Disusun oleh:
Afentiani Rizky (2042915170
Muhammad Suparta (2042915170
Pratiwi Nurnovianti (204291517037)
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..................................................................................5
C. Ruang Lingkup.....................................................................................6
D. Merode Penelitian.................................................................................6
E. Sistematika Penulisan...........................................................................6
A. Konsep Dasar........................................................................................8
1. Anatomi Fisiologi...........................................................................8
2. Definisi...........................................................................................20
3. Etiologi...........................................................................................21
4. Patofisiologi....................................................................................21
5. Menifestasi Klinik..........................................................................24
6. Komplikasi......................................................................................25
7. Penatalaksaan Medis.......................................................................25
B. Asuhan Keperawatan ...........................................................................27
1. Pengkajian ......................................................................................27
2. Diangnosa keperawatan..................................................................31
3. Intervensi keperawatan...................................................................32
4. Implementasi Keperawatan............................................................35
iii
5. Evaluasi...........................................................................................37
A. Kesimpulan...........................................................................................42
B. Saran.....................................................................................................43
Daftar Pustaka...................................................................................................44
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
melakukan satu atau dua fungsi pertukaran gas yaitu oksigenasi dan
1
dan terapi intervensi telah berkembang dengan pesat, namun gagal
yang lama (Brunner & Suddarth, 2002, hlm 658). Dampak dari
reflek glotis, reflek faring dan reflek laring tertekan karena tidak dapat
digunakan dalam waktu yang lama dan terjadi iritasi akibat endo
2
dengan angka mortalitas 24% pada usia 15-19 tahun dan 60% pada usia
kasus per 100.000 populasi per tahun. Kasus ARDS di Taiwan semakin
terdapat kenaikan sebanyak 50% dari tahun 1997 sampai tahun 2011.
di rumah sakit yaitu sebesar 5.1% pada tahun 2017 berdasarkan data
3
kematian secara keseluruhan yaitu 11 (14,29%) pasien, dan 10 (90,90%)
al, 2009).
4
praktik keperawatan yang dilakukan dengan cara yang sistematik.
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep gagal nafas serta asuhan
b. Tujuan Khusus
1. Diketahui anatomi fisiologi system pernafasan
5
7. Diketahui penatalaksanaan medis dari gagal nafas.
C. Ruang lingkup
Ruang lingkup penulisan asuhan keperawatan ialah pada kasus Gagal napas
secara teoritis
D. Metode penelitian
digunakan adalah dengan cara memperoleh bahan ilmiah yang bersifat teoritis
E. Sistematika penulisan
Adapun sistematika penulisan Asuhan Keperawatan ini terdiri dari tiga bab
yaitu:
a. BAB I PENDAHULUAN
penulisan.
Bab ini penulis menjelaskan tentang landasan teori medis dan konsep
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
Anatomi pernafasan
a. Hidung
dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di
dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung (Syaifuddin, 2006). Bagian
8
depan terdapat nares (cuping hidung) anterior dan di belakang berhubungan
nares anterior, dan bagian respirasi. Permukaan luar hidung ditutupi oleh
folikel rambut yang kaku dan besar. Rambut pada hidung berfungsi menapis
benda-benda kasar yang terdapat dalam udara inspirasi (Graaff, 2010; Pearce
2007). Pada dinding lateral hidung menonjol tiga lengkungan tulang yang
atau jaringan erektil yaitu pleksus vena besar, berdinding tipis, dan dekat
dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut
koana. Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari
tekak dengan rongga pendengaran tengah, saluran ini disebut tuba auditiva
Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata disebut tuba lakminaris
9
(Graaff, 2010). Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas.
paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis
pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus
ujung syaraf penciuman yang menuju ke konka nasalis, yang terdapat sel-sel
merupakan saluran otot yang terletak tegak lurus antara dasar tengkorak
mulut sebelah depan ruas tulang leher, ke atas berhubungan dengan rongga
ini dinamakan adenoid. Di sebelahnya terdapat 2 buah tonsil kiri dan kanan
10
dari tekak. Di sebelah belakang terdapat epiglottis (empang tenggorok) yang
belakang dan atas palatum molle. Pada bagian ini terdapat dua struktur
dan tuba auditory. Tuba Eustachii bermuara pada nasofaring dan berfungsi
tidak sama, telinga terasa sakit. Untuk membuka tuba ini, orang harus
lunak dan tulang hyodi. Pada bagian ini traktus respiratory dan traktus
lidah. Dasar atau pangkal lidah berasal dari dinding anterior orofaring,
bagian orofaring ini memiliki fungsi pada sistem pernapasan dan sistem
digestif. Udara melalui bagian anterior ke dalam larings dan makanan lewat
c. Laring
Bagian ini dapat ditutup oleh epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan
yang berfungsi menutupi laring pada waktu kita menelan makanan. Laring
1. Kartilago tiroid (1 buah) terletak di depan jakun sangat jelas terlihat pada
pria
Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian
hasil dari kerjasama antara rongga mulut, rongga hidung, laring, lidah, dan
bibir. Pada pita suara palsu tidak terdapat otot, oleh karena itu pita suara
ini tidak dapat bergetar, hanya antara kedua pita suara tadi dimasuki oleh
aliran udara maka tulang rawan gondok dan tulang rawan bentuk beker
12
tadi diputar. Akibatnya pita suara dapat mengencang dan mengendor
dengan demikian sela udara menjadi sempit atau luas. Pergerakan ini
dibantu pula oleh otot-otot laring, udara yang dari paru-paru dihembuskan
dan menggetarkan pita suara. Getaran itu diteruskan melalui udara yang
panjangnya pita suara. Pita suara pria jauh lebih tebal daripada pita suara
d. Trakea
16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan. Panjang trakea 9-11 cm
dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
lendir. Lendir ini berfungsi untuk penyaringan lanjutan udara yang masuk,
menjerat partikel-partikel debu, serbuk sari dan kontaminan lainnya. Sel silia
ditelan atau dikeluarkan melalui rongga mulut. Hal ini bertujuan untuk
yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina
e. Bronkus
13
Bronkus merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat
percabangan ini disebut karina. Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan
kiri, bronkus lobaris kanan terdiri 3 lobus dan bronkus lobaris kiri terdiri 2
jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik dan syaraf. Berikut adalah organ
f. Paru-Paru
14
Letak paru-paru di rongga dada, menghadap ke tengah rongga dada atau
selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, pleura visceral
parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Pada keadaan
antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas (Silverthon,
alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas
15
Fisiologi Sistem Pernapasan
a. Pernapaan Paru
pada paruparu. Oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu
berakhir sampai pada mulut dan hidung. Pernapasan pulmoner (paru) terdiri
paru-paru.
2001;Syaifuddin,2006).
Syaifuddin,2006).
b. Pernapasan sel
dari jaringan secara keseluruhan tidak cukup bila O2 tidak larut dalam darah
kali dan reaksi CO2 menaikkan kadar CO2 dalam darah mnjadi 17 kali
jumlahnya yang masuk ke dalam paru-paru, pertukaran gas yang cukup pada
darah. Aliran darah bergantung pada derajat konsentrasi dalam jaringan dan
sebagai berikut:
18
2) Tahap II: darah mengalir dari jantung, menuju ke paru-paru untuk
dalam darah.
19
terjadinya difusi oksigen yang cepat dari pembuluh kapiler ke
oleh selisih antara garis kelarutan CO2 dan garis kadar total CO2
2. Definisi
Gagal napas adalah kondisi klinis yang terjadi ketika sistem pernapasan
lebih rendah dari 60 mmHg dan/atau PaCO2 lebih tinggi dari 50 mmHg. Gagal
napas diklasifikasikan berdasarkan kelainan gas darah menjadi 2 tipe yaitu tipe
1 dan tipe 2.
Gagal napas tipe 1 (hipoksemik) memiliki PaO2 < 60 mmHg dengan PaCO2
normal atau subnormal. Pada tipe ini, pertukaran gas terganggu pada tingkat
21
Juga, gagal napas diklasifikasikan menurut onset, perjalanan, dan durasinya
3. Etiologi
Ada beberapa penyebab gagal nafas menurut Shebl, E., & Burns, B. (2018)
yaitu meliputi:
a. Penyebab SSP karena depresi dorongan saraf untuk bernapas seperti pada
b. Gangguan sistem saraf perifer: Kelemahan otot pernapasan dan dinding dada
c. Obstruksi saluran napas atas dan bawah: karena berbagai penyebab seperti
pada kasus eksaserbasi penyakit paru obstruktif kronik dan asma bronkial
akut berat
4. Patofisiologi
22
nafas akut biasanya paru-paru kembali ke asalnya. Pada gagal nafas
yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat
23
5. Manifestasi Klinik
24
Ada beberapa tanda dan gejala menurut Shebl, E., & Burns, B. (2018) yaitu
meliputi:
- Dispnea, iritabilitas
- Takikardia, aritmia
- Takipnea
- sianosis
- Sakit kepala
- Perubahan perilaku
- Koma
- Asteriksis
- Papilloedema
- Ekstremitas hangat
pernapasan akut.
6. Komplikasi
25
Menurut Shebl, E., & Burns, B. (2018) Komplikasi dari gagal napas dapat
disebabkan oleh gangguan gas darah atau dari pendekatan terapeutik itu
sendiri diantaranya:
akut.
d. Ginjal: gagal ginjal akut dapat terjadi karena hipoperfusi dan/atau obat
nefrotoksik.
7. Penatalaksanaan Medis
a. Koreksi Hipoksemia
26
Oksigen dapat diberikan melalui beberapa rute tergantung pada situasi
c. Ventilasi mekanis
- Ketidakstabilan hemodinamik
mm Hg
27
- Pilihan dukungan ventilasi invasif atau non-invasif tergantung pada
tidak ada indikasi mutlak untuk ventilasi mekanis invasif atau intubasi
hipoventilasi obesitas.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
(Walid 2019)
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
b. Pengkajian Sekunder
menular.
c. Pengkajian Primer
1. Airway
2. Breathing
3. Circulation
Papiledema.
4. Disability (kesadaran)
bicara.
d. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breathing)
30
cepat dan dangkal, serta adanya retraksi sternum dan intercosta space
(ICS). Nafas cuping hidung pada sesak berat. Pada klien biasanya
dada yang meningkat karena batuk. Gagal napas yang disertai komplikasi
biasanya di dapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.
juga di dapatkan bunyi nafas melemah dan bunyi nafas tambahan ronkhi
b. B2 (Blood)
jantung tambahan
c. B3 (Brain)
d. B4 (Bladder)
31
Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan
e. B5 (Bowel)
badan.
f. B6 (Bone)
aktivitas sehari-hari.
2. Diagnosa Keperawatan
– perfusi. (D.0003)
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan.
(D.0001)
3. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi Keperawatan
32
O Keperawatan Keperawatan Indonesia Indonesia
( SLKI ) ( SIKI )
1. Gangguan Setelah dilakukan intervensi A. Pemantauan Respirasi (I.01014)
Pertukaran gas keperawatan selama 3 X 24 Observasi
berhubungan jam pertukaran gas - Monitor frekuensi,
dengan meningkat dengan kriteria
irama,kedalaman dan upaya
ketidakseimbangan hasil :
ventilasi – perfusi. - Tingkat kesadaran napas
( D.0003)
meningkat - Monitor pola napas( seperti
- Dyspnea menurun bradipnea, takipnea,
- Bunyi nafas tambahan hiperventilasi, kussmaul, cheyne-
menurun stokes, biot, atksik)
- Nafas cuping hidung - Monitor adanya sumbatan jalan
menurun napas
- PCO2 Membaik - Palpasi kesimetrisan ekspansi
- PO2 Membaik paru
Terapeutik
- Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
33
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan
nafas
- Berikan oksigen tambahan, jika
perlu
- Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingkat mobilitas
pasien
34
- Volume tidal meningkat otot bantu nafas
- Dipsnea menurun
Terapeutik
- Penggunaan otot bantu - Pertahankan kepatenan jalan
nafas menurun nafas
- PCO2 Membaik - berikan oksigen sesuai
- PO2 Membaik kebutuhan ( missal, nasal kanul,
- Takikardia membaik masker wajah, masker
rebreathing atau non rebreathing)
- gunakan bag valve mas, jika perlu
Terapeutik
- Atur ventilator agar paCO2 optimal
- Pertahankan suhu tubuh normal.
4. Implementasi Keperawatan
1. Tahap Persiapan
36
d. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan (waktu, tenaga,
alat).
pelayanan kesehatan.
2. Tahap Pelaksaan
d. Kompeten.
a) Aktivitas/tindakan perawat.
b) Hasil/respons pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan.
A. Macam Evaluasi
tercapai.
paripurna.
38
c. Menjelaskan keberhasilan/ketidakberhasilan.
B. Komponen SOAP/SOAPIER
S: Data Subjektif
O: Data Objektif
perawat secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah
A: Analisis
suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga
P: Planning
39
Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
ada dapat ditentukan bila timbul masalah baru atau rencana tindakan
Yang sudah tidak kompeten lagi untuk menyelesaikan masalah yang ada.
I: Implementasi
E: Evaluasi
R: Reassesment
40
Reassesment adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap
Keperawatan Perkembangan
41
BAB III
42
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal napas adalah kondisi klinis yang terjadi ketika sistem pernapasan
lebih rendah dari 60 mmHg dan/atau PaCO2 lebih tinggi dari 50 mmHg.
adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas.
invasif tergantung pada situasi klinis, apakah kondisinya akut atau kronis, dan
Jika tidak ada indikasi mutlak untuk ventilasi mekanis invasif atau intubasi
dan jika tidak ada kontraindikasi untuk ventilasi non-invasif, ventilasi non-
43
obstruktif kronik (PPOK), edema paru kardiogenik. dan sindrom hipoventilasi
obesitas.
B. Saran
44
DAFTAR PUSTAKA
Bechard, L.J. et al. (2016)’ Nutritional status based on body mass index is associated
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta
Yogyakarta : Gosyen
Jakarta
Kementrian Kesehatan RI. 2017. Bahan ajar Kebidanan Anatomi dan Fisiologi.
Murni, D et al. (2016). Kajian Faktor Organisasi Dengan Kinerja Perawat Pelaksana
45
Riskesda. (2017). Riset Kesehatan Dasar, http:// www. depkes. go.id/resources /
seotember 2021.
46
Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2016.Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
47