CA CERVIX
Disusun Oleh :
LAILA ROMDHONIA EASY
NIM ; 3211008
Kanker serviks atau yang biasa dikenal dengan kanker leher rahim merupakan keganasan
yang berasal dari sel serviks. Kanker serviks terjadi ketika sel pada serviks mengalami
pertumbuhan yang tidak normal serta menginvasi jaringan atau organ – organ lain
disekitar serviks maupun yang jauh (Arisusilo, 2012).
Serviks merupakan bagian dari organ reproduksi internal wanita tepatnya sepertiga bagian
bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan terletak diantara rahim (uterus) dengan
vagina (Kemenkes RI, 2015).
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas antara epitel yang
melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviksalis yang disebut squamo-
columnar junction (SCJ) (Wiknjosastro, 2008). Kanker serviks merupakan kanker yang
disebabkan oleh infeksi virus HPV tipe 16 dan 18. (CDC, 2013).
2. ETIOLOGI
Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi pada leher rahim yang disebabkan oleh
virus HPV tipe onkogenik yang ditularkan melalui hubungan seksual (Petignat, 2007
dalam Swari, 2014). Infeksi dapat terjadi setelah terjadinya lesi squamosa intraephitelial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 10 – 30% wanita pada usia 30 tahun keatas yang
telah aktif secara seksual pernah terinfeksi HPV. Presentasi tersebut akan lebih
meningkat apabila wanita tersebut memiliki banyak pasangan seksual. Pada umumnya
sebagian besar infeksi HPV terjadi tanpa gejala dan bersifat menetap (Kumar, 2007) Ada
beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks, antara lain
adalah
a. Usia
Usia pertama kali melakukan hubungan seksual yang masih relatif muda (dibawah 20
tahun) dapat meningkatkan risiko kejadian kanker serviks.
Hasil penelitian Sadewa (2014) menunjukkan bahwa sebanyak 90% pasien yang
terdiagnosa kanker serviks menikah pada usia ≤ 20 tahun
b. Paritas
Kejadian kanker serviks juga sering ditemukan pada wanita yang sering partus atau
melahirkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Reis, et al (2011) menunjukkan
bahwa wanita dengan jumlah paritas >3 berisiko mengalami kanker serviks lebih
tinggi 9,127 kali dibandingkan dengan wanita dengan paritas ≤3.
c. Merokok
Wanita yang merokok berisiko terkena kanker serviks 2 kali lebih besar dibandingkan
dengan wanita yang tidak merokok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada lendir
serviks wanita perokok mengandung nikotin dan zat tersebut menyebabkan
penurunan daya tahan serviks selain merupakan ko-karsinogen infeksi virus (Rasjidi,
2009).
d. Pasangan Seksual Lebih Dari Satu
Wanita yang memiliki perilaku seksual dengan sering berganti-ganti pasangan seks
dapat meningkatkan penularan penyakit kelamin. Risiko mengalami kanker serviks
pada wanita yang sering berganti-ganti pasangan seks akan meningkat 10 kali lipat
(American Cancer Society, 2017).
e. Penggunaan Kontrasepsi Oral Jangka Panjang
Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka panjang (lebih dari 5 tahun) seperti
konsumsi pil KB dapat meningkatkan risiko kanker serviks 1-2 kali terutama pada
wanita yang positif terinfeksi HPV (American Cancer Society, 2017).
f. Personal Hygiene
Personal hygiene terutama perawatan kebersihan alat kelamin yang kurang dapat
meningkatkan risiko kejadian kanker serviks. Hasil penelitian Indrawati dan Fitriyani
(2012) menunjukkan personal hygiene yang kurang baik berisiko mengalami kanker
serviks 19,386 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang memiliki personal
hygiene yang baik.
g. Diet
Seseorang yang melakukan diet ketat dengan konsumsi vitamin A, C dan E yang
rendah dapat mengurangi tingkat kekebalan tubuh yang berakibat mudahnya
seseorang terinfeksi (Arisusilo, 2012). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
defisiensi asam folat, zat besi, dan beta karoten dapat meningkatkan risiko kanker
serviks (Sukaca, 2009).
h. Gangguan sistem kekebalan tubuh
Wanita yang mengalami immunocompromised (penurunan imunitas tubuh) seperti
pasien transplantasi ginjal dan AIDS dapat mempercepat perkembangan sel kanker
dari non-invasif menjadi invasif (American Cancer Society, 2017)
i. Riwayat Kanker Serviks Pada Keluarga
Seorang wanita yang memiliki saudara kandung atau ibu dengan kanker serviks,
berisiko mengalami kanker serviks 2–3 kali lebih besar dibandingkan dengan orang
normal. Hasil penelitian menduga hal tersebut disebabkan berkurangnya kemampuan
untuk melawan infeksi HPV (American Cancer Society, 2017)
j. Status Ekonomi
Wanita dengan status ekonomi yang rendah tidak mampu memperoleh pelayanan
kesehatan yang baik seperti pap smear atau melakukan vaksinasi HPV. Hal ini
menyebabkan mereka tidak dapat melakukan skrining atau deteksi dini kanker
serviks maupun tidak mampu melakukan penatalaksanaan pre-kanker (American
Cancer Society, 2017).
3. KLASIFIKASI
Stadium kanker adalah cara untuk merangkum seberapa jauh kanker telah menyebar. Salah
satu cara yang digunakan pada umumnya untuk memetakan stadium kanker serviks yaitu
sistem FIGO (Federasi Internasional Ginekologi dan Obstetri). Berdasarkan Federation of
International Gynecology and Obsetrics (FIGO) tahun 2009 stadium klinis karsinoma serviks
terbagi atas:
stadium deskripsi
IIA1 Tumor yang terlihat secara klinis <4 cm. Meluas hingga 2/3
bagian atas vagina
Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul
iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rektum), terbentuknya fistel
vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat Metastasis jauh
ke pembuluh darah, anemis hipertensi dan adanya demam
5. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi pendarahan yang terjadi
pada penderita kanker serviks dengan mengukur kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit,
ureum, dan analisa gas darah yang berlangsung dalam sel-sel tubuh.
b. Rongen thorak
c. EKG
6. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2007)di bawah ini adalah klasifikasi penatalaksanaan medis secara
umum berdasarkan stadium kanker serviks ,pada stadium lanjut dilakukan histerektomi
transvaginal, sedangkan apabila sidah terjadi obstruktif uropaty akan di lakukan nefrostomi.
7. Komplikasi
Langsung : Yang berhubungan dengan penyakitnya, dapat berupa:
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, dan diagnosa medis.
Pasien dengan kanker serviks biasanya mengeluh gangguan pada menstruasi, keputihan dan
perdarahan pada vagina di luar masa haid, sakit perdarahan sewaktu melakukan hubungan seks,
dan adanya infeksi pada saluran dan kandung kemih.
3). Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa
saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya ?
4). Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
a) Perdarahan vagina
b) Keputihan berwarna putih atau purulen yang berbau dan tidak gatal
c) adanya bau busuk yang khas
d) Raut wajah pucat
e) Ekspresi wajah meringis dan posisi tubuh menahan nyeri
f) tanda tanda anemia
g) Hematuri
h) Bila tumor tumbuh eksofotok maka terlihat lesi pada porsio atau sudah sampai vagina
b. Palpasi
a). Nyeri tekan pada abdomen
b). Serviks dapat teraba membesar , ireguler,teraba lunak
c). nyeri punggung bawah
d). Obstruksi ureter, periksa hidronefrosis dengan tes balotemen
Terapeutik
Kolaborasi
Kolaborasi
Pemasangan inpus
Pemasangan NGT
Pemasangan inpus
Koreksi kalium
Koreksi asidosis metabolik dengan pemberian
bicarbonat
Kolaborasi untuk tindakan hemodialisis
Kolaborasi untuk pemasangan Double lumen kateter
Kolaborasi
untuk pelaksanaan nefrostomi bilateral
4. Implementasi
Implementasi adalah tindakan dari rencana keperawatan yang telah disusun dengan
Tujuan dari implementasi antara lain adalah: melakukan, membantu dan mengarahkan .
kinerja, tujuan yang berpusat pada klien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi
yang relevan dengan perawatan kesehatan yang berkelanjutan dari klien (Asmadi, 2008).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan sebagai penialian status pasien dari efektivitas tindakan dan
pencapaian hasil yang diidentifikasi terus pada setiap langkah dalam proses keperawatan,
Tujuan dari evaluasi adalah untuk melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai
tujuan, menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, serta mengkaji
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan. Hal ini
bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan pasien., Evaluasi Formatif Hasil
observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada saat setelah dilakukan
American Cancer Society. (2017). Cancer Facts & Figures 2017. Atlanta :
American Cancer Society.
American Cancer Society. (2017). What Are The Risk Factor For Cervical
Cancer ?.Retrived from :https://www.cancer.org/cancer/cervical-
cancer/causes-risks-prevention/risk-factors.html
Arisusilo, C. (2012). Kanker Leher Rahim (Cancer Cervix) Sebagai
Pembunuh Wanita Terbanyak Di Negara Berkembang. Sainstis.
Volume 1, Nomor 1.
Centers for Diseases Control and Prevention (CDC). (2013). Cervical Cancer
Statistic. Retrived
from :https://www.cdc.gov/cancer/cervical/statistics/ .
Desen, Wan. (2008). Onkologi Klinis. Edisi 2. Jakarta: FKUI
Dochterman, Joanne M. & Bulecheck, Gloria N. (2004). Nursing
Interventions Classification : Fourth Edition. United States of America
: Mosby.
Fitri Fauziah & Julianty Widuri. (2007). Psikologi Abnormal Klinis Dewasa.
Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Garcia,(2007).CervicalCancer.AvailableURL:http//
emedecine.medscape.com/article/253513-overview
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
TimPokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia