GAMBARAN RADIOLOGIS
ILEUS PARALITIK
Oleh:
M. Surya
NIM I4061222063
Pembimbing:
dr. Rahmawan Budiaji, Sp. Rad
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ileus paralitik atau ileus adinamis adalah suatu kondisi di mana ada
kelumpuhan motorik fungsional saluran pencernaan sekunder untuk kegagalan
neuromuskuler yang melibatkan pleksus myenteric (Auerbach) dan submukosa
(Meissner).1 Ileus paralitik adalah suatu keadaan patofisiologik dimana terdapat
hambatan motilitas pada traktus gastrointestinal dan tidak terdapat obstruksi
mekanik intestinal, yang merupakan suatu akibat dari gangguan motilitas dan
secara spesifik dapat diterangkan sebagai adinamik ileus.2 Selain itu Ileus paralitik
diartikan juga sebagai obstruksi usus akibat kelumpuhan seluruh atau sebagian
otot-otot usus yang menyebabkan berkurangnya atau tidak adanya peristaltik dan
menyebabkan aktivitas motorik usus menjadi terganggu. Pada kondisi ini,
biasanya tidak terkait dengan penyebab mekanis.1,3 Ileus paralitik harus tetap
dianggap serius. Karena jika berkepanjangan dan tidak diobati, maka akan dapat
mengakibatkan kematian dengan cara yang sama seperti pada obstruksi mekanis
akut.1
Secara global, angka kejadian ileus paralitik paling sering terjadi pada
pasien yang telah menjalankan operasi dengan persentase 50% pada pasien yang
menjalani operasi besar di bagian abdomen. Sedangkan di Indonesia tercatat
terdapat 7.059 kasus pada pasien ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang
dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan. Pada pasien dengan perawatan intensif,
motilitas usus memiliki korelasi yang kuat dengan derajat penyakit dan
peningkatan mortalitas pada pasien ileus paralitik. Sehingga adanya ileus paralitik
pada pasien di ruang rawat intensif diduga menyebabkan peningkatan risiko
mortalitas.4,5
dihasilkan menyebabkan akumulasi cairan dan gas di dalam usus dengan distensi,
muntah, penurunan suara usus, dan sembelit absolut. Ileus paralitik adalah kondisi
neurogenik, di mana gelombang lambat listrik normal hadir di otot polos, tetapi
tidak menggairahkan potensi aksi apa pun. Mekanisme ini dianggap stimulasi
adrenergik, mungkin melibatkan pelepasan dopamin, tetapi blokade adrenoseptor
atau penghambatan dopamin belum terbukti efektif secara terapeutik.1,6
TINJAUAN PUSTAKA
Perut berfungsi sebagai rongga untuk menampung organ vital seperti organ
pencernaan, saluran kemih, endokrin, eksokrin, peredaran darah, dan bagian dari
sistem reproduksi. Dinding anterior perut memiliki sembilan lapisan. Dari terluar
ke terdalam, mereka adalah kulit, jaringan subkutan, fasia superfisial, obliques
eksternal, obliques internal, transversus abdominis, fasia transversalis, adiposa
preperitoneal dan jaringan areolar, dan peritoneum.10,11
3
4
a. Mulut atau oris adalah pemulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2
bagian yaitu :
1) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang antara gusi, gigi,
bibir, dan pipi.
2) Bagian rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi
sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis, di sebelah
belakang bersambung dengan faring. Selaput lendir mulut ditutupi,
6
1) Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan, lengkap
pada umur 2½ tahun jumlahnya adalah 20 buah tersebut juga gigi susu,
terdiri dari: 8 buah gigi seri (dens insivusi), 4 buah gigi taring (dens
karinus) dan 8 buah gigi geraham (molare).
d. Lidah
7
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir,
kerja otot ini dapat digerakkan ke seluruh arah. Lidah dibagi atas tiga
bagian, radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua (punggung lidah), dan
apeks lingua (ujung lidah). Pada pangkal lidah yang belakang tedapat
terdapat epiglotis, yang berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu
kita menelan makanan, supaya makanan jangan masuk ke jalan nafas.
susu dan membentuk kasein dari karsinogen (karsinogen dan protein susu).
Lapisan lambung jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak
yang merangsang sekresi getah lambung.
Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan
makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada pada sekum
panjangnya 6 m, merupakan saluran paling panjang tempat proses
pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari lapisan usus
halus (lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M.
Sirkuler), lapisan otot memanjang (M. Longitudinal), lapisan serosa
(sebelah luar) dan usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu:
a. Duodenum
a. Sekum
b. Kolon asendens
c. Kolon transversum
d. Kolon desendens
e. Kolon sigmoid
2.1.2.7 Rektum
2.1.2.8 Anus
b. Usus halus : terlihat 2-3 loop usus tanpa distensi dengan diameter <2,5 cm
Pada organ usus halus dan usus besar, dilakukan penilaian terhadap dinding
usus, yaitu :21
14
Selain itu Ileus paralitik diartikan juga sebagai obstruksi usus akibat
kelumpuhan seluruh atau sebagian otot-otot usus yang menyebabkan
berkurangnya atau tidak adanya peristaltik dan menyebabkan aktivitas motorik
usus menjadi terganggu. Pada kondisi ini, biasanya tidak terkait dengan penyebab
mekanis.1,3 Ileus paralitik harus tetap dianggap serius. Karena jika berkepanjangan
dan tidak diobati, maka akan dapat mengakibatkan kematian dengan cara yang
sama seperti pada obstruksi mekanis akut.1
2.3.2 Etiologi
Penyebab lain dari ileus paralitik antara lain sepsis, obat-obatan (seperti
opioid, anti depresan, antasida), metabolik (hipokalemi, hipomagnesemia,
hiponatremia, anemia dan hipoosmolalitas), infark miokard, pneumonia,
komplikasi diabetes, trauma (misal fraktur spinal), kolik bilier, kolik renal, trauma
kepala atau prosedur-prosedur bedah saraf, inflamasi intraabdominal dan
peritonitis dan hematoma retroperitoneal. Penyebab yang paling sering dari ileus
paralitik adalah gangguan metabolik dan gangguan elektrolit.13
2.3.3 Epidemiologi
1. 1 Posisi : AP (supine).
menunjukkan distensi dengan cairan dan udara di seluruh usus halus dan
seringkali di sebagian besar atau seluruh usus besar.1
b. CT Scan
21
2.3.5.2 Elektrokardiografi
22
2.3.6 Tatalaksana
Secara umum penatalaksanaan ileus paralitik dapat dibagi menjadi dua yaitu
terapi suportif dan terapi berdasarkan etiologi. Terapi suportif terdiri dari empat
tahapan yaitu memperbaiki keadaan umum pasien melalui tirah baring,
mempersiapkan pasien untuk cepat melakukan pemasangan infus, diikuti dengan
pemberian kristaloid seperti RL atau NaCl 0,9%. Pemasangan NGT dilakukan
untuk mengurangi nyeri, mual dan muntah pada pasien. Selain itu, pasien
diberikan nutrisi parenteral. Kemudian dapat dilakukan pemasangan kateter untuk
pemantauan urin 24 jam, diikuti dengan pemantauan tanda vital seperti tekanan
darah, nadi, suhu, dan laju pernafasan. Setelah itu, dokter melakukan laboratorium
pemeriksaan dan monitor EKG. Elektrolit protokol koreksi dilakukan jika ada
ketidakseimbangan elektrolit. Selain itu, pasien diberikan nutrisi parenteral total
sejak pasien puasa. Namun, total pemberian nutrisi parenteral tidak boleh
menyebabkan kelebihan beban pada usus yang buncit. Pasien disiapkan puasa
sampai bising usus terdengar dan pasien dapat mengeluarkan gas secara spontan.
Jika pasien dapat mengeluarkan gas dan bising usus positif, diet diberikan melalui
makan tabung. Terapi lain seperti obat prokinetik atau vitamin B12 belum
menunjukkan bukti signifikan perbaikan ileus.17
Pembedahan tidak dapat dilakukan jika panjangnya lebih dari 1,2 meter karena
akan mengarah adhesi dan komplikasi lain akibat operasi.17
Transplantasi usus kecil adalah terapi lain yang dapat diterapkan pada
pasien yang menjalani proses reseksi sebelumnya, pasien membutuhkan nutrisi
parenteral jangka panjang, pasien sepsis dan pasien dengan sindrom usus pendek,
suatu kondisi yang menyebabkan usus menjadi lebih pendek karena direseksi
usus, volvulus, gastroschisis dan necrotizing enterokolitis. Tingkat keberhasilan
terapi ini cukup tinggi, sekitar 80% dalam 3 tahun terakhir, berkat kebaikan
persiapan, imunosupresif yang efektif administrasi seperti tacrolimus dan
mikofenolat, dan area transplantasi pendek.17
2.3.7 Komplikasi
2.3.8 Prognosis
BAB III
PENYAJIAN KASUS
Pada tangal 6 Maret 2023 datang seorang pasien ke instalasi radiologi RS.
Kartika Husada dengan inisial pasien yaitu Tn. A (66 Tahun) untuk melakukan
pemeriksaan Rontgen Abdomen 3 posisi dengan diagnosis klinis Ascites dan Susp
Peritonitis. Pada pemeriksaan foto polos abdomen 3 posisi, didapatkan hasil yaitu
tidak tampak bayangan konkremen opak sepanjang traktus urinarius, terdapat
distribusi udara di usus berlebihan, tampak distensi usus oleh udara dengan
airfluid level, skeletal tidak tampak kelainan. Sehingga dapat disimpulkan Tn. A
mengalami Ileus Paralitik.
Pencitraan dengan foto polos perut juga diperlukan tanpa kontras dalam 3
posisi: tegak, terlentang, dan miring. Ileus paralitik umumnya memiliki pelebaran
usus dan gas akumulasi di lambung, usus dan usus besar.17. Pada pseudo-
obstruksi, gangguan motilitas umumnya mengenai seluruh saluran cerna,
meskipun distensi kolonlah yang paling menonjol. Dilatasi usus besar dengan
28
29
Pada kasus ini juga dilakukan foto abdomen 3 posisi, indikasi dilakukannya
foto abdomen 3 posisi pada pasien ini adalah untuk melihat penyebab dari
Ascites, Susp Peritonitis yang dialami pasien. Posisi foto abdomen memiliki
indikasi tersendiri disetiap posisi/proyeksi nya, seperti foto supine adalah untuk
melihat ada atau tidaknya penebalan atau distensi pada kolon yang disebabkan
massa atau udara. Pada foto posisi LLD dilakukan apabila ada indikasi air fluid
level atau udara bebas yang mungkin terjadi akibat perforasi kolon. Sedangkan,
pada posisi erect/semi erect dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya udara
bebas agar naik dibawah diafragma.21
berada di ascending colon. Air fluid level dan distensi usus merupakan salah satu
ciri dari ileus paralitik. 18,21
Penyebab terjadinya ileus paralitik mempunyai banyak kemungkinan, tetapi
lebi sering terjadi pada pasien pasca operasi baik berupa operasi intra peritoneal,
maupun retroperitoneal ataupun operasi selain di abdomen. Ileus paralitik
diketahui tidak pernah terjadi secara primer, atau biasanya penyakit ini yerjadi
akibat dari efek yang ditimbulkan oleh penyakit primer. Oleh karena itu, mencari
gangguan yang menjadi penyebab dari penyakit ini adalah hal yang penting untuk
mencapai keberhasilan dalam tata laksana.13 Secara global, angka kejadian ileus
paralitik paling sering terjadi pada pasien yang telah menjalankan operasi dengan
persentase 50% pada pasien yang menjalani operasi besar di bagian abdomen. 4,5
Secara umum penatalaksanaan ileus paralitik dapat dibagi menjadi dua yaitu
terapi suportif dan terapi berdasarkan etiologi.17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada pemeriksaan radiologi foto polos abdomen 3 posisi Tn. A (66 tahun)
dengan diagnosis klinis ascites dan susp peritoritis, didapatkan hasil berupa
ditemukannya distribusi udara bebas di usus yang berlebihan dan tampak adanya
distensi usus oleh udara dengan air fluid level yang menunjukkan gambaran
Ileus paralitik.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Weledji EP. Perspectives on paralytic ileus. Acute Med Surg. 2020 Oct
4;7(1):e573. doi: 10.1002/ams2.573. PMID: 33024568; PMCID:
PMC7533151.
2. Megan Griffiths. (2020). Crash Course Gastrointestinal System,
Hepatobiliary and Pancreas. 4th edn. Elsevier
3. Summers RW. Approach to the patient with ileus and obstruction. In:
Yamada T, Owyang C, Powell DW. Textbook of Gastroenterology vol I
4th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2003. Pg: 829-
842
4. Venara A, Neunlist M, Slim K, Barbieux J, Colas P, Hamy A, et al.
Postoperative ileus: Pathophysiology, incidence and prevention. J Visc
Surg . 2016; https://www.grace-asso.fr/wp-content/uploads/grace
pdf/Sources/Publications/ileus_review.pdf
5. Madl C, Druml W. Systemic consequences of ileus. Bailliere’s Best Pract
Res Clin Gastroenterol. 2003;17(3):445–56.
6. Ather R, O'Grady G, Bissett IP, Dinning PG. Postoperative ileus:
mechanisms and future directions for research. Clin. Exp. Pharmacol.
Physiol. 2014; 41(05): 358–70
7. Rahmawati, H, dan B. Hartono. Kepaniteraan di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit. Muhammadiyah Public Health Journal. 2021; 1(2):139-53
8. Harnsberger CR, Markel JA, Avavi K. Postoperative ileus. Clin. Colon
Rectal Surg. 2019; 32(3): 166–70.
9. Stakenborg N, Gomez‐Pinilla J, Boeckastaas GE. Postoperative ileus:
Pathophysiology. Current therapeutic approaches. Hands Exp.
Pharmacol. 2017; 239: 39–57.
10. Wade CI, Streitz MJ. Anatomy, Abdomen and Pelvis: Abdomen. [Updated
2022 Jul 25]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK553104/
11. Selçuk İ, Ersak B, Tatar İ, Güngör T, Huri E. Basic clinical retroperitoneal
anatomy for pelvic surgeons. Turk J Obstet Gynecol. 2018 Dec;15(4):259-
269.
12. Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U. (2013). Atlas Anatomi
Manusia Prometheus: Kepala, Leher, & Neuroanatomi (3 ed.). EGC.
33
34
13. Summers RW. Approach to the patient with ileus and obstruction. In:
Yamada T, Owyang C, Powell DW. Textbook of Gastroenterology vol I
4th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2003. Pg: 829-
842
14. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
15. Beach EC, De Jesus O. Ileus. [Updated 2023 Feb 12]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558937/
16. Prawira, M. D., Sueta, M. A. D., & Golden, N. (2022). Faktor risiko
kejadian ileus paralitik patologis pasca laparotomi dengan reseksi dan
anastomosis pada traktus gastrointestinal. Intisari Sains Medis, 13(3), 635-
639.
17. Pridanta, I. P. S., Kholili, U., Nusi, I. A., Setiawan, P. B., Purbayu, H.,
Sugihartono, T., ... & Miftahussurur, M. (2017). Recent Pathophysiology
and Therapy for Paralytic Ileus. 477-481 ISBN: 978-989-758-340-7
18. Djumhana A. Ileus paralitik. : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4 ed. Vol. I.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006
19. Behm B, Stollman N. Postoperative Ileus: Etiologies and Interventions.
Clinical gastroenterology and hepatology 2003;1:71-80. Available at:
http://www.usagiedu.com/articles/ileus/ileus.pdf Gambar.5 CT-scan pada
ileus paralitik pada seorang anak. Tampak distensi usus halus dan rectum
20. James B, Kelly B. The abdominal radiograph. Ulster Med J. 2013
Sep;82(3):179-87. PMID: 24505155; PMCID: PMC3913410.
21. Bontrager,K. Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy.
Missouri: Mosby,Inc. 2018.