Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMPREHENSIF

DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUANG IGD RSUD Dr. ADJIDARMO
RANGKASBITUNG

Laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Komprehensi
Dosen Pembimbing : Hj. Siti Wasliyah, S. Kep., Ners, M. Kep.
Critical Instructure: Ns. Ratih Hepiani, S. Kep.

Disusun Oleh :
Dian Rahmayani
P27905121007

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
Nama Mahasiswa : Dian Rahmayani
NIM : P27905121007
Judul Kasus : Laporan Pendahuluan pada Pasien CKD
Tanggal Praktek : 11 – 16 April 2022
Ruangan : Instalasi Gawat Darurat

Chronic Kidney Disease (CKD) atau Gagal Ginjal Kronis

A. Definisi
Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk mempertahankan volume
dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya
dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut (Nurarif &Kusuma,2013).
Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal sudah tidak
mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang biasanya dieliminasi
melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan
menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam
basa (Abdul, 2015) Sedangkan menurut Black (2014) Gagal Ginjal Kronik (GGK)
adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh
tidak mampu memelihara metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan
elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal kronis
mempunyai karakteristik bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan memerlukan
pengobatan berupa, trensplantasi ginjal, dialysis peritoneal, hemodialysis dan rawat jalan
dalam waktu yang lama (Desfrimadona, 2016).

B. Manifestasi Klinis
Menurut (Kardiyudiani & Brigitta, 2019) tanda dan gejala penyakit ginjal kronis
berkembang seiring waktu jika kerusakan ginjal berlangsung lambat.
Tanda dan gejala gagal ginjal mungkin termasuk
1. Mual
2. Muntah
3. Kehilangan nafsu makan
4. Kelelahan dan kelemahan
5. Masalah tidur
6. Perubahan volume dan frekuensi buang air kecil
7. Otot berkedut dan kram
8. Pembengkakan kaki dan pergelangan kaki
9. Gatal terus menerus
10. Nyeri dada jika cairan menumpuk di dalam selaput jantung
11. Sesak napas jika cairan menumpuk di paru – paru
12. Tekanan darah tinggi yang sulit dikendalikan
C. Etiologi
Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit lainnya,
sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illnes) (Prabowo & Prenata, 2014).
Penyebab yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi. Selain itu ada penyebab
lainnya dari gagal ginjal kronis diantaranya:
1) Penyakit dari ginjal:
a. Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulonefritis
b. Infeksi kronis : pyelonefritis, ureteritis.
c. Batu ginjal : nefrolitiasis.
d. Kista di ginjal : polcystis kidney.
e. Trauma langsung pada ginjal.
f. Keganasan pada ginjal.
g. Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur
2) Penyakit umum di luar ginjal:
a. Penyakit sistemik : diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi
b. Dyslipidemia
c. SLE (Systemic Lupus Erythematosus)
d. Infeksi di badan : TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
e. Preeklampsia
f. Obat-obatan
g. Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar)

D. Patofisiologi
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan metabolic
(DM), infeksi (Pielonefritis), Obstruksi Traktus Urinarius, Gangguan Imunologis,
Hipertensi, Gangguan tubulus primer (nefrotoksin) dan Gangguan kongenital yang
menyebabkan GFR menurun. Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagai nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat
disertai reabsorbsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak. Beban bahanyang
harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa di reabsorbsi berakibat dieresis osmotic
disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul
gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada
tingkat ini fungsi renal yang demikian lebih rendah itu. (Barbara C Long). Fungsi renal
menurun, produk akhir metabolism protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin)
tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap system tubuh. Semakin
banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat (Smeltzer dan Bare,
2011).
E. Pathway

F. Pengkajian
1. Primary Survey
a. Airway: bersihan jalan nafas, ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas, distress
pernafasan, tanda tanda perdarahan dijalan nafas
b. Breathing: frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada, suara pernafasan
melalui hidung dan mulut, udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
c. Circulation: tekanan darah, frekuensi nadi, CRT
d. Disability: tingkat kesadaran, gerakan ekstremias, respon terhadap verbal dan nyeri
e. Exposure: tanda-tanda adanya trauma pada tubuh
2. Secondary Survey
a. Keluhan Utama: sangat bervariasi, keluhan berupa urine output menurun (oliguria)
sampai pada anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi pada sistem sirkulasi-
ventilasi, anoreksia, mual dan muntah, fatigue, napas berbau urea, dan pruritus.
Kondisi ini dipicu oleh karena penumpukan zat sisa metabolisme/toksik dalam
tubuh karena ginjal mengalami kegagalan filtrasi.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang: Pada klien dengan gagal ginjal kronis biasanya terjadi
penurunanurine output, penurunan kesadaran, penurunan pola nafas karena
komplikasi dari gangguan sistem ventilasi, fatigue, perubahan fisiologis kulit, bau
urea pada napas. Selain itu, karena berdampak pada metabolisme, maka akan terjadi
anoreksia, nausea, dan vomit sehingga beresiko untuk terjadi gangguan nutrisi.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu: informasi penyakit terdahulu akan menegaskan
untuk penegakan masalah. Kaji penyakit pada saringan (glomerulus):
glomerulonefritis, infeksi kuman; pyelonefritis, ureteritis, nefrolitiasis, kista di
ginjal: polcystis kidney, trauma langsung pada ginjal, keganasan pada ginjal, batu,
tumor, penyempitan/striktur, diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi, infeksi di
badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis, preeklamsi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga: Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular atau
menurun, sehingga silsilah keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini.
Namun pencetus sekunder seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap
penyakit gagal ginjal kronik, karena penyakit tersebut bersifat herediter.
3. Pengkajian Head To Toe
a. Aktifitas/istirahat
Gejala: Kelelahan ekstrem; kelemahan malaise; Gangguan tidur (insomnis/gelisah
atau somnolen)
Tanda: kelemahan otot; kehilangan tonus; penurunan rentang gerak
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi lama atau berat; Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda: Hipertensi; nadi kuat; edema jaringan umum dan piting pada kaki dan
telapak tangan; Disritmia jantung; Nadi lemah halus; hipotensi ortostatik; Friction
rub perikardial; Pucat pada kulit; Kecenderungan perdarahan
c. Integritas ego
Gejala: Faktor stress contoh finansial, hubungan dengan orang lain; Perasaan tak
berdaya, tak ada harapan, tak ada kekakuan
Tanda: Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian
d. Eliminasi
Gejala: Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut); Abdomen
kembung, diare, atau konstipasi
Tanda: Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat berawan;
Oliguria, dapat menjadi anuria
e. Makanan/cairan
Gejala: Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi); Anoreksia,
nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernafasan amonia)
Tanda: Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir); Perubahan turgor
kuit/kelembaban; Edema (umum, tergantung); Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah;
Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga
f. Neurosensori
Gejala: Sakit kepala, penglihatan kabur; Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah,
kebas rasa terbakar pada telapak kaki; Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya
ekstrimitas bawah (neuropati perifer)
Tanda: Gangguan status mental, contohnya penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, koma.; Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang; Rambut tipis,
uku rapuh dan tipis.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyei panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki
Tanda: Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah

G. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Hipervolemia (D. 0022)
2. Intoleransi aktivitas (D.0056)
3. Risiko Defisit Nutrisi (D.0032)
4. Gangguan Integritas kulit/jaringan (D.0129)
5. Nyeri akut (D.0077)

H. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)
keperawatan selama …x… Observasi
diharapkan nyeri menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas,
(L.08066) intensitas nyeri
- Kemampuan pasien - Identifikasi skala nyeri
untuk menuntaskan - Identifikasi respons nyeri non
aktivitas meningkat verbal
- Keluhan nyeri - Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan memperingan
- Pasien tampak nyeri
meringis menurun - Identifikasi pengetahuan dan
- Frekuensi nadi keyakinan tentang nyeri
membai - Identifikasi pengaruh nyeri pada
- Pola nafas membaik kualitas hidup
- Tekanan darah - Monitor keberhasilan terapi
membai komplementer yang sudah
- Fungsi berkemih diberikan
membaik - Monitor efek samping
- Perilaku membaik penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music, terapi pijat,
aromaterapi, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitas istirahat
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.05178)
(D.0056) tintdakan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam maka - Identifkasi gangguan fungsi
aktivitas meningkat tubuh yang mengakibatkan
dengan kriteria hasil: kelelahan
- Frekuensi nadi - Monitor kelelahan fisik dan
meningkat emosional
- Kemudahan dalam - Monitor pola dan jam tidur
melakukan aktivitas - Monitor lokasi dan
sehari- hari ketidaknyamanan selama
meningkat melakukan aktivitas
- Perasaan lelah Terapeutik
menurun - Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus (mis.
cahaya, suara, kunjungan)
- Lakukan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi
yang menyenangkan
- Fasilitas duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
3. Hipervolemia (D.0022) Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Cairan (I.03121)
keperawatan selama ...x.. Observasi
diharapkan keseimbangan - Monitor frekuensi dan kekuatan
cairan meningkat dengan nadi
- Monitor frekuensi napas
kriteria hasil (L.05020):
- Monitor tekanan darah
- Asupan cairan - Monitor berat badan
meningkat - Monitor waktu pengisian kapiler
- Keluaran urin - Monitor elastisitas atau turgor
meningkat kulit
- Kelembaban - Monitor jumlah, warna, dan berat
mukosa meningkat jenis urine
- Edema menurun - Monitor kadar albumin dan
- Turgor kulit protein total
membaik - Monitor hasil pemeriksaan serum
(mis. Osmolaritas serum,
hematokrit, natrium, kalium,
BUN)
- Monitor intake – output cairan
- Identifikasi tanda – tanda
hipovolemia
- Indentifikasi tanda – tanda
hipervolemia
- Identifikasi faktor risko
ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
4. Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan Luka (I.14564)
kulit/jaringan (D.0129) tindakan keperawatan Observasi
selama …x.. jam - Monitor karakteristik luka
gangguan integritas kulit (dranase, warna, ukuran,
menurun. Kriteria Hasil : bau)
Integritas Kulit dan - Monitor tanda-tanda infeksi.
Jaringan (L.14125) Terapeutik
- Perfusi jaringan - Lepaskan balutan dan plaster
meningkat secara perlahan
- Kerusakan jaringan - Cukur rambut di sekitar luka,
menurun jika perlu
- Kerusakan lapisan - Bersihkan dengan NACL
kulit menurun atau pembersih nontoksik,
- Kemerahan menurun sesuai kebutuhan
- Suhu kulit membaik - Bersihkan jaringan nekrotik
- Berikan salep yang sesuai
dengan luka / lesi, jika perlu
- Bersihkan jaringan nekrotik
- Pasang balutan sesuai jenis
luka
- Pertahankan teknik steril saat
perawatan luka
- Ganti balutan sesuai dengan
jumlah eksudat dan drenase
- Jadwalkan perubahan posisi
setiap 2 jam atau sesuai
dengan kondisi Pasien.
- Berikan diet dengan kalori
30-35 kkl/kg / hari dan
protein 1,25-1,5 g/kgBB/hari
- Berikan suplemen vitamin
dan mineral , sesuai indikasi
- Berikan terapi TENS , jika
perlu
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
- Ajarkan perawatan luka
secara mandiri.
Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur
debridement (mis, enzimatik,
biologis, mekanis)
Kolaborasi pemberian anti biotik,
jika perlu.
3. Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (I.03119)
(D.0032) keperawatan selama …x… Observasi
jam diharapkan status - Identifikasi status nutrisi
nutrisi membaik dengan - Identifikasi alergi dan
kriteria hasil (L.03030): intoleransi makanan
- Porsi makanan - Identifikasi makanan yang
yang dihabiskan disukai
meningkat - Identifikasi perlunya
- Verbalisasi penggunaan selang
keinginan untuk nasogatrik
meningkatkan - Monitor asupan makanan
nutrisi meningkat - Monitor berat badan
- BB membaik - Monitor hasil pemeriksaan
- IMT membaik laboratorium
- Frekuensi makan Terapuetik
membaik - Lakukan oral hygiene
- Nafsu makan sebelum makan, jika perlu
membaik - Fasilitasi menentukan
pedoman diit (mis. Piramida
makanan)
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah kontipasi
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan,
jika perlu
- Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogatrik
jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

I. Daftar Pustaka
1. Black, J & Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Dialih bahasakan oleh: Nampira R. Jakarta: Salemba Emban
Patria.
2. Brurnner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Kperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta
:EGC.
3. Desfrimadona, (2016). Kualitas Hidup pada Pasien Gagal ginjal Kronik dengan
Hemodialisa di RSUD Dr. M. Djamil Padang. Diploma Thesis Univesitas Andalas.
4. Kardiyudiani & Susanti. (2019). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta :
Pustaka Baru.
5. PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
6. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keprawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
7. PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
8. Prabowo, Eko & Pranata, A.E. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.
Yogyakarta : Naha Medika.

Anda mungkin juga menyukai