KONSEP TEORI
1.1 Pengertian
Gagal ginjal kronis atau chronic kidney disease merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat dunia, kerusakan ginjal yang terjadi membuat
ginjal tidak bisa membuang racun dan produk sisa dalam darah yang diatandai
dengan adanya protein dalam urine serta menurunnya laju filtrasi glomerulus
(Andriani dan mailani, 2017).
Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang menyebabkan fungsi
organ ginjal mengalami penurunan hingga dimana tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolism dan keseimbanga cairan dan elektrolit sehingga
menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (Masi dan
Kundre, 2018).
Chronic Kidney Disease (CKD) atau yang biasa disebut gagal ginjal kronis
adalah kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa
kelainan pada struktural atau fungsional ginjal dengan atau tanpa penurunan laju
filtrasi glomerulus (GFR) dengan manifestasi patologis dan tanda kelainan ginjal
antara lain kelainan komposisi darah atau urin (Rahman dan Santika, 2021).
Gagal ginjal kronik merupakan istilah yang digunakan oleh tenaga medis
untuk menggambarkan terjadinya kerusakan ginjal yang telah berlangsung lebih
dari 3 bulan dan bersifat progresif, kerusakan yang bisa terjadi berupa gangguan
bentuk dari ginjal bahkan gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan penurunan
laju penyaringan ginjal (LFG) dengan nilai <60 ml/menit yang memberikan
implikasi kepada kesehatan (Rasyid, 2017)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronis adalah
kerusakan pada ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa kelainan fungsional
dan structural pada ginjal sehingga tidak mampu mempertahankan lingkungan
yang cocok untuk kelangsungan hidup.
1.2 Etiologi
Menurut (sylvia, 2017), banyak kondisi klinis yang menyebabkan terjadinya gagal
ginjal kronis. Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan gagal
ginjal kronis (GGK) dapat disebabkan dari ginjal sendiri maupun luar ginjal.
a. Penyakit dari ginjal
1 Penyakit dari saringan (glomerulus) glomerulonephritis
2 Infeksi kuman, peilonefritis, urethritis
3 Batu ginjal (nefrolitiasis)
4 Kista di ginjal ( polcystis kidney)
5 Trauma langsung pada ginjal
6 Keganasan pada ginjal
7 Sumbatan : batu, tumor, penyempitan
b. Penyakit umum diluar ginjal
1 Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi
2 Dyslipidemia
3 Systemic lupus erythematosus (SLE)
4 Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
5 Preeklamsia
6 Obat-obatan
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis
a. Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan
dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis)
b. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan
melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka
dilakukan :
KONSEP KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Data fokus yang berhubungan dengan gagal ginjal kronis meliputi adanya
tingkat kesadaran, nyeri pinggang, mual-mual sampai muntah, sakit kepala,
kelemahan, kulit kering dan bersisik, Menurut Sylvia (2017) pengkajian yang
perlu dilakukan pada pasien dengan diagnose gagal ginjal kronis antara lain :
1. Biodata
a. Nama
b. Nomor registrasi
Merupakan nomor rekam medic pasien yang bersifat rahasia
dikarenakan terdapat data-data penting mengenai pasien.
c. Usia
Usia pasien gagal ginjal kronik bervariasi tidak hanya di usia lansia
saja, namun juga ada pada usia dewasa (usia 30-60 tahun)
d. Jenis kelamin
Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian ggal ginjal, namun laki-
laki sering muncul resiko lebih tinggi karena terkait pekerjaan dan pada
pola hidup sehat
e. Alamat
Alamat tempat tinggal sekarang dan ditulis secara lengkap seperti nama
jalan, RT, RW, Desa atau kelurahan, dan blok.
2. Airway
Adanya sumbatan jalan napas atau tidak.
3. Breathing
Pasien belum sadar dilakukan evaluasi seperti pola napas, tanda-tanda
obstruksi, pernapasan cuping hidung, frekuensi napas, pengerakan rongga
dada: apakah simetris atau tidak, suara napas tambahan: apakah tidak ada
obstruksi total, udara napas yang keluar dari hidung, sianosis pada
ekstremitas, auskultasi: adanya wheezing atau ronkhi.
4. Sirculation
Tanda-tanda vital biasanya naik terutama tekanan darah dan pernapasan,
terdapat nyeri pada pinggang sampai tembus ke perut depan, terdapat
kondisi pasien mual mual hingga muntah
5. Disability
Adanya lemah atau letargi, lelah, kaku, hilang keseimbangan, perubahan
kasadaran bisa sampai koma. Penilaiannya menggunakan Glasgow Coma
Scal atau GCS dengan memperhatikan 3 aspek yaitu eye (E), verbal (V),
dan Motorik (M). Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score)
dengan rentang angka 1-6 tergantung responnya
- Compos Mentis(conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya,
dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
- Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.Delirium, yaitu gelisah, disorientasi
(orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi,
kadang berhayal.
- Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih
bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal
- Stupor (stupor koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri
- Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya),
6. Pengkajian sekunder
a. keluhan utama: keluhan utama biasanya nyeri pada pinggang, kencing
sedikit, edema pada kaki, mual,muntah, mulut terasa kering, rasa lelah
dan sesak nafas.
b. Keluhan penyakit saat ini: mekanisme terjadinya.
c. Riwayat penyakit terdahulu: Kaji adanya riwayat gagal ginjal akut, Kaji
adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan
yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi pada
masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk
dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu
a. Kepala
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran
telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir
kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
b. Leher
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher
c. Dada
Biasanya terdapat Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-
debar. Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris,
terdengar suara tambahan pada paru (ronkhi basah), terdapat pembesaran
jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
d. Abdomen
Biasanya perut Nampak buncit, palpasi terdengar suara timpani pada regio
2 karena terdapat gas pada lambung, Terjadi peningkatan nyeri, penurunan
peristaltik, turgor menurun
e. Ekstremitas
Secara abnormal urin keruh, mungkin disebabkan oleh pus, bakteri, lemak,
partikel koloid, fosfat lunak, sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan
adanya darah, Hb, mioglubin, forfirin.
f. Genitalia
Kegagalan ginjal secara menyeluruh dapat mengakibatkan penurunan
output urine sekitar 500-700 ml/hari, Secara abnormal urin keruh,
mungkin disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat lunak,
sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, mioglubin,
forfirin.
2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita gagal ginjal
kronis antara lain :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas.
2. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi.
3. Nausea berhubungan dengan gangguan biokimiawi (uremia).
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
5. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
2.3 Intervensi Keperawatan
Observasi
Tingkat Nausea
(L.08065) 1. Identifikasi pengalaman mual
Setelah dilakukan 2. Identifikasi isyarat nonverbal
tindakan keperawatan ketidak nyamanan (mis. Bayi,
diharapkan tingkat anak-anak, dan mereka yang
nausea menurun dengan
kriteria hasil tidak dapat berkomunikasi
1. Nafsu makan secara efektif)
meningkat 3. Identifikasi dampak mual
2. Keluhan mual terhadapkualitas hidup (mis.
menurun Nafsu makan, aktivitas,
3. Perasaan ingin kinerja, tanggung jawab
muntah menurun peran, dan tidur)
4. Perasaan asam 4. Identifikasi faktor penyebab
dimulut menurun mual (mis. Pengobatan dan
5. Sensasi panas prosedur)
menurun 5. Identifikasi antiemetik untuk
6. Sensasi dingin mencegah mual (kecuali mual
menurun pada kehamilan)
7. Frekuensi 6. Monitor mual (mis.
menelan Frekuensi, durasi, dan tingkat
menurun keparahan)
8. Diaphoresis 7. Monitor asupan nutrisi dan
menurun kalori
9. Jumlah saliva
Terapeutik
menurun
10. Pucat membaik
1. Kendalikan faktor lingkungan
11. Takikardia
penyebab mual (mis. Bau tak
membaik
sedap, suara, dan rangsangan
12. Dilatasi pupil
visual yang tidak
membaik
menyenangkan)
2. Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual (mis.
Kecemasan, ketakutan,
kelelahan)
3. Berikan makan dalam jumlah
kecil dan menarik
4. Berikan makanan dingin,
cairan bening, tidak berbau
dan tidak berwarna, jika perlu
Edukasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu
Toleransi Aktivitas
Observasi
(L.05047)
Setelah dilakukan 1. Identifkasi gangguan fungsi
tindakan keperawatan tubuh yang mengakibatkan
diharapkan toleransi
kelelahan
Aktivitas meningkat
2. Monitor kelelahan fisik dan
dengan kriteria hasil:
emosional
1. Frekuensi nadi
3. Monitor pola dan jam tidur
meningkat
4. Monitor lokasi dan
2. Saturasi oksigen
ketidaknyamanan selama
meningkat
melakukan aktivitas
3. Kemudahan
dalam melakukan
Terapeutik
aktivtas sehari
hari meningkat 1. Sediakan lingkungan nyaman
4. Kecepatan dan rendah stimulus (mis.
berjalan cahaya, suara, kunjungan)
meningkat 2. Lakukan rentang gerak pasif
5. Jarak berjalan dan/atau aktif
meningkat 3. Berikan aktivitas distraksi
6. Kekuatan tubuh yang menyenangkan
bagian atas 4. Fasilitas duduk di sisi tempat
meningkat tidur, jika tidak dapat
7. Kekuatan tubuh berpindah atau berjalan
bagian bawah
Edukasi
meningkat
8. Toleransi dalam
1. Anjurkan tirah baring
menaiki tangga
2. Anjurkan melakukan
meningkat
aktivitas secara bertahap
9. Keluhan lelah
3. Anjurkan menghubungi
menurun
perawat jika tanda dan gejala
10. Dyspnea saat
kelelahan tidak berkurang
aktivitas
4. Ajarkan strategi koping untuk
menurun
mengurangi kelelahan
11. Dyspnea setelah
aktivitas
menurun
12. Perasaan lemah
menurun Kolaborasi
13. Aritmia saat
aktivitas 1. Kolaborasi dengan ahli gizi
menurun tentang cara meningkatkan
14. Aritmia setelah asupan makanan
aktivitas
menurun
15. Sianosis menurun
16. Warna kulit
membaik
17. Tekanan darah
membaik
18. Frekuensi napas
membaik
19. EKG iskemia
membaik
5 Resiko Menurut Tim Pokja Menurut Tim Pokja PPNI (2018).
jatuh PPNI (2019) kriteria Intervensi pada Resiko jatuh adalah
hasil yang didapatkan
Pencegahan jatuh (I.14540)
adalah
Observasi
Tingkat Jatuh
(L.14138) 1 Identifikasi faktor risiko jatuh (
Setelah dilakukan mis usia > 65 tahun ,
tindakan keperawatan penurunan tingkat kesadaran ,
diharapkan tingkat jatuh defisit kognitif , hipotensi
menurun dengan kriteria ortostatik , gangguan
hasil keseimbangan , gangguan
1. Jatuh dari tempat penglihatan , neuropat )
tidur menurun 2 Identifikasi risiko jatuh
2. Jatuh saat berdiri setidaknya sekali setiap shift
menurun atau sesuai dengan kebijakan
3. Jatuh saat duduk institusi
menurun 3 Identifikasi faktor lingkungan
4. Jatuh saat yang meningkatkan risiko
berjalan menurun jatuh ( mis . lantai licin ,
5. Jatuh saat penerangan kurang )
dipindahkan 4 Hitung risiko jatuh dengan
menurun menggunakan skala ( mis . Fall
6. Jatuh saat naik Morse Scale , Humpty Dumpty
tangga menurun Scale ) , Jika perlu
7. Jatuh saat di 5 Monitor kemampuan
kamar mandi berpindah dari tempat tidur ke
menurun kursi roda dan sebaliknya
8. Jatuh saat 6 Terapeutik
membungkuk 7 Orientasikan ruangan pada
menurun pasien dan keluarga
8 Pastikan roda tempat tidur dan
kursi roda selalu dalam kondisi
terkunci
9 Pasang handrall tempat tidur
10 Atur tempat tidur mekanis
pada posisi terendah
11 Tempatkan pasien berisiko
tinggi jatuh dekat dengan
pantauan perawat dari nurse
station
12 Gunakan alat bantu berjalan
( mis . kursi roda , walker )
13 Dekatkan bel pemanggil dalam
jangkauan pasien
Edukasi
Rahman, Shahrul., & Shantika. Kasih. (2021). Faktor Penyebab Penyakit Ginjal
Kronik Pada Pasien Yang Menjalani Terapi Hemodialisis Di Unit
Hemodialisis Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida Medan Tahun 2019.
Jurnal Ilmiah Simantek Vol. 5 No. 2 Mei 2021
Rasyid, Nur. (2017). Milestones of kidney transplantation in Indonesia. Medical
Journal of Indonesia, 26(3), 229-36.
Sylvia P & Lorraine W. (2017). Patofisiologi Konsep klinis Proses-proses
penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.