Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA SERVIKS


DI RUANG F2 RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN LAUT Dr.RAMELAN
SURABAYA

Oleh :

MUHAMMAD FAHRIJAL ARIFUDIN FIRMANSYAH


NIM. 2330061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH
SURABAYA
2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Setelah memeriksa dan mengamati, kami selaku dosen pembimbing mahasiswa

Nama : Muhammad Fahrijal Arifudin Firmansyah

Nim : 2330061

Program Studi : Pendidikan Profesi Ners

Judul : “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa

Medis Ca Serviks Di Ruang F2 Rumah Sakit Pusat Angkatan

Laut Dr.Ramelan Surabaya”.

Serta dengan beberapa perbaikan sepenuhnya, maka kami dapat menyetujui bahwa

laporan ini disahkan dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan dalam penugasan

praktikum keperawatan maternitas :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Qori’ila Saidah, M.Kep., Ns., Sp.Kep. Mat Anti Widayani, S.Keb., Bd


NIP. 03026 NIP. …................................
I. KONSEP PENYAKIT CA SERVIKS

A. Definisi

Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada leher rahim,
sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya.
Keadaan tersebut biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan pengeluaran cairan
vagina yang abnormal, penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang. Kanker serviks dimulai
dengan adanya suatu perubahan dari sel leher rahim normal menjadi sel abnormal yang
kemudian membelah diri tanpa terkendali. Sel leher rahim yang abnormal ini dapat
berkumpul menjadi tumor. Tumor yang terjadi dapat bersifat jinak ataupun ganas yang
akan mengarah ke kanker dan dapat menyebar. (PNPK, 2017).

B. Etiologi

1. HPV (Human papilloma virus)


HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (Kandiloma akuminata) yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45, dan
56.
2. Merokok
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi HPV pada serviks.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.
4. Berganti-ganti pasangan seksual.
5. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia di bawah 20
tahun, berganti - ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita
kanker serviks.
6. Pemakaian DES (Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran
(banyak digunakan pada tahun 1940-1970).
7. Gangguan sistem kekebalan
8. Pemakaian Pil KB.
9. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.
10. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap smear secara rutin).
(NANDA, 2015)

C. Patofisiologi

Menurut (CCI, 2017), Puncak insedensi karsinoma insitu adalah usia 20 hingga
usia 30 tahun. Faktor resiko mayor untuk kanker serviks adalah infeksi Human Paipilloma
Virus (HPV) yang ditularkan secara seksual. Faktor resiko lain perkembangan kanker
serviks adalah aktivitas seksual pada usia muda, paritas tinggi, jumlah pasangan seksual
yang meningkat, status sosial ekonomi yang rendah dan merokok. Karsinoma sel
skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan epitel kubus mukosa
endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona tranformasi). Pada zona
transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya sel progresif yang berakhir sebagai
karsinoma servikal invasif. Displasia servikal dan karsinoma in situ atau High-grade
Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL) mendahului karsinoma invasif. Karsinoma
serviks terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker
servikal menyebar luas secara langsung kedalam jaringan para servikal. Pertumbuhan
yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada
jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding
vagina, ligamentum kardinale dan rongga endometrium. Invasi ke kelenjar getah bening
dan pembuluh darah mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh (Suddarth,
2014)

D. Klasifikasi

Stadium kanker serviks menurut FIGO 2000 :


Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma intraepitel
Stadium I Karsinoma masih terbatas pada daerah serviks (penyebaran ke korpus
uteri diabaikan)
Stadium I A Invasi kanker ke stroma hanya dapat didiagnosis secara mikroskopik.
Lesi yang dapat dilihat secara makroskopik walau dengan invasi yang
superficial dikelompokkan pada stadium IB

Stadium I A1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih 3 mm dan lebar


horizontal tidak lebih 7 mm.
Stadium I A2 Invasi ke stroma lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan perluasan
horizontal tidak lebih 7 mm.
Stadium I B Lesi yang tampak terbatas pada serviks atau secara mikroskopik lesi
lebih dari stadium I A2
Stadium I B1 Lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari dimensi terbesar.
Stadium I B2 Lesi yang tampak lebih dari 4 cm dari diameter terbesar
Stadium II Tumor telah menginvasi di luar uterus, tetapi belum mengenai dinding
panggul atau sepertiga distal/ bawah vagina
Stadium II A Tanpa invasi ke parametrium
Stadium II B Sudah menginvasi ke parametrium
Stadium III Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau mengenai sepertiga
bawah vagina dan/ atau menyebabkan hidronefrosis atau tidak
berfungsinya ginjal
Stadium III A Tumor telah meluas ke sepertiga bagian bawah vagina dan tidak
menginvasi ke parametrium tidak sampai dinding panggul
Stadium III B Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau menyebabkan
hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal
Stadium IV Tumor telah meluas ke luar organ reproduksi
Stadium IV A Tumor menginvasi ke mukosa kandung kemih atau rectum dan/ atau
keluar rongga panggul minor
Stadium IV B Metastasis jauh penyakit mikroinvasif: invasi stroma dengan kedalaman
3 mm atau kurang dari membrane basalis epitel tanpa invasi ke rongga
pembuluh darah/ limfe atau melekat dengan lesi kanker
serviks.

E. Manifestasi Klinis

Kanker serviks pada stadium awal tidak menimbulkan gejala. Gejala akan muncul
saat sel kanker serviks sudah menginvasi jaringan di sekitarnya. Berikut beberapa gejala
yang mungkin muncul (Widyasih, 2020) :
1. Keputihan, makin lama makin berbau busuk.
2. Perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan
abnormal, terjadi secara spontan walaupun tidak melakukan hubungan seksual.
3. Hilangnya nafsu makan dan berat badan yang terus menurun.
4. Nyeri tulang panggul dan tulang belakang.
5. Nyeri disekitar vagina
6. Nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah
7. Nyeri pada anggota gerak (kaki).
8. Terjadi pembengkakan pada area kaki.
9. Sakit waktu hubungan seks.
10. Pada fase invasif dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau dan bercampur
dengan darah.
11. Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul.
12. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara siklus haid.
13. Sering pusing dan sinkope.
14. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki,
timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum),
terbentuknya fistel vesikovaginal atau rectovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat
metastasis jauh.

F. KOMPLIKASI

Komplikasi yang mungkin terjadi selama tindakan operasi bedah kanker serviks (CCI,
2017) :
1. Kerusakan pembuluh darah utama akibat tindakan operasi yang menyebabkan perdarahan
masif. Kondisi ini bisa mengancam keselamatan jiwa pasien.
2. Kerusakan pada kandung kemih, rektum, ureter (saluran dari ginjal ke kandung kemih),
dan saraf.
Pasien mungkin harus menjalani tindakan operasi lagi bila diperlukan. Potensi efek
samping yang merugikan pasca operasi. (CCI, 2017) :
1. Sulit untuk buang air kecil
2. Edema (retensi cairan yang menyebabkan pembengkakan pada daerah yang terkena
dampaknya) pada tungkai bagian bawah, mati rasa ringan di bagian paha
3. Getah bening terakumulasi di dalam rongga panggul sehingga menyebabkan limfosel
(massa kistik berukuran besar yang berisi cairan limfatik) dan infeksi
4. Perdarahan atau hematosel (pengumpulan darah) di vagina, infeksi luka
5. Tidak bisa hamil

G. WOC PATHWAY CA SERVIKS


Web of Caution (Price, 2012)
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK KANKER SERVIKS

Pre invasive kanker serviks biasanya tanpa gejala dan sudah diderita selama ±10-
15 tahun. Pada tahap awal, kanker dapat terdeteksi selama prosedur skrining, namun
sebagian besar perempuan memiliki kesadaran yang rendah untuk melakukan
pemeriksaan baik melalui test paps smear maupun inspeksi visual dengan asam asetat
(IVA).
1. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan
mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asetat 3-5%.
Apabila setelah pulasan terjadi perubahan warna asam asetat yaitu tampak bercak putih,
maka kemungkinan ada kelainan tahap prakanker serviks. Jika tidak ada perubahan
warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Wijaya, 2010).

2. Tes Pap Smear


Pap Smear Metode tes Pap Smear yang umum, yaitu dokter menggunakan pengerik atau
sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim. Kemudian, sel-sel
tersebut akan dianalisis di laboratorium. Pemeriksaan Pap smear dilakukan ketika wanita
tidak sedang masa menstruasi. Waktu yang terbaik untuk skrining adalah antara 10 dan
20 hari setelah hari pertama masa menstruasi. Selama kira- kira dua hari sebelum
pemeriksaan, seorang wanita sebaiknya menghindari douching atau penggunaan
pembersih vagina, karena bahan-bahan ini dapat menghilangkan atau menyembunyikan
sel-sel abnormal.

3. Thin Prep Metode thin prep akan memeriksa seluruh bagian serviks atau leher Rahim.
4. Kolposkopi Prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang
dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Jika ada yang
tidak normal, biopsy (pengambilan sejumlah kecil 16 jaringan dari tubuh) dilakukan
untuk mengetahui apakah kanker sudah menyebar.
5. Tes darah : untuk memeriksa kondisi hati, ginjal, dan sumsum tulang.
6. Pemeriksaan organ panggul : rahim, vagina, rectum, dan kandung kemih akan
diperiksa apakah terdapat kanker
7. CT scan: pemindaian kondisi tubuh bagian dalam dengan computer untuk
mendapatkan gambar tiga dimensi. Berguna untuk melihat kanker yang tumbuh dan
apakah kanker sudah menyebar ke bagian tubuh yang lain.
8. X-ray dada: untuk melihat apakah kanker sudah menyebar ke paru-paru.
9. MRI scan: pemindaian memakai medan magnet yang kuat dan gelombang radio
menghasilkan gambar dari dalam tubuh. Berguna untuk melihat apakah kanker sudah
menyebar dan seberapa jauh penyebaranya.
10. PET scan: jika digabungkan dengan CT scan, dapat melihat penyebaran kanker dan
juga memeriksa respons seseorang terhadap pengobatan yang dilakukan.
I. PENATALAKSANAAN CA SERVIKS

1. Penatalaksanaan medis CA Serviks

a. Bedah
1) Pengangkatan jaringan tumor saja. Pengangkatan jaringan tumor dapat dilakukan
dengan beberapa cara, misalnya:
- Bedah laser, yang bertujuan menghancurkan sel kanker dengan menembakkan
sinar laser melalui vagina
- Cyrosurgery, yang bertujuan untuk membekukan dan menghancurkan sel
kanker dengan menggunakan nitrogen cair
- Konisasi, yang bertujuan untuk mengangkat jaringan yang mengandung sel
kanker menggunakan pisau bedah, laser, atau kawat tipis yang dialiri listrik
(LEEP) dalam bentuk kerucut
Metode ini biasanya dipilih untuk kanker serviks stadium awal yang ukurannya
kecil atau tidak dalam.
2) Trakelektomi radikal
Trakelektomi bertujuan untuk mengangkat serviks, vagina bagian atas, dan kelenjar
getah bening di area pinggul melalui laparoskopi. Pada trakelektomi, rahim tidak
ikut diangkat, tetapi disambungkan ke bagian bawah vagina. Oleh karena itu, pasien
masih bisa memiliki anak setelah operasi ini.
3) Histerektomi
Histerektomi adalah bedah pengangkatan seluruh bagian rahim (uterus) dan leher
rahim (serviks). Pengangkatan bisa dilakukan melalui sayatan di perut (abdominal
hysterectomy), melalui vagina (vaginal hysterectomy), atau dengan laparoskopi
(laparoscopic hysterectomy). Pada kanker yang sudah menyebar luas, dokter juga
akan mengangkat area vagina, serta ligamen dan jaringan di sekitarnya. Selain itu,
ovarium (indung telur), saluran indung telur, dan kelenjar getah bening di
sekitarnya juga akan diangkat. Prosedur ini disebut histerektomi radikal.Perlu
diketahui bahwa pasien yang menjalani histerektomi dapat mengalami menopause
dini dan tidak akan bisa memiliki anak setelah operasi ini.
4) Pelvic exenteration
Pelvic exenteration adalah operasi besar yang hanya disarankan jika kanker serviks
kambuh kembali setelah sempat sembuh. Operasi ini dilakukan jika kanker kembali
ke daerah panggul, tetapi belum menyebar ke area lain. Pelvic exenteration diawali
dengan pengangkatan kanker, vagina, kandung kemih dan rektum. Setelah itu,
dokter akan membuat stoma (lubang) di perut sebagai tempat keluar urine dan tinja.
Kotoran yang dibuang akan masuk ke dalam kantung kolostomi yang dipasang di
stoma.Setelah prosedur bedah selesai, dokter akan menggunakan kulit dan jaringan
dari bagian tubuh lain untuk membuat vagina baru.
b. Radioterapi
Radioterapi adalah metode pengobatan kanker yang menggunakan sinar X atau sinar
proton dengan radiasi tinggi untuk membunuh sel kanker.Pada kanker serviks stadium
awal, radioterapi bisa dilakukan sebagai terapi tunggal atau dijalankan bersama
prosedur bedah. Radioterapi juga dapat dikombinasikan dengan kemoterapi untuk
mengendalikan nyeri dan perdarahan pada kanker serviks stadium lanjut. radioterapi
dapat menyebabkan menopause dini dan kemandulan. Oleh sebab itu, dokter akan
menyarankan pasien untuk menjalani prosedur pengambilan sel telur sebelum
radioterapi. Dengan begitu, pasien bisa menjalani program bayi tabung di kemudian
hari.

c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat antikanker dalam bentuk minum atau suntik. Obat
ini dapat memasuki aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh sehingga sangat
efektif dalam membunuh sel kanker di berbagai area tubuh. Kemoterapi juga
digunakan untuk mengatasi kanker yang telah menyebar ke organ tubuh lain.
Umumnya, kemoterapi dikombinasikan dengan radioterapi. Metode ini disebut juga
kemoradiasi. obat kemoterapi dapat merusak ginjal. Oleh sebab itu, penting bagi
pasien yang menjalani kemoterapi untuk melakukan tes darah secara berkala agar
kondisi ginjal selalu terpantau.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CA SERVIKS

A. PENGKAJIAN

1. Identitas :
Identitas pasien yang perlu dikaji antara lain : seorang wanita yang berusia 30 – 60-
tahun, perkawinan muda, jumlah anak, usia pernikahan. Wanita dengan aktivitas
seksual dini, misalnya sebelum usia 16 tahun mempunyai risiko lebih tinggi karena
lapisan dinding vagina dan serviks belum terbentuk sempurna yang menyebabkan
gampangnya timbul lesi dan terjadi infeksi termasuk infeksi oleh virus HPV
2. Keluhan Utama :
Keluhan utama yang dirasakan oleh pasien dengan kanker serviks adalah pertama,
perdarahan per vagina (melalui vagina), perdarahan yang terjadi setelah melakukan
hubungan seksual atau perdarahan spontan yang keluar di luar masa haid. Kedua,
keputihan berulang tidak kunjung sembuh dan biasanya berbau, gatal, dan panas
karena sudah ditumpangi oleh infeksi dari kuman, bakteri, atau jamur. Keluhan pada
stadium lanjut nyeri (panggul, pinggang, dan tungkai), gangguan berkemih, nyeri di
kandung kemih dan rectum atau anus (Widyasih, 2020).
3. Riwayat Obstetri yang lalu :
a. Keluhan Haid : Perdarahan diantara periode regular menstruasi, periode menstruasi
yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya.
b. Riwayat Kehamilan Dahulu : Kehamilan yang terlalu sering. Pada wanita yang
memiliki banyak anak, apalagi dengan jarak kelahiran yang terlalu dekat, berisiko
tinggi terkena kanker serviks.
c. Riwayat Persalinan Dahulu : Wanita yang sering melahirkan memiliki risiko lebih
besar menderita kanker serviks, selain itu wanita yang melahirkan di usia muda juga
memiliki risiko yang sama besar dengan wanita yang sering melahirkan
d. Riwayat Keluarga Berencana : Adanya penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka
waktu yang lama. (Dedeh, 2015). Menurut Guven et al (2009), menyimpulkan
hipotesis bahwa kekentalan lendir pada serviks akibat penggunakan pil KB
berperan dalam terjadinya kanker serviks. Hal ini dikarenakan kekentalan lendir
bisa memperlama keberadaan agen karsinogenik penyebab kanker berada di
serviks. Fakta juga menunjukkan bahwa penggunaan pil KB dalam jangka waktu
yang lama, setidaknya 5 tahun dengan peningkatan kejadian kanker serviks.
(Widyasih, 2020)
e. Riwayat Keluarga : Menurut (PNPK, 2017), Faktor internal yang bisa
menyebabkan kanker adalah mutasi gen (baik karena diturunkan atau akibat
metabolism), hormone dan kondisi sistem imun seseorang.
f. Aktivitas sehari-hari :
1) Pola makan : anoreksia, vomiting.
2) Pola eliminasi : inkontinensia urine, alvi.
3) Pola aktivitas dan tidur terganggu, terasa nyeri.
g. Riwayat Psikososial Konsep diri, emosi, pola interaksi, mekanisme koping,
mengingkari masalah, marah, perasaan putus asa, tidak berdaya, depresi atau
bahkan memusuhi.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : biasanya pasien tampak pucat, lemah.
2) Kepala dan leher : rambut rontok, rambut kering, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid.
3) Mata : konjungtiva anemis.
4) Thoraks : biasanya pada pasien kanker serviks tidak ada kelainan.
5) Abdomen : teraba massa bila sudah metastasis.
6) Genetalia : perdarahan pervagina, keputihan berbau tidak sedap, gangguan
berkemih, nyeri di kandung kemih dan rectum/anus.
7) Ekstremitas : pembengkakan di beberapa anggota tubuh, seperti dipaha, betis,
tangan, dan sebagainya.

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

1. Nyeri Kronis b.d Infiltrasi tumor (SDKI, D.0078)


2. Defisit Nutrisi b.d factor psikologis (keengganan untuk makan) (SDKI, D.0019)
3. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin (SDKI,
D.0009)
4. Disfungsi Seksual b.d perubahan fungsi/struktur tubuh (SDKI, D.0069)
5. Resiko Perdarahan b.d Proses keganasan (SDKI, D.0012)
C. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional


Keperawatan SLKI SIKI
SDKI
1 Nyeri Kronis b.d Setelah dilakukan Intervensi Keperawatan 1. mengetahui lokasi,
Infiltrasi tumor intervensi keperawatan MANAJEMEN NYERI (SIKI, I. 08238) karakteristik, durasi, frekuensi,
selama 1x8 jam Observasi : kualitas dan intensitas nyeri
(SDKI, D.0078) diharapkan Tingkat 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, dari pasien
Nyeri Menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2. mengetahui tingkat nyeri yang
(SLKI, L.08066) 2. Identifikasi skala nyeri dirasakan pasien
dengan kriteria hasil : 3. Identifikasi respon nyeri non verbal 3. mengetahaui hal-hal yang dapat
1. Keluhan nyeri menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperberat ataupun
dengan skala 5 memperingan nyeri memperingan nyeri yang
2. Meringis menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang dirasakan pasien
dengan skala 5 nyeri 4. mengurangi tingkat nyeri
3. Sikap protektif menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon pasien/ mengalihkan pasien dari
dengan skala 5 nyeri rasa nyerinya
4. Vital sign membaik 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup 5. mengalihkan dan memenuhi
dengan skala 5 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang kebutuhan istrahat pasien
5. Pola tidur membaik sudah diberikan 6. mengurangi/ menghilangkan
dengan skala 5 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik rasa nyeri yang dirasakan
Terapeutik : pasien
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Defisit Nutrisi Setalah dilakukan Intervensi Keperawatan : 1. membantu menegtahui tanda
b.d factor intervensi keperawatan MANAJEMEN NUTRISI (SIKI, I. 03119) dan gejala nutrisi kurang dari
psikologis selama 1x8 jam maka Observasi kebutuhan tubuh
(keengganan Status Nutrisi
1. Identifikasi status nutrisi 2. untuk mengetahui hasil lab
untuk makan) Membaik (SLKI,
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan seperti glukosa, albumin,
(SDKI, D0019) I03030) dengan kriteria 3. Identifikasi makanan yang disukai haemoglobin, elektrolit
hasil : 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient 3. makanan secara menarik dapat
1. Nyeri abdomen5. Identifikasi perlunya penggunaan selang meningkatkan nafsu makan
menurun dengan skala 5 nasogastrik pasien
6. Monitor asupan makanan
2. Rambut rontok menurun
7. Monitor berat badan 4. makanan yang tinggi serat
dengan skala 5 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium untuk mencegah terjadinya
3. Berat badan membaik Terapeutik konstipasi
dengan skala 5 9. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu5. makanan yang tinggi serat
4. IMT membaik dengan 10. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. untuk mencegah terjadinya
skala 5 Piramida makanan) konstipasi
5. Bising usus membaik 11. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
dengan skala 5 sesuai
12. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
13. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
14. Berikan suplemen makanan, jika perlu
15. Hentikan pemberian makan melalui selang
nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
16. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
17. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
19. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu.
3 Perfusi perifer Setalah dilakukan Intervensi Keperawatan 1. Mengupayakan TTV pasien
tidak efektif b.d intervensi keperawatan PENCEGAHAN SYOK (SIKI, I.14545) tetap stabil
penurunan selama 1x8 jam maka Observasi
knsentrasi Perfusi Perifer 1. Monitor status kardiopulmunal (frekwensi dan 2. Mengatahui ada tidak nya
hemoglobin Meningkat (SLKI, kekuatan nadi, frekwensi nafas, TD, MAP) tanda-tanda dihidrasi pasien
L.02011) dengan 2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
(SDKI, D.0009) kriteria hasil : 3. Monitor status cairan (masukan dan haluaran,
1. denyut nadi perifer turgor kulit, CRT)
meningkat dengan skala
4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
5 5. Periksa riwayat alergi
2. warna kulit pucat Terapeutik
menurun dengan skala 1. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
5 oksigen >94%
3. edema perifer menurun2. Persiapan intubasi dan ventilasi mekanik, jika
dengan skala 5 perlu
4. pengisian kapiler 3. Pasang jalur IV, jika perlu
membaik dengan skala4. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urin,
5 jika perlu
5. akral membaik dengan 5. Lakukan skinen skine test untuk mencegah reaksi
skala 5 alergi
6. turgor kulit membaik Edukasi
dengan skala 5 1. Jelaskan penyebab/ faktor resiko syok
2. Jelaskan atnda dan gejala awal syok
3. Anjurkan melapor jika menemukan/ merasakan
tanda dan gejala syok
4. Anjurkan memperbanyak asupan oral
5. Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu

4 Disfungsi Setalah dilakukan Intervensi Keperawatan 1. Informasi akan membantu kilen


Seksual b.d intervensi keperawatan KONSELING SEKSUALITAS (SIKI, memahami situasi dan
perubahan selama 1x8 jam maka I.07214) gangguan yang dialami
fungsi/struktur Fungsi Seksual Observasi sehingga akan mencegah atau
tubuh Membaik (SLKI, 1. Identifikasi tingkat pengetahuan, masalah sistem membatasi perilaku disfungsi
I.07055) dengan reproduksi, masalah seksualitas, dan penyakit seksual
(SDKI, D.0069) kriteria hasil : menular seksual
1. Mencari informasi 2. Identifikasi waktu disfungsi seksual dan
untuk mencapai kemungkinan penyebab
kepuasan seksual 3. Monitor stres, kecemasan, depresi, dan penyebab
meningkat dengan disfungsi seksual
skala 5 Terapeutik
2. Keluhan hubungan 1. Fasilitasi komunikasi antara pasien dan pasangan
seksual terbatas 2. Berikan kesempatan kepada pasangan untuk
menurun dengan skala menceritakan permasalahan seksual
5 3. Berikan pujian terhadap perilaku yang benar
3. Keluhan sulit 4. Berikan saran yang sesuai kebutuhan pasangan
melakukan aktivitas dengan menggunakan Bahasa yang mudah
seksual menurun diterima, dipahami, dan tidak menghakimi
dengan skala 5 Edukasi
4. Verbalisasi aktivitas 1. Jelaskan efek pengobatan, Kesehatan dan
seksual berubah penyakit terhadap disfungsi seksual
menurun dengan skala 2. Informasikan pentingnya modifikasi pada
5 aktivitas seksual
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan spesialis seksologi, jika perlu

5 Resiko Setalah dilakukan Intervensi Keperawatan 1. mengetahui adanya perdarahan


Perdarahan b.d intervensi keperawatan PENCEGAHAN PERDARAHAN (SIKI, dan mendapatkan penanganan
Proses keganasan selama 1x8 jam maka I02067) segera mungkin
Tingkat Perdarahan Observasi 2. Penurunan jumlah trombosit
(SDKI, D.0012) Menurun (SLKI,1. Monitor tanda dan gejala perdarahan merupakan tanda-tanda adanya
L.02017) dengan2. Monitor nilai hematokrit/homoglobin sebelum perforasi pembuluh darah yang
kriteria hasil : dan setelah kehilangan darah pada tahap tertentu dapat
5. Kelembapan membram 3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik menimbulkan tanda-tanda
mukosa meningkat 4. Monitor koagulasi (mis. Prothombin time (TM), klinis berupa perdarahan
dengan skala 5 partial thromboplastin time (PTT), fibrinogen, (epistaksis, dan melena)
6. Perdarahan vagina degradsi fibrin dan atau platelet) 3. Vitamn K berperan penting
menurun dengan skala 5 Terapeutik dalam proses pembekuan darah
7. Hemoglobin membaik 1. Pertahankan bed rest selama perdarahan 4.
dengan skala 5 2. Batasi tindakan invasif, jika perlu
3. Gunakan kasur pencegah dikubitus
4. Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
2. Anjurkan mengunakan kaus kaki saat ambulasi
3. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
4. Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
5. Anjurkan meningkatkan asupan makan dan
vitamin K
6. Anjrkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat dan mengontrol
perdarhan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian prodok darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat


untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry,
2011). Komponen tahap implementasi :
1. Tindakan keperawatan mandiri
2. Tindakan keperawatan kolaboratif
3. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan keperawatan.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan
apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri (Ali, 2009). Evaluasi adalah
membandingkan secara sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah ditetapkan dengan kenyataan yang ada pada pasien, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan melibatkan psien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi
keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna
apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai (Dinarti & Yuli
Muryanti, 2017). Evaluasi disusun menggunakan SOAP yaitu (Suprajitno dalam
Wardani, 2013):
1. S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan.
2. O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan
yang objektif.
3. A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
4. P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Magdalena Eijer Ge’e, Adelina Lebuan, J. P. S. (2021). Hubungan Antara Karakteristik,


Pengetahuan Dengan Kejadian Kanker Serviks. 4, 397–404.
Wasita1, B., Wiyono, N., Suyatmi, Yudhani, R. D., Rahayu5), R. F., Yarso6), K. Y., &
Pesik7), R. N. (2021).
Widyasih, H. (2020). Buku saku kanker serviks untuk meningkatkan pengetahuan
tentang deteksi dini kanker serviks pada WUS. Jurnal Kesehatan Pengabdian
Masyarakat (JKPM), 1(1), 32–39.
Triana, N., Simanjuntak, M., Keperawatan, A., Rebo, P., Maternitas, D. K., Timut, J., &
Serviks, K. (2018).
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
(2018), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia Tim Pokja SLKI DPP PPNI,
(2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
(2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
PNPK. (2017). KANKER SERVIKS. In KEMENKES RI (Vol. 28, Issue 1).
https://doi.org/10.1111/j.1467-6435.1975.tb01941.x
CCI. (2017). Cancer-Cervical-Cancer-Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai