Anda di halaman 1dari 21

ANATOMI HATI

Anggota Kelompok

1. Asni Ratu Pebriani (2211E2003)


2. Intan Mustika (2211E2054)
3. Yudhistira Puspitasari (2211E2101)
4. Ernawati (2211E2106)
5. Siska Andriyani (2211E2011)
6. Putri Naomi Febriana (2211E2068)
7. Indriani (2211E2170)
8. Nadia Putri M (2211E2050)
9. Agung Febrian (2211E2198)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH BANDUNG
2022/2023
Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Kesehatan pada
kita semua sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang
berjudul anatomi pada hati.
Makalah dapat diselesaikan dengan tidak lepas dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, baik bantuan berupa tenaga, pikiran, semangat dan sebagainy
a.
Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan,
baik dari penyusun maupun sistematis dan dalam teknik penulisannya. Oleh kare
na itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kam
i dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bergu
na bagi kami dan pembaca.
Daftar isi
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anatomi hati manusia merupakan suatu organ yang terbesar pada tubuh. H
ati memiliki berat sekitar 1,5 kg yang letaknya pada perut bagian kanan atas.
Tepat berada pada bagian bawah diafragma.
Struktur atau anatomi dari hati yang paling terlihat adalah lobus pada bagi
an sisi kanan dan kiri. Namun, sebenarnya tidak hanya itu, masih banyak lagi
struktur hati sebagai penyusunnya.
Hati memiliki fungsi yang utama yaitu menyaring darah yang berasal dari
saluran pencernaan. Tujuannya untuk membantu mengalirkan darah ke seluru
h tubuh. Hati juga berfungsi sebagai penyaring obat-obatan dan racun yang ad
a pada tubuh manusia.
Organ ini akan menyimpan kelebihan gula pada tubuh dan nantinya akan b
erguna sebagai cadangan energi. Untuk lebih jelasnya, bisa dengan mempelaj
ari struktur hati.

B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. MANFAAT
BAB II
PEMBAHASAN

A. ANATOMI HATI

Hati merupakan organ pada tubuh manusia yang berwarna coklat kemerah
an. Jika menyentuhnya secara langsung, rasanya akan kenyal. Hati terlindungi
oleh tulang rusuk sehingga orang tidak bisa menyentuhnya pada perut.
Terdapat empedu pada bagian bawah hati. Organ hati, empedu, pankreas,
dan usus akan selalu bekerja sama. Tentunya dalam proses menyerap, mencer
na, dan mengolah makanan maupun minuman dalam perut.
Hati adalah organ vital yang berperan dalam sistem pencernaan. Tak hanya
itu, hati juga berperan dalam metabolisme, menyimpan nutrisi tubuh, dan kek
ebalan tubuh.

1. Berikut adalah anatomi hati manusia:


a. Lobus Kanan
Bagian ini memiliki ukuran yang terbesar daripada bagian lainnya.
Ukurannya enam kali lebih besar daripada lobus kiri. Bentuk dari lobu
s ini bisa terlihat tanpa harus menggunakan peralatan tertentu.

b. Lobus Kiri
Bentuk dari lobus bagian kiri ini lebih runcing. Ukurannya lebih kecil daripada lo
bus kanan. Pemisah antara lobus kiri dan kanan dalam anatomi hati manusia adala
h ligament falciform
c. Lobus Kaudatus

Bagian ini memiliki ukuran yang lebih kecil daripada dua bagian s
ebelumnya. Letak lobus kaudatus ini memanjang dari sisi bagian belak
ang lobus kanan. Lobus ini membungkus vena cava inferior.

d. Lobus Kuadrat

Letaknya berada pada area yang lebih rendah dari lobus kaudatus.
Tepatnya lobus kuadrat berada pada sisi bagian belakang lobus kanan
dan membungkus kantong empedu. Lobus ini jarang terlihat pada anat
omi karena tidak begitu tampak.

e. Saluran Empedu
Anatomi hati manusia berikutnya adalah saluran empedu. Saluran ini
menghubungkan hati dan kantung empedu. Organ empedu ialah zat yan
g membantu mencerna lemak serta akan tersimpan pada kantong emped
u.

Selanjutnya saluran empedunya akan bertemu dengan saluran hepatik k


iri serta kanan yang ukurannya lebih besar. Nantinya akan membawa e
mpedu dari lobus kiri dan kanan pada hati. Kedua saluran ini nantinya a
kan membentuk saluran yang mengalirkan semua empedu dari dalam ha
ti.

f. Pembuluh Darah

Pada hati juga terdapat pembuluh darah atau siste


m vena portal hepatik. Darah dari organnya seperti
limpa, pankreas, kantong empedu, serta usus akan
terkumpul dalam pembuluh darah ini. Setelah itu, a
kan masuk ke organ hati yang akan melalui tahapa
n proses tertentu.
Darah dari hati selanjutnya akan masuk ke vena he
patik dan mengarah ke vena cava. Setelah itu, dara
h akan kembali ke jantung. Hati manusia memiliki s
istem arteri dan arteriol yang menghasilkan darah
mengandung oksigen.

g. Lobulus

Organ internal pada anatomi hati manusia adalah lo


bulus. Susunan ini tersusun atas 100.000 sel hati b
erbentuk heksagonal. masing-masing dari lobulus t
ersusun dari pembuluh darah pusat yang dikelilingi
oleh enam pembuluh darah vena hepatik.

Pembuluh darah ioni terhubung oleh saluran pembu


luh darah kecil yang berliku atau sinusoid. Tiap sinu
soid memiliki dua jenis sel utama berupa sel kupffer
dan hepatosit. Sel kupffer berasal dari jaringan sel
darah putih dan memiliki fungsi untuk menghancurk
an zat asing atau sel mati.

Sel kupffer ini memiliki tugas untuk menangkap dan


memecah sel darah merah yang tua. Selanjutnya a
kan meneruskan ke sel hepatosit.

Sementara itu, sel hepatosit ini melapisi sinusoid. L


alu membentuk sebagian besar sel pada hati. Hepat
osit memiliki peran untuk melakukan sebagian besa
r dari fungsi hati berupa pencernaan, menyimpan, n
utrisi, metabolisme, dan produksi empedu.
B. METABOLISME DAN FISIOLOGI HATI
Fisiologi Hati

Secara fisiologi hati mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penti
ng.  Fungsi dasar hati dapat dibagimenjadi:

1. Fungsi vaskular untuk menyimpan dan menyaring darah


2. Fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian besar sistem
metabolisme tubuh
3. Fungsi sekresi yang berperan membentuk empedu yang mengalir mela
lui saluran empedu ke saluran pencernaan. Dalam fungsi vaskularnya
hati adalah sebuah tempat mengalir darah yang besar. Hati juga dapat
dijadikan tempat penimpanan sejumlah besar darah. Hal ini diakibatka
n hati merupakan suatu organ yang dapat diperluas.
Aliran limfe dari hati juga sangat tinggi karena pori dalam sinusoid ha
ti sangat permeable. Selain itu di hati juga terdapat sel Kupffer (deriva
t sistem retikuloendotelial atau monosit-makrofag) yang berfungsi unt
uk menyaring darah (Guyton, 1998).
Fungsi metabolisme hati dibagi menjadi metabolisme karbohidrat, lem
ak, protein, dan lainnya.Dalammetablosime,fungsihati:

1. Menyimpan glikogen 
2. Mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa
3. Glukoneogenesis
4. Membentuk senyawa kimia penting dari hasil perantara metabolisme k
arbohidrat. 
Dalammetabolismelemakfungsihati:
1. Kecepatan oksidasi beta asam lemak yang sangat cepat untuk mensupl
ai energi bagi fungsi tubuh yang lain 
2. Pembentukan sebagian besar lipoprotein
3. Pembentukan sejumlah besar kolesterol dan fosfolipid
4. Penguraian sejumlah besar karbohidrat dan protein menjadi lemak.
Dalam metabolisme protein hati berfungsi:

1. Deaminasi asam amino


2. Pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dari dalam tubuh
3. Pembentukan protein plasma
4. Interkonversi diantara asam amino yang berbeda (Guyton, 1998)
Fungsi sekresi hati membentuk empedu juga sangat penting. Sal
ah satu zat yang dieksresi ke empedu adalah pigmen bilirubin yang be
rwarna kuning-kehijauan. Bilirubin aadalah hasi akhir dari pemecahan
hemoglobin. Bilirubin merupakan suatu alat mendiagnosis yang sanga
t bernilai bagi para dokter untuk mendiagnosis penyakit darah hemolit
ik dan berbagai tipe penyakit hati (Guyton, 1998).
Fungsi dan peranan hati secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Untuk metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. Bergantung kepa


da kebutuhan tubuh, ketiganya dapat saling dibentuk.
2. Untuk tempat penyimpanan berbagai zat seperti mineral (Cu, Fe) serta
vitamin  yang larut dalam lemak (vitamin A,D,E, dan K), glikogen da
n berbagai racun yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh (contohnya :
pestisida DDT).
3. Untuk detoksifikasi dimana hati melakukan inaktivasi hormon dan det
oksifikasi toksin dan obat. 
4. Untuk fagositosis mikroorganisme, eritrosit, dan leukosit yang sudah t
ua atau rusak.
5. Untuk sekresi, dimana hati memproduksi empedu yang berperan dala
m emulsifikasi dan absorbsi lemak
Sel-sel darah merah dirombak di dalam hati. Hemoglobin yang t
erkandung di dalamnya dipecah menjadi zat besi,globin, dan heme. Za
t besi dan globin didaur ulang, sedangkan heme dirombak menjadi bili
rubin dan biliverdin yang bewarna hijau kebiruan. Di dalam usus, zat
empedu ini mengalami oksidasi menjadi urobilin sehingga warna feses
danurin kekuningan. Apabila saluran empedu di hati tersumbat, emped
u masuk ke peredaran darah sehingga kulit penderitamenjadi kekuning
an. Orang yang demikian dikatakan menderita penyakit kuning.
Sistem organ bayi anda menjadi terspesialisasi untuk fungsi tert
entu. Khususnya hati. Fungsi hati janin berbedadengan orang dewasa.
Enzim (kimiawi) dibuat oleh hati seorang dewasa, penting untuk berba
gai fungsi tubuh. Pada janin, enzim ini ada, tetapi kadarnya lebih rend
ah daripada setelah lahir. Fungsi hati yang penting adalah pemecahan
dan penanganan bilirubin. Bilirubin dihasilkan dari perombakan sel da
rah merah. Masa hidup sel darah merah janin lebih pendek daripada se
l darah merah orang dewasa. Oleh karena itu, janin menghasilkan lebi
h banyak bilirubin daripadaorang dewasa.
Pada bayi baru lahir, enzim hati yang berfungsi sempurna sehin
gga banyak bilirubin tidak dapat dikonjugasi dan bayiterlihat kuning.
Namun, dengan bertambahnya umur bayi maka enzim hati tersebut ak
an lebih baik fungsinya, bilirubinakan lebih banyak dikonjugasi, dan
warna kuning pada tubuh serta mata bayi berkurang, lalu menghilang.
Proses inimemerlukan waktu sekitar seminggu untuk bayi lahir denga
n berat badan normal dan sekitar dua minggu untuk bayi lahir dengan
berat badan rendah. Biasanya peningkatan bilirubin pada keadaan ini j
arang mencapai kadar bilirubin yang berbahaya bagi bayi. Pada deraja
t tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas initerutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat
sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memung
kinkan terjadinya efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi da
pat menembus sawar darah otak. Kelainanyang terjadi pada otak ini di
sebut kernikterus atau ensefalopati biliaris. Pada umumnya dianggap b
ahwa kelainan padasusunan saraf pusat tersebut mungkin akan timbul
apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya bi
lirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung dari t
ingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan neonatus
sendiri. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar daerah otak apabi
la pada bayi terdapatkeadaan imaturitas, berat lahir rendah, hipoksia, h
iperkarbia, hipoglikemia, dan kelainan susunan saraf pusat yang terjad
ikarena trauma atau infeksi.

C. JENIS PEMERIKSAAN PADA HATI


Pemeriksaan fungsi hati diindikasikan untuk penapisan atau deteksi adany
a kelainan atau penyakit hati, membantu menengakkan diagnosis, memperkirakan
beratnya penyakit, membantu mencari etiologi suatu penyakit, menilai hasil pengo
batan, membantu mengarahkan upaya diagnostik selanjutnya serta menilai progno
sis penyakit dan disfungsi hati.

Pengukuran Aktivitas Enzim


 Enzim transaminase

Enzim transaminase meliputi enzim alanine transaminase (ALT) atau serum gluta
mate piruvattransferase (SGPT) dan aspartate transaminase (AST) atau serum glut
amate oxaloacetate transferase (SGOT).Pengukuran aktivitas SGPT dan SGOT se
rum dapat menunjukkan adanya kelainan sel hati tertentu, meskipun bukan merup
akan uji fungsi hati sebenarnya pengukuran aktivitas enzim ini tetap diakui sebagi
uji fungsi hati. 2-4 Enzim ALT/SGPT terdapat pada sel hati, jantung, otot dan ginj
al.Porsi terbesar ditemukan pada sel hati yang terletak di sitoplasma sel hati.AST/
SGOT terdapat di dalam sel jantung, hati, otot rangka, ginjal, otak, pankreas, limp
a dan paru. Kadar tertinggi terdapat did alam sel jantung. AST 30% terdapat di dal
am sitoplasma sel hati dan 70% terdapat di dalam mitokondria sel hati.

A. SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase)


Merupakan enzim yang biasanya ditemukan pada hati ,jantutng, otot, ginj
al, hingga otak. Enzim ini bertugas membantu mencerna protein dalam tubuh.Pem
eriksaan SGOT dilakukan dengan mengambil sampel darah. Pada orang sehat enzi
m ini biasanya akan terlihat normal. Dalam keadaan normal, SGOT berada di dala
m sel-sel organ di dalam tubuh, terutama sel hati. Ketika organ hati mengalami ke
rusakan, maka enzim ini akan keluar dari sel dan kemudian masuk ke dalam pemb
uluh darah. Hal ini yang membuat hasil SGOT meningkat di dalam tubuh. SGOT t
idak berada di dalam organ hati saja, jadi ketika kadar enzim ini meningkat, bukan
berarti masalahnya terdapat pada hati. Namun, bila dalam tes darah diketahui SG
OT meningkat dan tidak normal, kemungkinan besar kamu mengalami gangguan f
ungsi hati. Banyak hal yang dapat menyebabkan tingginya nilai SGOT, berikut ini
merupakan penyebab yang paling umum, antara lain:
1. Mengidap hepatitis B.
2. Mengidap hepatitis C.
3. Penyakit celiac yang merupakan salah satu penyakit autoimun yang ter
jadi akibat mengonsumsi gluten secara berlebihan.
4. Mengonsumsi alkohol secara berlebihan.
5. Kelebihan zat besi dalam tubuh.
6. Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti statin. Statin berfungsi untu
k mengendalikan kadar kolesterol dalam tubuh.
7. Gangguan fungsi tiroid, yaitu masalah umum yang menyebabkan ketid
akseimbangan hormon tiroid dalam tubuh. 8. Mengidap sirosis. Sirosis
merupakan penyakit yang diakibatkan karena kerusakan hati jangka pa
njang. Pada sirosis, cedera hati meninggalkan bekas luka yang menga
kibatkan hati tak lagi bekerja dengan normal, seperti melawan infeksi,
membuat protein baru, mencerna makanan, menyimpan energi, dan m
enyingkirkan zat tidak berguna dari darah.

B. SGPT (Serum Glutamic Pyruvat Transminase).


SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase) adalah salah satu enzim
yang paling banyak terdapat dalam organ hati, meski dalam jumlah kecil juga dite
mukan dalam beberapa organ lain. Enzim memiliki tugas yang cukup penting, yait
u membantu mencerna protein dalam tubuh. Ketika dicurigai mengalami ganggua
n fungsi hati, tes darah SGPT merupakan salah satu pemeriksaan medis yang perl
u dilakukan. Dalam kondisi normal, SGPT biasanya berada di dalam sel-sel organ,
terutama sel hati. Ketika organ tersebut mengalami kerusakan, enzim ini akan kelu
ar dari sel dan kemudian masuk ke dalam pembuluh darah. Hal inilah yang memb
uat hasil SGPT meningkat di dalam tubuh, dan berada pada kadar yang tinggi keti
ka dilakukan pemeriksaan.Satu hal penting yang perlu diketahui adalah, meskipun
enzim SGPT paling banyak terdapat di organ hati, ketika kadar enzim ini meningk
at, bukan berarti masalahnya terdapat pada organ hati. Namun, pada sebagian besa
r kasus, meningkatnya kadar SGPT dalam tubuh memang menandakan adanya ga
ngguan fungsi hati. Oleh karena itu, ketika didapati hasil pemeriksaan SGPT tingg
i, dokter biasanya akan melakukan serangkaian tes lainnya yang terkait dengan fu
ngsi hati.
Ada banyak hal yang dapat menyebabkan kadar SGPT tinggi. Berikut ad
alah beberapa penyebab yang paling umum:
1. Sedang mengonsumsi obat-obat tertentu, seperti statin yang berfungsi
untuk mengendalikan kolesterol.
2. Mengonsumsi alkohol.
3. Mengalami hepatitis B.
4. Mengalami hepatitis C.

Sirosis Selain itu, kondisi tingginya kadar SGPT juga dapat disebabkan o
leh adanya gangguan kesehatan, seperti berikut:
1. Hepatitis yang disebabkan autoimun.
2. Penyakit celiac.
3. Kelebihan zat besi dalam tubuh.

D. KELAINAN PADA HATI


Kelainan pada hati adalah kondisi ketika organ hati atau liver berm
asalah dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Kelainan pada hati yang tida
k diobati dapat menyebabkan berbagai gangguan pada tubuh. Kondisi ini b
isa muncul secara tiba-tiba, namun bisa juga terjadi secara perlahan dan be
rtahap.
Hati merupakan organ penting yang memiliki banyak fungsi bagi t
ubuh. Jika terjadi kelainan atau gangguan pada hati, kinerja dan berbagai f
ungsi organ serta jaringan tubuh lain akan terganggu.  
Hal ini dikarenakan hati memiliki banyak fungsi dan berperan dalam banyak hal,
di antaranya:
 Mengolah kolesterol, gula darah, dan bilirubin
 Menetralkan zat beracun, seperti amonia dan alkohol
 Menghasilkan protein albumin
 Mengatur proses penggumpalan atau pembekuan darah saat terjadi luka
 Menyimpan zat besi dan mendaur ulang sel darah merah yang rusak
 Menghasilkan cairan empedu untuk membantu pencernaan
 Menghasilkan zat pembentuk reaksi kekebalan tubuh untuk melawan infek
si

Kelainan pada Hati Berdasarkan Waktunya


Berdasarkan lamanya waktu yang dibutuhkan hingga terjadi kerusakan hati, kelain
an pada hati dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu:

Kegagalan fungsi hati akut


Kelainan hati akut terjadi secara tiba-tiba dan dapat berlangsung tanpa adanya gej
ala awal atau gejala penyerta. Orang yang mengalami kelainan hati akut dapat me
ngalami kegagalan fungsi hati dalam hitungan minggu atau bahkan hari.
Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh infeksi virus seperti hepatitis A dan hepati
tis B, keracunan, penyakit autoimun, atau terlalu banyak mengonsumsi obat dan s
uplemen herba tertentu sehingga memicu overdosis obat.

Kegagalan fungsi hati kronis


Kelainan pada hati yang bersifat kronis terjadi lebih lambat dan memerlukan wakt
u berbulan-bulan atau bahkan tahunan sebelum akhirnya menimbulkan gejala gan
gguan fungsi hati.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh kebiasaan mengonsumsi minuman beralkoh
ol dalam jangka panjang, sirosis, kanker hati, perlemakan hati, dan hepatitis kronis.

Beberapa Penyebab Kelainan pada Hati


Ada beberapa penyakit atau kondisi medis yang dapat menyebabkan terjadinya ke
lainan pada hati, yaitu:
1. Konsumsi alkohol
Kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan selama bertahun-
tahun bisa menyebabkan hati mengalami peradangan dan kerusakan dan seiring w
aktu, hati akan mengalami kerusakan permanen. Kerusakan permanen inilah yang
disebut sirosis.
2. Perlemakan hati
Perlemakan hati sering disebut juga dengan istilah fatty liver, adalah penyakit hati
yang disebabkan oleh penumpukan lemak atau kolesterol berlebihan di dalam sel
hati. Kondisi ini biasanya menyerang orang dengan kelebihan berat badan atau ob
esitas, diabetes, dan sindrom metabolik.
Namun, tidak menutup kemungkinan orang yang terlalu banyak mengonsumsi alk
ohol juga menderita kondisi ini.
3. Hepatitis
Hepatitis adalah kondisi ketika terjadi peradangan hati yang disebabkan oleh infek
si virus, konsumsi alkohol dalam jumlah berlebih atau jangka panjang, serta overd
osis obat-obatan atau efek samping pengobatan tertentu.
4. Hemakromatosis
Hemokromatosis adalah kelainan bawaan ketika terjadi penumpukan zat besi seca
ra bertahap di tubuh, terutama di sekitar organ hati. Penumpukan zat besi yang ber
lebihan ini, kemudian dapat menimbulkan kelainan pada hati.
5. Sirosis bilier primer
Sirosis bilier primer adalah sejenis penyakit hati yang terjadi dalam jangka panjan
g dan termasuk langka. Penyakit ini merusak saluran empedu di hati dan membuat
aliran cairan empedu terganggu.
6. Kanker hati
Kanker hati merupakan salah satu penyakit berbahaya yang terjadi pada hati. Kan
ker hati sering terjadi pada penderita kelainan hati kronis seperti sirosis, hepatitis
B, atau hepatitis C, serta orang yang kecanduan alkohol dalam jangka panjang.
Selain beberapa penyakit di atas, kelainan pada hati juga bisa disebabkan oleh hal
lain, misalnya keracunan makanan atau zat kimia, gangguan autoimun, infeksi dar
ah atau sepsis, dan penyakit Wilson.

Gejala Kelainan pada Hati yang Perlu Anda Waspadai


Tidak semua orang dengan kelainan pada hati menunjukkan gejala yang sama, ba
hkan beberapa di antaranya tidak menunjukkan gejala sama sekali, khususnya jika
kondisi ini baru terjadi pada tahap awal. Hal ini sering kali membuat kelainan pad
a hati baru terdeteksi pada tahap lanjut.
Namun, ada beberapa tanda dan gejala yang perlu dicurigai sebagai tanda dan geja
la kelainan pada hati, yaitu:

 Gangguan pencernaan, seperti mual, muntah, dan diare


 Nyeri perut, terutama di bagian perut kanan atas
 Penurunan nafsu makan
 Sering merasa kelelahan
 Penyakit kuning atau jaundice
 Mudah memar atau berdarah
 Penurunan berat badan
 Gatal-gatal
 Pembengkakan di berbagai bagian tubuh, seperti rongga perut (asites), kak
i, dan wajah

Jika sudah parah, kelainan pada hati bisa menyebabkan gagal ginjal dan kelainan
pada otak, sehingga timbul gejala kejang, perubahan status mental berupa kebingu
ngan atau gaduh dan gelisah, hingga koma.

Faktor Risiko Kelainan Hati yang Perlu Anda Ketahui


Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kelainan pada hati,
yaitu:

 Kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan


 Penggunaan narkoba, terutama narkoba dalam bentuk suntik
 Pembuatan tato dan tindikan yang tidak steril
 Paparan darah dan cairan tubuh orang lain, misalnya melalui transfusi dara
h atau penggunaan jarum suntik bergantian dengan orang lain
 Berhubungan seksual tanpa kondom
 Paparan bahan kimia atau racun tertentu
 Riwayat penyakit diabetes, obesitas, serta sindrom metabolik

Agar tercegah dari kelainan pada hati, Anda perlu menjauhi beberapa faktor risiko
di atas dengan menjalani pola hidup sehat.
Hal ini dapat Anda lakukan dengan tidak merokok dan mengonsumsi minuman be
ralkohol secara berlebihan, menjaga berat badan ideal, menjalani perilaku seks am
an dan sehat, serta rutin memeriksakan kesehatan atau check- up ke dokter untuk
memantau kondisi kesehatan hati Anda.
Jika sudah terjadi kelainan pada hati, Anda perlu segera mendapat penanganan ole
h dokter. Hal ini penting dilakukan agar kerusakan pada hati tidak semakin parah
dan berkembang menjadi gangguan hati permanen yang dapat menimbulkan kom
plikasi berbahaya.
Oleh karena itu, bila Anda mengalami gejala-gejala kelainan pada hati, segeralah
periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat sebelum terj
adi komplikasi atau kerusakan yang permanen.

E. PENYAKIT HATI
Penyakit hati dapat diturunkan atau dapat juga disebabkan oleh berbagai faktor l
ain yang dapat menyebabkan kerusakan pada hati, seperti infeksi virus atau kons
umsi alkohol yang berlebih. Obesitas juga dikaitkan dengan kerusakan hati.

Seiring dengan berjalannya waktu, kerusakan hati dapat menyebabkan timbulnya


jaringan parut pada hati, yang dikenal dengan istilah sirosis, yang dapat kemudia
n menyebabkan kegagalan fungsi hati.

Penyebab
Penyebab dari penyakit hati dapat bervariasi, dan hal ini bergantung dari jenis pe
nyakit hati yang terjadi. Beberapa jenis penyakit hati adalah:

1. Infeksi hati. Parasit dan virus dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada hati, yan
g menyebabkan peradangan dan penurunan fungsi hati. Virus yang menyebabkan ke
rusakan hati dapat menyebar melalui darah atau air mani, makanan atau air yang ter
kontaminasi, atau kontak dekat dengan individu yang terinfeksi.
2. Jenis infeksi yang paling sering terjadi pada hati adalah infeksi yang disebabkan ole
h virus hepatitis, yakni hepatitis A, B, atau C.
3. Kelainan sistem daya tahan tubuh. Penyakit autoimun, di mana sistem daya tahan
tubuh menyerang bagian tertentu dari tubuh, juga dapat melibatkan hati. Beberapa j
enis penyakit autoimun yang dapat terjadi pada hati adalah hepatitis autoimun dan s
irosis bilier primer.
4. Penyakit hati genetik. Adanya gen abnormal yang diturunkan dari salah satu atau k
edua orang tua dapat menyebabkan penumpukan berbagai jenis zat dalam hati, yan
g kemudian menyebabkan kerusakan hati. Penyakit hati genetik dapat mencakup he
mokromatosis, hiperoksaluria, oksalosis, penyakit Wilson, dan defisiensi alfa-1 antitri
psin.
5. Tumor atau kanker. Beberapa jenis tumor atau kanker yang dapat terjadi pada hati
adalah kanker hati, kanker saluran empedu, dan adenoma hati.
6. Penyakit hati lainnya. Beberapa penyakit hati lain yang dapat terjadi mencakup pe
nggunaan alkohol secara berlebih dan berkepanjangan serta akumulasi lemak di hati
(non-alcoholic fatty liver disease).

Gejala
Tanda dan gejala dari penyakit hati dapat bervariasi, bergantung dari jenis penya
kit hati yang dialami, derajat parahnya penyakit tersebut, dan berbagai faktor lai
nnya.

Beberapa tanda dan gejala dari penyakit hati adalah:


1. Kulit dan mata yang tampak kekuningan
2. Nyeri dan pembengkakan pada abdomen
3. Pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki
4. Rasa gatal pada kulit
5. Warna urine yang kegelapan
6. Warna feses yang pucat, kehitaman, atau feses yang disertai darah
7. Rasa lelah yang berlebih
8. Mual dan muntah
9. Penurunan nafsu makan
10. Mudah timbul lebam pada tubuh
Selain itu, juga terdapat beberapa faktor yang dikaitkan dengan peningkatan risik
o penyakit hati, yakni:

1. Konsumsi alkohol dalam jumlah berlebih


2. Penggunaan obat-obat terlarang menggunakan jarum suntik yang digunakan b
ersamaan
3. Tato atau tindik pada tubuh
4. Hubungan seksual tanpa pengaman
5. Ekspos terhadap zat kimia atau zat beracun tertentu
6. Diabetes
7. Obesitas

Diagnosis
Menentukan penyebab dan derajat dari kerusakan hati merupakan hal yang pen
ting untuk dilakukan guna menentukan penanganan yang akan dilakukan. Dokter
akan melalukan wawancara medis yang mendetail, pemeriksaan fisik secara lang
sung, dan pemeriksaan penunjang tertentu untuk menentukan kemungkinan dia
gnosis.

Beberapa jenis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:

 Pemeriksaan darah. Pemeriksaan darah seperti tes fungsi hati dapat dilakukan un
tuk melihat adanya kemungkinan penyakit hati. Selain itu, pemeriksaan darah lai
nnya juga dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan hati yang spesifik atau
kelainan genetik tertentu.
 Pemeriksaan pencitraan. Pemeriksaan ultrasonografi (USG), computerized tomog
raphy (CT), dan magnetic resonance imaging (MRI) dapat dilakukan untuk meliha
t adanya kerusakan hati.
 Analisis jaringan. Pengambilan sampel jaringan, yang dikenal dengan istilah biops
i, dari organ hati dapat membantu mendiagnosis penyakit hati dan menilai adany
a tanda-tanda kerusakan hati apabila dinilai dibutuhkan.
Biopsi hati umumnya dilakukan menggunakan jarum panjang dan tipis yang diins
ersikan melalui kulit ke hati untuk mengambil sampel jaringan. Kemudian, sampe
l ini dikirimkan ke laboratorium untuk dianalisis lebih lanjut.

Penanganan
Penanganan dari penyakit hati bergantung dari diagnosis jenis penyakit hati yang
dialami. Pada sebagian jenis penyakit hati, dapat disarankan untuk melakukan m
odifikasi gaya hidup. Ini artinya termasuk membatasi konsumsi alkohol dan menu
runkan berat badan bila berat badan berlebih, sebagai bagian dari program yang
mencakup pemantauan berkala dari fungsi hati.

Sebagian jenis penyakit hati lainnya dapat membutuhkan pengobatan atau tinda
kan operatif. Selain itu, pada penyakit hati yang telah menyebabkan terjadinya k
egagalan fungsi hati, transplantasi hati merupakan salah satu jenis penanganan y
ang dapat dilakukan.

Pencegahan
Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan guna mencegah terjadinya penyakit
hati, di antaranya:

 Membatasi konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol disarankan untuk dibatasi, karen


a konsumsi alkohol yang berlebih dikaitkan dengan meningkatnya risiko terjadiny
a penyakit hati.
 Menghindari perilaku yang berbahaya. Perilaku yang berbahaya termasuk hubun
gan seksual tanpa pengaman dengan pasangan multipel, penggunaan obat-obata
n terlarang menggunakan jarum suntik yang bersamaan, melakukan tato atau tin
dik pada tubuh dengan alat yang tidak steril, dan sebagainya.
 Mendapatkan vaksinasi. Vaksinasi hepatitis A dan hepatitis B dapat melindungi d
ari tertularnya infeksi hati tersebut.
 Penggunaan obat secara bijak. Mengonsumsi obat sebaiknya hanya dilakukan ses
uai resep dokter dan dengan dosis yang dianjurkan. Selain itu, juga tidak disarank
an untuk mengonsumsi obat-obatan dan alkohol pada waktu yang bersamaan.
 Hindari kontak dengan cairan tubuh atau darah individu lain. Virus hepatitis dapa
t menyebar melalui tertusuk jarum suntik atau darah dan cairan tubuh individu la
in.
 Menjaga berat badan agar tetap stabil. Obesitas dapat meningkatkan risiko seseo
rang untuk mengalami non-alcoholic fatty liver disease.
F. FACTOR PENYEBAB GANGGUAN HATI

a. Infeksi virus hepatitis, dapat ditularkan melalui selaput mukosa,


hubungan seksual atau darah (parenteral).
b. Zat-zat toksik, seperti alkohol atau obat-obat tertentu. Obat-obatan
seperti antibiotik, narkotika meperidin/demerol, morfin, kodein,
antihipertensif,persiapan digitalis, indometasin, salisilat rifampin,
flurazepam, dan heparin dikatakan dapat meningkatkan kadar SGPT
c. Genetik atau keturunan, seperti hemokromatosis. Hemokromatosis
merupakan kelainan metabolisme besi yang ditandai dengan adanya
pengendapan besi secara berlebihan di dalam jaringan. Penyakit ini
bersifat genetik atau keturunan. Pemeriksaan laboratorium untuk
mendeteksi terjadinya hemokromatosis adalah pemeriksaan terhadap
Transferin dan Ferritin. Pemeriksaan yang dilakukan untuk kolestasis dan
jaundice yaituterhadap Alkali Fosfatase, Gamma GT, Bilirubin Total dan
Bilirubin Direk.
d. Gangguan imunologis, seperti hepatitis autoimun, yang ditimbulkan
karena adanya perlawanan sistem pertahanan tubuh terhadap jaringan
tubuhnya sendiri. Pada hepatitis autoimun, terjadi perlawanan terhadap
sel-sel hati yang berakibat timbulnya peradangan kronis
e. Kanker, seperti Hepatocellular Carcinoma, dapat disebabkan oleh
senyawa karsinogenik antara lain aflatoksin, polivinil klorida (bahan
pembuat plastik), virus, dan lain-lain. Hepatitis B dan C maupun sirosis
hati juga dapat berkembang menjadi kanker hati
f. Kolestasis dan Jaundice
Kolestasis merupakan keadaan akibat kegagalan produksi dan/atau
pengeluaran empedu. Lamanya menderita kolestasis dapat menyebabkan
gagalnya penyerapan lemak dan vitamin A, D, E, K oleh usus, juga adanya
penumpukan asam empedu, bilirubin dan kolesterol di hati
g. Rokok
Merokok menyebabkan peroksidasi lipid yang menyebabkan kerusakan
membran sel normal dari hepar. Bila terjadi kerusakan sel hepar, akan
terjadi peningkatan SGPT dan SGOT pada perokok dibandingkan bukan
perokoko

Anda mungkin juga menyukai