kg,
pukul 08.00 observasi tanda-tanda vital sebelum cuci darah, hasil TD: 150/90
mmhg, N: 82 x/m, pukul 08.10 membantu dalam memulai proses cuci darah,
target 3,5 ditambah dengan makan klien 500 menjadi 4, observasi tanda-tanda
vital tiap jam, pukul 09.00 TD: 140/90, N: 80 /m, pukul 10.00 TD: 150/90, N: 88
/m, pukul 11.00 TD: 170/100, N: 88 /m, pukul 12.00 membantu dalam
mengakhiri proses cuci darah, hasil target tercapai 4, dan TD: 160/90 mmhg, N:
84 x/m.

Evaluasi :

S : klien mengatakan kaki nya sudah mulai berkurang bengkaknya.

O : oedem tampak berkurang, target cuci darah berhasil, berat badan 50


kg, post cuci darah ureum dan kreatinin dalam batas normal.

A : masalah teratasi sebagian

P : Intervensi diteruskan

2. Resti hiperglikemia berhubungan dengan defisit insulin

D.S : Klien mengatakan sering makan-makanan yang manis-manis.

D.O : Pemeriksaan gula darah sewaktu tgl 12 september 134 mg/dl, 12 november
134 mg/dl, 13 september HB 6,2 g/dl.

Tujuan : setelah dilakukan 1x4 jam tidak terjadi hiperglikemia

17
Kriteria hasil : gula darah sewaktu tetap dalam batas normal dan HB dalam
batas normal.

Perencanaan :

a. Timbang berat badan setiap hari.


b. Auskultasi bising usus.
c. Memberi makan
d. Kolaborasi dalam pemeriksaan gula darah setiap hari.
e. Kolaborasi dalam pemberian terapi obat.
Pelaksanaan :

Tanggal 10 Desember 2010

Pukul 09.00 mengauskultasi bising usus, hasil 5 x/menit, pukul 10.00


memberi makan klien 1 porsi, hasil habis 1 porsi. Pukul 10.20 memberikan
minum teh manis. Hasil teh habis diminum.

Evaluasi :

S : Klien mengatakan suka makan-makanan manis-manis

O : porsi makan habis 1 porsi

A : masalah belum teratasi

P : intervensi diteruskan

18
BAB IV
PENUTUP

Pada bab ini penulis akan mnyampaikan kesimpulan dari pembahasan serta
memberikan saran yang mungkin dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan mutu
pelayanan khususnya asuhan keperawatan pada klien gagal ginjal kronik.
A. Kesimpulan

Dari hasil pengkajian yang telah penulis lakukan penyebab dari Cronic Renal Failure
pada Tn.R adalah Hipertensi dan Diabetes Mellitus . Manifestasi klinis yang ditemukan
oedem pada daerah ekstremitas. Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan : Pemeriksaan
lab. Diagnosa yang ditemukan : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
Penurunan fungsi ginjal, Resti hiperglikemia berhubungan dengan defisit insulin
Perencanaan dan pelaksaanaan tidak ada kesenjangan. Terdapat 2 diagnosa, dan 1
diagnosa masalah teratasi sebagian.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas penulis disini memberikan saran bagi pembaca


pada umumnya dan penulis pada khususnya :

1. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien gagal ginjal kronik sebaiknya
perawat membaca referensi-referensi buku untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan.
2. Perawat dan penulis mampu meningkatkan kerja sama yang baik dalam
melaksanakan tindakan asuhan keperawatan.
3. Perawat dan penulis dapat lebih meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang
baik untuk klien dan keluarga
4. Pertahankan kolaborasi dan hubungan terapeutik yang baik antara pasien, keluarga
pasien, penulis, dan tim kesehatan laiinya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih
bahasa H.Y. Kuncara. Edisi Volum 2. Jakarta : EGC
Doengoes, Mariynn. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa : I
Made Kariasa. Jakarta : EGC.
Nursalam dan Fransiska. (2009). Asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia Anderson. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Alih bahasa : Peter Anugrah. Jakarta : EGC.
Switra, Ketut. (2006). Buku ajar penyakit dalam. Edisi 4 jilid 1. Jakarta :
departement ilmu penyakit dalam FK UI

20

Anda mungkin juga menyukai