PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ginjal termasuk salah satu organ vital yang dimiliki manusia. Ada tujuh utama
fungsi ginjal. Diantaranya, mengeluarkan air, racun, dan bahan yang tidak berguna
serta berfungsi sebagai buffer (menetralkan kelebihan asam), mengontrol tekanan
darah, membuat tubuh tidak kurang darah, serta untuk kesehatan tulang. Gagal ginjal
diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal
kronik. Gagal ginjal akut yaitu penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba yang
biasanya tetapi tidak secara keseluruhan atau reversibel, sedangkan gagal ginjal
kronik yaitu penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan ireversibel.
Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup tinggi. Di
Amerika serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10
tahun. Pada 1990, terjadi 166 ribu kasus GGT (gagal ginjal tahap akhir) dan pada
2000 menjadi 372 ribu kasus. Angka tersebut diperkirakan terus naik. Pada 2010,
jumlahnya diperkirakan lebih dari 650 ribu.
Untuk peran perawat sangatlah dibutuhkan baik secara preventif dan promotif
yaitu perawat melakukan penyuluhan kesehatan mengenai pola hidup yang sehat dan
pola makan dan lingkungan yang sehat. Dari aspek kuratif perawat memberikan
pengobatan dengan berkolaborasi dengan tim medis lainnya dan secara rehabilitative
yaitu perawat memberikan dukungan pada klien dan anggota keluarga yang
menderita gagal ginjal kronik.
Berdasarkan uraian tesebut angka kejadian penyakit Cronic Renal Failure
semkain meningkat apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan komplikasi
maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Cronic Renal Failure
1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis ingin mendapat pengalaman secara nyata dalam penerapan
asuhan keperawatan pada klien dengan Cronic Renal Failure
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan dan menerapkan Asuhan Keperawatan klien
dengan Cronic Renal Failure penulis diharapkan mampu :
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengetian
Cronic Renal Failure adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang ireversibel pada suatu derajat yang memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tetap berupa dialisis atau transpalatasi ginjal (Ketut Suwitra,
2006).
Cronic Renal Failure adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan
ditandai dengan uremia dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta
komplikasinya jika tidak dilakukan dialysis atau transplatasi ginjal (DR. Nursalam,
M.Nurs, 2009).
Cronic Renal Failure merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit, sehingga menyebabkan uremia (Brunner dan
Suddarth, 2001).
B. Etiologi
Adapun penyebab Cronic Renal Failure menurut Brunner & Suddarth, 2002
antara lain diabetes mellitus, glumerulonefritis kronis, hipertensi yang tidak dapat
dikontrol, gangguan vaskuler infeksi, obstruksi traktus urinarius.
C. Patofisiologi
3
Banyak masalah muncul pada Cronic Renal Failure sebagai akibat dari
penurunan jumlah glomeroli yang berfungsi yang menyebabkan penurunan klirens
substansi darah yang seharusnya yang dibersihkan oleh ginjal.
Penurunan laju filtrasi ginjal dapat dideteksi dengan mendapatkan urine 24 jam
untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurunnya filtrasi glomerulus, klirens
kreatinin akan menurun dan kadar kreatinin serum akan meningkat dan kadar
nitrogen urea darah biasanya akan meningkat.
Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin
secara normal pada ginjal tahap akhir. Pasien sering menahan natrium dan cairan
sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan
hipertensi. Pada penderita gagal ginjal kronik mempunyai kecenderungan untuk
kehilangan garam dan dapat mengakibatkan hipotensi dan hipovolemia.
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis metabolik
sering dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang
berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal
untuk menyekresikan amonia dan mengabsorbsi natrium bikarbonat. Penurunan
ekskresi fosfat dan asam organik lain juga terjadi.
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoiten yang tidak adekuat,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk
mengali perdarahan akibat status uremik pasien terutama dari saluran
gastrointestinal. Pada penderita gagal ginjal, produksi eritropoiten menurun dan
anemia berat terjadi, disertai keletihan, angina dan sesak napas.
D. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Cronic Renal Failure dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu
tindakan konservatif dan dialisi atau transplantasi ginjal.
1. Tindakan konservatif
4
Tujuan pengobatan pada tahap ini adalah untuk meredakan atau memperlambat
gangguan fungsi ginjal progresif
E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelelahan eksterm, kelemahan, malaise
Gangguan tidur (insomnia, gelisah atau somnolen)
Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi lama atau berat, nyeri dada.
Tanda : hipertensi, distrimia jantung, tahkikardia
c. Integritas ego
Gejala : faktor stress, perasaan tidak berdaya, tidak ada kekuatan
Tanda : menolak, cemas, takut, marah
d. Makanan/ cairan.
Gejala : peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi) anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik
tak sedap pada mulut. Penggunaan diuretik.
Tanda : distensi abdomen/asites, pembesaran hati tahap hati (tahap akhir)
5
Perubahan turgor kulit/kelembapan
Edema
e. Neurosensoris.
Gejala : sakit kepala, penglihatan kabur
Kram otot/kejang
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki (memburuk saat
malam hari)
g. Pernafasan
h. Keamanan
Ada/berulangnya infeksi
Tanda : pruritus
6
Demam, petekie, area ekimosis pada kaki
i. Seksualitas
j. Interaksi sosial
k. Penyuluhan/pembelajaran
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urine
b. Darah
c. Ultrasonografi ginjal
d. Endoskopi ginjal
e. Arteriogram ginjal
F. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan haluaran urine, diet berlebihan
dan retensi cairan dan natrium.
2. Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan mukosa mulut.
3. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
frekuensi, irama, kondisi jantung, keseimbangan cairan mempengaruhi volume
sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik.
7
4. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan penekanan produk sekresi,
gangguan faktor pembekuan, peningkatan kerapuhan kapiler.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik,
anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisa.
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat,
interprestasi informasi.
G. Perencanaan Keperawatan
Intervensi:
8
Kriteria hasil : BB dipertahankan atau ideal, tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi :
9
Kriteria hasil : mempertahankan curah jantung dengan tekanan darah dan
frekuensi jantung normal, nadi perifer kuat dan sama dengan
waktu pengisian kapiler
Intervensi :
Intervensi :
a. Perhatikan keluhan
peningkatan kelelahan, kelemahan
b. Awasi tingkat
kesadaran dan perilaku
c. Evaluasi respon
terhadap aktivitas
d. Observasi perdarahan
(jika terjadi)
10
e. Berikan sikat gigi
halus, gunakan jarum kecil dan lakukan penekanan lebih lama setelah
penyuntikan
f. Kolaborasi dalam
pemeriksaan laboratorium
Intervensi :
11
c. Diskusikan terapi obat
d. Tekankan pentingnya membaca label produk dan tidak meminum obat tanpa
menanyakannya kepada pemberi perawatan.
H. Pelaksanaan Keperawatan
I. Evaluasi Keperawatan
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Dari hasil pengkajian fisik tanggal 10 Dsember 2010: GCS : E 4, M5, V6,
observasi tanda-tanda vital 160/90 mmhg, Suhu : 36,5 °C, Nadi 80 x/m, RR: 24x/m,
klien tidak mempunyai riwayat alergi, klien pun tidak mempunyai riwayat penyakit
seperti diabetes mellitus ataupun darah tinggi. Klien mengatakan sebelum cuci
darah kaki nya sedikit bengkak. Klien mandi dirumah sehari 3 kali, oral hygine klien
dirumah sehari 3 kali, klien cuci rambut setiap kali klien mandi, klien bekerja pada
pagi hari, klien makan sehari 3 kali dan nafsu makan klien baik. Berat badan klien
sebelum cuci darah adalah 52,3 kg, setelah cuci darah berat badan klien adalah 50
kg, pengkajian fisik yang dilakukan adalah sisi mata klien simetris, kelopak mata
klien normal, pergerkan bol mata normal, pupil isokor, fungsi penglihatan klien
kabur dan klien mengunakan kaca mata. Sistem pendengaran klien normal, cairan
dari telinga tidak ada. Sistem pernafasan klien, jalan nafas bersih, pernafasan tidak
sesak, irama teratur. Sistem pencernaan klien, klien tidak menggunakan gigi palsu,
nyeri daerah abdomen klien baik, bising usus klien 5 x/menit, turgor kulit klien baik,
keadaan kulit baik. Balance cairan: intake: 300 cc dan output tidak ada, tidak ada
distensi, tidak sakit pinggang. Sistem muskuloskletal klien, klien tidak sakit pada
tulang maupun sendi dan tidak adanya fraktur, tidak ada kelainan bentuk tulang dan
otot.
13
3. Data Tambahan
Klien terpasang simino pada daerah lengan kiri, dan klien cuci darah 3 kali
dalam seminggu, klien juga mengatakan semenjak cuci darah klien tidak pernah
buang air kecil, dan klien mengatakan sewaktu kecil sering makan-makanan
yang manis-manis. Berat badan bersih klien 50 kg.
4. Data Penunjang
5. Pelaksanaan
Irvel 300 mg 2x1, Besablok 50 mg 1x1, ISDN 5 mg 3x1, narvask10 mg 1x1, dan
vitamin Haemodialisa 1x1.
6. Data Fokus
a. Data subyektif
Klien mengatakan sebelum cuci darah kaki nya sedikit bengkak, klien
mengatakan sewaktu kecil sering makan-makanan yang manis-manis.
b. Data obyektif
Observasi tanda-tanda vital 160/90 mmhg, Suhu : 36,5 °C, Nadi 80 x/m, RR 24
x/m, Balance cairan: intake: 300 cc dan output tidak ada, Pada tanggal 13
september 2010 dilakukan pemeriksaan laboratorium sebelum cuci darah yaitu
ureum: 197 mg, kreatinin: 14.30 mg/dl, post cuci darah yaitu: ureum: 60 mg,
kreatinin: 5.30 mg/dl, Berat badan sebelum cuci darah 52,3 kg, berat badan
setelah cuci darah 50 kg.
14
7. Analisa Data
15
B. Diagnosa Keperawatan
D.S : Klien mengatakan sebelum cuci darah kaki nya sedikit bengkak
D.O : Observasi tanda-tanda vital 160/90 mmhg, Suhu : 36,5 °C, Nadi 80 x/m, RR
24 x/m, Balance cairan: intake: 300 cc dan output tidak ada, Pada tanggal 13
september 2010 dilakukan pemeriksaan laboratorium sebelum cuci darah yaitu
ureum: 197 mg, kreatinin: 14.30 mg/dl, post cuci darah yaitu: ureum: 60 mg,
kreatinin: 5.30 mg/dl, Berat badan sebelum cuci darah 52,3 kg, berat badan
setelah cuci darah 50 kg.
Kriteria hasil : tidak terjadi oedem, ureum dan kreatinin dalam batas normal,
berat badan dalam batas normal
Perencanaan :
16
Pelaksanaan :
Pukul 08.00 Menimbang berat badan klien, hasil berat badan : 52,5 kg,
pukul 08.00 observasi tanda-tanda vital sebelum cuci darah, hasil TD: 150/90
mmhg, N: 82 x/m, pukul 08.10 membantu dalam memulai proses cuci darah,
target 3,5 ditambah dengan makan klien 500 menjadi 4, observasi tanda-tanda
vital tiap jam, pukul 09.00 TD: 140/90, N: 80 /m, pukul 10.00 TD: 150/90, N: 88
/m, pukul 11.00 TD: 170/100, N: 88 /m, pukul 12.00 membantu dalam
mengakhiri proses cuci darah, hasil target tercapai 4, dan TD: 160/90 mmhg, N:
84 x/m.
Evaluasi :
P : Intervensi diteruskan
D.O : Pemeriksaan gula darah sewaktu tgl 12 september 134 mg/dl, 12 november
134 mg/dl, 13 september HB 6,2 g/dl.
17
Kriteria hasil : gula darah sewaktu tetap dalam batas normal dan HB dalam
batas normal.
Perencanaan :
Evaluasi :
P : intervensi diteruskan
18
BAB IV
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan mnyampaikan kesimpulan dari pembahasan serta
memberikan saran yang mungkin dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan mutu
pelayanan khususnya asuhan keperawatan pada klien gagal ginjal kronik.
A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian yang telah penulis lakukan penyebab dari Cronic Renal Failure
pada Tn.R adalah Hipertensi dan Diabetes Mellitus . Manifestasi klinis yang ditemukan
oedem pada daerah ekstremitas. Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan : Pemeriksaan
lab. Diagnosa yang ditemukan : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
Penurunan fungsi ginjal, Resti hiperglikemia berhubungan dengan defisit insulin
Perencanaan dan pelaksaanaan tidak ada kesenjangan. Terdapat 2 diagnosa, dan 1
diagnosa masalah teratasi sebagian.
B. Saran
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien gagal ginjal kronik sebaiknya
perawat membaca referensi-referensi buku untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan.
2. Perawat dan penulis mampu meningkatkan kerja sama yang baik dalam
melaksanakan tindakan asuhan keperawatan.
3. Perawat dan penulis dapat lebih meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang
baik untuk klien dan keluarga
4. Pertahankan kolaborasi dan hubungan terapeutik yang baik antara pasien, keluarga
pasien, penulis, dan tim kesehatan laiinya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih
bahasa H.Y. Kuncara. Edisi Volum 2. Jakarta : EGC
Doengoes, Mariynn. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa : I
Made Kariasa. Jakarta : EGC.
Nursalam dan Fransiska. (2009). Asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia Anderson. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Alih bahasa : Peter Anugrah. Jakarta : EGC.
Switra, Ketut. (2006). Buku ajar penyakit dalam. Edisi 4 jilid 1. Jakarta :
departement ilmu penyakit dalam FK UI
20