Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH STUDI KASUS

FARMASI RUMAH SAKIT DAN KLINIK

“Ca Cervics”

Dosen Pengampu : Dr.apt. Wiwin Herdwiyani, M. Sc.

Kelompok 1/C1
Disusun oleh :
Tu Bagus Ragil (2120424776)
Andi Setiawan (2120424787)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi kanker serviks
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks atau
leher rahim adalah bagian rahim yang terhubung ke vagina. Fungsinya adalah
untuk memproduksi lendir yang membantu menyalurkan sperma dari vagina ke
rahim saat berhubungan seksual. Serviks juga berfungsi melindungi rahim dari
bakteri dan benda asing dari luar. (PPK Serviks).

B. Epidemiologi
Kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak penyakit leher rahim
pada Negara berkembang terhitung sebanyak 510.000 kasus baru terjadi setiap
tahunnya dan lebih dari 288.000 kematian berlangsung oleh penyakit ini. Insiden
penyakit kanker serviks terus meningkat dari sekitar 25 per 100.000 pada 1988
menjadi sekitar 32 per 100.000 pada tahun 1992. Insiden kanker serviks pertahun
100 per 100.000 penduduk per tahun. Data 7 Laboratorium Patologi Anatomi
menemukan bahwa di Indonesia frekuensi terjadinya kanker 92,4% terakumulasi
di Jawa dan Bali (Savitri, 2015). Di Indonesia, kanker serviks menempati
peringkat kedua setelah kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak
terjadi dari seluruh kasus kanker pada tahun 2020. Tercatat ada lebih dari 36.000
kasus dan 21.000 kematian akibat kanker ini (Sung et al 2021).

C. Patofisiologi
Perkembangan kanker serviks dimulai dari neoplasia intraepitel serviks (CIN)
I, CIN II, CIN III atau karsinoma in situ (KIS) pada lapisan epitel serviks dan
setelah menembus membran basalis akan menjadi karsinoma mikroinvasif dan
invasif (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
HPV merupakan penyebab utama terjadinya kanker serviks. HPV
dapat menyebabkan infeksi pada sel-sel epitel serviks dikarenakan adanya
abrasi atau luka pada jaringan epitel. Abrasi ini menjadi titik masuk HPV ke
dalam sel epitel bagian basal. Sel-sel epitel pada bagian basal merupakan sel-
sel epitel yang belum matang dan masih terus berproliferasi. Ekspresi gen
HPV semakin lengkap seiring peningkatan maturasi dari sel pejamu. Saat
menginfeksi sel basal, HPV (replikasi virus terjadi lambat). Replikasi virus
terjadi sangat lamban namun konstan (Okechukwu, 2011).
Pada fase tersebut, tidak menimbulkan perubahan yang abnormal pada
sel. Saat sel epitel pejamu matang dan tidak lagi berdiferensiasi, replikasi
genom HPV meningkat dan gen E6 dan E7 yang mengkode oncoprotein dan
gen L1 dan L2 yang mengkode protein struktural mulai diekspresi. Pada tahap
ini mulai terjadi perubahan yang abnormal pada sel (immortal sel) dan
terbentuk virion baru dalam jumlah besar yang akan menginfeksi sel epitel
lainnya yang masih normal. Akan tetapi, perubahan yang terjadi masih dalam
skala yang sangat kecil (CIN tahap I) dan respon imun sebenarnya masih
dapat mengeliminasi infeksi pada tahap ini. Namun bila terjadi toleransi,
infeksi HPV akan menjadi persisten. Infeksi HPV yang persisten akan
menyebabkan lesi makin meluas dan makin invasif (CIN tahap II dan CIN
tahap III) (Evriarti dan Andi, 2019).
D. Jenis kanker serviks
Kanker serviks terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
 Karsinoma sel skuamosa (KSS) adalah jenis kanker serviks yang paling sering
terjadi. KSS bermula di sel skuamosa serviks, yaitu sel yang melapisi bagian
luar leher rahim.
 Adenokarsinoma adalah jenis kanker serviks yang bermula di sel kelenjar
pada saluran leher rahim.

Ga
mbar 1. Stadium kanker serviks (sumber: Alodokter)

E. Symptom
American Cancer Society (2020) menyebutkan bahwa Wanita dengan
kanker serviks dini atau pra-kanker biasanya tidak memiliki gejala. Gejala
sering tidak dimulai sampai kanker menjadi lebih besar dan tumbuh ke
jaringan terdekat. Gejala yang paling umum terjadi adalah:
 Pendarahan vagina yang tidak normal, seperti pendarahan setelah seks
vaginal, pendarahan setelah menopause, pendarahan dan bercak di
antara periode (menstruasi) yang lebih lama atau lebih berat dari
biasanya. Pendarahan setelah douching juga dapat terjadi.
 Keluarnya cairan yang tidak biasa dari vagina cairan tersebut mungkin
mengandung sedikit darah
 Sakit saat berhubungan seks
 Nyeri di daerah panggul
Tanda dan gejala yang terlihat pada penyakit yang lebih lanjut dapat mencakup:
 Pembengkakan kaki
 Masalah buang air kecil atau buang air besar
 Darah dalam urin

F. Faktor risiko
Penyebab kanker serviks diketahui adalah virus HPV (Human Papilloma
Virus) sub tipe onkogenik, terutama sub tipe 16 dan 18. Beberapa faktor resiko
kanker serviks seperti aktivitas seksual pada usia muda, berhubungan seksual
dengan multipartner, merokok, mempunyai anak banyak, sosial ekonomi rendah,
pemakaian pil KB (dengan HPV negatif atau positif), penyakit menular seksual,
dan gangguan imunitas (PPK serviks).

G. Pencegahan kanker serviks


Beberapa cara pecegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan cara
menghindari faktor-faktor risiko penyebab kanker serviks seperti:
1. Tidak melakukan hubungan seksual lebih dari satu pasangan
2. Menggunakan kondom untuk mencegah penularan infeksi HPV
3. Tidak merokok
4. Selalu menjaga kebersihan organ intim
5. Menjalani pola hidup sehat
6. Melindungi tubuh dari paparan bahan kimia agar mencegah faktor-faktor
lain yang memperkuat menculnya penyakit kanker
7. Melakukan vaksinasi HPV(Arini, 2015)

H. Stadium klinik
Menurut Yatim (2005) dan Tilong (2012) ada beberapa tingkatan klinik atau
stadium kanker serviks diantarannya sebagai berikut:
1) Stadium 0, Kanker serviks hanya ditemukan pada lapisan atas dari sel-sel
pada jaringan yang melapisi leher rahim. Tingkat 0 juga disebut carcinoma in situ.
2) Stadium I, Kanker masih terbatas didalam jaringan serviks dan belum
menyebar ke dalam rahim. Stadium I dibagi menjadi:
a) IA, Karsinoma yang didiagnosa baru hanya secara mikroskop dan
belum menunjukan kelainan/keluhan klinik.
b) IA1, kanker sudah mulai menyebar kejaringan otot dengan dalam
dalam <3 mm, serta ukuran besar tumor <7 mm.
c) IA2, Kanker sudah menyebar lebih dalam (>3 mm – 5 mm) dengan
lebar = 7 cm.

Gambar Kanker Serviks Stadium IA.


d)IB, Ukuran kanker sudah > dari 1A2.
e)IB1, Ukuran tumor = 4 cm.
f)IB2, Ukuran tumor >4 cm

Gambar 3 Kanker Serviks Stadium IB.

3) Stadium II, Kanker sudah meluas melewati leher rahim ke dalam

jaringan-jaringan yang berdekatan dan kebagian atas dari vagina. Kanker

serviks tidak menyerang ke bagian ketiga yang lebih rendah dari vagina atau

dinding pelvis (lapisan dari bagian tubuh antara pinggul). Stadium II dibagi

menjadi:

a) IIA, Tumor jelas belum menyebar ke sekitar uterus.


Gambar Kanker Serviks Stadium IIA

b) IIB, Tumor jelas sudah menyebar ke sekitar uterus.

Gambar Kanker Serviks Stadium IIB

4) Stadium III, Kanker sudah menyebar ke dinding panggul dan sudah

mengenai jaringan vagina lebih rendah dari 1/3 bawah. Bisa juga penderita

sudah mengalami ginjal bengkak karena bendungan air seni (hidroneprosis) dan
mengalami gangguan fungsi ginjal. Stadium III dibagi menjadi:

a) IIIA, Kanker sudah menginfasi dinding panggul.

Gambar Kanker Serviks Stadium IIIA

b) IIIB, Kankermenyerang dinding panggul disertai gangguan fungsi


ginjal dan atau hidronephrosis.

Gambar Kanker Serviks Stadium IIIB

5) Stadium IV, Kanker sudah menyebar kerongga panggul dan secara klinik
sudah terlihat tanda-tanda infasi kanker keselaput lender kandung kencing
dan atau rectum. Stadium IV dibagi menjadi:
a) IVA, Sel kanker menyebar pada alat atau organ yang dekat dengan
kanker serviks.

Gambar Kanker Serviks Stadium IVA

b) IVB, Kanker sudah menyebar pada alat atau organ yang jauh dari
serviks.

Gambar Kanker Serviks Stadium IVB


I. Skrining Kanker Serviks

Ada dua metode yang umum digunakan sebagai deteksi dini atau skrining kanker
serviks, yaitu
 Pemeriksaan IVA inspeksi visual asam asetat) adalah skrining kanker serviks
yang mudah, cepat, dan murah. Pemeriksaan ini dilakukan dengan terlebih
dulu membuka vagina menggunakan alat khusus yang dinamakan spekulum
(cocor bebek). Setelah itu, dokter akan mengoleskan larutan asam asetat
dengan kadar 3–5% ke permukaan serviks. Pada pasien dengan kondisi pra-
kanker serviks, permukaan serviks akan terlihat putih setelah diolesi oleh
asam asetat. Makin tinggi stadium pra-kanker pada pasien, makin jelas pula
warna putih di serviks pasien.
 Pap smear Prosedur ini dilakukan dengan membuka vagina menggunakan
spekulum. Setelah itu, dokter akan mengambil sampel sel dari leher rahim
dengan mengikis jaringan serviks menggunakan sikat khusus.

J. Diagnosis Kanker Serviks


Pada pasien yang hasil skriningnya menunjukkan dugaan kanker serviks dan pada
pasien yang mengalami gejala kanker serviks, dokter akan melakukan pemeriksaan
biopsi jaringan serviks. Biopsi digunakan untuk melihat secara lebih detail kondisi
jaringan serviks. Prosedur ini dilakukan dengan kolposkopi, yaitu penggunaan alat
pembesar yang terhubung dengan monitor. Sama seperti pada skrining kanker
serviks, kolposkopi dilakukan dengan membuka vagina menggunakan spekulum.
Setelah serviks terlihat jelas melalui monitor, dokter akan melakukan pengambilan
jaringan serviks. Ada beberapa metode yang dapat dilakukan, yaitu:
 Punch biopsy, yaitu penggunaan alat tajam seperti gunting panjang untuk
mengambil sebagian kecil jaringan serviks yang dicurigai sebagai lesi kanker
 Kuret endoserviks, yaitu pengambilan sampel jaringan pada saluran sempit di
antara leher rahim dan uterus dengan menggunakan sikat khusus
 Biopsi kerucut, yaitu penggunaan alat khusus yang dapat mengambil jaringan
serviks hingga ke lapisan yang lebih dalam
Setelah dipastikan terdapat kanker pada serviks pasien, dokter akan melakukan
sejumlah tes lanjutan untuk mengetahui tingkat penyebaran (stadium) kanker,
meliputi:

 Tes darah, untuk memeriksa kondisi organ hati, ginjal, dan sumsum tulang
 Sistoskopi, untuk memeriksa apakah kanker telah menyebar ke uretra dan
kandung kemih
 Proktoskopi, untuk melihat kemungkinan kanker serviks menyebar ke
rektum (bagian akhir dari usus besar yang terhubung ke anus)
 Rontgen dada, untuk mengetahui kemungkinan kanker sudah menyebar ke
paru-paru
 MRI, CT scan, atau PET scan, untuk melihat ukuran tumor dan mengetahui
tingkat penyebaran kanker dengan lebih jelas.
K. Tatalaksana terapi kanker serviks
Menurut NCCN (2015), secara umum tindakan terapi pada kanker serviks,
dapat dibagi empat yakni pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan
kemoradioterapi.

Gambar Penatalaksaan Terapi Kanker Serviks


L. Dukungan Nutrisi
Pasien kanker serviks berisiko mengalami malnutrisi dan kaheksia kanker,
sehingga perlu mendapat terapi nutrisi adekuat, dimulai dari skrining gizi, dan apabila
hasil skrining abnormal (berisiko malnutrisi), dilanjutkan dengan diagnosis serta
tatalaksana nutrisi umum dan khusus.
Tatalaksana nutrisi umum mencakup kebutuhan nutrisi umum (termasuk
penentuan jalur pemberian nutrisi), farmakoterapi, aktivitas fisik, dan terapi nutrisi
operatif (lihat lampiran). Pasien kanker serviks dapat mengalami gangguan saluran
cerna, berupa diare, konstipasi, atau mual-muntah akibat tindakan pembedahan serta
kemo- dan atau radio-terapi. Pada kondisi-kondisi tersebut, dokter SpGK perlu
memberikan terapi nutrisi khusus, meliputi edukasi dan terapi gizi serta
medikamentosa, sesuai dengan masalah dan kondisi gizi pada pasien.
Penyintas kanker sebaiknya memiliki BB ideal dan menerapkan pola makan yang
sehat, tinggi buah, sayur dan biji-bijian, serta rendah lemak, daging merah, dan
alkohol dan direkomendasikan untuk terus melakukan aktivitas fisik sesuai
kemampuan secara teratur dan menghindari gaya hidup sedenter (Rekomendasi
tingkat A) (PPK serviks).

M. Rehabilitasi Medik
Rehabilitasi medik bertujuan untuk mengoptimalkan pengembalian kemampuan
fungsi dan aktivitas kehidupan sehari-hari serta meningkatkan kualitas hidup pasien
dengan cara aman & efektif, sesuai kemampuan fungsional yang ada. Pendekatan
rehabilitasi medik dapat diberikan sedini mungkin sejak sebelum pengobatan definitif
diberikan dan dapat dilakukan pada berbagai tahapan & pengobatan penyakit yang
disesuaikan dengan tujuan penanganan rehabilitasi kanker: preventif, restorasi,
suportif atau paliatif (PPK serviks).
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
Pemeriksaan laboratorium

Nilai Tanggal Pemeriksaan


Parameter
Normal 16/10 17/10 18/10 19/10 20/10

3500-
Leukocytes 5550 8770
10000

11.0-16.5
Hb 6,7 6
%

35.0-50.0
Hematocrite 26 26,3
%

Thombocyte 150000-
201000 237.000
s 390000

Glucose 60-110
94
Random mg/dl

10-50
Ureum/BUN 77,70 86,7 108,3 91,5
mg/dl

Creatinine 0.7-1.5
3,18 3,68 3,68 3,88
mg/dl

SGOT 11-41 U/I 4

SGPT 10-41 U/I 6

Albumin 3.5-5.0 g/dl 1,28 2,35

135-145
Na 132
mmol/l

3.5-5.0
Potassium/K 3,64
mmol/l

98-106
Chlorida/Cl 106
mmol/l

p.H 7.35-7.45 7.46

p.CO2 35-45 32.0

p.O2 80-100 118.4

HCO3 21-28 22.9


O2 saturate >95% 98,9

Base excess (-)3-(+)3 (-)1

PENYELESAIAN KASUS METODE SOAP


 Data Subjektif
Data Pasien : Data Subjektif

Nama : Ny. JKN Riwayat Penyakit Sekarang:


Umur : 52 tahun a. Pasien mengalami mual muntah
berlebihan
Alamat: Jln Dd No
b. Rambut rontok
Pekerjaan: Karyawati
c. Pasien mulai menyerah dengan
Pendidikan : S1 pengobatan kanker
No RM : -

 Data Objektif
Pemeriksaan Fisik Hasil Nilai Rujukan
Pemeriksaan
Keadaan umum Pasien tampak Demam >37 ⁰C
lemah, pucat,
nyeri dan demam
Kepala- leher dbn -

Extremitas Kaki tidak bisa


digerakkan
Neurologis - -

Tanda-tanda vital

TD 120/80 140/90 mmHg Normal


Nadi 100 x/menit 60 – 100 x/menit Tinggi

Suhu 38 oC 36,1 – 37,2 oC Tinggi

 Pemeriksaan penunjang
 Kadar Hb : Tidak normal => anemia
 SGOT dan SGPT : Tidak normal => terjadi ganguan fungsi hati
 Albumin : Tidak normal

 Riwayat terapi
Tanggal/jam Pengobatan dan diet Catatan
01/03/2017 Infus RL 20 tpm Pagi :
Carboplatin 9 AUC TD 120/80
Doxetaxel 500 mg Pasien merasa nyeri perut,
Dexamethason 1 vial mual demam dan lemas .
Ranitidin 1x1
Sangobion 1 x 1
Asam Folat 1x1
Paracetamol 3x1

02/03/2017 Infus RL 20 tpm TD 140


Carboplatin 9 AUC /100
Doxetaxel 500 mg Pasien merasa nyeri perut,
Dexamethason 1 vial mual demam dan lemas.
Ranitidin 1x1
Sangobion 1 x 1
Asam Folat 1x1
Paracetamol 3x1
 Assesment
 Diagnosa : Kanker Cervis suspect Metastase Paru
 Kadar Hb : 6 (dibawah normal  Anemia)
 SGOT dan SGPT tidak normal  Adanya gangguan hati
 Planing
 Pemberian Infus RL 20 tpm tetap dilanjutkan sebagai penambah cairan
dan elektrolit pada pasien.
 Pemberian Sangobion 1 x 1 dan Asam Folat 1x1 diganti dengan
transfusi sel darah merah, karena Hb < 7 menunjukkan nilai Hb yang
terlalu rendah. Selain itu anemia pada kasus ini merupakan anemia
dengan inflamasi sehingga lebih efektif dengan transfusi sel darah
merah.
 Pemberian ranitidin 1x1 tetap dilanjutkan karena ranitidine dapat
digunakan dalam dosis rendah untuk mengatasi mual dan muntah
sederhana yang berhubungan dengan mulas atau gastrophageal reflux
 Parasetamol diganti dengan ibuprofen 400 mg 3x1 untuk mengurangi
kerusakan fungsi hati
 Pemberian dexametasone 1 vial dilanjutkan dikarenakan dexametason
adalah kortikosteroid yang paling umum digunakan untuk mual dan
muntah akibat kemoterapi dan mual muntah pasca operasi.
Penggunaan dexametason IV sesuai literatur untuk mengatasi mual
muntah pasca kemoterapi yaitu dexamethasone 12 mg IV.
Perhitungan dosis
IBW wanita dewasa = 45 kg+ [0,9 kg x (157 cm-150cm)]
= 45 kg + 6,3
= 51,3 kg
BMI = BB
TB2
= 59 Kg
Kategori
1,572  Underweight  BMI < 18,5
= 59 kg kg/m2
 BB normal  BMI 18,5-24,9
2,46 kg/m2
= 23,98 (Normal)  Overweight  BMI 25-29,9
kg/m2
 Obesitas  BMI 30-39,9
kg/m2

GFR (rumus Cockcorft-Gault ) :


GFR = (140-usia) x bb(Kg) [x 0,85 wanita]
72 x scr (mg/dl)
GFR = (140-52) x 59 kg [x0,85]
72 x 3,88 mg/dl
= (88)x 59 x 0,85
279,36 mg/dl
= 4413,2
279,36 mg/dl
= 15,79 mg/dl

Calvert Formula = target AUC x (GFR + 25 ml/menit)


= 6 x (15,79 mg/dl + 25 ml/menit)
= 244,74 mg
Dosis inj carboplatin
Dipasaran 450mg/45ml
Maka dosisnya adalah = 45ml x 244,74 mg
450 mg

= 24,474 ml (volume pemberian)


Dosis Doxetaxel berdasarkan literatur 75 mg m2 IV 1 hari

Rumus BSA(BODY SURFACE AREA)


BSA = √(TB (cm)x BB (Kg) )/3600
= √(157 cm x 59 kg)/3600
= √2,57
= 1,6 m2
Dosis docetaxel = 1,6 m2 x 75mg
= 120 mg

Dosis inj docetaxel


Sediaan docetaxel 80mg/4 ml
maka = 4ml x 120 mg
80 mg
= 6 ml (volume pemberian)
 Konseling
Masalah utama yang harus diatasi terebih dahulu dalam kasus ini
adalah pasien mulai menyerah dengan pengobatan kanker yang dijalani,
sehingga sebagai tenaga kesehatan kita dituntut untuk dapat memotivasi
pasien dalam mencapai peningkatan kualitas hidup dengan mengatasi masalah
medis yang terjadi, disamping pemberian terapi obat-obatan yang telah
dilaksanakan.
A: Selamat pagi ibu JKN, perkenalkan saya apoteker Ragil, yang akan
membantu ibu dalam penjelasan proses terapi penyakit ibu saat ini.
P: Iya pak, kira-kira bagaimana ya? saya sudah menyerah menghadapi kondisi
saya saat ini.
A: Maaf sebelumnya ibu, dokter dan saya sebagai apoteker telah berusaha
sebaik mungkin dalam proses penatalaksanaan terapi ibu. Terkait dengan
keluhan yang ibu alami seperti mual muntah hebat dan kerontokan rambut
adalah efeksamping penggunaan obat kanker yang ibu konsumsi, oleh karena
demi kelancaran dan pemulihan kesehatan ibu alangkah baiknya proses
pengobatan yang dijalani harus didasari oleh kemauan dan semangat untuk
sembuh yang kuat dari diri ibu. Untuk pemantauan terapi saya sebagai
apoteker siap untuk membantu ibu dalam monitoring kondisi saat ini. Ini saya
lampirkan nomor telepon saya jikalau ibu perlu bantuan dalam konseling
kondisi penyakit ibu. Harapan saya kedepannya kondisi ibu bisa cepat
membaik dengan tata laksana terapi yang telah diberikan. Begitu ya buk.
P: terimakasih pak atas bantuan dan doanya.
A: Iya buk sama-sama, untuk penjelasan mengenai obat akan saya sampaikan
ke pendamping ibu saja.
Dilakukan penjelasan mengenai tatalaksana terapi terhadap
pendamping pasien, tidak lupa apoteker menyampaikan agar pihak keluarga
dapat memotivasi kembali pasien sehingga diharapkan semangat pasien dapat
meningkat dalam mencapai peningkatan kualitas kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society (2020). Signs and Symptoms of Cervical Cancer.
Okechukwu A. Ibeanu. Molecular phatogenesis of cervical cancer. Cancer Biology
and Therapy. 2011; 11(3):295 – 306.
Evriarti, Paulina Rosa, and Andi Yasmon. "Patogenesis Human Papillomavirus
(HPV) pada Kanker Serviks." Jurnal Biotek Medisiana Indonesia 8.1 (2019): 23-
32.
Sung, H. et al. (2021). Global Cancer Statistics 2020 : GLOBOCAN Estimates of
Incidence and Mortality Worldwide for 36 Cancers in 185 Countries. ACS
Journals, 71(3), pp. 209–49.

Anda mungkin juga menyukai