Anda di halaman 1dari 32

WRAP UP SKENARIO 3

TIDAK BISA BUANG AIR KECIL


BLOK GINJAL DAN SALURAN KEMIH

KELOMPOK A-9
KETUA
SEKRETARIS:
ANGGOTA

:
Ananda Umica Ressapati
Andina Dewanty
:
Jelsa Meida
Adyzka Marshalivia
Farida Citra Permatasari
Alvin Ariano
Hamdah
Chrysza Ayu Agustine
Nabila Ulfia

(1102014022)
(1102013026)
(1102012137)
(1102013011)
(1102014094)
(1102014014)
(1102014117)
(1102014062)
Hana
(1102014118)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI

SKENARIO 3

TIDAK BISA BUANG AIR KECIL

Laki-laki, 65 tahun datang berobat ke Poliklinik Bedah dengan keluhan tidak bisa
kencing sejak 1 hari yang lalu, meskipun merasa sangat ingin kencing. Sebelumnya
riwayat LUTS (Lower Urinary Tract Syndrome) seperti hesistensi, nokturia, urgensi,
frekuensi, terminal dribbling sering dirasakan sebelumnya. IPSS (International
Prostate Symptom Score) > 30 dan skor kulaitas hidup (QoL) > 5. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan regio supra pubik bulging dan pada pemeriksaan colok dubur
didapatkan prostate membesar. Oleh dokter yang memeriksanya dianjurkan untuk
dipasang kateter urin dan dilakukan pemeriksaan BNO-IVP

Kata sulit
1. Hesistensi
lebih lama

: kesulitan mengeluarkan pancaran urin sehingga urin keluar

2. BNO-IVP

: pemeriksaan radiologi pada saluran kemih yang dimulai dari


ginjal, ureter, VU, dengan memasukkan bahan kontras ke
dalam kembuluh darah

3. Terminal dribbling: meneteskan urin pada akhir miksi


4. Nokturia

: frekuensi urin yang meningkat pada malam hari

5. Urgensi

: rasa ingin buang air kecil yang sangat kuat

6. LUTS

: Lower Urinary Tract Syndrome yang terdiri dari 2 gejala


obstruksi dan iritasi

7. IPSS

: sistem skoring yang secara subjectif dapat diisi oleh pasien


untuk menilai tingkat keparahan dan keluhan saluran kemih
bawah

8. Frekuensi

: keluhan pasien dimana berkemih sangat sering dalam


sehari

9. colok dubur

: memasukkan jari ke dalam dubur untuk mengetahui


pembesaran prostat

10. bulging

Pertanyaaan

: pembengkakan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Kenapa frekuensi urin pada malam hari meningkat?


Kenapa pada skenario ini keluhannya tidak bisa kencing?
Prostat bagian mana yang mengalami pembesaran?
Kenapa region suprapubic bengkak?
Apakah umur berpengaruh pada kasus ini? Kenapa?
Apa kaitan susah BAK dengan hasil pemeriksaan?
Apa yang terjadi jika tidak ditangani?
Hubungan riwayat gejala dahulu dengan kasus ini?
Apa makna skor IPSS>30?
Pemeriksaan penunjang apa selain BNO-IVP?
Apa saja faktor resiko dari kasus ini?
Diagnosis pada kasus ini?
Kenapa terjadi terminal dribbling?

Jawaban
1. kemungkinan karena faktor usia juga dan tekanan didalam VU terlalu
besar sehingga dapat membangunkan orang tersebut. Bisa juga karena
aktivitas, posisi,suhu dan tekanan.
2. dikarenakan prostat membesar sehingga uretra menyempit dan urin
sedikit yang keluar
3. bagian yang membesar kemungkinan adalah lobus posterior dan lateral
pada colok dubur didapatkan keras dan kasra Ca prostat
pada colok dubur didapatkan lunak dan halus BPH
4. tidak bisa pipis VU penuh dengan urin sehingga terjadi pembesran
suprapubic
5. iya, penurunan fungsi hormone testosterone mempengaruhi sel-sel prostat
6. dikarenakan prostat membesar sehingga uretra menyempit dan urin
sedikit yang keluar
7. bisa terjadi reflux hydronephrosis, gagal ginjal dan infeksi saluran kemih
kronik
8. ada, karena ada proses kelanjutan dari riwayat terdahulu
9. derajat penilaian IPSS

A. 0-7

= Ringan B. 8-19

= Sedang C. 20-35 = Berat

10. USG transrectal (TRUS) dan sintoskop


11. Umur, gaya hidup, seksual, genetic,hormone
12. BPH, karena tidak ada hematuria, adanya nocturia dan tidak nyeri pada
BAK
13. Penyempitan uretra pengeluaran tidak lampias sisanya keluar atau
terjadi terminal dribbling

Hipotesis

Faktor Resiko
dan Etiologi

Gejala

Pemeriksaan

Hormone, usia,
gaya hidup
menyebabkan
pembesaran
prostat yang dapat
menimbulkan

Nyeri berkemih,
Nokturia,
Resistensi,
Terminal dribbling

Tatalaksana

PF: abdomen,
colok dubur
Anamnesis:
Skor IPSS
PP: BNO-IVP &
USG
-Transrectal

Diagnosis
Hasil

Awal: pemasangan
kateter
Farmakologis dan
non farmakologis

Skor IPSS >30


QoL>5
Pembesaran
suprapubik
Colok dubur (+)

BP
H

Sasaran Belajar
LI 1. Memahami dan menjelaskan anatomi prostat
LO 1.1 Makroskopis
LO 1.2 Mikroskopis
LI 2. Memahami dan menjelaskan fungsi prostat
LI 3. Memahami dan menjelaskan BPH (Benign Prostate Hyperplasia)
LO 3.1 Definisi
LO 3.2 Etiologi
LO 3.3 Faktor resiko
LO 3.4 Patofisiologi
LO 3.5 Manifestasi Klinis
LO 3.6 Diagnosis dan DD
LO 3.7 Tatalaksana
LO 3.8 Komplikasi
LO 3.9 Pencegahan
LO 3.10 Prognosis
LI 4 Memahami dan Menjelaskan etika pemeriksaan terhadap lawan jenis
menurut islam ( aurat)

LI 1. Memahami dan menjelaskan anatomi prostat

LO 1.1 Makroskopis
] ) Prostat merupakan organ kelenjar fibromuskular yang mengelilingi urethra pars
prostatica. Prostata mempunyai panjang + 3 cm dengan berat + 20 gram dan terletak
di antara collum vesicae di atas dan diaphragma urogenitale di bawah.
Prostat dikelilingi oleh capsula fibrosa. Di luar capsula terdapat selubung fibrosa,
yang merupakan bagian lapisan visceral fascia pelvis. Prostat yang berbentuk kerucut
mempunyai basis prostatae yang terletak superior dan berhadapan dengan collum
vesicae; dan apex prostatae yang terletak di inferior dan berhadapan dengan
diaphragma urogenitale. Kedua ductus ejaculatorius menembus bagian atas fascies
posterior prostatae untuk bermuara ke urethra pars prostatica pada pinggir lateral
utriculus prostaticus.

Batas-batas prostat

Batas superior : basis prostat melanjutkan diri sebagai collum vesica


urinaria, otot polos berjalan tanpa terputus dari satu organ ke organ
yang lain.
Batas inferior : apex prostat terletak pada permukaan atas diafragma
urogenitalis. Uretra meninggalkan prostat tepat diatas apex permukaan
anterior.
Anterior : permukaan anterior prostat berbatasan dengan simphisis
pubis, dipisahkan dari simphisis oleh lemak ekstraperitoneal yang
terdapat pada cavum retropubica(cavum retziuz). Selubung fibrosa
prostat dihubungkan dengan permukaan posterior os pubis dan
ligamentum puboprostatica. Ligamentum ini terletak pada pinggir garis
tengah dan merupakan kondensasi vascia pelvis.
Posterior : permukaan posterior prostat berhubungan erat dengan
permukaan anterior ampula recti dan dipisahkan darinya oleh septum
retovesicalis (vascia Denonvillier). Septum ini dibentuk pada masa
janin oleh fusi dinding ujung bawah excavatio rectovesicalis
peritonealis, yang semula menyebar ke bawah menuju corpus
perinealis.
Lateral : permukaan lateral prostat terselubung oleh serabut anterior m.
levator ani waktu serabut ini berjalan ke posterior dari os pubis.

Kelenjar prostat yang jumlahnya banyak tertanam di dalam campuran otot polos dan
jaringan ikat, dan ductusnya bermuara ke urethra pars prostatica. Prostat secara tidak
sempurna terbagi menjadi lima lobus.

Lobus anterior terletak di depan urethra dan tidak mempunyai


jaringan kelenjar.
Lobus medius/medianus adalah kelenjar berbentuk baji yang terletak
di antara urethra dan ductus ejaculatorius. Permukaan atas lobus

medius berhubungan dengan trigonum vesicae, bagian ini mengandung


banyak kelenjar.
Lobus posterior terletak dibelakang urethra dan di bawah ductus
ejaculatorius, juga mengandung kelenjar.
Lobi prostatae dexter dan sinister terletak di samping urethra dan
dipisahkan satu dengan lainnya oleh alur vertikal dangkal yang
terdapat pada fascies posterior prostatae. Lobi laterales mengandung
banyak kelenjar.

Vaskularisasi Prostata

Cabang arteria vesicalis inferior dan arteria rectalis media.


Venae membentuk plexus venosus prostaticus, yang terletak di antara
capsula prostatica dan selubung fibrosa. Plexus venosus prostaticus
menampung darah dari vena dorsalis profunda penis dan sejumlah
venae vesicales, selanjutnya bermuara ke vena iliaca interna.

Persarafan Prostat
Persarafan prostat berasal dari plexus hypogastricus inferior. Saraf simpatis
merangsang otot polos prostat saat ejakulasi.
Menurut konsep terbaru kelenjar prostat merupakan suatu organ campuran terdiri atas
berbagai unsur glandular dan non glandular. Telah ditemukan lima daerah/ zona
tertentu yang berbeda secara histologi maupun biologi, yaitu:
1. Zona Anterior atau Ventral
Sesuai dengan lobus anterior, tidak punya kelenjar, terdiri atas stroma
fibromuskular. Zona ini meliputi sepertiga kelenjar prostat.
2. Zona Perifer

Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa kelenjar
prostat. Zona ini rentan terhadap inflamasi dan merupakan tempat asal
karsinoma terbanyak.
3. Zona Sentralis.
Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulatorius, sesuai dengan lobus tengah
meliputi 25% massa glandular prostat. Zona ini resisten terhadap inflamasi.
4. Zona Transisional.
Zona ini bersama-sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai
kelenjar pre-prostatik. Merupakan bagian terkecil dari prostat, yaitu kurang
lebih 5% tetapi dapat me-lebar bersama jaringan stroma fibromuskular
anterior menjadi benign prostatic hyperpiasia
5. Kelenjar-Kelenjar Periuretra
Bagian ini terdiri dan duktus-duktus kecil dan susunan sel-sel asinar abortif
tersebar sepanjang segmen uretra proksimal.

LO 1.2 Mikroskopis

Prostat melingkari pangkal uretra yang keluar dari kandung kemih. Kelenjar tersebut
merupakan kumpulan dari 30-50 kelenjar tubuloalveolar kompleks yang kecil-kecil,
bermuara ke dalam uretra pars prostatika, melalui 15-30 saluran keluar kecil. Unsurunsur kelenjar tersebar pada tiga daerah yang berlainan yang tersusun kurang lebih
konsentris mengelilingi uretra. Kelenjar-kelenjar kecil terletak di mukosa dan
dikelilingi oleh kelenjar- kelenjar submukosa. Kelenjar utama terletak di bagian tepi
dan merupakan bagian terbesar dari kelenjar. Keseluruhan kelenjar dibungkus oleh
simpai fibroelasuk yang mengandung banyak serat otot polos di sebelah dalam dan
kaya akan pleksus vena. Bagian-bagian kelenjar terbenam di dalam stroma padat yang
di bagian tepi berlanjut pada simpai. Stromanya juga fibroelastik dan mengandung
sejumlah berkas serat otot. Alveoli dan tubuli kelenjar sangat tidak teratur dan sangat
beragam bentuk dan ukurannya. Alveoli dan tubuli bercabang berkali-kali, keduanya
memiliki lumen yang lebar. Lamina basal kurang jelas dan epitel sangat berlipat-lipat.
Jenis epitelnya selapis atau bertingkat dan ber-variasi dari silindris sampai kubis
rendah, tergantung pada status endokrin dan kegiatan kelenjar. Sitoplasma banyak
mengandung butir sekret dan butir lipid. Saluran keluar mempunyai lumen yang tidak
teratur dan mirip tubuli sekretoris yang kecil.

Sekret prostat merupakan cairan seperti susu, bersifat agak alkali, kaya dengan enzim
proteolitik, terutama fibrinolisin yang membantu pencairan semen.
Sekret juga mengandung sejumlah besar
fosfatase asam. Pada sajian, sekret terlihat
sebagai massa granular yang asidofilik.
Seringkali mengandung badan-badan bulat
atau bulat telur disebut konkremen prostat
(korpora amilasea) yang merupakan
kondensasi sekret yang mungkin mengalami
perkapuran.
LI 2. Memahami dan menjelaskan fungsi prostat
Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen dari
cairan ejakulat. Cairan ini dilairkan melalui duktus sekretorius dan bermuara di uretra
posterior untuk kemudian dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada saat

ejakulasi. Volume cairan prostat merupakan 25% dari seluruh volume ejakulat.

Fungsi prostat yang normal tergantung pada testosteron, yang dihasilkan oleh
sel Leydig testis dalam respon terhadap rangsangan oleh hormon luteinisasi (LH) dari
hipofisis. Testosteron dimetabolisme menjadi dehidrotestosteron oleh 5a-reduktase di
dalam prostat dan vesikula seminalis.
Jika kelenjar ini mengalami hiperplasia jinak atau berubah menjadi kanker
ganas dapat membuntu uretra posterior dan mengakibatkan terjadinya obstruksi
saluran kemih.
Sel-sel kelenjar prostat dapat membentuk enzim asam fosfatase yang paling
aktif bekerja pada ph 5. Kelenjar prostat mensekresi sedikit cairan yang berwarna
putih susu dan bersifat alkalis. Cairan ini mengandung asam sitrat, asam fosfatase,
kalsium dan koagulase serta fibrinolisis. Selama pengeluaran cairan prostat, kapsul
kelenjar prostat akan berkontraksi bersamaan dengan kontraksi vas deferen dan cairan
prostat keluar bercampur dengan semen yang lainnya.
Cairan prostat merupakan 70% volume cairan ejakulat dan berfungsi
memberikan makanan spermatozon dan menjaga agar spermatozon tidak cepat mati di
dalam tubuh wanita, dimana sekret vagina sangat asam (PH: 3,5-4). Dengan demikian
sperma dapat hidup lebih lama dan dapat melanjutkan perjalanan menuju tuba uterina
dan melakukan pembuahan.
Fungsi kelenjar prostat pada umumnya sebagai sumber nutrisi dan perlindungan
spermatozoa yaitu dengan cara:
1

Mengeluarkan cairan alkalis yang berfungsi untuk menetralkan sekresi vagina


yang asam. Fungsi ini bertujuan untuk sperma agar dapat bertahan hidup
dalam lingkungan yang sedikit basa

Menghasilkan enzim-enzim pembekuan dan fibrinolisin. Enzim pembekuan


prostat bekerja pada fibrinogen dari vesikula seminalis untuk enghasilkan
fibrin yang bertujuan untuk membekukan semen sehingga sperma yang
diejakulasikan dapa bertahan di dalam saluran reproduksi wanita . setelah itu
bekuan seminal diuraikan oleh fibrinolisin ,yaitu suatu enzim pengurai fibrin
dari prostat,sehingga sperma motil yang dikeluarkan dapat bergerak bebas di
dalam saluran reproduksi wanita.

Prostat adalah kelenjar sex sekunder pada laki-laki yang menghasilkan cairan
dan plasma seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13-32% dan cairan
vesikula seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi. Kelenjar prostat dibawah pengaruh
Androgen Bodies dan dapat dihentikan dengan pemberian Stilbestrol.
LI 3. Memahami dan menjelaskan BPH (Benign Prostate Hyperplasia)
LO 3.1 Definisi
Pengertian BPH secara klinikal, menurut NCI: Definition of Cancer Terms, BPH
adalah suatu pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh hiperplasia beberapa
atau semua komponen dari prostat yang meliputi jaringan dari kalenjar maupun

jaringan fibromuskuler yang menyebabkan terjadinya penyumbatan uretra prostat dan


brsifat non-kanker.
Secara histologi, BPH dapat didefenisikan sebagai pembesaran nodular secara
regional dengan kombinasi poliferasi stroma dan glandular yang berbeda (Berry SJ,
1984).
LO 3.2 Etiologi
Beberapa teori atau hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya
hiperplasia prostat adalah:
Teori Hormonal
Selain androgen (testosteron/DHT), estrogen juga berperan untuk terjadinya
BPH. Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan
hormonal, yaitu antara hormon testosteron dan hormon estrogen, karena produksi
testosteron menurun dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada
jaringan adiposa di perifer dengan pertolongan enzim aromatase, dimana sifat
estrogen ini akan merangsang terjadinya hiperplasia pada stroma, sehingga timbul
dugaan bahwa testosteron diperlukan untuk inisiasi terjadinya proliferasi sel
tetapi kemudian estrogenlah yang berperan untuk perkembangan stroma.
Kemungkinan lain ialah perubahan konsentrasi relatif testosteron dan estrogen
akan menyebabkan produksi dan potensiasi faktor pertumbuhan lain yang dapat
menyebabkan terjadinya pembesaran prostat.
Dari berbagai percobaan dan penemuan klinis dapat diperoleh kesimpulan,
bahwa dalam keadaan normal hormon gonadotropin hipofise akan menyebabkan
produksi hormon androgen testis yang akan mengontrol pertumbuhan prostat.
Dengan makin bertambahnya usia, akan terjadi penurunan dari fungsi testikuler
(spermatogenesis) yang akan menyebabkan penurunan yang progresif dari sekresi
androgen. Hal ini mengakibatkan hormon gonadotropin akan sangat merangsang
produksi hormon estrogen oleh sel sertoli. Dilihat dari fungsional histologis,
prostat terdiri dari dua bagian yaitu sentral sekitar uretra yang bereaksi terhadap
estrogen dan bagian perifer yang tidak bereaksi terhadap estrogen.
Teori Growth Factor (faktor pertumbuhan)
Peranan dari growth factor ini sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar
prostat. Terdapat empat peptic growth factor yaitu; basic transforming growth
factor, transforming growth factor b1, transforming growth factor b2, dan
epidermal growth factor.
Teori Sel Stem (stem cell hypothesis)
Seperti pada organ lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada seorang
dewasa berada dalam keadaan keseimbangan steady state, antara pertumbuhan
sel dan sel yang mati, keseimbangan ini disebabkan adanya kadar testosteron
tertentu dalam jaringan prostat yang dapat mempengaruhi sel stem sehingga dapat
berproliferasi. Pada keadaan tertentu jumlah sel stem ini dapat bertambah
sehingga terjadi proliferasi lebih cepat. Terjadinya proliferasi abnormal sel stem
sehingga menyebabkan produksi atau proliferasi sel stroma dan sel epitel kelenjar
periuretral prostat menjadi berlebihan.

Teori Dihydro Testosteron (DHT)


Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig pada testis (90%) dan sebagian
dari kelenjar adrenal (10%) masuk dalam peredaran darah dan 98% akan terikat
oleh globulin menjadi sex hormon binding globulin (SHBG). Sedang hanya 2%
dalam keadaan testosteron bebas. Testosteron bebas inilah yang bisa masuk ke
dalam target cell yaitu sel prostat melewati membran sel langsung masuk
kedalam sitoplasma, di dalam sel, testosteron direduksi oleh enzim 5 alpha
reductase menjadi 5 dyhidro testosteron yang kemudian bertemu dengan reseptor
sitoplasma menjadi hormone receptor complex.
Kemudian hormone receptor complex ini mengalami transformasi reseptor,
menjadi nuclear receptor yang masuk kedalam inti yang kemudian melekat
pada chromatin dan menyebabkan transkripsi m-RNA. RNA ini akan
menyebabkan sintese protein menyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar
prostat.
Teori Reawakening
Mc Neal tahun 1978 menulis bahwa lesi pertama bukan pembesaran stroma
pada kelenjar periuretral (zone transisi) melainkan suatu mekanisme glandular
budding kemudian bercabang yang menyebabkan timbulnya alveoli pada zona
preprostatik. Persamaan epiteleal budding dan glandular morphogenesis yang
terjadi pada embrio dengan perkembangan prostat ini, menimbulkan perkiraan
adanya reawakening yaitu jaringan kembali seperti perkembangan pada masa
tingkat embriologik, sehingga jaringan periuretral dapat tumbuh lebih cepat dari
jaringan sekitarnya, sehingga teori ini terkenal dengan nama teori reawakening of
embryonic induction potential of prostatic stroma during adult hood.
Selain teori-teori di atas masih banyak lagi teori yang menerangkan tentang
penyebab terjadinya BPH seperti, teori tumor jinak, teori rasial dan faktor sosial,
teori infeksi dari zat-zat yang belum diketahui, teori yang berhubungan dengan
aktifitas hubungan seks, teori peningkatan kolesterol, dan Zn yang kesemuanya
tersebut masih belum jelas hubungan sebab-akibatnya.
LO 3.3 Faktor resiko
Usia
usia adalah faktor resiko yang berpengaruh terhadap BPH. Hampir setengah dari pria
ada resiko BPH pada umur 60 tahun dan 85% pria mempunyai BPH pada umur 85.
Tidak umum untuk BPH menyebabkan gejala sebelum usia 40 tahun.
Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan BPH memungkinkan untuk berkembang dengan kondisi
tersebut.
Faktor resiko penyakit jantung dan BPH
ada beberapa bukti yang engindikasi kalau faktor resiko yang berhubungan dengan
penyait jantung bisa meningkatkan resiko BPH. fakor resiko ini termasuk obesitas,
tekanan darah tinggi, rendahnya kadar HDL cholesterol, diabetes dan PAD
( Peripheral Artery Disease). Gaya hidup yang tidak sehat seperti kurangnya

berolahraga, merokok dan diet yang buruk juga memungkinkan peningkatan resiko
terkena BPH.
LO 3.4 Patofisiologi
Menurut Syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998, umumnya gangguan ini
terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan hormonal. Bagian paling dalam
prostat membesar dengan terbentuknya adenoma yang tersebar. Pembesaran adenoma
progresif menekan atau mendesak jaringan prostat yang normal ke kapsula sejati yang
menghasilkan kapsula bedah. Kapsula bedah ini menahan perluasannya dan adenoma
cenderung tumbuh ke dalam menuju lumennya, yang membatasi pengeluaran urin.
Akhirnya diperlukan peningkatan penekanan untuk mengosongkan kandung kemih.
Serat- serat muskulus destrusor berespon hipertropi, yang menghasilkan trabekulasi di
dalam kandung kemih. Pada beberapa kasus jika obsruksi keluar terlalu hebat, terjadi
dekompensasi kandung kemih menjadi struktur yang flasid, berdilatasi dan sanggup
berkontraksi secara efektif. Karena terdapat sisi urin, maka terdapat peningkatan
infeksi dan batu kandung kemih.
Peningkatan tekanan balik dapat menyebabkan hidronefrosis. Retensi progresif bagi
air, natrium, dan urea dapat menimbulkan edema hebat. Edema ini berespon cepat
dengan drainage kateter. Diuresis paska operasi dapat terjadi pada pasien dengan
edema hebat dan hidronefrosis setelah dihilangkan obstruksinya. Pada awalnya air,
elekrolit, urin dan beban solut lainya meningkatkan diuresis ini, akhirnya kehilangan
cairan yang progresif bias merusakkan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan
serta menahan air dan natrium akibat kehilangan cairan dan elekrolit yang berlebihan
bisa menyebabkan hipovelemia.
Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan
pada traktus urinarius. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi
perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika
kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat. Akibatnya serat detrusor
akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli
akan terlihat sebagai balokbalok yang tampai (trabekulasi).
Dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di
antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil
dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah
fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya
akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga
terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih

atas.

LO 3.5 Manifestasi Klinis


1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah :
a. Obstruksi :
Hesistensi (harus menggunakan waktu lama bila mau miksi).
Pancaran waktu miksi lemah.
Intermitten (miksi terputus).
Miksi tidak puas.
Distensi abdomen.
Volume urine menurun dan harus mengejan saat berkemih.
b. Iritasi : frekuensi sering, nokturia, disuria.
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas:
Nyeri pinggang, demam (infeksi), hidronefrosis.
3. Gejala di luar saluran kemih :
Keluhan pada penyakit hernia/hemoroid sering mengikuti penyakit hipertropi
prostat. Tim-bulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat
miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal.

Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat
Hipertroplasi:
a. Sering buang air kecil dan tidak sanggup menahan buang iar kecil, sulit
mengeluarkan atau menghentikan urin. Mungkin juga urin yang keluar hanya
merupakan tetesan belaka.
b. Sering terbangun waktu tidur di malam hari, karena keinginan buang air kecil
yang ber-ulang-ulang.
c. Pancaran atau lajunya urin lemah.
d. Kandung kemih terasa penuh dan ingin buang iar kecil lagi.
e. Pada beberapa kasus, timbul rasa nyeri berat pada perut akibat tertahannya
urin atau me-nahan buang air kecil.
Gejala generalisata juga mungkin tampak, termasuk keletihan, anoreksia, mual dan
muntah, dan rasa tidak nyaman pada epigastrik.
Secara klinik derajat berat, dibagi menjadi 4 gradiasi, yaitu:

Derajat 1 : Apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada DRE (digital rectal


examination) atau colok dubur ditemukan penonjolan prostat dan sisa urine
kurang dari 50 ml.
Derajat 2 : Ditemukan tanda dan gejala seperti pada derajat 1, prostat lebih
menonjol, batas atas masih teraba dan sisa urine lebih dari 50 ml tetapi kurang
dari 100 ml.
Derajat 3 : Seperti derajat 2, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa
urin lebih dari 100 ml.
Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi total.
Grade 1 2 : indikasi konsevatif. Grade 3 4 : indikasi operatif.

LO 3.6 Diagnosis dan DD


a. Anamnesis : gejala obstruktif dan gejala iritatif
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus
spingter ani, reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti
benjolan di dalam rektum dan tentu saja teraba prostat. Pada perabaan prostat harus
diperhatikan :
1.

Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)

2.

Adakah asimetris

3.

Adakah nodul pada prostate

4.

Apakah batas atas dapat diraba

5.

Sulcus medianus prostate

6.

Adakah krepitasi
Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan prostat teraba membesar,
konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, permukaan rata, lobus kanan
dan kiri simetris, tidak didapatkan nodul, dan menonjol ke dalam rektum. Semakin
berat derajat hiperplasia prostat, batas atas semakin sulit untuk diraba. Sedangkan
pada carcinoma prostat, konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul dan diantara
lobus prostat tidak simetris. Sedangkan pada batu prostat akan teraba krepitasi.

Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan pada traktus urinaria bagian atas
kadang-kadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah terjadi pielonefritis akan disertai
sakit pinggang dan nyeri ketok pada pinggang. Vesica urinaria dapat teraba apabila
sudah terjadi retensi total, daerah inguinal harus mulai diperhatikan untuk mengetahui
adanya hernia. Genitalia eksterna harus pula diperiksa untuk melihat adanya
kemungkinan sebab yang lain yang dapat menyebabkan gangguan miksi seperti batu
di fossa navikularis atau uretra anterior, fibrosis daerah uretra, fimosis, condiloma di
daerah meatus.
Pada pemeriksaan abdomen ditemukan kandung kencing yang terisi penuh dan teraba
masa kistus di daerah supra simfisis akibat retensio urin dan kadang terdapat nyeri
tekan supra simfisis.
c. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium berperan dalam menentukan ada tidaknya komplikasi. 1.


Darah : - Ureum dan Kreatinin
N

Elektrolit

Blood urea nitrogen

Prostate Specific Antigen (PSA)

Gula darah
2. Urin : - Kultur urin + sensitifitas test

Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik

Sedimen Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya


proses infeksi atau inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urine berguna
dalam mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan
sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan. Faal ginjal diperiksa
untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih
bagian atas. Sedangkan gula darah dimaksudkan untuk mencari kemungkinan adanya
penyakit diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada vesica
urinaria. d. Pemeriksaan pencitraan 1. Foto polos abdomen (BNO) BNO berguna
untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya batu/kalkulosa prostat dan
kadangkala dapat menunjukkan bayangan vesica urinaria yang penuh terisi urin, yang
merupakan tanda dari suatu retensi urine. Selain itu juga bisa menunjukkan adanya
hidronefrosis, divertikel kandung kemih atau adanya metastasis ke tulang dari
carsinoma prostat. 2. Pielografi Intravena (IVP)Pemeriksaan IVP dapat menerangkan
kemungkinan adanya:

1.

kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis

2.

memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan oleh adanya indentasi


prostat (pendesakan vesica urinaria oleh kelenjar prostat) atau ureter di sebelah distal
yang berbentuk seperti mata kail atau hooked fish

3.

penyulit yang terjadi pada vesica urinaria yaitu adanya trabekulasi, divertikel, atau
sakulasi vesica urinaria
4. Foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin
3. Sistogram retrogradApabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi
urin, maka sistogram retrograd dapat pula memberi gambaran indentasi.
4. USG secara transrektal (Transrectal Ultrasonography = TURS)Untuk mengetahui
besar atau volume kelenjar prostat, adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna,

sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan volume vesica
urinaria dan jumlah residual urine, serta mencari kelainan lain yang mungkin ada di
dalam vesica urinaria seperti batu, tumor, dan divertikel.
5. Pemeriksaan SistografiDilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria
atau pada pemeriksaan urine ditemukan mikrohematuria. Sistografi dapat memberikan
gambaran kemungkinan tumor di dalam vesica urinaria atau sumber perdarahan dari
atas bila darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen di dalam vesica. Selain
itu juga memberi keterangan mengenai basar prostat dengan mengukur panjang uretra
pars prostatika dan melihat penonjolan prostat ke dalam uretra.
Pemeriksaan fisik dan penunjang
Pemeriksaan fisik dan penunjang telah dijelaskan pada point diatas, untuk penegakan
diagnosis. Berikut beberapa pemeriksaan penunjang lainnya :
1.

UroflowmetriUntuk mengukur laju pancaran urin miksi. Laju pancaran urin


ditentukan oleh : - daya kontraksi otot detrusor
tekanan intravesica

resistensi uretraAngka normal laju pancaran urin ialah 10-12


ml/detik dengan puncak laju pancaran mendekati 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan,
laju pancaran melemah menjadi 6 8 ml/detik dengan puncaknya sekitar 11 15
ml/detik. Semakin berat derajat obstruksi semakin lemah pancaran urin yang
dihasilkan.

2.

Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow Studies)Pancaran urin melemah yang


diperoleh atas dasar pemeriksaan uroflowmetri tidak dapat membedakan apakah
penyebabnya adalah obstruksi atau daya kontraksi otot detrusor yang melemah. Untuk
membedakan kedua hal tersebut dilakukan pemeriksaan tekanan pancaran dengan
menggunakan Abrams-Griffiths Nomogram. Dengan cara ini maka sekaligus tekanan
intravesica dan laju pancaran urin dapat diukur.
3. Pemeriksaan Volume Residu UrinVolume residu urin setelah miksi spontan dapat
ditentukan dengan cara sangat sederhana dengan memasang kateter uretra dan
mengukur berapa volume urin yang masih tinggal atau ditentukan dengan
pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi, dapat pula dilakukan dengan membuat foto
post voiding pada waktu membuat IVP. Pada orang normal sisa urin biasanya kosong,
sedang pada retensi urin total sisa urin dapat melebihi kapasitas normal vesika. Sisa
urin lebih dari 100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan

intervensi pada penderita prostat hipertrofi

LO 3.7 Tatalaksana
-

Farmako
Tujuan dari farmakoterapi pada BPH adalah untuk mengurangi morbiditas
dan mencegah komplikasi. Obat yang digunakan antara lain golongan alphaadrenergic blockers, 5-alpha-reductase inhibitors, dan Phosphodiesterase-5
Enzyme Inhibitors.
Alpha-Adrenergic Blockers
Bekerja dengan menghambat efek dari sinaps postganglion di otot polos dan
kelenjar eksokrin.
a. Phenoxybenzamine
Phenoxybenzamine adalah nonselective alpha-adrenergic receptor blocker
yang kerjanya antagonis dengan reseptor alpha-1 dan alpha-2.
Phenoxybenzamine menyebabkan peningkatan aliran urin.ES : takikardi,
pusing, mual, muntah, malaise, sedasi.
Farmokodinamik : karena sifat hambatan yang praktis irreversibel.
Fenoksibenzamin dapat dianggap bekerja dengan cara mengurangi jumlah
adrenoreseptor yang tersedia untuk dirangsang. Fenoksibenzamin
memblok reseptor 1 maupun 2 pada otot polos arteriol dan vena
sehingga menimbulkan vasodilatasi dan venodilatasi.
Farmakokinetik : absorpsi dari saluran cerna hanya 20-30%. Waktu
paruhnya kurang dari 24 jam, tetapi lama kerjanya bergantung juga pada
kecepatan sintesis reseptor . Intoksikasi dan efek samping : yang utama
adalah hipotensi ortostatik. Hambatan ejakulasi yang reversibel dapat
terjadi akibat hambatan kontraksi otot polos vas deferens dan saluran
ejakulasi.
Penggunaan terapi : sebagai kompensasi berkurangnya produksi
testoteron, dibentuk lebih banyak enzim 5 reduktase yang mereduksi
testoteron menjadi dihidrotestoteron (DHT) yang lebih aktif. Tetapi DHT
merangsang pertumbuhan prostat. Obat ini dapat memperbaiki aliran urin
dan mengurangi gejala-gejala akibat obstruksi prostat. Dosis 2x10
mg/hari. Pengobatan ini efektif untuk BPH tetapi karena efek samping
yang ditimbulkan obat ini tidak lagi digunakan.
b. Prazosin
Prazosin digunakan untuk terapi hipertensi. Prazosin meningkatkan aliran
urin dengan menghambat adrenoreseptor alpha-1 di VU dan prostat
sehingga otot polos menjadi relaksasi.
c. Alfuzosin
Alfuzosin diindikasikan untuk terapi pada gejala BPH. Alfuzosin adalah
alpha-1 blocker dari adrenoreceptors di prostate.
d. Terazosin
Terazosin diindikasikan untuk terapi BPH simptomatik dan hipertensi.
Farmakodinamik : efeknya yang utama adalah hasil hambatan reseptor
1 pada otot polos arteriol dan vena, yang menimbulkan vaso- dan

venodilatasi sehingga menurunkan resistensi perifer dan alir balik vena.


Kelompok obat ini cenderung mempunyai efek yang baik terhadap lipid
serum pada manusia, menurunkan kolesterol LDL dan trigliserid serta
meningkatkan kadar kolesterol HDL.
Farmakokinetik : diabsorpsi dengan baik pada pemberian oral, terikat
kuat pada protein plasma (terutama 1-glikoprotein), mengalami
metabolisme yang ekstensif di hati, dan hanya sedikit yang dieksresi utuh
melalui ginjal.
Efek samping : yang utama adalah fenomena dosis pertama, yakni
hipotensi posturnal yang hebat dan sinkop yang terjadi 30-90 menit setelah
pemberian dosis pertama. Efek samping yang paling sering berupa pusing
(hipotensi postural), sakit kepala, ngantuk, palpitasi, edema perifer dan
mual.
Penggunaan terapi : pemberian obat ini menyebabkan relaksasi otot-otot
trigon dan sfingter di leher kandung kemih serta otot polos kelenjar prostat
yang membesar, sehingga memperbaiki aliran urin serta gejala-gejala lain
yang menyertai obstruksi prostat tersebut adalah 1-5 mg/hari.
5-Alpha-Reductase Inhibitors
Mekanisme kerja : menghambat konversi testosteron menjadi DHT DHT
menurun menurunkan ukuran prostat.
a. Finasteride
Dapat mengurangi ukuran prostat 20-30%. Finasteride meningkatkan
aliran urin 2 mL/s.
Phosphodiesterase-5 Enzyme Inhibitors
Obat ini menyebabkan relaksasi otot polos pada lower urinary tract.
a. Tadalafil
PDE5 selective inhibitor. Hambatan pada PDE5 meningkatkan aktivitas
cGMP, yang akan meningkatkan efek vasodilator dari nitrit oksida.
Stimulasi seksual diperlukan untuk mengaktifkan efeknya. Tadalafil sudah
disetujui oleh FDA untuk terapi tanda dan gejala BPH.

Hormonal
Pada tingkat supra hypofisis dengan obat-obat LH-RH (super) agonist
yaitu obat yang menjadi kompetitor LH-RH mempunyai afinitas yang lebih
besar dengan reseptor bagi LH-RH, sehingga obat ini akan menghabiskan
reseptor dengan membentuk LH-RH super agonist reseptor kompleks.
Sehingga mula-mula oleh karena banyaknya LH-RH super agonist yang
menangkap reseptor, pada permulaan justru akan terjadi kenaikan produksi LH
oleh hypofisis. Tetapi setelah reseptor habismaka LH-RH tidak dapat lagi
mencari reseptor , maka LH akan menurun. Contoh obat adalah Buserelin,
dengan dosis minggu I 3dd 500 mg s.c. (7 hari) dan minggu II intra nasal
spray 200 mg, 3 kali sehari.
Pemberian obat-obat anti androgen yang dapat mulai pada tingkat
hipofisis misalnya dengan pemberian Gn-RH analogue sehingga menekan
produksi LH, yang menyebabkan produksi testosteron oleh sel leydig

berkurang. Cara ini tentu saja menyebabkan penurunan libido oleh karena
penurunan kadar testosteron darah. Pada tingkat infra hipofisis pemberian
estrogen dapat memberikan umpan balik dengan menekan produksi FSH dan
LH, sehingga produksi testosteron juga menurun. Contoh preparatnya ialah
Diaethyl Stilbestrol (DES) dosis satu kali 1-5 mg sehari.
Pada tingkat testikular, orchiectomi untuk pengobatan pembesaran
prostat jinak hanya dikenal pada sejarah, sekarang cara pengobatan ini untuk
hiperplasia prostat telah ditinggalkan. Untuk karsinoma prostat tentu saja
orchiectomi masih dikerjakan oleh karena pertimbangan kemungkinan
penyebaran ca prostat dan juga biasanya penderita telah tua.
Pada tingkat yang lebih rendah dapat pula diberikan obat anti androgen
yang mekanisme kerjanya mencegah hidrolise testosteron menjadi DHT
dengan cara menghambat 5 alpha reduktase, suatu enzim yang diperlukan
untuk mengubah testosteron menjadi dehidrotestosteron (DHT), suatu hormon
androgen yang mempengaruhi pertumbuhan kelenjar prostat, sehingga jumlah
DHT berkurang tetapi jumlah testosteron tidak berkurang, sehingga libido juga
tidak menurun. Penurunan kadar zat aktif dehidrotestosteron ini menyebabkan
mengecilnya ukuran prostat. Contoh obat tersebut ialah Finesteride, Proscar
dengan dosis 5 mg/hari dalam jangka waktu lebih dari 3 bulan, Finasteride
mengurangi volume prostat sampai 30%. Penelitian lain di Kanada
menyatakan bahwa Finasteride mengurangi volume prostat pada 613 pria
dengan angka rata-rata 21%, mengurangi gejala dan memperbaiki laju
pancaran urin sampai 12%. Obat ini mempunyai toleransi baik dan tidak
mempunyai efek samping yang bermakna.
Obat anti androgen lain yang juga bekerja pada tingkat prostat ialah
obat yang mempunyai mekanisme kerja sebagai inhibitor kompetitif terhadap
reseptor DHT sehingga DHT tidak dapat membentuk kompleks DHTReseptor.
Contoh obatnya ialah :
- Cyproterone acetate 100 mg 2 kali/hari
- Flutamide
- medrogestone 15 mg2 kali/hari
- Anandron
Obat ini juga tidak menurunkan kadar testosteron pada darah, sehingga libido
tidak menurun. Golongan gestagen dan ketokonazole, obat-obat ini
mempunyai khasiat :
- mengurangi enzim dehidrogenase dan isomerase yang
berguna untuk metabolisme steroid
- menekan LH dan FSH,
- menjadi saingan testosteron untuk 5 alpha reduktase
sehingga DHT tidak terbentuk.
Contoh obatnya adalah Megestrol acetat 160 mg empat kali sehari dan MPA
300-500 mg/hari. Kesulitan pengobatan konservatif ini adalah menentukan
berapa lama obat harus diberikan dan efek samping dari obat.
Operatif
a) Prostatektomi terbuka

Retropubic infravesika (Terence millin)


Keuntungan :
Tidak ada indikasi absolut, baik untuk adenoma yang besar pada
subservikal
Mortaliti rate rendah
Langsung melihat fossa prostat
Dapat untuk memperbaiki segala jenis obstruksi leher buli
Perdarahan lebih mudah dirawat
Tanpa membuka vesika sehingga pemasangan kateter tidak perlu selama
bila membuka vesika
Kerugian :
Dapat memotong pleksus santorini
Mudah berdarah
Dapat terjadi osteitis pubis
Tidak bisa untuk BPH dengan penyulit intravesikal
Tidak dapat dipakai kalau diperlukan tindakan lain yang harus dikerjakan
dari dalam vesika
Komplikasi :
Perdarahan
Infeksi
Osteitis pubis
Trombosis

Suprapubic transvesica/TVP (Freyer)


Keuntungan :
Baik untuk kelenjar besar
Banyak dikerjakan untuk semua jenis pembesaran prostat
Operasi banyak dipergunakan pada hiperplasia prostat dengan
penyulit :
Batu buli
Batu ureter distal
Divertikel
Uretrokel
Adanya sistsostomi
Retropubik sulit karena kelainan os pubis
Kerusakan spingter eksterna minimal
Kerugian :
Memerlukan pemakain kateter lebih lama sampai luka pada dinding
vesica sembuh
Sulit pada orang gemuk
Sulit untuk kontrol perdarahan
Merusak mukosa kulit
Mortality rate 1 -5 %
Komplikasi :

Striktura post operasi (uretra anterior 2 5 %, bladder neck stenosis 4%)


Inkontinensia (<1%)
Perdarahan
Epididimo orchitis
Recurent (10 20%)
Carcinoma
Ejakulasi retrograde
Impotensi
Fimosis
Deep venous trombosis

Transperineal
Keuntungan :
Dapat langssung pada fossa prostat
Pembuluh darah tampak lebih jelas
Mudah untuk pinggul sempit
Langsung biopsi untuk karsinoma
Kerugian :
Impotensi
Inkontinensia
Bisa terkena rektum
Perdarahan hebat
Merusak diagframa urogenital

b) Endourologi
- Trans urethral resection (TUR)
Yaitu reseksi endoskopik malalui uretra. Jaringan yang direseksi hampir
seluruhnya terdiri dari jaringan kelenjar sentralis. Jaringan perifer ditinggalkan
bersama kapsulnya. Metode ini cukup aman, efektif dan berhasil guna, bisa
terjadi ejakulasi retrograd dan pada sebagaian kecil dapat mengalami impotensi.
Hasil terbaik diperoleh pasien yang sungguh membutuhkan tindakan bedah.
Untuk keperluan tersebut, evaluasi urodinamik sangat berguna untuk
membedakan pasien dengan obstruksi dari pasien non-obstruksi. Evaluasi ini
berperan selektif dalam penentuan perlu tidaknya dilakukan TUR. Suatu
penelitian menyebutkan bahwa hasil obyektif TUR meningkat dari 72% menjadi
88% dengan mengikutsertakan evaluasi urodinamik pada penilaian pra-bedah
dari 152 pasien. Mortalitas TUR sekitar 1% dan morbiditas sekitar 8%.
Saat ini tindakan TUR P merupakan tindakan operasi paling banyak dikerjakan
di seluruh dunia. Reseksi kelenjar prostat dilakukan trans-uretra dengan
mempergunakan cairan irigan (pembilas) agar supaya daerah yang akan direseksi
tetap terang dan tidak tertutup oleh darah. Cairan yang dipergunakan adalah
berupa larutan non ionik, yang dimaksudkan agar tidak terjadi hantaran listrik
pada saat operasi. Cairan yang sering dipakai dan harganya cukup murah adalah
H2O steril (aquades). Salah satu kerugian dari aquades adalah sifatnya yang

hipotonik sehingga cairan ini dapat masuk ke sirkulasi sistemik melalui


pembuluh darah vena yang terbuka pada saat reseksi. Kelebihan air dapat
menyebabkan terjadinya hiponatremia relatif atau gejala intoksikasi air atau
dikenal dengan sindroma TUR P. Sindroma ini ditandai dengan pasien yang
mulai gelisah, kesadaran somnolen, tekanan darah meningkat, dan terdapat
bradikardi.
Jika tidak segera diatasi, pasien akan mengalami edema otak yang akhirnya jatuh
dalam keadaan koma dan meninggal. Angka mortalitas sindroma TUR P ini
adalah sebesar 0,99%. Karena itu untuk mengurangi timbulnya sindroma TUR P
dipakai cairan non ionik yang lain tetapi harganya lebih mahal daripada aquades,
antara lain adalah cairan glisin , membatasi jangka waktu operasi tidak melebihi
1 jam, dan memasang sistostomi suprapubik untuk mengurangi tekanan air pada
buli-buli selama reseksi prostat
Keuntungan :
Luka incisi tidak ada
Lama perawatan lebih pendek
Morbiditas dan mortalitas rendah
Prostat fibrous mudah diangkat
Perdarahan mudah dilihat dan dikontrol
Kerugian :
Tehnik sulit
Resiko merusak uretra
Intoksikasi cairan
Trauma spingter eksterna dan trigonum
Tidak dianjurkan untuk BPH yang besar
Alat mahal
Ketrampilan khusus
-

Trans urethral incision of prostate (TUIP)


Metode ini di indikasikan untuk pasien dengan gejala obstruktif, tetapi ukuran
prostatnya mendekati normal. Pada hiperplasia prostat yang tidak begitu besar
dan pada pasien yang umurnya masih muda umumnya dilakukan metode
tersebut atau incisi leher buli-buli atau bladder neck incision (BNI) pada jam 5
dan 7. Terapi ini juga dilakukan secara endoskopik yaitu dengan menyayat
memakai alat seperti yangg dipakai pada TUR P tetapi memakai alat
pemotong yang menyerupai alat penggaruk, sayatan dimulai dari dekat muara
ureter sampai dekat ke verumontanum dan harus cukup dalam sampai tampak
kapsul prostat. Kelebihan dari metode ini adalah lebih cepat daripada TUR dan
menurunnya kejadian ejakulasi retrograde dibandingkan dengan cara TUR.
-

Pembedahan dengan laser (Laser Prostatectomy)

Trans urethral ultrasound guided laser induced prostatectomy (TULIP)


Trans urethral evaporation of prostate (TUEP)
Teknik koagulasi

Keuntungan bedah laser ialah :


Tidak menyebabkan perdarahan sehingga tidak mungkin terjadi retensi akibat
bekuan darah dan tidak memerlukan transfusi
Teknik lebih sederhana
Waktu operasi lebih cepat
Lama tinggal di rumah sakit lebih singkat
Tidak memerlukan terapi antikoagulan
Resiko impotensi tidak ada
Resiko ejakulasi retrograd minimal
Kerugian :

Penggunaan laser ini masih memerlukan anestesi (regional)

Invasif minimal
a) Trans urethral microwave thermotherapy (TUMT)
Cara memanaskan prostat sampai 44,5C 47C ini mulai diperkenalkan dalam
tiga tahun terakhir ini. Dikatakan dengan memanaskan kelenjar periuretral yang
membesar ini dengan gelombang mikro (microwave) yaitu dengan gelombang
ultarasonik atau gelombang radio kapasitif akan terjadi vakuolisasi dan nekrosis
jaringan prostat, selain itu juga akan menurunkan tonus otot polos dan kapsul
prostat sehingga tekanan uretra menurun sehingga obstruksi berkurang. Prinsip
cara ini ialah memasang kateter semacam Foley dimana proximal dari balon
dipasang antene pemanas yang baru dipanaskan dengan gelombang mikro
melalui kabel kecil yang berada didalam kateter. Pemanasan dilakukan antara 1-3
jam. Dengan cara pengobatan ini dengan mempergunakan alat THERMEX II
diperoleh hasil perbaikan kira-kira 70-80% pada symptom obyektif dan kira-kira
50-60% perbaikan pada flow rate maksimal. Mekanisme yang pasti mengenai
efek pemanasan prostat ini belum semuanya jelas, salah satu teori yang masih
harus dibuktikan ialah bahwa dengan pemanasan akan terjadi perusakan pada
reseptor alpha yang berada pada leher vesika dan prostat.
Di Jakarta telah tersedia dua macam alat yaitu Prostatron yang menggunakan
gelombang mikro dan dipanaskan selama satu jam. Cara ini disebut dengan Trans
Urethral Microwave Treatment (TUMT). Sedangkan alat yang lain menggunakan
radio capacitive frequency yang dapat memanaskan prostat sampai 44,5C
47C selama 3 jam (TURF). Pengobatan di RS. Pondok Indah pada 112 kasus
yang diobati dengan cara ini didapatkan hasil: perbaikan symptom score pada
79 penderita (75%) dan perbaikan pada sisa kencing pada 62 penderita (60%)
tetapi perbaikan pada maximal flow rate hanya ditemukan pada 55 penderita
(50%). Cara pengobatan hypertermia ini masih memerlukan penelitian lebih
lanjut mengenai cara kerja dasar klinikal, efektifitasnya serta side efek yang
mungkin timbul.
Cara kerja TUMT ialah antene yang berada pada kateter dapat memancarkan
microwave kedalam jaringan prostat. Oleh karena temperatur pada antene akan
tinggi maka perlu dilengkapi dengan surface costing agar tidak merusak mucosa
ureter. Dengan proses pendindingan ini memang mucosa tidak rusak tetapi
penetrasi juga berkurang.

Cara TURF (trans Uretral Radio Capacitive Frequency) memancarkan gelombang


radio frequency yang panjang gelombangnya lebih besar daripada tebalnya
prostat juga arah dari gelombang radio frequency dapat diarahkan oleh elektrode
yang ditempel diluar (pada pangkal paha) sehingga efek panasnya dapat
menetrasi sampai lapisan yang dalam. Keuntungan lain oleh karena kateter yang
ada alat pemanasnya mempunyai lumen sehingga pemanasan bisa lebih lama, dan
selama pemanasan urine tetap dapat mengalir keluar
b) Trans urethral ballon dilatation (TUBD)
Dilatasi uretra pars prostatika dengan balon ini mula-mula dikerjakan dengan
jalan melakukan commisurotomi prostat pada jam 12.00 dengan jalan melalui
operasi terbuka (transvesikal). Pertama kali dikerjakan oleh Hollingworth 1910
dan Franck 1930. Kemudian Deisting 1956 melakukan dengan dilator
transuretral. Tetapi sebenarnya pelopor penggunaan balon adalah H.Joachus
Burhenne yang mula-mula mencoba pada anjing dan cadaver, akhirnya dicoba di
klinik.
Castaneda bersama-sama Reddy dan Hulbert kemudian menyempurnakan tehnik
Burhenne tersebut. Konsep dilatasi dengan balon ini ialah mengusahakan agar
uretra pars prostatika menjadi lebar melalui mekanisme:
Prostat di tekan menjadi dehidrasi sehingga lumen uretra melebar
Kapsul prostat diregangkan
Tonus otot polos prostat dihilangkan dengan penekanan tersebut
Reseptor alpha adrenergic pada leher vesika dan uretra pars prostatika dirusak
Prosedur ini meskipun bisa dilakukan dengan anestesi topikal, sebaiknya
dilakukan dengan narkose. Balon mempunyai diameter 30 mm kemudian dengan
alat dikembangkan sampai 4 atm yang sama dengan 58,8 psi atau 3040 mmHg
dan kaliber uretra menjadi 30 mm atau 90 F. Kemudian setelah balon
dikempeskan kembali kateter dilepaskan dengan menggunakan guide wire dan
kateter dilepas memutar kebalikan dari arah jarum jam sementara dapat dipasang
cystostomi dengan trocard. TUBD ini biasanya memberikan perbaikan yang
bersifat sementara.
c) Trans urethral needle ablation (TUNA)
Yaitu dengan menggunakan gelombang radio frekuensi tinggi untuk
menghasilkan ablasi termal pada prostat. Cara ini mempunyai prospek yang baik
guna mencapai tujuan untuk menghasilkan prosedur dengan perdarahan minimal,
tidak invasif dan mekanisme ejakulasi dapat dipertahankan.
d) Stent urethra dengan prostacath
Pada hakekatnya cara ini sama dengan memasang kateter uretra, hanya saja
kateter tersebut dipasang pada uretra pars prostatika. Bentuk stent ada yang spiral
dibuat dari logam bercampur emas yang dipasang diujung kateter (Prostacath).
Stents ini digunakan sebagai protesis indwelling permanen yang ditempatkan
dengan bantuan endoskopi atau bimbingan pencitraan. Untuk memasangnya,
panjang uretra pars prostatika diukur dengan USG dan kemudian dipilih alat yang
panjangnya sesuai, lalu alat tersebut dimasukkan dengan kateter pendorong dan
bila letak sudah benar di uretra pars prostatika maka spiral tersebut dapat dilepas
dari kateter pendorong. Pemasangan stent ini merupakan cara mengatasi obstruksi

infravesikal yang juga kurang invasif, yang merupakan alternatif sementara


apabila kondisi penderita belum memungkinkan untuk mendapatkan terapi yang
lebih invasif. Akhir-akhir ini dikembangkan juga stent yang dapat dipertahankan
lebih lama, misalnya Porges Urospiral (Parker dkk.) atau Wallstent (Nording,
A.L. Paulsen).
Bentuk lain ialah adanya mesh dari logam yang juga dipasang di uretra pars
prostatika dengan kateter pendorong dan kemudian didilatasi dengan balon
sampai mesh logam tersebut melekat pada dinding uretra.
-

Kontrol berkala
Setiap pasien hiperplasia prostat yang telah mendapatkan pengobatan perlu
dikontrol secara teratur untuk mengetahui perkembangan penyakitnya. Jadwal
kontrol tergantung pada tindakan apa yang sudah dijalaninya.
Pasien yang hanya mendapatkan pengawan (watchfull waiting) dianjurkan
kontrol setelah 6 bulan, kemudian setiap tahun untuk mengetahui apakah terjadi
perbaikan klinis. Penilaian dilakukan dengan pemeriksaan skor IPSS, uroflometri,
dan residu urine pasca miksi.
Pasien yang mendapatkan terapi penghambat 5-reduktase harus dikontrol
pada minggu ke-12 dan bulan ke-6 untuk menilai respon terhadap terapi.
Kemudian setiap tahun untuk menilai perubahan gejala miksi. Pasien yang
menjalani pengobatan penghambat -adrenergik harus dinilai respons terhadap
pengobatan setelah 6 minggu dengan melakukan pemeriksaan IPSS, uroflometri,
dan residu urine pasca miksi. Kalau terjadi perbaikan gejala tanpa menunjukkan
penyulit yang berarti, pengobatan dapat diteruskan. Selanjutnya kontrol dilakukan
setelah 6 bulan dan kemudian setiap tahun. Pasien setelah menerima pengobatan
secara medikamentosa dan tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan, perlu
dipikirkan tindakan pembedahan atau terapi intervensi yang lain.
Setelah pembedahan, pasien harus menjalani kontrol paling lambatt 6
minggu pasca operasi untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyulit.
Kontrol selanjutnya setelah 3 bulan untuk mengetahui hasil akhir operasi.
LO 3.8 Komplikasi
Dilihat dari sudut pandang perjalanan penyakitnya, hiperplasia prostat dapat
menimbulkan komplikasi sebagai berikut :

Inkontinensia Paradoks

Batu Kandung Kemih HematuriaSistitis

PielonefritisRetensi Urin Akut Atau Kronik Refluks Vesiko-Ureter

Hidroureter

Hidronefrosis

Gagal Ginjal

Dekompensasi prostat retensi urin sehingga pada akhir miksi masih


ditemukan sisa urin di dalam kandung kemih,dan timbul rasa tak tuntas pada
akhir miksi

Refluk vesiko-ureter,hidroureter,hidronefrosis,dan gagal ginjal akibat


retensi kronik

InfeksiHernia atau hemoroid karena penderita harus selalu mengedanBatu


endapan di kandung kemih karena terdapat sisa urin.menambah keluhan
iritasi dan menimbulkan hematuria dapat pula menyebabkan sistitis dan bila
terjadi refluks,dapat terjadi pielonefritis.

LO 3.9 Pencegahan

Aktivitas sehari-hari
Immobilisasi (kurang aktivitas) dan udara dingin dapat meningkatkan risiko
retensi urin. Jadi menjaga tetap hangat dan latihan (olahraga) akan sangat
berguna. Selain itu para pria harus meluangkan waku untuk berkemih saat
mulai terasa, meskipun tidak kebelet.

Faktor Diet
Menghindari alkohol, kopi dan mengurangi minum setelah makan malam
untuk mengurangi nokturia (kencing malam hari). Ada beberapa bukti ilmiah
bahwa teh hijau yang mengandung flavonoids, suatu zat kimia yang mungkin
baik untuk prostat.

Menghindari obat-obatan yang memperburuk gejala.


Penderita BPH sebaiknya menghindari obat flu atau obat alergi yang
mengandung dekongestan, seperti pseudoefedrin. Antihistamin seperti
diphenhydramine, dapat menghambat aliran urin juga.

Latihan Kegel
Latihan Kegel atau otot dasar panggul, akan membantu mencegah kebocoran
urin. Latihan ini akan memperkuat otot dasar panggul yang menyokong
kandung kemih dan menutup sfingter (lubang). Saat berkemih, pasien
berusaha untuk mengkontraksikan otot sampai alirannya melambat atau
terhenti, kemudian lepaskan lagi. Latihan yang baik 5-15 kali kontraksi,
masing-masing ditahan sekitar 10 detik, 3-5 kali sehari.

Zat zat gizi yang juga amat penting untuk menjaga kesehatan prostat di
antaranya adalah:

1. Vitamin A, E, dan C, antioksidan yang berperan penting dalam mencegah


pertumbuhan sel kanker, karena menurut penelitian, 5-10% kasus BPH dapat
berkembang menjadi kanker prostat.
2. Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkan dalam proses metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein, sehingga kerja ginjal dan organ tubuh lain
tidak terlalu berat.
3. Copper (gluconate) dan Parsley Leaf, yang dapat membantu melancarkan
pengeluaran air seni dan mendukung fungsi ginjal.
4. L-Glysine, senyawa asam amino yang membantu system penghantaran
rangsangan ke susunan syaraf pusat.
5. Zinc, mineral ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan kualitas
sperma.
LO 3.10 Prognosis
Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu
walaupun gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang tidak segera ditindak
memiliki prognosis yang buruk karena dapat berkembang menjadi kanker prostat.
Menurut penelitian, kanker prostat me-rupakan kanker pembunuh nomer 2 pada pria
setelah kanker paru-paru. BPH yang telah diterapi juga menunjukkan berbagai efek
samping yang cukup merugikan bagi penderita.
LI 4 Memahami dan Menjelaskan etika pemeriksaan terhadap lawan jenis
menurut islam ( aurat)
Pemeriksaan kelainan pada saluran kemih laki-laki termasuk rukhsah. Rukhsah
adalah keringanan bagi manusia mukalaf dalam melakukan ketentuan Allah SWT
pada keadaan tertentu karena ada kesulitan, suatu kebolehan melakukan pengecualian
dari perinsip umum karena kebutuhan atau Al-Hajat, keterpaksaan atau Ad-darurat.
Alasan diperbolehkan Rukhsah :
Bukan bertujuan untuk berlaku zalim atau berbuat dosa atau meringanringankan sesuatu yang sudah ringan.
Untuk sekedar menghilangkan kesulitan dan menghendaki keringanan sampai
kita menemukan kelapangan sesudahnya.
Sebab membolehkan Rukhsah :
Karena terpaksa atau karena suatu kebutuhan.
Karena ada uzur atau halangan yang menyulitkan.
Untuk kepentingan orang banyak dan menghasilkan kebutuhan hidupnya.

a) Rukhshah Isqath
Jika seseorang diwajibkan melaksanakan rukhshah tersebut lantaran hukum azimah
telah gugur. Misal : Wajib makan bangkai dalam keadaan terpaksa, jika tidak ia bias
mati.

b) Rukhshah Tarfih
Jika hukum rukhsah dan hukum azimah masih dapat dilakukan semuanya. Misal :
Memakan harta orang lain ketika sangat lapar masih dapat dilaksanakan hukum
azimah. Jika ia bersabar dan tidak makan harta orang,hingga ia mati ,maka tidak
berdosa. Kerena haramnya makan harta orang lain selalu ada pada hukum azimah.
Dienul Islam mengatur hubungan antar manusia tak terkecuali hubungan antara
laki-laki dan perempuan. Pada Al-quran, sunah Rasulullah SAW, serta pendapat para
ulama dapat diketahui bahwa antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim
terdapat batasan-batasan dalam berinteraksi, seperti adanya larangan untuk
besentuhan (bersalaman) , larangan untuk berdua-duaan (berkhalawat).
Dari beberapa madzhab yang ada antara lain dari Madzhab Hanafi, Madzhab
Maliki,Madzhab SyafiI, dan Madzhab Hanbali dapat diketahui bahwa Rasulullah pun
sangat menjaga hubungan dengan kaum hawa.
Walaupun saat ini mungkin masih banyak kaum muslimin yang tidak terlalu
memperhatikan hal tersebut karena alasan tata krama dan kesopanan. Tapi bagaimana
pun memang selayaknya kita sebagai kaum muslimin menjalankan sunnah Rasulullah
SAW yang merupakan rahmatan lil alamin.
Pada kenyataannya di masyarakat saat ini, khususnya pada tempat pelayanan
kesehatan, banyak sekali interaksi antara tenaga kesehatan dan pasiennya yang sering
bertolak belakang dengan aturan yang ada dalam islam mengenai hubungan anara
laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim. Misalnya saja pada prosedur
pemeriksaan pasien yang mengharuskan pasien membuka auratnya dan disentuh
(untuk pemeriksaan) oleh tenaga kesehatan. Contohnya yaitu pemeriksaan fisik oleh
dokter, pemasangan kateter oleh perawat, operasi alat vital oleh tim dokter, serta
tindakan medis lainnya.
Akan tetapi, Islam bukanlah agama yang monoton. Islam juga telah mengatur
semua yang akan dihadapi oleh anak cucu Adam. Dalam islam juga telah dijelaskan
bahwa Islam memang mengenal darurat yang akan meringankan suatu hukum. Ada
kaidah Idzaa dhoogal amr ittasi (jika kondisi sulit, maka Islam memberikan
kemudahan dan kelonggaran). Bahkan Kaedah lain menyebutkan: Kondisi darurat
menjadikan sesuatu yang haram menjadi mubah.
Disamping hal itu, pihak institusi kedokteran terkait pun telah membuat suatu
kode etik atau aturan-aturan yang dapat mengatur tindakan tenaga kesehatan agar
dalam menjalankan tugasnya tetap mampu mencerminkan diri sebagai tenaga
kesehatan yang islami. Mereka juga harus memiliki sikap-sikap yang dapat

meningkatkan hubungan serta komunikasi mereka dengan pasien dan keluarganya


agar terjalin kerjasama yang baik. Tidak hanya itu, Islam pun menganjurkan agar
tenaga medis itu memiliki karakteristik yang dapat membuat mereka benar-benar
menjadi tenaga kesehatan yang islami antar lain harus berkeyakinan atas kehormatan
profesi , menjernihkan nafsu,lebih mendalami ilmu yang dikuasai, menggunakan
metode ilmiah dalam berfikir, kasih sayang,benar dan jujur, rendah hati, bersahaja dan
mawas diri.
Jadi dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa dalam kondisi darurat
diperbolekan bagi tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan medis kepada
pasiennya yang berbeda jenis kelamin jika itu benar-benar akan mendatangkan
banyak kemaslahatan bagi pasien dengan syarat-syarat yang telah diatur pula
misalnya pasien yang tetap ditemani oleh keluarganya saat pemeriksaan ataupun
hanya memeriksa bagian tubuh pasien yang perlu-perlu saja. Tenaga kesehatan pun
harus dituntut untuk menjalankan tugasnya sesuai dengan kode etik yang telah dibuat
oleh institusi terkait dan mereka juga harus memiliki sikap dan jiwa yang sesuai
dengan syariat islam agar dapat mencerminkan diri sebagai tenaga kesehatan yang
islami pula.
SUMBER PUSTAKA

Zuhroni, dkk. 2003. Islam untuk disiplin ilmu kesehatan dan kedokteran 2.
Jakarta

Junqueira, Luiz. 2007. Histologi Dasar Teks dan Atlas Ed. 10. Jakarta: EGC
Sofwan, Achmad. 2016. Systema Urogenitale (Apparatus Urogenitalis).
Jakarta: FK YARSI
www.proteinatlas.org (Diakses pada tanggal 2016-04-12 20.39 WIB)
http://umm.edu/health/medical/reports/articles/benign-prostatic-hyperplasia
(Diakses pada tanggal 10 April 2016 20.45 WIB)
Gunawan, Sulistia Gan, dkk. 2009. Farmakologi dan Terapi Ed. 5. Jakarta:
FKUI

Robin, Cofran (2005). Buku Ajar Patologi, Edisi 7 vol.2, Elsuier Saunders,
Philadelphia.EGC

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, Edisi 6.


Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai