Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang menjadi momok
menakutkan bagi seluruh penduduk di penjuru dunia. Penyakit tersebut
termasuk dalam pembunuh terbanyak di kehidupan manusia. Tidak pandang
bulu, mulai dari bayi, anak-anak, remaja hingga lanjut usia pun memiliki risiko
terserang kanker berbeda dengan tumor jinak, sehingga terkadang orang-orang
terkecoh dengan kedua penyakit tersebut.
Kanker vagina biasanya merupakan akibat dari metastatis
koriokarsinoma atau dari kanker serviks atau kanker organ yang berkaitan
seperti uterus, vulva, kandung kemih, atau rectum. Faktor-faktor resiko kanker
serviks, pemajanan dietilstillbestron (DES) dalam uterus, kanker vagina atauu
kanker vulva sebelumnya, terapi radias terdahulu, riwayat papilomavirus
manusia (HPV) atau penggunaan kontrasepsi.
Kubah vagina mencakup bagian terbawah dari leher rahim dengan mulut
rahim. Di sebelah bawah, vagina berlanjut ke dalam vulva. Meliputi seluruh
panjangnya, vagina terletak diantara jalan kemih dan rectum. Hubungan
anatomis yang erat ini menentukan hubungan klinis satu sama lain dari
keganasan ketiga daerah ini.
Karena situasi anatomis ini, mudah terjadi pertumbuhan masuk dari
kanker vagina ke dalam kandung kemih, leher kandung kemih dan saluran
kemih sebelah depan serta ke poros usus disebelah belakang, pengaliran limfe
dari vagina adalah terlebih dahlu ke kelnjar limfe di panggul kecil.
Tumor ganas di daerah yang berbatasan dengan vulva, mempunyai aliran
limfe ke kelenjar lipat paha. Kanker primer dari vagina jarang ditemukan.
Namun pertumbuhan masuk dari kanker leher rahim di puncak vagina, banyak
terjadi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi ca vagina?
2. Seperti apakah klasifikasi ca vagina?
3. Apa etiologi ca vagina?

1
4. Apa saja faktor resiko terjadinya ca vagina?
5. Seperti apa patofisiologi terjadinya ca vagina?
6. Apakah tanda dan gejala ca vagina?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang pada ca vagina?
8. Bagaimana tata laksana pada ca vagina?
9. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan ca vagina?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui kajian teoritis mengenai ca vagina dan pelaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien dengan ca vagina.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pembaca
Menambah wawasan bagi pembaca untuk dapat mengutamakan
tindakan pencegahan dari penyakit ca vagina
2. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah bahan bacaan serta meningkatkan daya pikir dari mahasiswa
untuk berpikir kritis dengan panduan bahan referensi mengenai penyakit
ca vagina.
3. Bagi Keperawatan
Memberikan pengetahuan tentang kajian teoritis mengenai ca vagina dan
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan ca vagina sehingga pada
penerapan di lapangan dapat dilaksanakan denga optimal.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri atas tiga bab, bab I berisi pendahuluan, bab II berisi
tentang tinjauan teoritis, bab III berisi asuhan keperawatan pada ibu hamil
dengan plasenta previa dan bab IV berisi kesimpulan serta saran.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Vagina adalah saluran yang berhubungan langsung dengan bagian
terendah dari rahim, yaitu leher rahim/serviks. Dinding vagina yang dilapisi
oleh epitelium yang terbentuk dari sel-sel skuamosa memiliki banyak lipatan
yang membantu agar vagina tetap terbuka selama hubungan seksual atau proses
persalina berlangsung.
Kanker vaagina adalah jenis kanker yang langka. Kanker ini terletak di
dalam salurran menuju leher rahim atau pada dinding vagina. Kanker ini tidak
muncul secara tiba-tiba, tetapi berkembang selama bertahun-tahun. Kanker
yang muncul pada vagina akan menyebabkan kerusakan/luka pada lapisan
vagina yang bisa menimbulkan perdarahan dan infeksi.
B. Klasifikasi
1. Berdasarkan Jenisnya
a. Ca vagina Primer
Ca vagina Primer adalah kanker yang pertama kali muncul di
vagina.
b. Ca vagina Sekunder
Ca vagina Sekunder adalah kanker yang pertam kali muncul di
bagian tubu yang lain, namun menjalar ke vagina.
2. Berdasarkan Stadium Kanker
Stadium ca vagina menurtu sistem FIGO adalah sebagai berikut:
Stadium Penjelasan

0 Sel-sel kanker terbatas pada epitelium vagina danbelum


menyebar ke lapisan vagina lainnya. Pada stadium ini kanker
tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya.

I Kanker telah menyebar ke bawah epitelium tetapi masih


terbatas pada mukosa vagina.

IA Kanker berukuran kurang dari 2 cm dan telah tumbuh ke


dalam dinding vagina sedalam kurang lebih 1 milimeter.

3
IB Kanker lebih besar dari 2 cm dan telah menembus ke dalam
dinding vagina sedalam lebih dari 1 milimeter.

II Kanker telah menyebar ke jaringan ikat vagina tetapi belum


menyebar ke dinding panggul atau organ lain.

III Kanker telah menyebarke dinding panggul dan/atau telah


menyebar ke kelenjar getah bening pada isis yang sama
dengan area kanker berada.

IVA Kanker telah menyebar ke organ di dekat vagina seperti


kandung kemih dan/atau menyebar keluar panggul dan/atau
telah menyebar ke kelenjar etah bening pada kedua sisi
panggul.

IVB Kanker telah menyebar ke organ tubuh yang jauh, seperti


paru-paru, dll.

C. Etiologi
Ca vagina ini sendiri penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi
tampaknya penyakit ini melibatkan peningkatan kadar estrogen. Salah satu
fungsi estrogen yang normal adalah merangsang pembentukan lapisan epitel
pada rahim. Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan kepada hewan
percobaan di laboratorium menyebabkan hiperplasia endometrium dan kanker.
Adapun faktor ekstrinsik yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma
vagina adalah infeksi virus human papiloma virus (HPV).
D. Faktor Resiko
1. Wanita yang telah berumur 50 tahun atau telah memasuki masa menopause.
2. Obat hormon untuk mencegah keguguran yng digunakan secara berlebihan
dan dalm jangka waktu lama, seperti DES (dietilstilbestrol).
3. Wanita yang terkena infeksi HPV (Human Papiloma Virus), yaitu virus
penyebab kutil kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual.
4. Hubungan seksual dilakukan pada umur belasan tahun.
5. Pola seksual tidak sehat/berganti-ganti pasangan.
6. Wanita yang terkena kanker pada organ reproduksi lainnya.

4
7. Iritasi pada vagina.
8. Penggunaan alat kontrasepsi hormonal oral.
9. Genetik.
10. Merokok.
E. Patofisiologi
Ca vagina diduga kuat karena paparan HPV (Human Papiloma Virus)
disertai dengan brbagai faktor resiko yang mencetuskan terjadinya kanker ini.
Pada tahap awal kanker hanya berada pada lapisan epitelium dinding vagina
yang kemudiana kan meluas sesuai dengan stadium kanker berdasarkan lama
penyakit dan perkembangannya.
Semakin lanjut stadium ca vagina maka gejala yang dirasakan oleh
pasien akan semakin parah. Keluhan awal seperti keputihan yang berbau
disertai darah, nyeri pada saat bersenggama serta keluhan-keluhan lain
menunjukan adanya kelainan pada vagina.
F. Tanda dan Gejala
Gejala akibat adanya kanker padavagina relatif lebih mudah dideteksi
dibandingkan dengan kanker serviks atau kanker ovarium.
Beberapa gejala ca vagina adalah sebagai berikut:
1. Muncul rasa gatal dan benjolan pada vagina.
2. Keputihan yang mengandung darah dan berbau.
3. Terjadi perdarahan pervagina diluar siklus menstruasi.
4. Timbul luka di lapisan vagina yang dapat menyebabkan perdarahan dan
infeksi.
5. Nyeri pada panggul.
6. Terasa nyeri saat berhubungan seksual.
7. Terasa nyaeri saat buang air kecil.
8. Adanya benjolan abnormal pada vagina.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Kolposkopi yaitu pemeriksaan dinding vagina dengan bantuan kaca
pembesar.

5
2. Pemeriksaan Hematologi lengkap dan penanda tumor.
3. Pemeriksaan Pap smear.
4. X-ray, MRI, CT scan dan PET scan.
5. Biopsi.
H. Penanganan/Tata Laksana
1. Radioterapi
Cara ini merupakan penanganaan utama untuk ca vagina. Ada dua
jenis radioterapi.
a. Radioterapi Internal yaitu alat radioterapi berukuran kecil yang
dimasukan ke dalam vagina.
b. Radioterapai Eksternal yaitu alat radioterapi yang akan menembakan
sinar berenergi tinggi ke vagina dan panggul.
2. Pembedahan
a. Vaginektomi parsial
Pembedahan yag mengangkat bagian atas vagina. Pasien dapat
berhubungan intim setelah pulih.
b. Vaginektomi radikal
Pembedahan dimana seluruh vagina dan kelenjar getah bening
panggul akan diangkat. Setelah pulih pasien dapat melakukan hubungan
intim seusai menjalani rekontruksi vagina, namun harus menggunakan
pelumas seks.
c. Vaginektomi dan histerektomi radikal
Pembedahan untuk mengangkat seluruh vagina, rahim, ovarium,
tuba falopi dan kelenjar getah bening panggul.
d. Pelvic exenteration
Pembedahan untuk mengangkat seluruh vagina dan jaringan tubuh
disekelilingnya, termasuk kandung kemih dan rektum.
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik pada pasien ca vagina.
Kemoterapi adalah kombinasi radioterapi untuk mengontrol gejala-gejala
kanker. Pelaksanaan kemoterpai harus dengan kolaborasi dokter untuk

6
menentukan obat-obatan yang digunakan serta mengikuti protokol
kemoterapi sesuai advice.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA CA VAGINA
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Data Umum
Biodata klien dan keluarga , meliputi : nama, usia (seringkali
terjadi pada usia lanjut), pekerjaan, pendidikan terakhir, alamat, suku dan
golongan darah.
b. Keluhaan Utama
1) Keluar cairan dalam jumlah banyak seperti keputihan atau terkadang
seperti darah (bukan darah dalam siklus menstruasi).
2) Merasakan seperti ada benjolan atau sesuatu yang mengganjal di
dalam vagina.
3) Rasa nyeri ketika melakukan hubungan intim dan berkemih.
4) Nyeri panggul yang tak tertahankan.
c. Riwayat Kesehatan
1) Genetik
Faktor genetik dapat menjadi salah satu faktor penyebab ca
vagina.
2) Gaya Hidup
Gaya hidup yang tidak sehat perlu dikaji, dari riwayat pola
makan, obesitas, merokok, konsumsi alkohol, stress, dan pola seksual,
juga masturbasi.
3) Riwayat Obstetri
a) Riwayat penggunaaan alat kontrasepsi hormonal (pil KB yang
dikonsumsi terlalu lama dapat memberikan efek samping pemicu
ca vagina).
b) Menopause.
c) Riwayat pemakaian DES (dietilstilbestrol).

7
4) Riwayat Penyakit dan Operasi
a) Infeksi HPV (Human Papilloma Virus).
b) Riwayat menderita ca serviks sebelumnya.
c) Riwayat kesehatan genital warts (kutil kelamin) atau vaginitis
kronik.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-Tanda Vital
Perubahan tanda-tanda vital bisa saja terjadi pada pasien, akibat
stress terhadap penyakitnya yang membuat tidak nafsu makan yang
kemungkinkan menyebabkan kurang asupan nutrisi dan dehidrasi yang
mempengaruhi perfusi ke jaringan tidak optimal sehingga menyebabkan
perubahan haemodinamik.
b. Antopometri
Mengukur tinggi badan dan berat badan. Dan mengkaji adakah
kenaikan atau penurunan berat badan dari sebelumnya. Kenaikan berat
badan menandai kemungkinan adanya penyebaran kanker ke daerah yang
jauh seperti abdomen sehigga menyebabkan penumpukan cairan
peritoneum. Sedangkan penurunan berat badan menandakan
kemungkinan adanya gangguan nutrisi pasien akibat stress dan gejala
penyebaran kanker.
c. Inspeksi
1) Benjolan abnormal saat pemeriksaan panggul dan dinding vagina.
2) Adanya keluaran cairan keputihan yang berbau serta perdarahan di
luar siklus menstruasi.
3. Status Mental
Kaji tingkat kecemasan pasien, adakah gangguan dari dambaran diri
pasien yang semakin menimbulkan stress yang justru akan memperberat
keadaan pasien.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Kolposkopi yaitu pemeriksaan dinding vagina dengan bantuan kaca
pembesar.
b. Pemeriksaan Hematologi lengkap dan penanda tumor.

8
c. Pemeriksaan Pap smear.
d. X-ray, MRI, CT scan dan PET scan untuk melihat stadium penyebaran
kanker.
e. Pemeriksaan mikroskopik terhadap sampel jaringan vagina (biopsi).
B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi, cidera jaringan,
penyebaran kanker.
2. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi mengenai prosedur
pengobatan.
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik,
penyebab multiple.
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
proses penyakit dan terapi yang akan dijalan.
5. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah sekunder terhadap penyakit dan pengobatan
(kemoterapi).
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah baring.
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan tahapan perkembangan
penyakit dan terapi penyakit (post kemoterapi).
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi
kulit, radiasi.
9. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi terapeutik, nekrosis
jaringan, deficit pengetahuan tentang ca vagina.
10. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
volume cairan aktif (perdarahan), dehidrasi intraseluler.
11. Resiko infeksi berhubungan dengan imunitas tidak adekuat, pemajanan
terhadap pathogen meningkat.

9
C. Intervensi Keperawatan dan Rasional
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi, cidera jaringan,
penyebaran kanker.
Tujuannya adalah skala nyeri berkurang.
Kriteria hasil :
a. Klien mampu mengontrol nyeri
b. Tahu penyebab nyeri
c. Mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala , intensitas frekuensi dan tanda nyeri)
d. Klien merasa nyaman
e. Ekspresi wajah klien tenang

Intervensi Rasional

1) Kaji keluhan nyeri, perhatikan 1) Mengkaji skala nyeri pasien akan


lokasi, lama, skala (0-10) berguna untuk menentukan
perhatikan verbal dan non verbal. intervensi yang akandiberikan,
baik dengan nonfarmakolgi
ataupun farmakologi.
2) Peningkatan atau penurunan
tanda-tanda vital
2) Obs.TTV (nadi, respirasi, tekanan
mengindikasikan adanya
darah).
gangguan hemodnamik, nyeri
ataupun tekanan/stress yang
dialami pasien.
3) Posisi yang nyaman akan
membantu mebuat pasien tenang.
4) Modifikasi ruangan teraputik
bertujuan untuk memberikan
distraksi dan relaksasi bagi

10
3) Bantu pasien posisi yang nyaman. pasien.
5) Nafas dalam akan meningatkan
ekspansi paru dan memberikan
4) Ciptakan lingkungan yang efek relaksasi, distraksi pasien
nyaman (suhu ruangan, padahal-hal yang disenangi dan
pencahayaan, dan kebisingan). mampu untuk dilakukan.
6) Posisi istirahat akan menurunkan
5) Ajarkan teknik non farmakologi beban kerja tubuh dan
(relaksasi nafas dalam, distraksi). memberikan efek relaksasi yang
diharapkan mengurangi nyeri.
7) Analgetik diperlukan jika skala
nyeri pasien semakin meningkat
dan nyeri tersebut dapat
memperburuk kondisi pasien.
6) Tingkatkan istirahat.

7) Kolaborasi untuk pemberian


analgetik.

2. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi mengenai prosedur


pengobatan.
Tujuannya adalah ansietas berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
a. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan tehnik untuk
mengontrol cemas
c. Vital sign dalam batas normal

11
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktifitas
menunjukan berkurangnya cemas

Intervensi Rasional

1) Anjurkan pasien mengutarakan 1) Mengungkapkan perasaan dapat


isi hatinya. mengurangi beban perasaan
pasien.
2) Beri motivasi agar dapat 2) Kecemasan akan membuat
mengendalikan kecemasannya. tekanan darah dan nadi meningkat
dan menyebabkan kontraksi yang
akan memperburuk perdarahan
pada pasien.
3) Mengurangi stressor pasien akibat
3) Berikan posisi yang nyaman dan ketidaknyamanan.
lingkungan yang terapeutik. 4) Relaksasi dan distraksi akan
4) Anjurkan teknik relaksasi dan mengalihkan perhatian pasien
distraksi, misalnya dengan pada hal yang positif.
berdzikir. 5) Memberikan informasi agar
5) Jelaskan tujuan dari setiap pasien kooperatif dan tidak
tindakan yang akan dilakukan. bertambah cemas.
6) Perhatian dan dukungan dari
6) Anjurkan untuk menghadirkan orang-orang terdekat akan
orang-orang terdekat pasien. meningkatkan motivasi pasien
danmengurangi kecemasan.

3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik,


penyebab multiple.
Tujuannya adalah pola eliminasi urin kembali normal.
Kriteria hasil :
a. Kandung kemih kosong secara penuh
b. Tidak ada residu urin >100-200 cc
c. Tidak ada spasme bladder

12
d. Balance cairan seimbang

Intervensi Rasional

1) Kaji pola berkemih dan haluaran 1) Waspadai adanya perubahan pola


urin (warna, bau, kejernihan dan dan haluaran seperti darah untuk
jumlah urin). intervensi selanjutnya.
2) Untuk memastikan tidak ada
2) Palpasi kandung kemih. spasme bladder akibat
penumpukan urin.
3) Untuk menentukan intervensi
perlu atau tidaknya pemasangan
folley catheter.
3) Kaji ketidaknyamanan dan
4) Menjaga area perineal dari resiko
ketidakmampuan berkemih.
infeksi dan menjaga
4) Berikan perawatan kebersihan
kenyamanannya.
perineal dan kateter (bila ada).

D. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan.
E. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang digunakan


sebagai alat untuk menilai keberhasilan dalam asuhan keperawatan dan proses
ini berlangsung terus menerus yang diarahkan pada pencapaian tujuan.
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan plasenta
previa, seorang perawat harus melakukan evaluasi dari setiap intervensi yang
telah ditetapkan yang mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang telah dibuat
sebelumnya.
Evaluasi formatif/jangka pendek dilakukan secepatnya setelah tindakan
keperawatan dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif/jangka panjang dialkukan

13
pada akhir tindakan keperawatan paripurna sebagai metode dalam
memonitoring kualitas dn efisiensi tindakan yang telah diberikan.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker vagina adalah jenis kanker yang langka. Kanker ini terletak di
dalam saluran menuju leher rahim atau pada dinding vagina.
Ca vagina ini sendiri penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi
tampaknya penyakit ini melibatkan peningkatan kadar estrogen. Salah satu
fungsi estrogen yang normal adalah merangsang pembentukan lapisan epitel
pada rahim. Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan kepada hewan
percobaan di laboratorium menyebabkan hiperplasia endometrium dan kanker.
Adapun faktor ekstrinsik yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma
vagina adalah infeksi virus human papiloma virus (HPV).
Gejala akibat adanya kanker padavagina relatif lebih mudah dideteksi
dibandingkan dengan kanker serviks atau kanker ovarium.
Beberapa gejala ca vagina adalah muncul rasa gatal dan benjolan pada
vagina, keputihan yang mengandung darah dan berbau, terjadi perdarahan

14
pervagina diluar siklus menstruasi, timbul luka di lapisan vagina yang dapat
menyebabkan perdarahan dan infeksi, nyeri pada panggul, terasa nyeri saat
berhubungan seksual, terasa nyaeri saat buang air kecil, adanya benjolan
abnormal pada vagina.
Adapun penatalaksanaan dari ca vagina adalah dengan radioterapi,
pembedahan serta kemoterapi. Ketiga tindakan ini harus dikolaboraskan
dengan ahli medis lain yang mumpuni di bidangnya sehingga pelayanan
keperawatan dapat berjalan dengan optimal.
B. Saran
1. Bagi Pembaca
Semoga dengan penjelasan pada makalah ini para pembaca dapat
mewaspadai tanda dan gejala ca vagina dan berusaha menjaga diri dari
kemungkinan-kemungkinan serta faktor resiko yang dapat dimodifikasi dari ca
vagina, dengan melakukan screening awal seperti pemeriksaan pap smear serta
menjaga pola hidup sehat dan menghindari srtess.
2. Bagi institusi Pendidikan
Diharapkan instutusi pendidikan khususnya perpustakaan Fakultas
Keperawatan UNPAD dapat memberikan lebih banyak buku referensi tentang
ca vagina untuk memudahkan akses mahasiswa dari sumber yang terpercaya.
3. Bagi Keperawatan
Diharapkan perawat dapat lebih memahami konsep asuhan keperawatan
pada pasien dengan ca vagina pada seluruh proses keperawatan. Serta dapat
menjaga diriya dari kemungkinan-kemungkinan terserangnya penyakit ini
dengan screening awal serta menjaga pola hidup sehat.

15

Anda mungkin juga menyukai