Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN TUTORIAL

MODUL 1
KELOMPOK 10
( SKENARIO 2)

Tutor : dr. Asdar, Sp.B

OLEH :

1. Julidan Ade Pangestu (105421110117)


2. Cahaya Amelia (105421110319)
3. Andi Nurul Falah Isjar Syamsuri (105421110319)
4. Rizka Rafidah Huzaima (105421110319)
5. Restu Aulia Syam (105421110419)
6. Siti Khofifatul Ashlah (105421110519)
7. Andi Diar Trisdiyana. MG (105421110619)
8. Putri Dessyani (105421110719)
9. Susi Susanti (105421110817)
10. Naufal Egi Pratama Putra (105421110819)
11. Nydri Dwi Arsil (105421110919)
12. Miftahulfahra Maulani Indri (105421111019)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN 2021/2022

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan laporan tutorial modul 1 (Kuning).
Salam serta Shalawat kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada setiap pihak yang telah
mengampu dalam penyusunan laporan ini selama masa tutorial khususnya kepada dr. Asdar
Sp.B sebagai pembimbing kami, yang telah membantu selama proses tutorial berlangsung
dan kepada ketua maupun teman-teman yang mambantu dalam bentuk materi, sehingga
laporan hasil tutorial modul 1 (Kuning) dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari laporan ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada


bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan
laporan ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga penulisan laporan ini
dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar,

Penulis
PEMBAHASAN SKENARIO

A. SKENARIO 2
Seorang ibu datang ke Rumah Sakit membawa bayi perempuannya yang baru
berumur 3 hari dengan keluhan kulit bayi berwarna kuning. Pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan tanda yang signifikan selain kulit dan mata bayi tampak kuning. Bayi
dilahirkan cukup bulan melalui persalinan normal yang dibantu oleh Bidan Polindes
(Pondok Bersalin Desa). Ibu berumur 40 tahun dan selama menjalani kehamilan tidak
memiliki keluhan kesehatan yang berarti.Kata Sulit

B. KALIMAT KUNCI
 Bayi Perempuan umur 3 hari
 Bayi dilahirkan cukup bulan, melalui persalinan normal
 Kulit dan mata bayi berwarna kuning
 Ibu berumur 40 tahun dan selama menjalani kehamilan tidak memiliki keluhan
kesehatan yang berarti.

C. PERTANYAAN
1) Jelaskan Anatomi dan fisiologi dari sistem hepatologi
2) Jelaskan patomekanisme penyebab terjadinya ikterus
3) Jelaskan perbedaan ikterus fisiologis dan patologis
4) Jelaskan Langkah Diagnostik terkait skenario
5) Jelaskan Differential Diagnostik terkait skenario
6) Jelaskan Penatalaksanaan dan Edukasi terkait skenario
7) Jelaskan Aspek AIK terkait skenario
JAWABAN :

1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Hepatologi


ANATOMI

Hepar atau hati merupakan organ atau kelenjar terbesar di dalam tubuh .Hepar
dibungkus oleh jaringan fibrosa tipis yang tidak elastis yang disebut capsula fibrosa
perivascularis (Glisson) dan sebagian tertutupi oleh lapisan peritoneum (Wibowo &
Paryana, 2009). Lipatan peritoneum membentuk ligamen penunjang yang melekatkan
hepar pada permukaan inferior diaphragma.
Hepar memiliki 4 lobus. Dua lobus yang berukuran paling besar dan jelas terlihat
adalah lobus kanan yang berukuran lebih besar, sedangkan lobus kiri berukuran lebih
kecil dan berbentuk baji Diantara kedua lobus tersebut terdapat vena portae hepatis, jalur
masuk dan keluarnya pembuluh darah, saraf, dan ductus. Lobus kanan terbagi menjadi
lobus quadratus dan lobus caudatus karena adanya vesical biliaris, fisurra untuk
ligamentum teres hepatis, vena cava inferior, dan fisurra untuk ligamentum venosum.
Hilus hepatis atau porta hepatis terdapat pada permukaan posteroinferior dan terletak di
antara lobus caudatus dan lobus quadratus. Bagian atas ujung bebas omentum minus
melekat pada ,pinggir porta hepatis dan terdapat ductus hepaticus dexter dan sinister,
cabang dextra dan sinistra arteria hepatica, vena porta, serabut-serabut saraf simpatik dan
para simpatik, serta beberapa kelenjar limfe hepar Lobulus-lobulus hepatis adalah
penyusun hepar. Vena sentralis pada masing-masing lobus bermuara ke venae hepatica
dan di antara lobulus-lobulus terdapat canalis hepatis, yang berisi cabang-cabang arteria
hepatica, vena porta, dan sebuah cabang dari ductus choledochus (trias hepatis).
Ligametum falciforme memisahkan lobus dexter dan lobus sinister dan diantara kedua
lobus ini terdapat porta hepatis, yang merupakan jalur masuk dan keluar antar pembuluh
darah, saraf, dan ductus (Sloane, 2004). Ligamentum ini memiliki pinggir bebas dan
berbentuk bulan sabit dan terdapat ligamentum teres hepatis yang merupakan sisi vena
umbilicalis. Ligamentum falciforme berjalan ke permukaan anterior dan kemudian ke
permukaan superior hepar serta akhirnya membelah menjadi dua lapis. Lapisan kanan
akan membentuk lapisan atas ligamentum coronarium dan lapisan kiri membentuk
lapisan atas ligamentum triangulare. Bagian kanan ligamentum coronarium dikenal
sebagai ligamentum triangulare dextrum (Snell, 2012). Ligamentum falciforme berjalan
dari hepar ke diaphragma dan dinding anterior abdomen. Permukaan hepar diliputi oleh
peritoneum visceralis, kecuali daerah kecil pada permukaan hepar diliputi oleh
peritoneum visceralis, kecuai daerahkecil pada permukaan posterior yang melekat
langsung pada diphragma (Price & Wilson, 2012).Ligamentum teres hepatis berjalan ke
dalam fissura yang terdapat pada facies visceralis hepatis dan bergabung dengan cabang
sinistra vena porta hepatis. Ligamentum venosum (ligamentum of Arantius) merupakan
pita fibrosa yang merupakan sisa ductus venosus, melekat pada cabang sinistra vena
porta dan berjalan ke atas di dalam fisurra pada permukaan visceral hepatis, dan di atas
melekat pada vena cava inferior.
Referensi:
- Netter FH. Atlas Of Human Anatomy. Ed.6. USA : Elsevier; 2011.
FISIOLOGI
Meskipun hati adalah suatu organ tersendiri, hati menyelenggarakan banyak
fungsi yang berbeda-beda, yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Hal ini terutama
terbukti pada berbagai kelainan hati, karena banyak fungsinya terganggu secara
bersamaan. Berikut berbagai fungsi hati, meliputi :
a) Penyaringan dan penyimpanan darah
Oleh karena hati merupakan suatu organ yang dapat membesar, sejumlah
besar darah dapat disimpan di dalam pembuluh darah hati. Volume darah normal hati,
meliputi yang di dalam vena hati dan yang di dalam jaringan hati, adalah sekitar 450
ml, atau hampir 10 persen dari total volume darah tubuh.
b) Fungsi Metabolik hati
Hati merupakan sekumpulan besar sel, yang bereaksi secara kimiawi dengan
laju metabolisme yang tinggi, saling memberikan substrat dan energi dari satu sistem
metabolisme ke sistem metabolisme yang lain,mengolah dan menyintesis berbagai zat
yang diangkut ke daerah tubuh lain, dan menyelenggarakan sejumlah sangat besar
fungsi metabolisme lain. Hati berperan dalam metabolisme karbohidrat, protein,
lemak, serta Hati juga menyingkirkan atau mengekskresi Obat-obatan, Hormon, dan
Zat-zat Lain.
c) Sekresi empedu
Empedu disekresikan secara terus-menerus oleh sel-sel hati, namun sebagian
besar normalnya disimpan dalam kandung empedu sampai diperlukan di dalam
duodenum. Volume maksimal yang dapat ditampung kandung empedu hanya 30
sampai 60 ml. Meskipun demikian, sekresi empedu selaina 12 jam (biasanya sekitar
450 ml) dapat disimpan dalam kandung empedu karena air, natrium, klorida, dan
kebanyakan elektrolit kecil lainnya secara terus-menerus diabsorbsi melalui mukosa
kandung empedu, memekatkan sisa zat-zat empedu yang mengandung garam empedu,
kolesterol, lesitin, dan bilirubin. Selain itu, banyak zat diekskresi ke dalam empedu
dan kemudian dikeluarkan dalam feses. Salah satunya adalah pigmen bilirubin yang
berwarna kuning-kehijauan. Bilirubin adalah produk akhir katabolisme protoporfirin
besi atau heme, yang sebanyak 75% berasal dari hemoglobin dan 25% dari heme di
hepar (enzim sitokrom, katalase dan heme bebas), mioglobin otot, serta eritropoiesis
yang tidak efektif di sumsum tulang. Pembentukan bilirubin dapat dinilai dengan
mengukur produksi karbon monoksida. Pembentukan ini menunjukkan rata-rata
produksi bilirubin pada bayi matur sehat = 6-8 mg/kg BB/hari, dan pada orang
dewasa sehat = 3-4 mg/kg BB/hari. Konsentrasi normal bilirubin plasma, yang hampir
seluruhnya berbentuk tidak terkonjugasi, rata-rata 0,5 mg/dl plasma.
d) Penyimpanan vitamin dan besi
Hati merupakan Tempat Penyimpanan Vitamin. Hati mempunyai
kecenderungan tertentu untuk menyimpan vitamin dan telah lama diketahui sebagai
sumber vitamin tertentu yang baik pada pengobatan pasien. Hati Menyimpan Besi
dalam Bentuk Ferritin. Kecuali besi dalam hemoglobin darah, sebagian besar besi di
dalam tubuh biasanya disimpan di hati dalam bentuk ferritin
e) Pembentukan faktor-faktor koagulasi
Zat-zat yang dibentuk di hati yang digunakan pada proses koagulasi meliputi
fibrinogen, protrombin, globulin akselerator, Faktor VII, dan beberapa faktor
koagulasi penting lain. Vitamin K dibutuhkan oleh proses metabolisme hati, untuk
membentuk protrombin dan Faktor VII, IX, dan X. Bila tidak terdapat vitamin K,
maka konsentrasi zat-zat zat ini akan turun secara bermakna, dan keadaan ini
mencegah koagulasi darah.
Referensi : Guyton, A. C., Hall, J. E., Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Saunders : Elsevier; 2011

2. Patomekanisme penyebab terjadinya ikterus


Bilirubin diproduksi dalam sistem retikuloendotelial sebagai produk akhir dari
katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi oksidasi reduksi. Pada langkah pertama
oksidasi, biliverdin terbentuk dari heme melalui kerja heme oksigenase, dan terjadi
pelepasan besi dan karbon monoksi- da. Besi dapat digunakan kembali, sedang- kan
karbon monoksida diekskresikan melalui paru-paru. Biliverdin yang larut dalam air
direduksi menjadi bilirubin yang hampir tidak larut dalam air dalam bentuk isomerik
(oleh karena ikatan hidro- gen intramolekul). Bilirubin tak terkonjuga- si yang hidrofobik
diangkut dalam plasma, terikat erat pada albumin.2,10,11 Bila terjadi gangguan pada
ikatan bilirubin tak ter- konjugasi dengan albumin baik oleh faktor endogen maupun
eksogen (misalnya obat- obatan), bilirubin yang bebas dapat me- lewati membran yang
mengandung lemak (double lipid layer), termasuk penghalang darah otak, yang dapat
mengarah ke neuro- toksisitas.
Bilirubin yang mencapai hati akan di- angkut ke dalam hepatosit, dimana biliru- bin
terikat ke ligandin. Masuknya bilirubin ke hepatosit akan meningkat sejalan dengan
terjadinya peningkatan konsentrasi ligandin. Konsentrasi ligandin ditemukan rendah pa-
da saat lahir namun akan meningkat pesat selama beberapa minggu kehidupan.
Bilirubin terikat menjadi asam gluku- ronat di retikulum endoplasmik retikulum
melalui reaksi yang dikatalisis oleh uridin difosfoglukuronil transferase (UDPGT).
Konjugasi bilirubin mengubah molekul bilirubin yang tidak larut air menjadi molekul
yang larut air. Setelah diekskresi- kan kedalam empedu dan masuk ke usus, bilirubin
direduksi dan menjadi tetrapirol yang tak berwarna oleh mikroba di usus besar. Sebagian
dekonjugasi terjadi di dalam usus kecil proksimal melalui kerja B-glukuronidase.
Bilirubin tak terkonjugasi ini dapat diabsorbsi kembali dan masuk ke dalam sirkulasi
sehingga meningkatkan bilirubin plasma total. Siklus absorbsi, kon- jugasi, ekskresi,
dekonjugasi, dan reabsorb- si ini disebut sirkulasi enterohepatik. Proses ini berlangsung
sangat panjang pada neo- natus, oleh karena asupan gizi yang ter- batas pada hari-hari
pertama kehidupan.
Sumber :
Mathindas Stevry, dkk. 2013. Hiperbilirubinemia pada Neonatus. Jurnal Biomedik.
5(1): 4-5.

3. Perbedaan ikterus fisiologis dan patologis

Referensi: Garna Herry, Nataprawira H. Melinda . Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak. Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas
Padjajaran/RSUP Hasan Sadikin Bandung; 2014.

4. Langkah diagnostik
1. ANAMNESIS
Beberapa hal yang perlu digali melalui anamnesis:
 Pemberian Air Susu Ibu (ASI): menanyakan apakah ASI sudah lancar keluar,
bagaimana hisapan bayi saat menyusu, frekuensi menyusui, dan cara menyusui
bayi
 Riwayat penyakit keluarga, seperti misalnya: anemia, splenektomi, sferositosis,
defisiensi glukosa 6-fosfat dehidrogenase (G6PD), penyakit Gilbert, sindrom
Crigler-Najjar tipe 1 dan II
 Riwayat ikterus atau anemia pada saudara, mengarahkan pada kemungkinan
inkompatibilitas golongan darah atau breast milk jaundice
 Riwayat sakit selama kehamilan, menandakan kemungkinan infeksi virus atau
toksoplasma
 Riwayat persalinan traumatik yang berpotensi menyebabkan perdarahan atau
hemolisis. Bayi asfiksia dapat mengalami hiperbilirubinemia yang disebabkan
ketidakmampuan hati memetabolisme bilirubin atau akibat perdarahan
intrakranial
 Riwayat persalinan kurang bulan menjadi faktor risiko prematuritas dan BBLR
(berat bayi lahir rendah).

2. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan mengamati perubahan warna kulit
menjadi kekuningan pada tubuh bayi setelah dilakukan penekanan menggunakan jari.
Pemeriksaan terbaik dilakukan menggunakan cahaya matahari. Perjalanan ikterus
dimulai dari bagian kepala dan meluas secara sefalokaudal.
Pada ikterus neonatorum fisiologis, bayi secara keseluruhan berada dalam
kondisi klinis baik, tampak aktif, memiliki refleks hisap yang baik, suhu tubuh normal
dan stabil, ukuran hepar dan lien tidak membesar, warna urin dan BAB dalam batas
normal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada kondisi ini, yaitu:
* Pemeriksaan berat bayi setelah lahir untuk mengetahui BBLR atau tidak
* Pemeriksaan tanda-tanda prematuritas
* Pemeriksaan tanda-tanda asfiksia, seperti tampak sesak, terdapat tarikan iga,
peningkatan respiratory rate
* Pemeriksaan abdomen seperti hepatomegali, splenomegali, dan asites
* Pada ikterus neonatorum patologis, bayi akan terlihat lemas, malas menyusu,
kejang, suhu tubuh demam dan tidak stabil, terdapat pembesaran pada perabaan hepar
dan lien, urin dan BAB berwarna kehitaman, bayi menangis kuat. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan, diantaranya:
* Kecil masa kehamilan, kemungkinan berhubungan dengan polisitemia
* Tanda infeksi intrauterin, misalnya mikrosefali, kecil masa kehamilan
* Perdarahan ekstravaskuler, misalnya memar, sefal hematom, subgaleal
hematoma
* Pucat, berhubungan dengan anemia hemolitik atau kehilangan darah
ekstravaskular
* Petekie, berkaitan dengan infeksi kongenital, sepsis, atau eritroblastosis
* Hepatosplenomegali, berkaitan dengan anemia hemolitik, infeksi kongenital,
atau penyakit hati
* Korioretinitis, berhubungan dengan infeksi kongenita Tanda hipotiroid
* Perubahan warna tinja

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang menjadi gold standard adalah pemeriksaan
bilirubin. Kadar bilirubin indirek (larut dalam lemak/tak terkonjugasi) tidak melewati
12 mg/dl pada neonatus cukup bulan dan 10 mg/dl pada neonatus kurang bulan, dan
kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg/dl per hari. Kadar bilirubin
direk (larut dalam air/terkonjugasi) kurang dari 1 mg/dl.
Pemeriksaan laboratorium lainnya direkomendasikan untuk mengidentifikasi
penyakit hemolitik sebagai penyebab hiperbilirubinemia tak terkonjugasi, misalnya
golongan darah neonatus, tes Coombs, complete blood cell (CBC), hitung retikulosit,
apus darah, dan G6PD. Pada pasien dengan hiperbilirubinemia terkonjugasi, serum
aminotransferase harus dilakukan untuk bukti cedera hepatoseluler, kadar gamma-
glutamyl transferase (GGTP) untuk bukti penyakit hepatobilier dan waktu protrombin
serta albumin serum untuk mengevaluasi fungsi sintesis hati.
Referensi :
 AMBOSS. Neonatal Jaundice. 2020.
www.amboss.com/us/knowledge/Neonatal_jaundice
 World Health Organization. -Neonatologi : Neonatal Jaundice. 2010.
https://www.euro.who.int/__data/assets/pdf_file/0010/146818/EPC_participants_n
eonatology.pdf
 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/240/2019 Tentang Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Hiperbilirubinemia. 2019.

5. Differential Diagnosis
IKTERUS NEONATORUM FISIOLOGIS
Definisi :
Keadaan klinis bayi yang ditandai oleh pewarnaan kuning pada kulit dan sklera
akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih. Hampir setiap bayi
menunjukkan peninggian bilirubin yang tidak berkonjugasi, antara hari ke 2-5 kelahiran.
Pada masa kehamilan plasenta dapat mengeluarkan bilirubin dari janin, setelalr lahir bayi
harus melakukan detoksikasi sendiri. Akan tetapi pada saat ini enzim hati masih belum
matang, sehingga akan timbul peninggian kadar bilirubin yang tidak berkonjugasi,
biasanya lebih dari 5 – 7 mg/ dl.
Etiologi :

BREASTMILK JAUNDICE
Defenisi :
Breastmilk jaundice (BMJ) adalah penyakit kuning (hiperbilirubinemia) pada
bayi baru lahir yang berhubungan dengan pemberian air susu ibu (ASI). BMJ ditandai
dengan meningkatnya kadar bilirubin pada bayi baru lahir yang menerima ASI, biasanya
gejala muncul pada hari ke 4-7 kehidupannya.
Etiologi :
Breastmilk jaundice (BMJ) disebabkan oleh sesuatu hal di ASI yang
menghambat pemecahan bilirubin. Biasanya breastmilk jaundice cederung diturunkan
secara genetis dan terjadi pada 2-4% bayi yang baru lahir
HEPATITIS B AKUT
Manifestasi klinis infeksi HBV cenderung ringan atau asimtomatis. Apabila
menimbulkan gejala hepatitis, gejalanya menyerupai hepatitis virus yang lain tetapi
dengan intensitas yang lebih berat. Gejala yang muncul terdiri atas gejala “flu like
syndrome” seperti malaise, anoreksia, mual dan muntah, timbul gejala kuning atau
ikterus dan pembesaran hati, gejala akan berakhir setelah 6-8 minggu. Dari pemeriksaan
laboratorium didapatkan peningkatan kadar ALT dan AST sebelum timbulnya gejala
klinis, yaitu 6-7 minggu setelah terinfeksi. Pada beberapa kasus dapat didahului gejala
seperti serum sickness, yaitu nyeri sendi dan lesi kulit (urtikaria, purpura, makula, dan
makulopapular). Ikterus terdapat pada 25% penderita, biasanya mulai timbul saat 8
minggu setelah infeksi dan berlangsung selama 4 minggu. Gejala klinis ini jarang terjadi
pada infeksi neonatus, 10% pada anak dibawah umur 4 tahun, dan 30% pada dewasa.
Sebagian besar penderita hepatitis B simtomatis akan sembuh tetapi dapat menjadi kronis
pada 10% dewasa, 25% anak, dan 80% bayi.
Etiologi Hepatitis B
Penyebab penyakit Hepatitis B menurut Susan Smeltzer (dalam Brunner and
Suddarth, 2015), yaitu :
1. Penularan melalui cairan tubuh
Hepatitis B dapat ditularkan mellaui cairan tubuh yang terinfeksi virus
Hepatitis B. Cairan tubuh yanng dapat menjadi sarana penularan hepatitis B adalah
darah, cairan vagina, dan air mani.
2. Konsumsi alkohol
Kerusakan pada hati oleh senyawa kimia, terutama alkohol. Konsumsi alkohol
berlebihan akan merusak sel – sel hati secara permanen dan dapat berkembang
menjadi dosis atau paparan racun juga.
3. Penggunaan obat – obatan melebihi dosis atau paparan racun juga dapat menyebabkan
hepatitis.
4. Autoimun
Pada hepatitis terutama hepatitis B, sistem imun tubuh justru menyerang dan
merusak sel dan jaringan tubuh sendiri, dalam hal ini adalah sel – sel hati, sehingga
menyebabkan peradangan. Peradangan yang terjadi dapat bervariasi mulai dari yang
ringan hingga berat. Hepatitis autoimun lebih sering terjadi pada wanita dibanding
pria.

IKTERUS BREASTMILK HEPATITIS B


NEONATORUM JAUNDICE
FISIOLOGIS
Jenis Kelamin Laki-Laki, Laki-laki, perempuan Laki-laki, perempuan
Perempuan
Usia Bayi 2-3 Hari 1 minggu 6-7 minggu
Usia Ibu >25 tahun >25 tahun >25 tahun
Riwayat + + +
Kehamilan
Normal
Bayi Lahir + + +
cukup bulan
Pewarnaan Kulit dan Sklera Kulit dan Sklera Kulit dan Sklera
Kuning

6. Penatalaksanaan dan Edukasi


1. FARMAKOLOGISFenobarbital telah digunakan sejak lama untuk
meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin dengan mengaktivasi enzim
glukoronil-transferase.Dosis : Diberikan pada ibu dengna dosis 90 mg/24 jam
sebelum persalinan atau pada saat bayi baru lahir dengan dosis 10 mg/kg/24
jam
2. TRANSFUSI TUKAR
Suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan
dengan pemasukan darah dari donor dalam jumlah yang sama.
Secara cepat mengeliminasi bilirubin dari sirkulasi dan menguntungkan
pada bayi yang mengalami hemolisis

3. FOTOTERAPI
EDUKASI
• Ikterus fisiologis tidak memerlukan perawatan khusus dan dapat rawat jalan dengan
nasehat untuk kembali jika ikterus berlangsung lebih dari dua minggu
• Jika bayi dapat mengisap, anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan ASI eksklusif
lebih sering minimal setiap 2 jam
• Jika bayi tidak dapat menyusui, ASI dapat diberikan melalui pipa nasogastrik atau
dengan gelas dan sendok
• Letakkan bayi di tempat yang cukup mendapat sinar matahari pagi selama 30 menit
selama 3-4 hari, jaga bayi agar tetap hangat
• Kelola faktor resiko (anfiksia dan infeksi) karna dapat menimbulkan ensefalopati
biliaris

Referensi : Sumber : Suraatmaja dan Soetjiningsih (2000) dalam : Pedoman Diagnosis


dan Terapi Ilmu kesehatan Anak RSUP Sanglah. Denpasar, Cetakan II

7. Aspek AIK
Setiap Muslim berhak untuk memohon langsung kepada Allah. Dan Allah tidak
membeda-bedakan hamba-Nya, kecuali dengan ukuran taqwanya.
Oleh karena itu, apa bila bencana menimpa seseorang dan perkara menyusahkannya,
segeralah untuk mengingatnya, menyebut namanya meminta bantuan-nya, serta
memohon rezeki dan pertolongan-nya.
Doa akan dikabulkan dengan izin Allah apabila syarat-syaratnya ada padanya serta
ada pada diri orang yang berdoa. Di antara syaratnya ialah:
1) ikhlas,
2) bersabar dan tidak tergesa-gesa,
3) bertaubat dari berbagai kemaksiatan dan mengumumkan kesadaran kembali kepada
Allah,
4) mengonsumsi yang halal,
5) berbaik sangka kepada Allah,
6) hadirnya hati,
7) tidak melampaui batas dalam berdoa,
8) amar ma’ruf nahi munkar.

Surat Al-Anbiya Ayat 83


Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku),
sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha
Penyayang di antara semua penyayang".
Imam Jamaluddin al-Qasimi dalam tafsirnya menguraikan bahwa ayat ini
menggambarkan tata susila seorang hamba Allah kepada Khaliknya. Sebab penyakit itu
kadang-kadang akibat dari perbuatan manusia sendiri, umpamanya disebabkan oleh
pelanggaran terhadap norma-norma kesehatan, atau pola hidup sehari-hari, maka
serangan penyakit terhadap tubuh tidak dapat dielakkan. Sebaliknya yang berhak
menyembuhkan penyakit adalah Allah semata. Bila orang sakit merasakan yang
demikian waktu ia menderita sakit, maka ia akan menghayati benar nikmat-nikmat Allah
setelah ia sembuh dari penyakit tersebut. Kenyataan memang membuktikan, kebanyakan
manusia terserang penyakit disebabkan kurang memperhatikan norma-norma kesehatan
yang berlaku.
(Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan
Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam
Madinah)
Asy-Syu'ara' Ayat 80
Dan apabila aku sakit, Dialah pada hakikatnya yang menyembuhkan aku, baik melalui
sebab atau tidak.
Allah mengingatkan Nabi Muhammad dan umatnya mengenai para nabi dan orang-
orang shalih yang tunduk berdoa kepada Allah, kemudian Allah mengabulkan doa
mereka

Anda mungkin juga menyukai