OLEH
YOHANA DEWI
NIM. 1502116010
1
Kanker serviks adalah kondisi kelainan pada jaringan organ tubuh berupa tumbuhnya sel-
sel abnormal secara cepat dan pada akhirnya mengganggu kinerja sel-sel normal
(Nurcahyo, 2009)
Kanker serviks adalah sebuah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan
normal di sekitarnya (Nurarif & Kusuma, 2015).
2. EPIDEMIOLOGI/INSIDEN KASUS
Berdasarkan data dari Globocan tahun 2008 terjadi 530.232 kasus di dunia
dengan incidence rate 15,2 per 100.000 penduduk wanita adapun angka kematiannya
mencapai 7,8 per 100.000 penduduk wanita (IARC, 2008).
Perkiraan pada tahun 2007 terjadi 555.100 kasus baru di dunia. Lebih dari 80% kasus
terjadi pada negara berkembang. Hal ini terjadi karena pada negara berkembang ataupun di
tempat lain memiliki kemampuan terbatas dalam pengorganisasian sistem skrining dan masih
membutuhkan lebih banyak infrastruktur dan biaya sehingga belum bisa menjangkau
keseluruhan populasi (). Selain itu, masih bervariasinya sosial ekonomi masyarakat membuat
program pengendalian kanker serviks uteri belum maksimal (Aziz, 2009; Domingo, 2008) .
Dari populasi di dunia lebih dari 2329,08 juta wanita usia 15 tahun ke atas terancam
menderita kanker serviks uteri. Saat ini diperkirakan setiap tahun 493.243 wanita terdiagnosis
kanker serviks uteri dan 273.503 mati karena penyakit itu. Dimana angka insidennya adalah
16,2 per 100.000 penduduk wanita dan angka kematiannya adalah 8,9 per 100.000 penduduk
wanita (Timely Data Resources, 2010).
2
Berdasarkan data 10 peringkat utama neoplasma ganas menurut data pasien rawat inap
dan rawat jalan di RS se-Indonesia tahun 2006 menunjukkan bahwa kanker serviks
uteri berada pada peringkat kedua dengan 11,07% pada rawat inap dan 19,6% pada rawat
jalan (DepKes RI, 2007). Apabila dideteksi pada stadium awal, kanker serviks uteri invasif
merupakan kanker yang paling berhasil diterapi sebesar 92% untuk kanker lokal (Rasjidi,
2009).
3. ETIOLOGI
Penyebab langsung kanker serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang diduga
berhubungan dengan insiden kanker serviks antara lain infeksi Human Papilloma Virus/HPV
tipe 16, tipe 18, tipe 45 dan tipe 56. HPV adalah sekelompok lebih 100 virus yang
berhubungan yang dapat menginfeksi sel permukaan kulit, ditularkan melalui kontak kulit
seperti vaginal, anal, atau oral seks (Prawirohardjo, 2005; Nurarif & Kusuma, 2015).
4. FAKTOR RESIKO
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks, antara
lain adalah : (Prawirohardjo, 2005; Mansjoer, 2005; Nurarif & Kusuma, 2015).
Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan melakukan
hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan
penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17
tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20
tahun.
Berganti-ganti pasangan seksual
Perilaku seksual berupa gonta - ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan
penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan, salah satunya adalah infeksi Human Papilloma
Virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis dan vulva.
Faktor genetik
3
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan terjadinya
kanker serviks pada wanita dapat diturunkan melalui kombinasi genetik dari orang tua ke
anaknya.
Kebiasaan merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan
dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita
perokok mengandung nikotin yang dapat menurunkan daya tahan serviks di samping
merupakan ko-karsinogen infeksi virus. Selain itu, rokok mengandung zat benza @ piren
yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas dalam tubuh yang dapat menjadi mediator
terbentuknya displasia sel epitel pada serviks.
Defisiensi zat gizi (vitamin A dan C)
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi vitamin C dapat
meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta mungkin juga
meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya rendah beta
karoten dan retinol (vitamin A).
Multiparitas
Trauma mekanis yang terjadi pada waktu paritas dapat mempengaruhi timbulnya infeksi,
perubahan struktur sel, dan iritasi menahun
4
Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang
khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini makin
lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan
Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal
Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan berbau busuk.
Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus urinarius
Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
Kelemahan pada ekstremitas bawah
Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila
nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi infiltrasi kanker pada
serabut saraf lumbosakral.
Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul
iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rektum), terbentuknya fistel
vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.
(Kowalak, Welsh & Mayer, 2012).
6. KLASIFIKASI
Tingkat keganasan kanker serviks dibagi menurut klasifikasi International Frederation
of Gynecology and Obstertrics (FIGO). Pada sistem ini angka romawi 0 sampai IV
menggambarkan stadium kanker. Semakin besar angkanya, maka kanker semakin serius dan
dalam tahap lanjut.
STADIUM KRITERIA
0 Karsinoma In Situ (KIS) atau karsinoma intraepitel: membran basalis masih utuh.
I Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri.
Ia Karsinoma mikro invasive bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah
memasuki stroma dan sel tumor tidak terdapat pada pembuluh limfa atau pembuluh
darah.
Ia1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3,0 mm dan lebar horizontal lesi
tidak lebih dari 7,0 mm
Ia2 Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3,0 mm tetapi tidak lebih dari 5 mm dan
perluasan horizontal lesi tidak lebih dari 7,0 mm
Ib Lesi yang tampak terbatas pada serviks atau secara mikroskopis lesi lebih luas dari dari
stadium Ia2
5
Ib1 Lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari dimensi terbesar
Ib2 Lesi yang tampak lebih dari 4 cm dari dimensi terbesar
II Proses keganasan sudah keluar dari uterus tetapi tidak sampai dinding panggul atau 1/3
distal atau bawah vagina
IIa Tanpa invasi ke parametrium
IIb Sudah menginvasi parametrium
III Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau parametrium sampai dinding panggul dan
menyebabkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal.
IIIa Penyebaran sampai 1/3 distal vagina, namun tidak sampai ke dinding panggul.
IIIb Penyebaran sampai ke dinding panggul, sudah ada gangguan faal ginjal atau
hidronefrosis.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rektum dan
atau vesika urinaria (dibuktikan secara histologi) atau telah bermetastasis keluar panggul
atau ke tempat yang jauh di laur organ reproduksi
IVa Telah bermetastasis ke organ sekitar yaitu ke mukosa kandung kemih atau rectum
dan/atau keluar dari panggul minor
IVb Telah bermetastasis jauh ke mikroinvasif: invasi stroma dengan kedalaman 3 mm atau
kurang dari membrane basalis epitel tanpa invasi ke rongga pembuluh limfe/darah atau
melekat dengan lesi kanker serviks.
Sumber: Prawirohardjo, 2005; Nurarif & Kusuma, 2015
7. PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi
Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk
Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar
Urine bercampur darah (hematuria)
Ekspresi wajah menahan nyeri (meringis)
Raut wajah pucat
Kelemahan pada pasien
Keringat dingin
Posisi tubuh menahan rasa nyeri di daerah abdomen
b. Palpasi
Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal
Nyeri tekan abdominal
Perubahan denyut nadi
Perubahan tekanan darah
Peningkatan suhu tubuh
6
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Sitologi Pap Smear
Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap smear. Pap smear
merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim. Test ini mendeteksi adanya
perubahan-perubahan sel leher rahim yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan
mengambil cairan pada leher rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan
dengan mikroskop.
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks. Jika
ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka dilakukan pemeriksaan standar berupa
kolposkopi.
b. Kolposkopi
Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk
mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal. Dengan
kolposkopi akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaaan serviks, kemudian dilakukan
biopsi pada lesi-lesi tersebut.
c. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) atau Schillentest
IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks. Tes sangat mudah dan
praktis dilaksanakan. Prosedur pemeriksaannya sangat sederhana, permukaan serviks/leher
rahim diolesi dengan asam asetat, akan tampak bercak-bercak putih pada permukaan
serviks yang tidak normal.
d. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran 200 kali.
e. Sistografi, MRI, CT scan
Bisa digunakan untuk mendeteksi metastasis
f. Biopsi
Untuk menemukan dan menentukan jenis kanker
g. Konisasi
7
Pengangkatan jaringan selaput yang mengandung selaput lendir. Dilakukan apabila hasil
sitologi meragukan
h. Uji Vira-Pap
Memungkinkan pemeriksaan struktur DNA specimen untuk mendeteksi HPV
(Paramita, 2011; Nurarif & Kusuma, 2015)
9. PENATALAKSANAAN MEDIS
Di bawah ini adalah klasifikasi penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan
stadium kanker serviks :
STADIUM PENATALAKSANAAN
0 Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Ia Biopsi kerucut dan histerektomi transvaginal
Ib,IIa Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe
paraaorta (bila terdapat metastasis dilakukan radioterapi pasca pembedahan
IIb, III, IV Histerektomi transvaginal
IVa, IVb Radioterapi,radiasi paliatif dan kemoterapi
Sumber; Mansjoer, 2005
b. Pembedahan
1) Konisasi
8
Konisasi adalah semacam operasi pengangkatan jaringan selaput yang mengandung
selaput lendir serviks. Sesudah konisasi biasanya dilakukan kuretase
2) Histerektomi
Operasi pengangkatan Rahim. Biasanya tidak dilakukan pada pengidap kanker yang
berusia muda karena setelah histerektomi ia tidak bisa mengandung lagi.
3) Biopsi
Pengangkatan tumor ganas memisahkannya dari jaringan tubuh.
c. Radioterapi
Penyinaran menggunakan sinar ion dari jenis sinar X, sinar gamma atau gelombang panas
yang ditembakkan ke sel-sel kanker.
d. Kemoterapi
Pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obat dosis tinggi yang telah dirancang
untuk aktif bekerja di sel. Kemoterapi diberikan baik sebagai dosis tunggal maupun
sebagai pendukung pasca biopsy. Kemoterapi bekerja di sel dan menghambat pertumbuhan
sel-sel kanker serta meningkatkan daya kekebalan tubuh.
Efek samping dari kemoterapi antara lain: kerontokan rambut, kulit menjadi gelap,
perdarahan di bawah kulit, kurangnya nafsu makan, mual dan muntah.
10. KOMPLIKASI
Pendarahan Pembentukan fistula
Infertil Anemia
Obstruksi ureter Infeksi sistemik
Hidronefrosis Trombositopenia
Gagal ginjal
11. PENCEGAHAN
Kanker stadium dini (karsinoma in situ) sangat susah dideteksi karena belum
menimbulkan gejala yang khas dan spesifik, kematian pada kasus kanker serviks terjadi
karena sebagian besar penderita yang berobat sudah berada dalam stadium lanjut.
9
Kini, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker ini adalah bentuk
skrining yang dinamakan Pap Smear dan skrining ini sangat efektif. Ada beberapa protokol
skrining yang bisa ditetapkan bersama - sama sebagai salah satu upaya deteksi dini terhadap
perkembangan kanker serviks, beberapa di antaranya :
a. Skrining awal
Skrining dilakukan sejak seorang wanita telah melakukan hubungan seksual
(vaginal intercourse) selama kurang lebih tiga tahun dan umurnya tidak kurang dari 21
tahun saat pemeriksaan. Hal ini didasarkan pada karsinoma serviks berasal lebih banyak
dari lesi prekursornya yang berhubungan dengan infeksi HPV onkogenik dari hubungan
seksual yang akan berkembang lesinya setelah 3-5 tahun setelah paparan pertama dan
biasanya sangat jarang pada wanita di bawah usia 19 tahun.
b. Pemeriksaan DNA HPV
Penelitian dalam skala besar mendapatkan bahwa Paps smear negatif disertai DNA
HPV yang negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir 100%.
Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur diatas 30 tahun karena
prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan waktu. Infeksi HPV pada usia 29 tahun
atau lebih dengan ASCUS hanya 31,2% sementara infeksi ini meningkat sampai 65%
pada usia 28 tahun atau lebih muda. Sehingga, deteksi DNA HPV yang positif yang
ditemukan kemudian lebih dianggap sebagai HPV yang persisten. Apabila ini dialami
pada wanita dengan usia yang lebih tua maka akan terjadi peningkatan risiko kanker
serviks.
c. Skrining dengan Thinrep/Liquid-Base Method
Disarankan untuk wanita di bawah 30 tahun yang berisiko dan dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan setiap 1 - 3 tahun. Skrining dihentikan bila usia mencapai 70
tahun atau telah dilakukan 3 kali pemeriksaan berturut-turut dengan hasil negatif.
d. Menghindari hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda (usia
kurang dari 17 tahun)
Disarankan untuk wanita remaja dan usia produktif untuk tidak melakukan
hubungan seks atau menikah pada usia terlalu muda (kurang dari 17 tahun), untuk
mengurangi resiko terkena kanker serviks.
10
e. Menghindari berganti-ganti pasangan seksual
Disarankan pada wanita untuk tidak berganti-ganti pasangan seksual, guna
menghindari terinfeksi virus HPV yang merupakan salah satu penyebab timbulnya kanker
seviks.
f. Menerapkan pola hidup sehat
Dianjurkan untuk menerapkan pola hidup sehat dengan tidak merokok dan
mengkonsumsi makanan bergizi cukup vitamin dan mineral (terutama Vitamin A dan C).
Kandungan nikotin yang terdapat dalam rokok dapat menurunkan daya tahan serviks dan
merupakan ko-karsinigen infeksi virus, selain kandungan nikotin rokok juga mengandung
zat benza @ piren yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas dalam tubuh yang
dapat menjadi mediator terbentuknya dysplasia sel epitel pada serviks. Defisiensi vitamin
dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks.
g. Selektif dalam pemilihan dan penggunaan alat Kontrasepsi KB
Dianjurkan pada wanita usia subur yang sudah berumah tangga dan memiliki
keturunan untuk lebih selektif dalam memilih dan menggunakan alat kontrasepsi KB, bila
tidak terdapat kontraindikasi terhadap ibu, dianjurkan untuk menggunakan kontasepsi KB
IUD.
12. PROGNOSIS
Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respon terhadap
pengobatan, 95 % mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang
menjalani histerektomi dan memiliki risiko tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi
karena lewat deteksi dini, perkembangan kanker seviks dapat diobati dengan radioterapi.
Ada beberapa faktor yang menentukan prognosis dalam angka kejadian kanker serviks,
antara lain : usia penderita, keadaan umum, tingkat klinis keganasan, ciri - ciri histologik sel
kanker, kemampuan tim kesehatan dan sarana pengobatan yang tersedia (Mansjoer, 2005)
12
Warna kulit kebiruan
Kulit pecah pecah, rambut rontok, kuku rapuh
Ekspresi wajah pasien meringis
Pasien tampak gelisah
Pasien mengalami kejang
Tampak tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesia)
Terjadi hematuria
Terjadi inkontinensia urine
Terjadi inkontinensia alvi
Mual ataupun muntah
Keluar cairan encer yang berbau busuk dari vagina.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan tubuh secara
aktif akibat pendarahan
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke jaringan
c. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker
serviks
d. Hipertermi berhubungan dengan penyakit kanker serviks dan peningkatan aktivitas
metabolik
e. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (metastase sel kanker)
f. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infiltrasi kanker pada traktus urinarius
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
aktivitas metabolik terhadap kanker
h. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit
kanker serviks
i. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan produksi energi tubuh menurun
j. Inkontinensia defekasi berhubungan dengan peningkatan tekanan otot abdominal akibat
nekrosis jaringan, kerusakan neuromuskular
13
k. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular akibat infiltrasi
kanker pada serabut saraf lumbosakral
l. PK Gagal Ginjal
m. Gangguan pola tidur berhubungan dengan depresi akibat penyakit kanker serviks
n. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai proses
penyakit kanker serviks, terapi, dan prognosisnya
o. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
p. Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan sakit yang berkepanjangan pada
anggota keluarga terdekat
q. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
r. PK Anemia
s. Mual berhubungan dengan kemoterapi
t. Kerusakan integritas kulit b berhubungan dengan perubahan status nutrisi dan kemoterapi
u. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses penyakit dan kemoterapi
3. RENCANA TINDAKAN
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan tubuh secara
aktif akibat pendarahan
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan keseimbangan
volume cairan adekuat
Kriteria Hasil :
TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
- Nadi normal ( 60 - 100 x / menit)
- Pernapasan normal ( 16 - 24 x / menit)
- Tekanan darah normal ( 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
- Suhu normal ( 36,5oC - 37,5oC)
Membran mukosa lembab
Turgor kulit baik (elastis)
Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam 2-3 detik setelah ditekan )
Wajah pasien tidak pucat
14
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Awasi masukan dan haluaran. Ukur Memberikan pedoman untuk penggantian cairan yang
volume darah yang keluar melalui perlu diberikan sehingga dapat mempertahankan volume
pendarahan sirkulasi yang adekuat untuk transport oksigen pada ibu
dan janin.
2. Hindari trauma dan pemberian tekanan Mengurangi potensial terjadinya peningkatan pendarahan
berlebihan pada daerah yang dan trauma mekanis pada janin
mengalami pendarahan
4. Pantau TTV. Evaluasi nadi perifer, dan Menunjukkan keadekuatan volume sirkulasi
pengisian kapiler
5. Catat respon fisiologis individual Simtomatologi dapat berguna untuk mengukur berat /
pasien terhadap pendarahan, misalnya lamanya episode pendarahan. Memburuknya gejala dapat
kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, menunjukkan berlanjutnya pendarahan / tidak
berkeringat / penurunan kesadaran adekuatnya penggantian cairan
6 Kaji turgor kulit, kelembaban Merupakan indikator dari status hidrasi / derajat
membran mukosa, dan perhatikan kekurangan cairan
keluhan haus pada pasien
7 Kolaborasi : Penggantian cairan tergantung pada derajat hipovolemia
Berikan cairan IV sesuai indikasi dan lamanya pendarahan (akut / kronis). Cairan IV juga
digunakan untuk mengencerkan obat antineoplastik pada
penderita kanker.
8 Kolaborasi : Transfusi darah diperlukan untuk memperbaiki jumlah
Berikan transfusi darah (Hb, Hct) dan darah dalm tubuh ibu dan mencegah manifestasi anemia
trombosit sesuai indikasi yang sering terjadi pada penderita kanker.
Transfusi trombosit penting untuk memaksimalkan
mekanisme pembekuan darah sehingga pendarahan
lanjutan dapat diminimalisir.
9 Kolaborasi : Perlu dilakukan untuk menentukan kebutuhan resusitasi
Awasi pemeriksaan laboratorium, cairan dan mengawasi keefektifan terapi
misalnya : Hb, Hct, sel darah merah
15
Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam 2-3 detik setelah ditekan)
Denyut nadi teraba
Tidak tampak kebiruan pada permukaan kulit
Tidak terdapat perubahan karakteristik kulit (rambut, kuku, kelembaban)
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler dan Identifikasi ketidakadekuatan derajat perfusi jaringan
warna dasar kuku dan membantu dalam menentukan intervensi
5 Kolaborasi : Reduksi pada kadar Hb, Hct atau volume sirkulasi
Awasi pemeriksaan laboratorium (Hct, Hb, darah mengurangi persediaan oksigen untuk jaringan
SDM) ibu yang akan berdampak pada janin yang
dikandungnya
6 Kolaborasi : Meningkatkan jumlah mediator transport oksigen ke
Berikan transfusi sel darah merah lengkap sel-sel tubuh
sesuai indikasi. Awasi adanya komplikasi
transfusi
7 Kolaborasi : Meningkatkan ketersediaan oksigen sehingga kapasitas
Berikan terapi oksigen tambahan sesuai oksigen meningkat
indikasi
c. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker
serviks
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan nyeri pasien
berkurang atau terkontrol
Kriteria hasil :
Pasien mengatakan skala nyeri yang dialaminya menurun
Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal dengan pengaruh / efek
samping minimal
TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
- Nadi normal ( 60 - 100 x / menit)
- Pernapasan normal ( 16 - 24 x / menit)
- Tekanan darah normal ( 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
- Suhu normal (36,5oC - 37,5oC)
Ekspresi wajah pasien tidak meringis
Pasien tampak tenang (tidak gelisah)
16
Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi dengan tepat sesuai indikasi
untuk mengontrol nyeri
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Lakukan pengkajian nyeri secara Membantu membedakan penyebab nyeri dan
komprehensif [catat keluhan, lokasi memberikan informasi tentang kemajuan atau perbaikan
nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan
(skala 0-10) dan tindakan penghilangan intervensi.
nyeri yang dilakukan]
2 Pantau tanda - tanda vital Peningkatan nyeri akan mempengaruhi perubahan pada
tanda - tanda vital
3 Dorong penggunaan keterampilan Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif
manajemen nyeri seperti teknik relaksasi untuk mengontrol rasa nyeri yang dialami, serta dapat
dan teknik distraksi, misalnya dengan meningkatkan koping pasien
mendengarkan musik, membaca buku,
dan sentuhan terapeutik.
4 Berikan posisi yang nyaman sesuai Memberikan rasa nyaman pada pasien, meningkatkan
kebutuhan pasien relaksasi, dan membantu pasien untuk memfokuskan
kembali perhatiannya.
5 Dorong pengungkapan perasaan pasien Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga
mengurangi persepsi pasien akan intensitas rasa sakit.
6 Evaluasi upaya penghilangan nyeri / Tujuan yang ingin dicapai melalui upaya kontrol adalah
kontrol pada pasien kontrol nyeri yang maksimum dengan pengaruh / efek
samping yang minimum pada pasien.
7 Tingkatkan tirah baring, bantulah Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
kebutuhan perawatan diri yang penting
8 Kolaborasi pemberian analgetik sesuai Nyeri adalah komplikasi tersering dari kanker,
indikasi meskipun respon individual terhadap nyeri berbeda-
beda. Pemberian analgetik dapat mengurangi nyeri
yang dialami pasien
9 Kolaborasi untuk pengembangan Rencana manajemen nyeri yang terorganisasi dapat
rencana manajemen nyeri dengan pasien, mengembangkan kesempatan pada pasien untuk
keluarga, dan tim kesehatan yang terlibat mengontrol nyeri yang dialami. Terutama dengan nyeri
kronis, pasien dan orang terdekat harus aktif menjadi
partisipan dalam manajemen nyeri di rumah.
10 Kolaborasi untuk pelaksanaan prosedur Mungkin diperlukan untuk mengontrol nyeri berat
tambahan, misalnya pemblokan pada (kronis) yang tidak berespon pada tindakan lain
saraf
17
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan keseimbangan suhu
tubuh pasien kembali normal
Kriteria Hasil :
Suhu tubuh dalam batas normal ( 36,5oC - 37,5oC)
Denyut nadi dalam batas normal ( 60 - 100x / menit)
Frekuensi pernapasan dalam batas normal (16- 24x/ menit)
Kulit tidak tampak memerah
Pasien tidak mengalami kejang
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Pantau derajat dan pola perubahan suhu Peningkatan suhu hingga 38,9oC-41,1 oC menunjukkan
pasien adanya proses penyakit infeksius. Pola peningkatan
suhu dapat membantu dalam identifikasi diagnosis dini
2 Pantau suhu lingkungan, atur jumlah Suhu ruangan dan jumlah selimut harus diatur untuk
linen tempat tidur sesuai indikasi mempertahankan suhu tubuh pasien agar mendekati
suhu normal
3 Berikan kompres hangat Membantu mengurangi peningkatan suhu tubuh pasien
4 Kolaborasi : Dapat digunakan untuk mengurangi demam dengan
Berikan antipiretik bereaksi pada termoregulasi sentral tubuh di
hipotalamus.
e. Risiko infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis (metastase sel kanker)
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, pasien tidak mengalami infeksi
Kriteria Hasil :
Tidak tampak tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesia)
TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
Nadi normal ( 60 - 100 x / menit)
Pernapasan normal ( 16 - 24 x / menit)
Tekanan darah normal ( 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
Suhu normal ( 36,5oC - 37,5oC)
Nilai WBC (sel darah putih) dari pemeriksaan laboratorium berada dalam batas normal
(4 - 9 103/L)
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Kaji tanda / gejala infeksi secara Pengenalan dini dan intervensi segera dapat mencegah
kontinyu pada semua sistem tubuh perkembangan infeksi lebih lanjut
18
(misalnya : pernafasan, pencernaan,
genitourinaria)
2 Pantau perubahan suhu pasien Peningkatan suhu pada ibu hamil dengan kanker
serviks dapat terjadi karena proses penyakitnya,
infeksi, dan efek samping kemoterapi yang
dijalaninya. Identifikasi dini proses infeksi
memungkinkan terapi yang tepat untuk dimulai
segera
3 Pertahankan teknik perawatan Menurunkan risiko kontaminasi agen infeksius
aseptik. Hindari / batasi prosedur
invasif
4 Utamakan personal hygiene Membantu mengurangi pajanan potensial sumber
infeksi dan menimalisir paparan pertumbuhan
sekunder patogen
5 Kolaborasi : Diferensial dan peningkatan WBC merupakan salah
Awasi hasil laboratorium untuk satu respon tubuh untuk mengatasi infeksi yang timbul
melihat adanya diferensial atau oleh antigen
peningkatan WBC
6 Kolaborasi : Mengidentifikasi organisme penyebab dan terapi yang
Dapatkan kultur sesuai indikasi tepat
f. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infiltrasi kanker pada traktus urinarius
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, pola eliminasi urine pasien
kembali normal (adekuat)
Kriteria Hasil :
Tidak terjadi hematuria
Tidak terjadi inkontinensia urine
Tidak terjadi disuria
Jumlah output urine dalam batas normal ( 0,5 - 1 cc / kgBB / jam)
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Catat keluaran urine, selidiki Penurunan aliran urine tiba-tiba dapat
penurunan / penghentian aliran urine mengindikasikan adanya obstruksi / disfungsi pada
tiba-tiba traktus urinarius
2 Kaji pola berkemih (frekuensi dan Identifikasi kerusakan fungsi vesika urinaria akibat
jumlahnya). Bandingkan haluaran metastase sel-sel kanker pada bagian tersebut
urine dan masukan cairan serta catat
berat jenis urine
3 Observasi dan catat warna urine. Penyebaran kanker pada traktus urinarius (salah
Perhatikan ada / tidaknya hematuria satunya di vesika urinaria) dapat menyebabkan
19
jaringan di vesika urinaria mengalami nekrosis
sehingga urine yang keluar berwarna merah karena
bercampur dengan darah
4 Observasi adanya bau yang tidak Identifikasi tanda - tanda infeksi pada jaringan
enak pada urine (bau abnormal) traktus urinarius
5 Dorong peningkatan cairan dan Mempertahankan hidrasi dan aliran urine baik
pertahankan pemasukan akurat
6 Awasi tanda vital. Kaji nadi perifer, Indikator keseimbangan cairan dan menunjukkan
turgor kulit, pengisian kapiler, dan tingkat hidrasi
membran mukosa
7 Kolaborasi : Pemeriksaan diagnostik dan penunjang misalnya
Siapkan untuk tes diagnostik, pemeriksaan retrograd dapat digunakan untuk
prosedur penunjang sesuai indikasi mengevaluasi tingkat infiltrasi kanker pada traktus
urinarius sehingga dapat menjadi dasar untuk
intervensi selanjutnya
8 Kolaborasi : Kadar BUN dan kreatinin yang abnormal dapat
Pantau nilai BUN dan kreatinin menjadi indikator kegagalan fungsi ginjal sebagai
akibat komplikasi metastase sel-sel kanker pada
traktus urinarius hingga ke organ ginjal.
20
kebisingan lingkungan, makanan
yang terlalu pedas, terlalu manis, dan
berlemak)
5 Lakukan oral hygiene pada pasien Kebersihan mulut yang terjaga dapat meningkatkan
sensasi pengecapan dan nafsu makan
6 Kolaborasi : Membantu dalam mengidentifikasi derajat
Tinjau ulang pemeriksaan ketidakseimbangan biokimia dan malnutrisi yang terjadi
laboratorium sesuai indikasi, akibat pertumbuhan sel-sel kanker, dapat mempengaruhi
misalnya transferin serum dan dalam penentuan intervensi diet selanjutnya.
albumin
7 Kolaborasi : Defisiensi vitamin A, C, D, E dapat menghambat proses
Pemberian vitamin A, B6, C, D, E. absorbsi zat-zat nutrisi pada vili intestinum, menghambat
proliferasi sel-sel epitel normal, dan menghambat
pembentukan antioksidan tubuh. Defisiensi vitamin B 6
dapat memperberat perasaan depresi yang dirasakan
pasien
8 Kolaborasi : Memberikan rencana diet khusus untuk memenuhi
Rujuk pada ahli gizi/ tim pendukung kebutuhan ibu dan janin yang dikandungnya, serta
nutrisi menurunkan potensial komplikasi yang terjadi berkenaan
dengan malnutrisi protein / kalori dan defisiensi
mikronutrien
h. Ketidak efektifan pola seksualitas berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh akibat
proses penyakit kanker serviks
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan aktivitas seksual
pasien tetap adekuat pada tingkat yang sesuai dengan kondisi fisiologis tubuhnya
Kriteria Hasil :
Pasien mampu mengungkapkan pemahamannya tentang efek kanker serviks yang
dialaminya terhadap fungsi seksualitasnya
Pasien mau mendiskusikan masalah tentang gambaran diri, perubahan fungsi seksual
dan hasrat seksual dengan orang terdekat yang dialaminya
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Dengarkan pernyataan pasien / orang Masalah seksualitas seringkali menjadi masalah yang
terdekat tersembunyi, yang seringkali diungkapkan sebagai
humor / melalui pernyataan yang tidak gamblang
2 Informasikan pada pasien tentang efek Pedoman antisipasi dapat membantu pasien dan
dari proses penyakit kanker serviks yang orang terdekat untuk memulai proses adaptasi pada
dialaminya terhadap fungsi keadaan yang baru
seksualitasnya (termasuk di dalamnya
efek samping dari pengobatan kanker
yang akan dijalani)
3 Bantu pasien untuk menyadari / Mengakui proses kehilangan / perubahan pada fungsi
21
menerima tahap kehilangan tersebut seksual secara nyata dapat meningkatkan koping
pasien
4 Dorong pasien untuk berbagi pikiran Komunikasi terbuka dapat membantu dalam
dengan orang terdekat identifikasi masalah dan meningkatkan diskusi untuk
menemukan pemecahan masalah
i. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan produksi energi tubuh menurun
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, aktivitas pasien dapat
meningkat secara optimum / fungsi tercapai
Kriteria Hasil :
Pasien mampu melakukan aktivitas biasa dengan normal tanpa bantuan perawat / orang
terdekat
Pasien mengatakan lebih bertenaga dan tidak lemas
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Pantau respon fisiologis terhadap Toleransi sangat bervariasi tergantung pada tahap
aktivitas, misalnya perubahan tekanan proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan cairan,
darah dan frekuensi jantung serta serta oksigenasi.
pernafasan
2 Berikan tindakan kenyamanan seperti Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serta
gosokan punggung, perubahan posisi, meningkatkan rasa nyaman
atau penurunan stimulus dalam ruangan
(misalnya lampu redup)
3 Evaluasi laporan kelelahan. Perhatikan Menentukan derajat dari ketidakmampuan pasien
kemampuan tidur / istirahat dengan
tepat
4 Kaji kemampuan untuk berpartisipasi Mengidentifikasi kebutuhan individual dan
pada aktivitas yang diinginkan / membantu dalam pemilihan intervensi
dibutuhkan
5 Identifikasi faktor stres / psikologis Mungkin mempunyai efek kumulatif terhadap
yang dapat memperberat kondisi fisik yang dapat terus berlangsung bila
masalah tersebut belum diatasi
7 Buat tujuan aktivitas realistis dengan Memberikan rasa kontrol dan perasaan mampu
pasien menyelesaikan
8 Dorong pasien untuk melakukan Meningkatkan rasa membaik dan mencegah
aktivitas ringan, bila mungkin. terjadinya frustasi pada pasien
Tingkatkan tingkat partisipasi pasien
sesuai toleransi pasien
9 Rencanakan periode istirahat adekuat Mencegah kelelahan berlebihan dan menghemat
energi untuk proses penyembuhan
10 Berikan bantuan dalam aktivitas Memungkinkan berlanjutnya aktivitas yang
sehari-hari sesuai dengan derajat dibutuhkan pasien
ketidakmampuan pasien
11 Dorong masukan nutrisi Masukan nutrisi adekuat perlu untuk memenuhi
kebutuhan energi ibu untuk beraktivitas dan
pertumbuhan serta perkembangan janin
22
12 Kolaborasi : Adanya hipoksemia dapat menurunkan ketersediaan
Berikan suplemen 02 sesuai indikasi 02 untuk ambilan seluler ibu dan plasenta janin dan
dapat memperberat terjadinya intoleransi pada
aktivitas
3 Berikan informasi dalam bentuk tertulis Kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi
dan verbal kemampuan untuk menerima informasi / mengikuti
program medik
4 Berikan penguatan bila pasien mampu Pasien akan lebih mudah mengingat jika diberi
menyebutkan kembali apa yang sudah reinforcement oleh perawat mengenai
dijelaskan. pemahamannya.
5 Anjurkan pasien untuk menanyakan Eksplorasi pengalaman dengan pasien lain dapat
kepada pasien di samping, untuk membantu meningkatkan pengetahuan pasien dan
berbagi pengalaman keluarga.
23
k. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, ansietas pasien dapat
berkurang/teratasi
Kriteria Hasil :
TTV dalam batas normal
- Nadi normal ( 60 - 100 x / menit)
- Pernapasan normal ( 16 - 24 x / menit)
- Tekanan darah normal ( 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
- Suhu normal ( 36,5oC - 37,5oC)
Pasien melaporkan bahwa ansietas / ketakutan yang dirasakannya menurun sampai
tingkat yang dapat ditangani / dikontrol
Pasien tampak lebih tenang
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Observasi perubahan TTV, misalnya Perubahan pada TTV dapat menunjukkan tingkat
denyut nadi, frekuensi pernafasan ansietas / gangguan psikologis yang dialami pasien
2 Obervasi respon verbal dan nonverbal Kecemasan dapat ditutupi oleh pasien dengan
pasien yang menunjukkan adanya komentar/ kemarahan yang ditunjukkan pasien
kecemasan kepada pemberi perawatan
3 Tinjau ulang pengalaman pasien / orang Membantu dalam identifikasi rasa takut dan
terdekat sebelumnya dengan kanker kesalahan interpretasi konsep pada pengalaman
kanker sebelumnya
4 Dorong pasien untuk mengungkapkan Memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa
pikiran dan perasaannya takut yang dialami serta kesalahan konsep tentang
diagnosis
5 Dengarkan keluhan pasien dengan penuh Menunjukkan rasa menghargai dan menerima pasien,
perhatian dan dapat membantu meningkatkan rasa percaya
pasien kepada pemberi perawatan.
6 Pertahankan kontak sering dengan Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri
pasien. Berikan sentuhan terapeutik bila atau ditolak.
perlu
7 Instruksikan pasien menggunakan teknik Meningkatkan pelepasan endorfin pada sistem saraf
relaksasi sehingga menimbulkan rasa tenang pada pasien dan
dapat mengurangi ansietas yang dirasakan pasien
8 Berikan informasi yang akurat dan Pengetahuan / informasi yang diberikan diharapkan
sesuai mengenai diagnosa, pengobatan, dapat menurunkan ansietas, memperbaiki kesalahan
24
dan konsistensi prognosis penyakit konsep, dan meningkatkan kerjasama pasien dengan
pasien pemberi perawatan
9 Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan Memudahkan pasien beristirahat, menghemat energi,
yang tenang dan meningkatkan kemampuan koping pasien
10 Dorong dan kembangkan interaksi Mengurangi perasaan isolasi. Bila sumber pendukung
pasien dengan sistem pendukung keluarga tidak adekuat, sumber luar dapat
diberdayakan misalnya kelompok penderita kanker
11 Libatkan orang terdekat bila keputusan Menjamin sistem pendukung untuk pasien dan
mayor akan dibuat memungkinkan orang terdekat terlibat dengan tepat
25
ancaman kematian yang mungkin
muncul)
6 Identifikasi dan dorong penggunaan Kebanyakan orang telah mengembangkan keterampilan
perilaku koping ke arah yang adaptif koping efektif yang dapat bermanfaat untuk mengatasi
situasi yang baru
7 Tekankan pentingnya dialog terbuka Meningkatkan pemahaman, membantu anggota keluarga
yang kontinyu antar anggota keluarga untuk mempertahankan komunikasi yang jelas, yang
dengan pasien nantinya diharapkan dapat mengatasi masalah dengan
efektif
8 Kolaborasi : Mungkin perlu bantuan tambahan untuk mengatasi
Rujuk pada kelompok terapi keluarga masalah yang seringkali muncul dari diagnosa potensial
sesuai indikasi penyakit terminal seperti kanker serviks
26
DAFTAR PUSTAKA
27