Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan ireversibel, dimana kemampuan tubuh gagal mempertahankan
metabolisme dan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2002)
Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut
secara bertahap. (Doenges, 2000)
B. Etiologi
Penyebab kegagalan ginjal kronik adalah penurunan laju filtrasi glomelurus. Berikut ini
adalah penyebab gagal ginjal kronik:
1. Penyakit pada parenkim ginjal dibedakan menjadi :
- penyakit ginjal primer, yaitu Glomerulonefritis (peradangan pada glomelurus),
pielonefritis (infeksi), penyakit ginjal polikistik (gangguan kongenital dan
-

herediter).
penyakit ginjal sekunder : Nefritis lupus (Gangguan jaringan penyambung),

nefropati, hipertensi, diabetes mellitus


2. Penyakit ginjal obstruktif : Benigna Prostate Hipertropi, batu saluran kemih,
striktur uretra.( Price, 2006)
C. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala gagal ginjal kronis menurut Suyono (2001):
1. Sistem urinaria: perubahan frekuensi berkemih, hematuria, proteinuria, nocturia.
2. Kardiovaskuler: hipertensi, piting edema (kaki, tangan dan sakrum), edema
perorbital, pembesaran vena leher, gagal jantung kongestif.
3. Integumen: Warna kulit abu-abu mengkilat dan hiperpigmentasi, kulit kering
bersisik, gatal-gatal (pruritus), ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan
kasar.
4. Pulmoner : Krekels, sputum kental dan liat, nafas dangkal, pernafasan kussmaul.
5. Gastrointestinal: Nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan mulut, anoreksia,
mual, muntah, haus, penurunan aliran saliva, konstipasi dan diare, perdarahan
saluran cerna.
6. Hematologi: anemia, penurunan kualitas trombosit, masa pembekuan memanjang,
peningkatan kecenderungan perdarahan.
7. Muskuloskeletal : Kram otot, kekuatan otot hilang, kelemahan pada tungkai Fraktur
tulang, Foot drop.
D. Patofisiologi

Fungsi renal menurun, produk akhir metebolisme protein (yang normalnya


dieksresikan dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak tertimbun produk sampah, maka gejala akan
semakin berat. Banyak gejala uremia yang membaik setelah dialisis.
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun

dalam

keadaan

penurunan

GFR/daya

saring.

Metode

adaptif

ini

memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai dari nefronnefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
((Brunner & Suddarth, 2002)
E. Gambar

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk penerita gagal ginjal kronik (Mansjoer, 2001) :
1. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam. Pada beberapa
pasien, furosemid dosis besar (250-1000 mg/hari) atau diuretik diperlukan untuk
mencegah kelebihan cairan.
2. Diet tinggi kalori dan rendah protein. Diet rendah protein (20-40 g/hari) dan tinggi
kalori menghilangkan gejala anoreksia dan nausea dari uremia.
3. Kontrol hipertensi. Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan
garam dan cairan diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah. Diperlukan
diuretik loop, selain obat antihipertensi.

4. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit. Hindari masukan kalium yang besar atau


diuretik hemat kalium, obat-obat yang berhubungan dengan ekskresi kalium.
5. Persiapkan dialisis dan program transplantasi. Segera dipersiapkan setelah gagal
ginjal kronik dideteksi.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Darah
a. Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adanya anemia, Hb biasnya kurang
dari 7-8 gr.
b. Sel darah merah, pada defisien eritipoetin seperti aotemia.
c. GDA, pH menurun, asidosis metabolik terjadi karena kehilangan kemampuan
ginjal untuk mensekresikan hydrogen dan anomia atau hasil akhir katabolisme
protein, bkiarbonat manurun PaCO2 menurun.
d. Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai perpindahan seluler
(asidosis) atau pengeluaran jaringan.
e. Magnesium fosfat meningkat.
f. Kalsium menurun
g. Protein khusus albumin, kada serum menurun dapat menunjukan kehilangan
protein melelui urine, perpindahan cairan, penurunanpemasukan atau sintesa
karena kurang asam amino asensial.
h. Osmmolalitas serum.
2. Pemeriksaan urin:
a. Warna: secara abnormal keruh mungkin disebabkan oleh pus, bakteri, lemmak,
b.
c.
d.
e.

partikel koloid, fosfat atau urat.


Berat jenis:
Volume, biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria) atau urine tidak ada.
Klirens kreatinin, mungkin menurun.
Natrium, lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsori

natrium.
f. Protein, derajat tinggi proteinuria secara kuat menunjukan kerusakan
glomelurus.
3. Pemeriksaan EKG:

untuk

lihat

perubahan

yang

berhubungan

dengan

ketidakseimbangan elektrolit dan gagal jantung.


4. Pemeriksaan radiologi:
a. Radiografic : Untuk melihat keadaan ginjal, uereter dan vesika urinaria untuk
mengidentifikasi bentuk, ukuran, posisi, dan kalsifikasi dari ginjal
b. CT Scan: Digunakan untuk melihat secara jelas struktur anatomi ginjal.
c. IVP/ Intervenous Pyelography : Digunakan pada kasus gangguan ginjal yang
disebabkan oleh trauma, pembedahan, anomali kongenital, kelainan prostat,
calculi ginjal, abses/ batu ginjal, serta obstruksi saluran kencing.
d. MRI: untuk mendeteksi struktur ginjal, luasnya lesi invasif ginjal.

e. Biopsi ginjal: mungkin dilakukan secara endoskopok, untuk menentukan


jumlah sel jaringan untuk diagnosis histolgis. (Doenges,2000)
H. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien dan penanggung jawab
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Menjelaskan kronoligis sakit pasien sekarang sampai pasien dibawa ke rs,
-

ditambah dengan keluhan klien saat ini yang diuraikan dalam PQRST
Riwayat kesehatan dahulu
Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan atau
memperberat keadaan penyakit yang diderita pasien saat ini, termasuk

faktor predisposisi penyakit atau ada waktu proses sembuh


Riwayat kesehatan keluarga
Mengidentifikasi riwayat kesehatan keluarga tentang penyakit menular dan

penyakit yang diturunkan atau genetik.


d. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan ekstrem, kelemahan, malaise,

gangguan tidur

(insomnia/gelisah atau somnolen).


Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
2) Sirkulasi
Gejala: riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi; nyeri dada.
Tanda: hipertensi; DVJ, nadi kuat edema aringan umum dan pitting pada
kaki, telapak, tangan, disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi
ortostatik menunjukan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap
akhir. Friction rub perikardial ( respon terhadap akumulasi sisa), pucat;
kulit cokelat kehijauan, kuning, kecenderungan perdarahan.
3) Integritas ego
Gejala: faktor stress, contoh finansial, hubungan dan sebagainya, perasaan
tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda: menolak, ansietas, takut, marah, mudah teransang, perubahan
kepribadian.
4) Eliminasi
Gejala: penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut),
abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Tanda: perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah coklat,
berawan, oliguria dapat menjadi anuria.
5) Makanan/ cairan

Gejala: peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan


(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap
pada mulut (pernapsan anomia), penggunaan diuretik.
Tanda: distensi abdoomen/asites, pembesaran tahap akhir, perubahan
turgor kulit/kelembaban. Edema (umum, tergantung), ulserasi gusi,
perdarahan gusi/lidah, penurunan otot, penurunanlemak subkutan,
penampilan tak bertenaga.
6) Neurosensori
Gejala: sakit kepala, pengelihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom kaki
gelisah kebas rasa terbakar pada telapak kaki. Kebas/kesemutan dan
kelemahan, penurunan tingkat kesadaran, stupor atau koma.
Tanda: gangguan mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidak
mampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, koma. Penurunan DTR, tanda chvostek dan trousseau
positif, kejang, fasikulasi otot, aktivasi kejang, rambut tipis, kuku rapuh
dan tipis.
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri panggul sakit kepala; kram otot/nyeri kaki (memburuk saat
malam hari)
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah.
8) Pernapasan
Gejala: napas pendek, dispnea nokturnal paroksismal; batuk dengan/tanpa
sputumkental dan banyak.
Tanda: takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman pernapasan,
batukproduktif dengan sputum merah muda encer (edema paru).
9) Kulit
Gejala: kulit gatal, adanya/berulangnya infeksi.
Tanda: pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara
aktual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tybuh lebih
rendah dari normal (efek GGK/ depresi respon imun), petekie, area
ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat kalsium ( kalsifikasi
mmetastatik) pada kulit, jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak.
10) Seksualitas
Gejala: penurunan libido, amenorea: infertilitas.
11) interaksi sosial
Gejala: kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
(Doenges, 2000)
e. Analisa Data

Symptom
Ds: - pasien
mengatakan
berat bada naik dalam
waktu singkat.
Do:
- Anasarka
- Edema
- Oliguria
- Penurunan Hb dan
hematokrit.
Ds:
- Pasien
mengatakan
nafsu
makan
berkurang.
Do:
- Mual
- Muntah
- Diare
- Bising usus hiperaktif
- Berat badan menurun
dengan asupan yang
adekuat.

Ds:
Do:
- Gatal-gatal
- Kerusakan lapisan kulit
- Turgor kulit buruk

Ds:
Do:
- Pernapasan abnormal
- Warna kulit sianosis atau
pucat.
- Dipsnea
- Diaforesis
- Napas cuping hidung
- Takikardia
- Penggunaan
otot
pernapasan

Etiologi
Retensi na

Total CES

Tekanan kapiler naik

Volume intertisial naik

Edema

Problem
Kelebihan volume
cairan

Skresi protein terganggu

Sindrom uremia

Gangguan
keseibangan asam
basa

Produksi asam
lambung meningkat

Neusea, vomitus

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh.
Sekresi protein terganggu

Sindro uremia

perpospatemia

Prurits

Kerusakan integritas
kulit
Edema

Pre load naik

Beban jantung naik

Hipertrofi ventrikel kiri

Payah jantung

Bedungan atriu kiri naik

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh.

Kerusakan
integritas kulit.

Gangguan
pertukaran gas

Ds:
Do:
-

Merasa lemah
Merasa letih
Hb munuerun
Dipsnea
setelah
mlakukan aktivitas
Nadi tekanan abnormal

Tekanan vena
pulmonalis

Kapiler paru naik

Edema paru

Gangguan pertukaran
gas
Sekresi eritopoitin menurun

Produksi Hb menurun

Oksihemoglobin
menurun

Suplai O2 menurun

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

Intoleransi
aktivitas

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronik menurut doenges
(2000), brunner & suddarth (2002):
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet
berlebih dan retensi cairan dan natrium.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membran mukosa mulut.
c. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan turgor
kulit, gangguan status metabolik, sirkulasi dan sensasi.
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, penurunan curah
jantung, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis asam laktat.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, ketidakcukupan oksigen
skunder akibat anemia, dan retensi produk sampah.
3. Intervensi Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penuruna haluaran urine, diet
berlebih dan retenasi cairan dan natrium.
Tujuan: mempertahankan berat badan ideal tanpa kelabihan cairan.
Kriteria hasil:
- Menunjukan turgor kulit normal tanpa edema
- Menunjukan TTV dalam rentan normal
- Malporkan penurunan rasa haus
- Melaporkan kemudahan dalam bernapas atau tidak terjadi napas pendek.

Intervensi

Rasional

1. Kaji status cairan: timbang berat 1. Pengkajian merupakan dasar dan data
badan
harian,
keseimbangan
dasar berkelanjutan untuk memantau
makanan dan haluaran, turgor kulit
perubahan dan mengevaluasi intervensi.
baik tanpa edema, tekanan darah,
denyut dan irama nadi.
2. Pembatasan cairan akan menentukan
2. Batasi masukan cairan.
berat tubuh ideal, haluaran urin, dan
respon terhadap terapi.
3. Identifikasi sumber potensial cairan: 3. Sumber kelebihan cairan yang tidak
medikasi dan cairan yang digunakan
diketahui dapat diidentifikasi.
untuk pengobatan oral dan intravena.
4. Jelaskan pada pasien dan keluarga 4. Pemahaman meningkatkan kerjasama
rasional pembatasan.
pasien dan keluarga dalam pembatsan
cairan.
5. Tingkatkan dan dorong higiene oral 5. Higiene oral mengurangi kekeringan
dangan sering.
membran mukosa mulut.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membran mukosa mulut.
Tujuan: mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil:
- Mengkonsumsi makanan tinggi kalori dalam batasan diet
- Mematuhi medikasi sesuai jadwal untuk mengatasi anoreksia dan tidak
-

menimbulkan rasa kernyang.


Menunjukan tidak adanya perlambatan atau penurunan berat badan yang
cepat.

Intervensi
Rasional
1. Kaji status nutrisi: perubahan berat 1. Menyediakan
data
dasar
untuk
badan, pengukuran antropometrik,
memantau perubahan dan mengevaluasi
nilai laboratorium (BUN, kreatinin,
intervensi.
protein, transprein dan kada besi)
2. Kaji faktor yang berperan dalam 2. Menyediakan informasi mengenai
merubah masukan nutrisi: anoreksia
faktor lain yang dapat diubah atau
mual, muntah, diet yang tidak
dihilangkan
untuk
meningkatkan
menyengankan bagi pasien, depresi,
masukan diet.
kurang memahami bataasan diet,
stomatitis.
3. Tingkatkan masukan protein yang
mengandung nilai biologis tinggi: 3. Protein lengkap diberikan untuk
mencapai keseimbangan nutrogen yang
telur, produk susu dan daging.
diperlukan untuk pertumbuhan dan
penyembuhan.
4. Ciptakan
lingkungan
yang
4. Faktor yang tidak menyenangkan yang

menyenangkan selama makan.

5. Timbang berat badan harian.

berperan dalam menimbulkan anoreksia


dihilangkan.
5. Untuk memantau status cairan dan
nutrisi.

c. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan turgor


kulit, gangguan status metabolik, sirkulasi dan sensasi.
Tujuan: tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Kriteria hasil:
- Mempertahankan kulit utuh
- Menunjukan perilaku teknik untuk mencegah kerusakan cedera/kerusakan
kulit.
Intervensi

Rasional

1. Inspeksi kulit terhadap perubahan 1. Menandakan


area
sirkulasi
warna, turgor, vaskular, perhatikan
buruk/kerusakan
yang
dapat
kemerahan, ekskoriasi.
menimbulkan
pembentukan
dekubitus/infeksi.
2. Pantau masukan cairan dan hidrasi 2. Mendeteksi adanya hidrasi atau dehidrasi
kulit dan membran mukosa.
berlebihan yang memperngaruhi sirkulasi
dan integritas jaringan pada tingkat
3. Berikan perawatan kulit, batasi
seluler.
penggunaan sabun, berikan salep atau 3. Losion dan salep mungkin diinginkan
krim.
untuk menghilangkan kering atau
robekan. Penggunaan sabun dapat
4. Anjurkan
pasien
menggunakan
membuat kulit kering.
kompres dingin atau hangat pada area 4. Menghilangkan ketidaknyamanan dan
pruritis dan pertahankan kuku pendek.
menurunkan resiko cedera dermal.
5. Anjurkan menggunakan pakaian katun 5. Mencegah iritasi dermal langsungan
longgar
meningkatkan evaporasi lembab pada
kulit.
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, penurunan curah
jantung, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat.
Tujuan: curah jantung pasien dapat dipertahankan
Kriteria hasil:
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal
- Akral hangat
- CRT <3 detik
- Nilai lab dalam rentang normal (kalium 3,5-5,1 mmol/L, urea 39 mg/dl)
Intervensi

Rasional

1. Auskultasi bunyi jantung dan paru,


evaluasi
adanya
edema
perifer/kongestif vaskuer dan keluhan
dipsnea,
awasi
tekanan
darah,perhatikan postural misalnya
duduk,barbaring dan berdiri.
2. Kaji tingkat aktivitas dan respon
terhadap aktivitas
3. Perhatikan adanya keluhan nyeri dada,
perhatikan lokasi dan beratnya
4. Kolaborasikan
pemeriksaan
lab.
kalium

1. adanya takikardi frekuensi


menjdi tidak teratur.

jantung

2. Kelelahan dapat menyertai gagal


janung kongestif dan juga anenia.
3. Hipertensi
dan
GGK
dapat
menyebabkan nyeri
4. Ketidakseimbangan
kalium
dapat
menggangu fungsi dan kondisi jantung.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, ketidakcukupan oksigen


skunder akibat anemia, dan retensi produk sampah.
Tujuan: mempertahankan aktivitas yang dapat dioleransikan oleh pasien
Kriteria hasil:
- Berpartisipasi dalam meningkatkan latihan dan tingkat aktivitas.
- Melaporkan peningkatan aktivitas
Intervensi
Rasional
1. Kaji faktor yang menyebabkan 1. Menyediakan informasi tentang indikasi
keletihan: anemia, ketidakseibangan
tingkat keletihan.
cairan dan elektrolit, reteni produk
sampah, depresi
2. Tingkatkan
kemandirian
dalam 2. Mengingkatkan aktivitas sedang atau
aktivitas perawatan diri yang dapat
ringan.
ditoleransi,
bantu
jika
terjadi
keletihan.
3. Anjurkan aktivitas alternatif sambil 3. Mendorong aktivitas dan latihan dalam
batas yang dapat ditoleransi dan
istirahat.
istirahat yang adekuat
4. Pertahankan status nutrisi pasien.
4. Status nutrisi yang adekuat pasien
memiliki energi untuk dapat melakukan
aktivitas

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, volume 2.
Jakarta: EGC.
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Price, S.A.& Lorraine M.W. 2006. Patofisilogi Konsep Klinis Proses-proses Panyakit Edisi
6: vol. 1. Jakarta: EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai
Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai