“Ca Cervics”
Kelompok 1/C1
Disusun oleh :
Tu Bagus Ragil (2120424776)
Andi Setiawan (2120424787)
B. Epidemiologi
Kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak penyakit leher rahim
pada Negara berkembang terhitung sebanyak 510.000 kasus baru terjadi setiap
tahunnya dan lebih dari 288.000 kematian berlangsung oleh penyakit ini. Insiden
penyakit kanker serviks terus meningkat dari sekitar 25 per 100.000 pada 1988
menjadi sekitar 32 per 100.000 pada tahun 1992. Insiden kanker serviks pertahun
100 per 100.000 penduduk per tahun. Data 7 Laboratorium Patologi Anatomi
menemukan bahwa di Indonesia frekuensi terjadinya kanker 92,4% terakumulasi
di Jawa dan Bali (Savitri, 2015). Di Indonesia, kanker serviks menempati
peringkat kedua setelah kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak
terjadi dari seluruh kasus kanker pada tahun 2020. Tercatat ada lebih dari 36.000
kasus dan 21.000 kematian akibat kanker ini (Sung et al 2021).
C. Patofisiologi
Perkembangan kanker serviks dimulai dari neoplasia intraepitel serviks (CIN)
I, CIN II, CIN III atau karsinoma in situ (KIS) pada lapisan epitel serviks dan
setelah menembus membran basalis akan menjadi karsinoma mikroinvasif dan
invasif (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
HPV merupakan penyebab utama terjadinya kanker serviks. HPV
dapat menyebabkan infeksi pada sel-sel epitel serviks dikarenakan adanya
abrasi atau luka pada jaringan epitel. Abrasi ini menjadi titik masuk HPV ke
dalam sel epitel bagian basal. Sel-sel epitel pada bagian basal merupakan sel-
sel epitel yang belum matang dan masih terus berproliferasi. Ekspresi gen
HPV semakin lengkap seiring peningkatan maturasi dari sel pejamu. Saat
menginfeksi sel basal, HPV (replikasi virus terjadi lambat). Replikasi virus
terjadi sangat lamban namun konstan (Okechukwu, 2011).
Pada fase tersebut, tidak menimbulkan perubahan yang abnormal pada
sel. Saat sel epitel pejamu matang dan tidak lagi berdiferensiasi, replikasi
genom HPV meningkat dan gen E6 dan E7 yang mengkode oncoprotein dan
gen L1 dan L2 yang mengkode protein struktural mulai diekspresi. Pada tahap
ini mulai terjadi perubahan yang abnormal pada sel (immortal sel) dan
terbentuk virion baru dalam jumlah besar yang akan menginfeksi sel epitel
lainnya yang masih normal. Akan tetapi, perubahan yang terjadi masih dalam
skala yang sangat kecil (CIN tahap I) dan respon imun sebenarnya masih
dapat mengeliminasi infeksi pada tahap ini. Namun bila terjadi toleransi,
infeksi HPV akan menjadi persisten. Infeksi HPV yang persisten akan
menyebabkan lesi makin meluas dan makin invasif (CIN tahap II dan CIN
tahap III) (Evriarti dan Andi, 2019).
D. Jenis kanker serviks
Kanker serviks terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
Karsinoma sel skuamosa (KSS) adalah jenis kanker serviks yang paling sering
terjadi. KSS bermula di sel skuamosa serviks, yaitu sel yang melapisi bagian
luar leher rahim.
Adenokarsinoma adalah jenis kanker serviks yang bermula di sel kelenjar
pada saluran leher rahim.
Ga
mbar 1. Stadium kanker serviks (sumber: Alodokter)
E. Symptom
American Cancer Society (2020) menyebutkan bahwa Wanita dengan
kanker serviks dini atau pra-kanker biasanya tidak memiliki gejala. Gejala
sering tidak dimulai sampai kanker menjadi lebih besar dan tumbuh ke
jaringan terdekat. Gejala yang paling umum terjadi adalah:
Pendarahan vagina yang tidak normal, seperti pendarahan setelah seks
vaginal, pendarahan setelah menopause, pendarahan dan bercak di
antara periode (menstruasi) yang lebih lama atau lebih berat dari
biasanya. Pendarahan setelah douching juga dapat terjadi.
Keluarnya cairan yang tidak biasa dari vagina cairan tersebut mungkin
mengandung sedikit darah
Sakit saat berhubungan seks
Nyeri di daerah panggul
Tanda dan gejala yang terlihat pada penyakit yang lebih lanjut dapat mencakup:
Pembengkakan kaki
Masalah buang air kecil atau buang air besar
Darah dalam urin
F. Faktor risiko
Penyebab kanker serviks diketahui adalah virus HPV (Human Papilloma
Virus) sub tipe onkogenik, terutama sub tipe 16 dan 18. Beberapa faktor resiko
kanker serviks seperti aktivitas seksual pada usia muda, berhubungan seksual
dengan multipartner, merokok, mempunyai anak banyak, sosial ekonomi rendah,
pemakaian pil KB (dengan HPV negatif atau positif), penyakit menular seksual,
dan gangguan imunitas (PPK serviks).
H. Stadium klinik
Menurut Yatim (2005) dan Tilong (2012) ada beberapa tingkatan klinik atau
stadium kanker serviks diantarannya sebagai berikut:
1) Stadium 0, Kanker serviks hanya ditemukan pada lapisan atas dari sel-sel
pada jaringan yang melapisi leher rahim. Tingkat 0 juga disebut carcinoma in situ.
2) Stadium I, Kanker masih terbatas didalam jaringan serviks dan belum
menyebar ke dalam rahim. Stadium I dibagi menjadi:
a) IA, Karsinoma yang didiagnosa baru hanya secara mikroskop dan
belum menunjukan kelainan/keluhan klinik.
b) IA1, kanker sudah mulai menyebar kejaringan otot dengan dalam
dalam <3 mm, serta ukuran besar tumor <7 mm.
c) IA2, Kanker sudah menyebar lebih dalam (>3 mm – 5 mm) dengan
lebar = 7 cm.
serviks tidak menyerang ke bagian ketiga yang lebih rendah dari vagina atau
dinding pelvis (lapisan dari bagian tubuh antara pinggul). Stadium II dibagi
menjadi:
mengenai jaringan vagina lebih rendah dari 1/3 bawah. Bisa juga penderita
sudah mengalami ginjal bengkak karena bendungan air seni (hidroneprosis) dan
mengalami gangguan fungsi ginjal. Stadium III dibagi menjadi:
5) Stadium IV, Kanker sudah menyebar kerongga panggul dan secara klinik
sudah terlihat tanda-tanda infasi kanker keselaput lender kandung kencing
dan atau rectum. Stadium IV dibagi menjadi:
a) IVA, Sel kanker menyebar pada alat atau organ yang dekat dengan
kanker serviks.
b) IVB, Kanker sudah menyebar pada alat atau organ yang jauh dari
serviks.
Ada dua metode yang umum digunakan sebagai deteksi dini atau skrining kanker
serviks, yaitu
Pemeriksaan IVA inspeksi visual asam asetat) adalah skrining kanker serviks
yang mudah, cepat, dan murah. Pemeriksaan ini dilakukan dengan terlebih
dulu membuka vagina menggunakan alat khusus yang dinamakan spekulum
(cocor bebek). Setelah itu, dokter akan mengoleskan larutan asam asetat
dengan kadar 3–5% ke permukaan serviks. Pada pasien dengan kondisi pra-
kanker serviks, permukaan serviks akan terlihat putih setelah diolesi oleh
asam asetat. Makin tinggi stadium pra-kanker pada pasien, makin jelas pula
warna putih di serviks pasien.
Pap smear Prosedur ini dilakukan dengan membuka vagina menggunakan
spekulum. Setelah itu, dokter akan mengambil sampel sel dari leher rahim
dengan mengikis jaringan serviks menggunakan sikat khusus.
Tes darah, untuk memeriksa kondisi organ hati, ginjal, dan sumsum tulang
Sistoskopi, untuk memeriksa apakah kanker telah menyebar ke uretra dan
kandung kemih
Proktoskopi, untuk melihat kemungkinan kanker serviks menyebar ke
rektum (bagian akhir dari usus besar yang terhubung ke anus)
Rontgen dada, untuk mengetahui kemungkinan kanker sudah menyebar ke
paru-paru
MRI, CT scan, atau PET scan, untuk melihat ukuran tumor dan mengetahui
tingkat penyebaran kanker dengan lebih jelas.
K. Tatalaksana terapi kanker serviks
Menurut NCCN (2015), secara umum tindakan terapi pada kanker serviks,
dapat dibagi empat yakni pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan
kemoradioterapi.
M. Rehabilitasi Medik
Rehabilitasi medik bertujuan untuk mengoptimalkan pengembalian kemampuan
fungsi dan aktivitas kehidupan sehari-hari serta meningkatkan kualitas hidup pasien
dengan cara aman & efektif, sesuai kemampuan fungsional yang ada. Pendekatan
rehabilitasi medik dapat diberikan sedini mungkin sejak sebelum pengobatan definitif
diberikan dan dapat dilakukan pada berbagai tahapan & pengobatan penyakit yang
disesuaikan dengan tujuan penanganan rehabilitasi kanker: preventif, restorasi,
suportif atau paliatif (PPK serviks).
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
Pemeriksaan laboratorium
3500-
Leukocytes 5550 8770
10000
11.0-16.5
Hb 6,7 6
%
35.0-50.0
Hematocrite 26 26,3
%
Thombocyte 150000-
201000 237.000
s 390000
Glucose 60-110
94
Random mg/dl
10-50
Ureum/BUN 77,70 86,7 108,3 91,5
mg/dl
Creatinine 0.7-1.5
3,18 3,68 3,68 3,88
mg/dl
135-145
Na 132
mmol/l
3.5-5.0
Potassium/K 3,64
mmol/l
98-106
Chlorida/Cl 106
mmol/l
Data Objektif
Pemeriksaan Fisik Hasil Nilai Rujukan
Pemeriksaan
Keadaan umum Pasien tampak Demam >37 ⁰C
lemah, pucat,
nyeri dan demam
Kepala- leher dbn -
Tanda-tanda vital
Pemeriksaan penunjang
Kadar Hb : Tidak normal => anemia
SGOT dan SGPT : Tidak normal => terjadi ganguan fungsi hati
Albumin : Tidak normal
Riwayat terapi
Tanggal/jam Pengobatan dan diet Catatan
01/03/2017 Infus RL 20 tpm Pagi :
Carboplatin 9 AUC TD 120/80
Doxetaxel 500 mg Pasien merasa nyeri perut,
Dexamethason 1 vial mual demam dan lemas .
Ranitidin 1x1
Sangobion 1 x 1
Asam Folat 1x1
Paracetamol 3x1
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society (2020). Signs and Symptoms of Cervical Cancer.
Okechukwu A. Ibeanu. Molecular phatogenesis of cervical cancer. Cancer Biology
and Therapy. 2011; 11(3):295 – 306.
Evriarti, Paulina Rosa, and Andi Yasmon. "Patogenesis Human Papillomavirus
(HPV) pada Kanker Serviks." Jurnal Biotek Medisiana Indonesia 8.1 (2019): 23-
32.
Sung, H. et al. (2021). Global Cancer Statistics 2020 : GLOBOCAN Estimates of
Incidence and Mortality Worldwide for 36 Cancers in 185 Countries. ACS
Journals, 71(3), pp. 209–49.