Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit artritis rematoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar
diseluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik. Artritis rheumatoid
sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita denga pria sebesar 3 : 1.
kecenderungan wanita untuk menderita artritis reumatoid dan sering dijumpai remisi
pada wanita yang sedang hamil, hal ini menimbulkan dugaan terdapatnya faktor
keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini.
Penyakit ini ditemukan pada semua sendi dan sarung sendi tendon, tetapi paling sering di
tangan. Selain enyerang sendi tangan, dapat pula menyerang sendi siku, kaki,
pergelangan kaki, dan lutut. Atritis kronik yang terjadi pada anak yang menyerang satu
sendi atau lebih, dikenal dengan atritis remautoid juvenil. Noer S (1996) mengatakan
atritis remautoid merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang walaupun
manifestasi utamanya adalah poliatritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh ogan tubuh.
Biasanya atritis remautoid timbul secara sistemik. Gejala yang timbul berupa nodul
subkutan yang terlihat pada 30% penderita. Nodul sering terdapat di ektremitas atas dan
tampak sebagai vaskulitis remautoid, yang merupakan manifestasi ektraartikuler. Bila
penyakit ini terjadi bukan pada sendi , seperti bursae, sarung tendon, dan lokasi lainnya
dinamakan rematoid ektraartikuler. Biasanya terjadi dekstruksi sendi progresif, walaupun
terjadi masa serangan, sendi dapat mengalami masa remisi.
Berdasarkan penelitian kalinoglou, et al., (2008), indeks masa tubuh (BMI), dan
lemak tubuh klien atrtis remautoid berhubungan dengan merokok sigaret. Penurunan
masa otot berhubungan dengan genetik (keturunan) dan perokok berat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka penulis merumuskan masalah-masalah
yang akan di bahas diantaranya mengenai definisi atritis remautoid, etiologi,
epidemologi, insiden, patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan dan laporan kasus pada klien dengan atritis remautoid.

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulis membuat makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui definisi atritis remautoid, etiologi, epidemologi, insiden,
patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan dan
laporan kasus pada klien atritis rematoid.
2. Untuk mengetahui laporan kasus pada klien atritis remautoid.

BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Remautoid atritis (RA) adaah penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya. Karakteristik remautoid atritis adalah terjadinya kerusakan dan
poliferasi pada membran sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi,
ankilosis, dan deformitas. Mekanisme imumologis tampak berperan penting dalam
memulai dan timbulnya penyakit ini. Pendapat lain mengatakan, atritis remautoid adalah
gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu
dari sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang diperantarai oleh imunitas.

B. Etiologi
Penyebab atritis remautoid masih belum diketahui secara pati walaupun banyak hal
mengenai patologis penyakit ini belum terungkap. Penyakit ini belum dapat dipastikan
mempunyai hubungan dengan faktor genetik. Namun, berbagai faktor (termasuk
kecenderungan genetik) bisa dipengaruhi reaksi autoimun. Faktor yang berperan antara
lain adalah jenis kelamin, infeksi (Price, 1995), keturunan (Price,1995; Noer S, 1996)
dan lingkungan (Noer S, 1996). Dari hasil penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit atritis remautoid adalah jenis kelamin,
infeksi, keturunan dan lingkungan.
Dari hasil penenlitian, diketahui aptogenesis atritis remautoid dapat terjadi akibat
rantai peristiwa imunologis yang terdapat dalam genetik. Terdapat kaitan dengan
pertanda genetik seperti HLA-Dw4 dan HLA-DR5 pada orang kulit putih. Namun pada
orang Amerika berkuit hitam, Jepang, dan Indian Chippewa, hanya ditemukan kaitan
dengan HLA-Dw4.

C. Epidemologi
Atritis remautoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar luas
diseluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik. Walaupun belum dapat
dipastikan sebagai penyebab, faktor genetik, hormonal,infeksi, dan beat shock protein
(HSP) telah diketahui berpengaruh kuat dalam menentukan morbiditas penyakit ini. HSP
adalah sekelompok protein yang berukuran sedang (60-90 kDa) yang dibentuk oleh sel
seluruh spesies sebagai suatu respon terhadap stress. Mekanisme hubungan antara sel T
dengan HSP belum diketahui dengan jelas.

D. Insiden
Atritis remautoid terjadi kira-kira 2,5 kali lebih sering menyerang wanita daripada pria
(price, 1995). Menurut Noer S (1996) perbandingan antara wanita dan pria sebesar 3:1,
dan pada wanita usia subur perbandingan mencapai 5:3. Jadi perbadingan antara wanita
dan pria kira-kira 1-2,5-3. Insiden meningkat dengan bertambahnya usia, terutama pada
wanita. Kecenderungan insiden antara wanita dan wanita subur diperkirakan karena
adanya gangguan dalam keseimbangan hormonal (estrogen) tubuh, namun hingga kini
belum dapat dipastikan apakah faktor hormonal memang merupakan penyebab penyakit
ini. Penyakit ini biasanya pertama kali muncul pada usia 20-50 tahun, puncaknya antara
usia 40-60 tahun. Penyakit ini menyerang orang-orang seluruh dunia, dari berbagai suku
bangsa. Sekitar satu persen orang dewasa menderita atritis remautoid yang jelas, dan
dilaporkan bahwa di Amerika Serikat setiap tahun timbul kira-kira 750 kasus baru per
satu juta penduduk (Price, 1995).

E. Patofisiologi
Atritis remautoid adalah proses inflamasi komplek yang merupakan hasil reaksi
autoimun yang merupaka hasil reaksi dari berbagai populasi sel imun dengan aktivasi
dan proliferasi dari fibroblas sinovial. Respon inflamasi ini menyerang cairan sinovial
pada persendian, bursae dan tendon, serta jaringan lain diseluruh tubuh. Orang-orang
yang menderita penyakit ini menunjukan tanda-tanda klinis yang bermacam-macam dan
distribusikannya pada muskuloskeletal. Dalam jaringan sinovial, proses inflamasi terjadi
4

secara jelas, menimbulkan edema dan poliferasi kapiler dan sel mesenkim. Pada jaringan
sendi dan cairan sinovial, terjadi akumulasi dari leukosit yang menghasilkan enzim
lisosom dan pro-infamasi lain, serta mediator-mediator toksik. Kemudian, dengan
teraktivasinya sel-sel imun dan fibroblas sinovial, mediator ini dapat merusak kartilago
persendian yang berdekatan. Jika proses ini berlanjut dan tidak dikendalikan, permukaan
sendi akan hancur, dan secara bertahap terjadi fibrosis pada jaringan fibrosa
kapsulpersendian dan jaringan sendi atau terlihat ankilosis pada tulang.
Destruksi jaringan sendi terjadi melalui dua cara, pertama adalah dekstruksi akibat
proses pencernaan oleh jarena produksi protease, kolagenase dan enzim-enzim hidrolitik
lainnya. Enzim-enzim ini memecah kartilago, ligamen, tendon, dan tulang pada sendi,
serta dilepaskan bersama dengan radikal oksigen dan metabolit asam arakidonat oleh
leukosit polimorfonuklear dalam cairan sinovial. Proses ini diduga adalah bagian dari
reaksi autoimun terhadap angtigen yang diproduksi secara lokal. Kedua adalah proses
fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen hingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya
membentuk panus. Panus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulakn erosi
tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan menganggu gerakan sendi.
Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeratif degan
menghilangnnya elastisitas otot dan kekeuatan kontraksi otot.

F. Manifestasi Klinis
Ada beberapa manifestas klinis yang lazim ditemukan pada klien atritis remautoid.
Manifestasi ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan. Oleh karenanya
penyakit ini memiliki manifestasi klinis, yaitu:
1. Gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan
demam. Terkadang dapat terjadi kelehan yang hebat.
2. Poliatritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi ditangan,
namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi intrapalangs distal. Hampir
semua sendi diatrodial dapat disreang.

3. Kakauan pada pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat generalisata
tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekauan ini berbeda dengan kekauan
sendi pada osteoatritis, yang biasanya hanya berlangsung bebepara menit dan
selalu kurang dari satu jam.
4. Artritis erosif, merupakan ciri khas artitris remautoidpada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang
5. Deformitas: kerusakan struktur penunjang sendi meningkat dengan perjalanan
penyakit.

Pergeseran

ulnar

atau

deviasi

jari,

subluksasi

sendi

metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa


deformitas tangan yang sering dijumpai. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan)
kaput metatarsal yang timbul sekunder dan subluksasi metatarsal. Sendi-sendi
yang besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan
bergerak terutama dalam melakukan gerak ekstensi.
Nodul-nodul rheumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa pasien artritis reumatoid. Lokasi yang paling sering
dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau sepanjang
permukaan ekstensor dari lengan. Walaupun demikan, nodul-nodul ini dapat
juga timbul pada tempat lainnya. Adanya nodul-nodul ini biasanya merupakan
petunjuk dari suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
Manifestasi ekstraartikular, artritis reumatoid juga dapat menyerang organorgan lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan
pembuluh darah dapat rusak.

G. Pentalaksanaan
Tujuan utama dari program pengobatan adalah menghilangkan nyeri dan
peradangan, mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari klien, serta
mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi. Penetalaksaan yang
sengaja dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan itu meliputi pendidikan, istirahat,
latihan fisik dan termoterapi, gizi dan obat-obatan.

Pengobatan harus diberikan secara paripurna, karena penyakit sulit sembuh. Oleh
karena itu, pengobatan dapat dimulai secara lebih dini. Klien haru diterangkan mengenai
penyakitnya dan diberikan dukungan psikologis. Nyeri dikurangi atau bahkan
dihilangkan, reaksi inflamasi harus ditekan, fungsi sendi dipertahankan, dan deformitas
dicegah dengan obat antiinflamsi nonsteroid, alat penopang ortopedis dan latihan
terbimbing.
Pada keadaan akut kadang dibutuhkan pemberian steroid atau imunosupresan.
Sedangkan,pada keadaan kronik sinovektomi mungkin berguna bila tidak ada dekstruksi
sendi yang luas. Bila terdapat destruksi sendi atau deformitas dapat dianjurkan dan
dilakukan tindakan atrodesi atau artroplastik. Sebaiknya pada revalidasi disediakan
bermacam alat bantuuntuk menunjang kehidupan sehari-hari di rumah maupun di tempat
kerja.
Langkah pertama dari program penatalaksanaan artritis remautoid adalah
memberikan pendidikan kesehatan yang cukup tentang penyakit kepada klien,
keluarganya, dan siapa saja yang berhungan dengan klien. Pendidikan kesehatan yang
diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologi penyakit, penyebab dan prognosis
penyakit, semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obatyang
komplek, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi panyakit, dan metode-metode yang
efektif tentang penatalaksaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan
kesehatan ini dilakukan secara terus menerus. Pendidikan dan informasikesehatan juga
dapat diberikan dari bantuan klub penderita, badan-badan kesehatan kemasyarakatan,
dan dari orang-orang lain yang juga menderita artritis remautoid, serta keluarga mereka.
Istirahat adalah terpenting karena artritis remautoid beiasanya disertai rasa lelah
yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat tibul setiap hari, tetapi ada masa-masa
dimana klien merasa keeadaannya lebih baik atau beristirahat. Hal ini memungkinkan
klien dapat mudah terbangun dari tidurnya pada malam hari karena nyeri. Disamping itu
latihan-latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan
ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, dan sebaiknya
dilakukan sedikitnya dua kali sehari. Obat-obat penghilang nyeri mungkinperu diberikan
sebelum latihan, dan mandi parafin dengan suhu yang dapat diaturantara suhu panas dan
dingin dapat dilakukan. Alat-alat pembantu dapat adaptif mungkin diperlukan untuk
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Latihan yang diberikan sebaiknya dilakukan
7

oleh tenaga ahli yang sudah mendapatkan pelatihan sebelumnya, seperti ahli terapi fisik
atau terapi kerja karena latihan yang berlebihan dapat merusak struktur-struktur
penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit.
Penderita artritis remautoidtidak memerlukan diet khusus keran variasi pemberian
diet yang ada belum terbukti kebenarannya. Prinsip umumuntuk memperoleh diet
seimbang sangat penting. Penyakit ini dapat juga menyerang sendi temporalmandibular,
sehingga membuat gerakan mengunyah menjadi sulit. Sejumlah obat-obat tertentu dapat
menyebabkan rasa tidak enak pada lambung dan mengurangi nutrisi yang diperlukan.
Pengaturan berat badan menjadi dan aktivitas kien harus seimbang karena biasanya klien
akan mudah menjadi terlalu gemuk disebabkan aktivitas klien dengan penyakit ini relatif
rendah. Namun, bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan adalah
pemberian obat.
Obat-obat dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan peradangan, dan untuk
mencoba mengubah perjalanan penyakit. Nyeri hampir tidak dapat dipisahlan dari artritis
remautoid, sehingga ketergantungan terhadap obat harus diusahakan seminimun
mungkin. Obat utama pada artitis remautoid adalah obat-obatan antiinflamasi nonsteroid
(NSAID).
Obat antiinflamasi nonsteroid bekerja dengan menghalangi proses produksi
mediator peradangan. Tepatnya menghambat sintesis prostaglandin atau siklooksigenase. Enzim-enzim ini mengubah asam lemak sistemik endogen, yaitu asam
arakidonat menjadi prostagladin, prostasiklin, tromboksan, dan radikal-radikal oksigen.

H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes Serologi
a. Sedimentasi eritrosit meningkat
b. Darah, bisa terjadi anemia dan leukosit
c. Remautoid faktor, terjadi 50-90% penderita.
2. Pemeriksaan Radiologi
8

a. Petricular osteoporosis, permulaan persendian erosi.


b. Kelanjutan penyakit: ruang sendi sempit, suksasi dan ankilosis
3. Aspirasi Sendi
a. Cairan sinovial menunjukan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi
dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.

BAB III
LAPORAN KASUS

A. Pengkajian
1. Biodata
Nama

: Ny. Nia

Umur

: 36 tahun

Jenis kelamin

: Wanita

Pendidikan

: SMA

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Diagnosa medis

: Atritis Remautoid

Alamat

: Jl. Setrawangi 6 No. 22 Antapani-Bandung.

2. Keluhan utama
Pasien mengeluh tidak dapat bergerak.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang.
Setelah dilakukan pengkajian klien mengatakan kaki sebelah kanan tadak dapat
digerakan sejak setahun yang lalu.
4. Riwayat penyakit terdahulu.
Klien mengatakan sebelum sakit klien sering mengalami krepitus, dan sejak
setahun lalu menjalani akupuntur.

5. Riwayat penyakit keluarga


10

Setelah dilakukan pengkajian klien mengatakan tidak ada kelaurga yang


mengalami penyakit yang sama dengan klien.
6. Data bilogis pada pola aktivitas sehari-hari
Pola Kebiasaan

Dirumah

Nutrisi:
1. Makan.

1. Makan nasi 2x seminggu (sabtu


dan minggu pada sore hari,
diganti dengan lontong), makan
sayuran yang direbus (sawi,
wortel, buncis), sering makan
buah-buahan.

2. Minum

2. Minum air mineral 1,5 liter


setiap hari dan pagi hari minum
teh hangat.

Eliminasi:
1. BAB

1. 1x

sehari,

feses

berwarna

kuning, dan lembek dan tidak


mengalami kesulitan.
2. BAK

2. 8x sehari, air seni berwarna


kuning

jernih,dan

tidak

mengalami kesulitan.
Istirahat/tidur:
1. Tidur siang

1. 1 jam setiap hari

2. Tidur malam

2. Tidur 7 jam (22.00-04.00).

Personal Hygiene
1. Mandi

1. 1x sehari pada pagi hari

2. Gosok gigi

2. 2x sehari pada pagi dan sore

11

hari
3. Keramas

3. Keramas setiap 2 hari sekali.

Aktivitas

Saat melakukan aktivitas klien selau


dibantu karena kaki kanan nya tidak
dapat digerakan.

7. Aspek psikologis
Klien selalu terlihat santai, selalu tersenyum dan klien tidak pernah mengalami
keputusasaan atau rasa rendah diri.
8. Aspek Sosial
Klien mempunyai hubungan yang baik dengan anggota keluarga nya, dan selalu
berinteraksi dengan baik dengan para tamu atau teangga yang datang kerumah
nya.
9. Aspek spiritual
Klien adalah seorang penganut agama islam, selalu melaksanakan dan
menjalankan sholat 5 waktu sesuai dengan kepercayaan yang dianutnya.
10. Pemeriksaan fisik
a. Keadaaan umum: klien tampak senang ketika berkunjung.
Kesadaran: composmentis
TTV: Suhu: 36,5oc
Nadi: 80/ menit
RR: 18x/menit
TD: 130/80 mmH
b. Kepala

12

Rambut warna hitam, kebersihan baik, tidak berketombe, rambut tidak rontok
dan tidak berminyak.
c. Mata
Bentuk mata simetris, tidak ada lingkaran hitam, mengenakan kacamata (kiri
minus: 4, kanan minus: 6 ).
d. Hidung
Bentuk normal, lubang hidung simetris, dan tidak ada secret.
e. Mulut
Bentuk bibir normal dan simetris, bibir lembab, gigi bersih, lidah merah muda,
dan tidak ada pembengkakan.
f. Telinga
Bentuk simetris, klien dapat mendengar dengan baik saat berbicara.
g. Leher
Tidak ada pembesaran pada leher dan tidak ada kesulitan menelan.
h. Dada
Bentuk dada simetris, pergerakan teratur, respirasi 18/menit, jantung 80/menit.
i. Abdomen
Perut terasa lemut dan datar, tidak ada nyeri tekan, bising usus /menit, tidak
ada pembesaran hati dan limfa.
j. Anus
Klien tidak mau diperiksa, dan klien mengatakan tidak ada kelainan.

k. Genitalia
13

Tidak dilakukan pemeriksaan, klien mengatakan menstruasi sebulan sekali


selama 1 minggu dan lancar.
l. Ektremitas
Atas: kedua tangan simetris, tidak ada kelemahan otot, terdengar krepitus pada
lengan sebelah kiri, tidak ada pembengkaka, warna kulit normal, tidak ada
kekakuan.
Bawah: tungkai kiri tidak ada pembengkakan dan tidak ada kelemahan otot,
kaki kanan tidak dapat digerakan dengan menggunakan rom 1 dan tidak
tedapat penumpukan cairan pada kedua tungkai,serta tidak ada varises.
m. Kulit
Warna kulit putih, turgor kulit baik, tekstur kulit lembut.

11. Analisa data:


Data

Penyebab

Ds:
-

Kelemahan otot
klien

mengatakan

tidak

dapat

menggerakan

kaki

sebelah kanan.
Do:
-

Kaki kanan krepitasi.

ROM
5

B. Diagnosa Keperawatan
14

Masalah
Kerusakan mobilitas fisik

1. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak,


kelemahan otot, nyeri pada gerakan, keterbatasan ketahan fisik.

C. Intervensi Keperawatan
a. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri atau
ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan otot.
Tujuan: setelah dilakukan proses keperawatan kekuatan mobilitas klien meningkat.
Kriteria Hasil:
-

Klien dapat memperagakan perilaku atau teknik yang memungkinkan


melakukan aktivitas.

Klien dapat mempertahankan kekuatan dan fungsi dari kompensasi bagian


tubuh.
Intervensi

Rasional

1. Pemeriksaan TTV.

1. Untuk

mengetahui

keadaan

umum klien.
2. Untuk mencegah kekakuan pada

2. Berikan latihan Rom.

ektremitas klien.
3. Untuk

3. Berikan pendidikan kesehatan

membantu

memahami

penyakit

klien
yang

diderita.

D. Implementasi
Hari/Tanggal

Dx

Rabu,

1`

13 november 2013.

Implementasi

Respon

1. Memonitor TTV

1. Klien mau di TTV.

2. Memberikan latihan ROM.

2. Klien

mau

melakukan latihan
15

3. Memberikan

pendidikan

kesehatan.

ROM.
3. Klien aktif dalam
bertanya jawab

E. Evaluasi
Hari/tanggal

Dx

Evaulasi

Paraf

Rabu, 13 november 1

S: Klien mengatakan kaki kanan tidak

2013

digerakan
O: klien tidak mampu menganggkat
kaki kanan
A: masalah kerusakan mobilitas fisik
belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan.

16

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Artritis remautoid adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya, dikarakteristikan oleh kerusakan dan poliferasi membran sinovial, yang
menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas. Mekanisme
imunologis tampak berperan penting dalam memulai dan mengekal prenyakit dimana
remisi spontan dan eksaserbasi tidak diperkirakan kejadiannya.
Atritis remautoid terjadi kira-kira 2,5 kali lebih sering menyerang wanita daripada pria
(price, 1995). Menurut Noer S (1996) perbandingan antara wanita dan pria sebesar 3:1,
dan pada wanita usia subur perbandingan mencapai 5:3. Penyakit ini biasanya pertama
kali muncul pada usia 20-50 tahun. Berbagai faktor (termasuk kecenderungan genetik)
bisa dipengaruhi reaksi autoimun. Faktor yang berperan antara lain adalah jenis
kelamin, infeksi (Price, 1995), keturunan (Price,1995; Noer S, 1996) dan lingkungan
(Noer S, 1996). Dari hasil penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang
berperan dalam timbulnya penyakit atritis remautoid adalah jenis kelamin, infeksi,
keturunan dan lingkungan.
proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen hingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya
membentuk panus. Panus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulakn erosi
tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan menganggu gerakan
sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeratif
degan menghilangnnya elastisitas otot dan kekeuatan kontraksi otot.

17

Anda mungkin juga menyukai