Anda di halaman 1dari 25

Anindya Anjas Putriavi - 1102014027

REFERAT
Hypertrophy Pyloric
Stenosis
Pembimbing: dr. Kesuma Mulya, Sp.Rad
Kelainan pada bayi

bayi memuntahkan makanan 3 sampai 6 minggu setelah lahir

pria banding wanita, 4 : 1

Pada orang dewasa, stenosis pylorus merupakan penyakit yang

HPS membingungkan dan jarang ditemukan

2
DEFINISI

Hypertrophy Pyloric Stenosis atau Stenosis Pylorus


merupakan kelainan yang terjadi pada bayi, yang
ditandai dengan obstruksi gastric outlet dan penebalan
abnormal dari otot antrum pyloricum sehingga sfingter
pilorus gagal berelaksasi untuk mengalirkan makanan
dari lambung ke dalam duodenum

3
3 : 1000
di Amerika Serikat
Laki-laki : Perempuan = 4 : 1
Sering bersama dengan Fistula Trakeoesofagus

4
ANATOMI DAN FISIOLOGI

5
ETIOLOGI

▰ Penyebab stenosis pylorus belum diketahui tetapi berbagai


macam faktor telah dicurigai terlihat
▰ Inervasi otot yang tidak normal, menyusui dan stress pada ibu
pada trimester III diketahui ikut terlibat
▰ Nitrit Oksida Sintase (NOS) diduga menyebabkan HPS karena
memediasi relaksasi otot polos non kolinergik non adrenergic
sepanjang usus yang menyebabkan lapisan otot sirkuler dari
lambung dan pylorus menjadi hipertrofi

6
PATOGENESIS

▰ Hipertrofi dua lapisan otot pylorus (otot longitudinal dan sirkuler)


▰ Kanalis pylorus panjang dan dinding otot pylorus tebal
▰ Pada kasus lanjut, lambung dilatasi dan menyebabkan obstruksi
komplit dari lambung = gangguan pengosongan isi gaster ke
duodenum
▰ Makanan yang dicerna dan disekresi oleh gaster akan dimuntahkan
▰ Tidak mengandung cairan empedu

7
MANIFESTASI KLINIS

Muntah Gagal tumbuh/


Obstipasi
Proyektil Hilang BB

8
Diagnosis dan
Diagnosis Banding
9
Anamnesis

• Muntah proyektil nonbilious (tidak berwarna


hijau) progresif dan terjadi segera setelah
makan
• Gejala muncul paling awal umur 1 minggu
dan paling lambat pada umur 5 bulan
• Setelah muntah, bayi akan merasa lapar dan
ingin makan lagi
• Akibatnya terjadi kehilangan cairan, ion
hidrogen dan klorida, secara progresif
menyebabkan alkalosis metabolik dan
hiperkloremik

10
Pemeriksaan Fisik

• Kontour dan peristaltik lambung terlihat di


abdomen bagian atas. Setelah bayi muntah, otot
perut lebih rileks
• Teraba “tumor” di daerah epigastrium atau
hipokondrium kanan. Massa ini kenyal, bisa
digerakkan, panjangnya sekitar 2 cm, berbentuk
seperti buah zaitun, keras, paling baik diraba dari
sisi kiri dan terletak di atas dan kanan umbilicus

11
Penunjang

Darah Rutin Histopatologi

• Pada stadium lanjut bayi • Menunjukkan penebalan


dalam keadaan dehidrasi yang terjadi berlebihan
malnutrisi-hipokalemi dan pada antrum pylorus
alkalosis metabolik
hipokloremik

12
Penunjang: Radiologi

Foto bolos abdomen/Roentgenogram abdomen


• Frothy appearance (berbusa)
• Gaster terisi banyak udara
• Kurangnya distribusi udara di usus halus dan
colon

13
Penunjang: Radiologi

Foto Maag Duodenum dengan Barium Meal


 Membedakan distensi lambung dengan kausa lain
• Perlambatan waktu pengosongan lambung
• Gambaran elongasi dari kanalis piloricum

String sign Double track sign 14


Penunjang: Radiologi

Foto Maag Duodenum dengan Barium Meal


 Membedakan distensi lambung dengan kausa lain
• Gambaran efek masa dari tumor pylorus

Mushroom sign

Shoulder sign Beak sign 15


Penunjang: Radiologi

USG Abdomen
• Penebalan dari otot pylorus, predictive
value sampai 90%
• Panjang kanalis pyloricum >17 mm dan
tebal dinding otot >4 mm

16
Penunjang: Radiologi

CT Scan
• Dengan kontras potongan koronal,
tampak penebalan fokal pylorus dan
antrum bagian distal

17
Diagnosis Banding

1. Hirschprung Disease 2. Akalasia Esofagus


Keterlambatan pengeluaran mekonium Muntah persisten dan pada foto thorax
pertama yang >24 jam yang kemudian sering ditemukan pneumonia dengan
diikuti dengan kembung dan muntah aspirasi

18
Diagnosis Banding

3. Bezoar
4. Obstruksi Duodenum
Muntah intermiten, sering disebabkan
Atresia, stenosis atau malrotasi
karena menelan nasi/pisang pada bayi
duodenum. Bayi baru lahir dengan
yang baru lahir atau termakan rambut
muntah bilier dan persisten sejak lahir

19
Diagnosis Banding

5. Atresia Jejunum
Tampak beberapa gelembung udara

6. Intususepsi
Masuknya segmen proksimal usus (intususeptum)
ke dalam lumen usus distal (intususepien). MK:
sakit perut bagian atas, defekasi darah dan lendir,
muntah, teraba tumor di abdomen, bayi tampak
pucat
20
PENATALAKSANAAN

▰ Koreksi elektrolit dan rehidrasi


Gangguan elektrolit ringan dapat dikoreksi dengan 0,45% salin dan 5% dextrose sebelum
dilakukan tindakan operasi. Gangguan elektrolit berat dikoreksi dengan 0,9% salin dengan
bolus 10-20cc/kgBB, diikuti oleh pemberian 0,9% salin dalam 5% dextrose

▰ Dekompresi naso gastrik


Setelah diagnosis HPS ditegakkan, semua makanan di stop dan dilakukan aspirasi semua
isi lambung melalui NGT. Biasanya isi lambung berupa susu yang telah menggumpal
sehingga dilakukan lavage dengan saline sampai evakuasi lambung adekuat. Setelah isi
lambung kosong, NGT dikeluarkan untuk mencegah perburukan gangguan elektrolit karena
aspirasi dari isi lambung

21
PENATALAKSANAAN

▰ Pembedahan
Prosedur bedah pilhan adalah piloromiotomi Ramstedt.
Prosedur ini dilakukan melalui insisi pendek melintang
atau dengan laparaskopi. Massa pylorus di bawah
mukosa dipotong tanpa memotong mukosa dan irisan
ditutup kembali

22
PROGNOSIS

Setelah pembedahan bayi masih sekali-sekali muntah, sembuh sempurna setelah 2-3 hari
pasca bedah. Pengobatan beda stenosis pylorus adalah kuratif, dengan mortalitas
pembedahan antara 0 dan 0,5%. Terapai medik konservatif (dengan memberikan
makanan sedikit-sedikit, atropine) pernah dilakukan pada masa lalu tetapi perbaikannnya
lambat dengan mortalitas yang lebih tinggi. Dilatasi dengan endoskopi balon cukup
berhasil, laporan ini perlu diperkuat sebelum praktek ini diterima sebagai terapi

23
Frank, Henry. 2011. Netter Atlas of Human Anatomy. Saunders Elsevier: Philadelphia.
Frankel, Heidi. 2004. Hypertrophic Pyloric Stenosis (HPS). In: Ultrasound for Surgeons. Landes Bioscience: USA.
Hardy Maryann and Boynes Steven. 2007. Congenital Pyloric Stenosis. In: Pediatric Radiography. School of Health Studies,
University of Bradford: United Kingdom.
Katami A, Ghoroubi G, Imanzadeh F, Attaran M, Mehrafarin M, Sohrabi MR. 2009. Olive palpation, sonography and barium
study in the diagnosis of hypertrophic pyloric stenosis: decline in physicians’ art barium. Iran J Radiol; 6(2): 87-90
Kusumadewi, Anny dkk. 2008. Congenital Hypertrophic Pyloric Stenosis. Department of Pediatric Surgery, Faculty of Medicine
Hasanuddin University: Makassar.
Price, Sylvia and Wilson, Lorraine. 2005. Gangguan lambung dan Duodenum. Dalam: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit 6th Edition. EGC: Jakarta.
Singh, Jagvir. 2017. Pediatric Pyloric Stenosis. Available from: http://emedicine.medscape.com/
Staf pengajar FKUI. 2008. Stenosis Pilorik Hipertrofi. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta.
Stanton Kliegman. 2011. Pyloric Stenosis and Other Congenital Anomalies of the Stomach. In: Nelson Textbook of Pediatri
19th Edition. Elsevier: Philadelphia.
Suraatmaja, Sudaryat. 2005. Muntah Pada Bayi dan Anak dalam Kapita Selekta Gastroenterologik Anak. CV. Sagung Seto:
Jakarta.
Rasad, Sjahrir. 2005. Radiologi Diagnostik Ed 2. Jakarta. FK UI.
Terima Kasih
Semoga Bermanfaat

25

Anda mungkin juga menyukai