KELOMPOK A-9
KETUA
SEKRETARIS:
ANGGOTA
:
Ananda Umica Ressapati
Andina Dewanty
:
Jelsa Meida
Adyzka Marshalivia
Farida Citra Permatasari
Alvin Ariano
Hamdah
Chrysza Ayu Agustine
Nabila Ulfia
(1102014022)
(1102013026)
(1102012137)
(1102013011)
(1102014094)
(1102014014)
(1102014117)
(1102014062)
Hana
(1102014118)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
SKENARIO 3
Laki-laki, 65 tahun datang berobat ke Poliklinik Bedah dengan keluhan tidak bisa
kencing sejak 1 hari yang lalu, meskipun merasa sangat ingin kencing. Sebelumnya
riwayat LUTS (Lower Urinary Tract Syndrome) seperti hesistensi, nokturia, urgensi,
frekuensi, terminal dribbling sering dirasakan sebelumnya. IPSS (International
Prostate Symptom Score) > 30 dan skor kulaitas hidup (QoL) > 5. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan regio supra pubik bulging dan pada pemeriksaan colok dubur
didapatkan prostate membesar. Oleh dokter yang memeriksanya dianjurkan untuk
dipasang kateter urin dan dilakukan pemeriksaan BNO-IVP
Kata sulit
1. Hesistensi
lebih lama
2. BNO-IVP
5. Urgensi
6. LUTS
7. IPSS
8. Frekuensi
9. colok dubur
10. bulging
Pertanyaaan
: pembengkakan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Jawaban
1. kemungkinan karena faktor usia juga dan tekanan didalam VU terlalu
besar sehingga dapat membangunkan orang tersebut. Bisa juga karena
aktivitas, posisi,suhu dan tekanan.
2. dikarenakan prostat membesar sehingga uretra menyempit dan urin
sedikit yang keluar
3. bagian yang membesar kemungkinan adalah lobus posterior dan lateral
pada colok dubur didapatkan keras dan kasra Ca prostat
pada colok dubur didapatkan lunak dan halus BPH
4. tidak bisa pipis VU penuh dengan urin sehingga terjadi pembesran
suprapubic
5. iya, penurunan fungsi hormone testosterone mempengaruhi sel-sel prostat
6. dikarenakan prostat membesar sehingga uretra menyempit dan urin
sedikit yang keluar
7. bisa terjadi reflux hydronephrosis, gagal ginjal dan infeksi saluran kemih
kronik
8. ada, karena ada proses kelanjutan dari riwayat terdahulu
9. derajat penilaian IPSS
A. 0-7
= Ringan B. 8-19
Hipotesis
Faktor Resiko
dan Etiologi
Gejala
Pemeriksaan
Hormone, usia,
gaya hidup
menyebabkan
pembesaran
prostat yang dapat
menimbulkan
Nyeri berkemih,
Nokturia,
Resistensi,
Terminal dribbling
Tatalaksana
PF: abdomen,
colok dubur
Anamnesis:
Skor IPSS
PP: BNO-IVP &
USG
-Transrectal
Diagnosis
Hasil
Awal: pemasangan
kateter
Farmakologis dan
non farmakologis
BP
H
Sasaran Belajar
LI 1. Memahami dan menjelaskan anatomi prostat
LO 1.1 Makroskopis
LO 1.2 Mikroskopis
LI 2. Memahami dan menjelaskan fungsi prostat
LI 3. Memahami dan menjelaskan BPH (Benign Prostate Hyperplasia)
LO 3.1 Definisi
LO 3.2 Etiologi
LO 3.3 Faktor resiko
LO 3.4 Patofisiologi
LO 3.5 Manifestasi Klinis
LO 3.6 Diagnosis dan DD
LO 3.7 Tatalaksana
LO 3.8 Komplikasi
LO 3.9 Pencegahan
LO 3.10 Prognosis
LI 4 Memahami dan Menjelaskan etika pemeriksaan terhadap lawan jenis
menurut islam ( aurat)
LO 1.1 Makroskopis
] ) Prostat merupakan organ kelenjar fibromuskular yang mengelilingi urethra pars
prostatica. Prostata mempunyai panjang + 3 cm dengan berat + 20 gram dan terletak
di antara collum vesicae di atas dan diaphragma urogenitale di bawah.
Prostat dikelilingi oleh capsula fibrosa. Di luar capsula terdapat selubung fibrosa,
yang merupakan bagian lapisan visceral fascia pelvis. Prostat yang berbentuk kerucut
mempunyai basis prostatae yang terletak superior dan berhadapan dengan collum
vesicae; dan apex prostatae yang terletak di inferior dan berhadapan dengan
diaphragma urogenitale. Kedua ductus ejaculatorius menembus bagian atas fascies
posterior prostatae untuk bermuara ke urethra pars prostatica pada pinggir lateral
utriculus prostaticus.
Batas-batas prostat
Kelenjar prostat yang jumlahnya banyak tertanam di dalam campuran otot polos dan
jaringan ikat, dan ductusnya bermuara ke urethra pars prostatica. Prostat secara tidak
sempurna terbagi menjadi lima lobus.
Vaskularisasi Prostata
Persarafan Prostat
Persarafan prostat berasal dari plexus hypogastricus inferior. Saraf simpatis
merangsang otot polos prostat saat ejakulasi.
Menurut konsep terbaru kelenjar prostat merupakan suatu organ campuran terdiri atas
berbagai unsur glandular dan non glandular. Telah ditemukan lima daerah/ zona
tertentu yang berbeda secara histologi maupun biologi, yaitu:
1. Zona Anterior atau Ventral
Sesuai dengan lobus anterior, tidak punya kelenjar, terdiri atas stroma
fibromuskular. Zona ini meliputi sepertiga kelenjar prostat.
2. Zona Perifer
Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa kelenjar
prostat. Zona ini rentan terhadap inflamasi dan merupakan tempat asal
karsinoma terbanyak.
3. Zona Sentralis.
Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulatorius, sesuai dengan lobus tengah
meliputi 25% massa glandular prostat. Zona ini resisten terhadap inflamasi.
4. Zona Transisional.
Zona ini bersama-sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai
kelenjar pre-prostatik. Merupakan bagian terkecil dari prostat, yaitu kurang
lebih 5% tetapi dapat me-lebar bersama jaringan stroma fibromuskular
anterior menjadi benign prostatic hyperpiasia
5. Kelenjar-Kelenjar Periuretra
Bagian ini terdiri dan duktus-duktus kecil dan susunan sel-sel asinar abortif
tersebar sepanjang segmen uretra proksimal.
LO 1.2 Mikroskopis
Prostat melingkari pangkal uretra yang keluar dari kandung kemih. Kelenjar tersebut
merupakan kumpulan dari 30-50 kelenjar tubuloalveolar kompleks yang kecil-kecil,
bermuara ke dalam uretra pars prostatika, melalui 15-30 saluran keluar kecil. Unsurunsur kelenjar tersebar pada tiga daerah yang berlainan yang tersusun kurang lebih
konsentris mengelilingi uretra. Kelenjar-kelenjar kecil terletak di mukosa dan
dikelilingi oleh kelenjar- kelenjar submukosa. Kelenjar utama terletak di bagian tepi
dan merupakan bagian terbesar dari kelenjar. Keseluruhan kelenjar dibungkus oleh
simpai fibroelasuk yang mengandung banyak serat otot polos di sebelah dalam dan
kaya akan pleksus vena. Bagian-bagian kelenjar terbenam di dalam stroma padat yang
di bagian tepi berlanjut pada simpai. Stromanya juga fibroelastik dan mengandung
sejumlah berkas serat otot. Alveoli dan tubuli kelenjar sangat tidak teratur dan sangat
beragam bentuk dan ukurannya. Alveoli dan tubuli bercabang berkali-kali, keduanya
memiliki lumen yang lebar. Lamina basal kurang jelas dan epitel sangat berlipat-lipat.
Jenis epitelnya selapis atau bertingkat dan ber-variasi dari silindris sampai kubis
rendah, tergantung pada status endokrin dan kegiatan kelenjar. Sitoplasma banyak
mengandung butir sekret dan butir lipid. Saluran keluar mempunyai lumen yang tidak
teratur dan mirip tubuli sekretoris yang kecil.
Sekret prostat merupakan cairan seperti susu, bersifat agak alkali, kaya dengan enzim
proteolitik, terutama fibrinolisin yang membantu pencairan semen.
Sekret juga mengandung sejumlah besar
fosfatase asam. Pada sajian, sekret terlihat
sebagai massa granular yang asidofilik.
Seringkali mengandung badan-badan bulat
atau bulat telur disebut konkremen prostat
(korpora amilasea) yang merupakan
kondensasi sekret yang mungkin mengalami
perkapuran.
LI 2. Memahami dan menjelaskan fungsi prostat
Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen dari
cairan ejakulat. Cairan ini dilairkan melalui duktus sekretorius dan bermuara di uretra
posterior untuk kemudian dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada saat
ejakulasi. Volume cairan prostat merupakan 25% dari seluruh volume ejakulat.
Fungsi prostat yang normal tergantung pada testosteron, yang dihasilkan oleh
sel Leydig testis dalam respon terhadap rangsangan oleh hormon luteinisasi (LH) dari
hipofisis. Testosteron dimetabolisme menjadi dehidrotestosteron oleh 5a-reduktase di
dalam prostat dan vesikula seminalis.
Jika kelenjar ini mengalami hiperplasia jinak atau berubah menjadi kanker
ganas dapat membuntu uretra posterior dan mengakibatkan terjadinya obstruksi
saluran kemih.
Sel-sel kelenjar prostat dapat membentuk enzim asam fosfatase yang paling
aktif bekerja pada ph 5. Kelenjar prostat mensekresi sedikit cairan yang berwarna
putih susu dan bersifat alkalis. Cairan ini mengandung asam sitrat, asam fosfatase,
kalsium dan koagulase serta fibrinolisis. Selama pengeluaran cairan prostat, kapsul
kelenjar prostat akan berkontraksi bersamaan dengan kontraksi vas deferen dan cairan
prostat keluar bercampur dengan semen yang lainnya.
Cairan prostat merupakan 70% volume cairan ejakulat dan berfungsi
memberikan makanan spermatozon dan menjaga agar spermatozon tidak cepat mati di
dalam tubuh wanita, dimana sekret vagina sangat asam (PH: 3,5-4). Dengan demikian
sperma dapat hidup lebih lama dan dapat melanjutkan perjalanan menuju tuba uterina
dan melakukan pembuahan.
Fungsi kelenjar prostat pada umumnya sebagai sumber nutrisi dan perlindungan
spermatozoa yaitu dengan cara:
1
Prostat adalah kelenjar sex sekunder pada laki-laki yang menghasilkan cairan
dan plasma seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13-32% dan cairan
vesikula seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi. Kelenjar prostat dibawah pengaruh
Androgen Bodies dan dapat dihentikan dengan pemberian Stilbestrol.
LI 3. Memahami dan menjelaskan BPH (Benign Prostate Hyperplasia)
LO 3.1 Definisi
Pengertian BPH secara klinikal, menurut NCI: Definition of Cancer Terms, BPH
adalah suatu pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh hiperplasia beberapa
atau semua komponen dari prostat yang meliputi jaringan dari kalenjar maupun
berolahraga, merokok dan diet yang buruk juga memungkinkan peningkatan resiko
terkena BPH.
LO 3.4 Patofisiologi
Menurut Syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998, umumnya gangguan ini
terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan hormonal. Bagian paling dalam
prostat membesar dengan terbentuknya adenoma yang tersebar. Pembesaran adenoma
progresif menekan atau mendesak jaringan prostat yang normal ke kapsula sejati yang
menghasilkan kapsula bedah. Kapsula bedah ini menahan perluasannya dan adenoma
cenderung tumbuh ke dalam menuju lumennya, yang membatasi pengeluaran urin.
Akhirnya diperlukan peningkatan penekanan untuk mengosongkan kandung kemih.
Serat- serat muskulus destrusor berespon hipertropi, yang menghasilkan trabekulasi di
dalam kandung kemih. Pada beberapa kasus jika obsruksi keluar terlalu hebat, terjadi
dekompensasi kandung kemih menjadi struktur yang flasid, berdilatasi dan sanggup
berkontraksi secara efektif. Karena terdapat sisi urin, maka terdapat peningkatan
infeksi dan batu kandung kemih.
Peningkatan tekanan balik dapat menyebabkan hidronefrosis. Retensi progresif bagi
air, natrium, dan urea dapat menimbulkan edema hebat. Edema ini berespon cepat
dengan drainage kateter. Diuresis paska operasi dapat terjadi pada pasien dengan
edema hebat dan hidronefrosis setelah dihilangkan obstruksinya. Pada awalnya air,
elekrolit, urin dan beban solut lainya meningkatkan diuresis ini, akhirnya kehilangan
cairan yang progresif bias merusakkan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan
serta menahan air dan natrium akibat kehilangan cairan dan elekrolit yang berlebihan
bisa menyebabkan hipovelemia.
Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan
pada traktus urinarius. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi
perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika
kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat. Akibatnya serat detrusor
akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli
akan terlihat sebagai balokbalok yang tampai (trabekulasi).
Dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di
antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil
dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah
fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya
akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga
terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih
atas.
Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat
Hipertroplasi:
a. Sering buang air kecil dan tidak sanggup menahan buang iar kecil, sulit
mengeluarkan atau menghentikan urin. Mungkin juga urin yang keluar hanya
merupakan tetesan belaka.
b. Sering terbangun waktu tidur di malam hari, karena keinginan buang air kecil
yang ber-ulang-ulang.
c. Pancaran atau lajunya urin lemah.
d. Kandung kemih terasa penuh dan ingin buang iar kecil lagi.
e. Pada beberapa kasus, timbul rasa nyeri berat pada perut akibat tertahannya
urin atau me-nahan buang air kecil.
Gejala generalisata juga mungkin tampak, termasuk keletihan, anoreksia, mual dan
muntah, dan rasa tidak nyaman pada epigastrik.
Secara klinik derajat berat, dibagi menjadi 4 gradiasi, yaitu:
2.
Adakah asimetris
3.
4.
5.
6.
Adakah krepitasi
Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan prostat teraba membesar,
konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, permukaan rata, lobus kanan
dan kiri simetris, tidak didapatkan nodul, dan menonjol ke dalam rektum. Semakin
berat derajat hiperplasia prostat, batas atas semakin sulit untuk diraba. Sedangkan
pada carcinoma prostat, konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul dan diantara
lobus prostat tidak simetris. Sedangkan pada batu prostat akan teraba krepitasi.
Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan pada traktus urinaria bagian atas
kadang-kadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah terjadi pielonefritis akan disertai
sakit pinggang dan nyeri ketok pada pinggang. Vesica urinaria dapat teraba apabila
sudah terjadi retensi total, daerah inguinal harus mulai diperhatikan untuk mengetahui
adanya hernia. Genitalia eksterna harus pula diperiksa untuk melihat adanya
kemungkinan sebab yang lain yang dapat menyebabkan gangguan miksi seperti batu
di fossa navikularis atau uretra anterior, fibrosis daerah uretra, fimosis, condiloma di
daerah meatus.
Pada pemeriksaan abdomen ditemukan kandung kencing yang terisi penuh dan teraba
masa kistus di daerah supra simfisis akibat retensio urin dan kadang terdapat nyeri
tekan supra simfisis.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Elektrolit
Gula darah
2. Urin : - Kultur urin + sensitifitas test
1.
2.
3.
penyulit yang terjadi pada vesica urinaria yaitu adanya trabekulasi, divertikel, atau
sakulasi vesica urinaria
4. Foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin
3. Sistogram retrogradApabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi
urin, maka sistogram retrograd dapat pula memberi gambaran indentasi.
4. USG secara transrektal (Transrectal Ultrasonography = TURS)Untuk mengetahui
besar atau volume kelenjar prostat, adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna,
sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan volume vesica
urinaria dan jumlah residual urine, serta mencari kelainan lain yang mungkin ada di
dalam vesica urinaria seperti batu, tumor, dan divertikel.
5. Pemeriksaan SistografiDilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria
atau pada pemeriksaan urine ditemukan mikrohematuria. Sistografi dapat memberikan
gambaran kemungkinan tumor di dalam vesica urinaria atau sumber perdarahan dari
atas bila darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen di dalam vesica. Selain
itu juga memberi keterangan mengenai basar prostat dengan mengukur panjang uretra
pars prostatika dan melihat penonjolan prostat ke dalam uretra.
Pemeriksaan fisik dan penunjang
Pemeriksaan fisik dan penunjang telah dijelaskan pada point diatas, untuk penegakan
diagnosis. Berikut beberapa pemeriksaan penunjang lainnya :
1.
2.
LO 3.7 Tatalaksana
-
Farmako
Tujuan dari farmakoterapi pada BPH adalah untuk mengurangi morbiditas
dan mencegah komplikasi. Obat yang digunakan antara lain golongan alphaadrenergic blockers, 5-alpha-reductase inhibitors, dan Phosphodiesterase-5
Enzyme Inhibitors.
Alpha-Adrenergic Blockers
Bekerja dengan menghambat efek dari sinaps postganglion di otot polos dan
kelenjar eksokrin.
a. Phenoxybenzamine
Phenoxybenzamine adalah nonselective alpha-adrenergic receptor blocker
yang kerjanya antagonis dengan reseptor alpha-1 dan alpha-2.
Phenoxybenzamine menyebabkan peningkatan aliran urin.ES : takikardi,
pusing, mual, muntah, malaise, sedasi.
Farmokodinamik : karena sifat hambatan yang praktis irreversibel.
Fenoksibenzamin dapat dianggap bekerja dengan cara mengurangi jumlah
adrenoreseptor yang tersedia untuk dirangsang. Fenoksibenzamin
memblok reseptor 1 maupun 2 pada otot polos arteriol dan vena
sehingga menimbulkan vasodilatasi dan venodilatasi.
Farmakokinetik : absorpsi dari saluran cerna hanya 20-30%. Waktu
paruhnya kurang dari 24 jam, tetapi lama kerjanya bergantung juga pada
kecepatan sintesis reseptor . Intoksikasi dan efek samping : yang utama
adalah hipotensi ortostatik. Hambatan ejakulasi yang reversibel dapat
terjadi akibat hambatan kontraksi otot polos vas deferens dan saluran
ejakulasi.
Penggunaan terapi : sebagai kompensasi berkurangnya produksi
testoteron, dibentuk lebih banyak enzim 5 reduktase yang mereduksi
testoteron menjadi dihidrotestoteron (DHT) yang lebih aktif. Tetapi DHT
merangsang pertumbuhan prostat. Obat ini dapat memperbaiki aliran urin
dan mengurangi gejala-gejala akibat obstruksi prostat. Dosis 2x10
mg/hari. Pengobatan ini efektif untuk BPH tetapi karena efek samping
yang ditimbulkan obat ini tidak lagi digunakan.
b. Prazosin
Prazosin digunakan untuk terapi hipertensi. Prazosin meningkatkan aliran
urin dengan menghambat adrenoreseptor alpha-1 di VU dan prostat
sehingga otot polos menjadi relaksasi.
c. Alfuzosin
Alfuzosin diindikasikan untuk terapi pada gejala BPH. Alfuzosin adalah
alpha-1 blocker dari adrenoreceptors di prostate.
d. Terazosin
Terazosin diindikasikan untuk terapi BPH simptomatik dan hipertensi.
Farmakodinamik : efeknya yang utama adalah hasil hambatan reseptor
1 pada otot polos arteriol dan vena, yang menimbulkan vaso- dan
Hormonal
Pada tingkat supra hypofisis dengan obat-obat LH-RH (super) agonist
yaitu obat yang menjadi kompetitor LH-RH mempunyai afinitas yang lebih
besar dengan reseptor bagi LH-RH, sehingga obat ini akan menghabiskan
reseptor dengan membentuk LH-RH super agonist reseptor kompleks.
Sehingga mula-mula oleh karena banyaknya LH-RH super agonist yang
menangkap reseptor, pada permulaan justru akan terjadi kenaikan produksi LH
oleh hypofisis. Tetapi setelah reseptor habismaka LH-RH tidak dapat lagi
mencari reseptor , maka LH akan menurun. Contoh obat adalah Buserelin,
dengan dosis minggu I 3dd 500 mg s.c. (7 hari) dan minggu II intra nasal
spray 200 mg, 3 kali sehari.
Pemberian obat-obat anti androgen yang dapat mulai pada tingkat
hipofisis misalnya dengan pemberian Gn-RH analogue sehingga menekan
produksi LH, yang menyebabkan produksi testosteron oleh sel leydig
berkurang. Cara ini tentu saja menyebabkan penurunan libido oleh karena
penurunan kadar testosteron darah. Pada tingkat infra hipofisis pemberian
estrogen dapat memberikan umpan balik dengan menekan produksi FSH dan
LH, sehingga produksi testosteron juga menurun. Contoh preparatnya ialah
Diaethyl Stilbestrol (DES) dosis satu kali 1-5 mg sehari.
Pada tingkat testikular, orchiectomi untuk pengobatan pembesaran
prostat jinak hanya dikenal pada sejarah, sekarang cara pengobatan ini untuk
hiperplasia prostat telah ditinggalkan. Untuk karsinoma prostat tentu saja
orchiectomi masih dikerjakan oleh karena pertimbangan kemungkinan
penyebaran ca prostat dan juga biasanya penderita telah tua.
Pada tingkat yang lebih rendah dapat pula diberikan obat anti androgen
yang mekanisme kerjanya mencegah hidrolise testosteron menjadi DHT
dengan cara menghambat 5 alpha reduktase, suatu enzim yang diperlukan
untuk mengubah testosteron menjadi dehidrotestosteron (DHT), suatu hormon
androgen yang mempengaruhi pertumbuhan kelenjar prostat, sehingga jumlah
DHT berkurang tetapi jumlah testosteron tidak berkurang, sehingga libido juga
tidak menurun. Penurunan kadar zat aktif dehidrotestosteron ini menyebabkan
mengecilnya ukuran prostat. Contoh obat tersebut ialah Finesteride, Proscar
dengan dosis 5 mg/hari dalam jangka waktu lebih dari 3 bulan, Finasteride
mengurangi volume prostat sampai 30%. Penelitian lain di Kanada
menyatakan bahwa Finasteride mengurangi volume prostat pada 613 pria
dengan angka rata-rata 21%, mengurangi gejala dan memperbaiki laju
pancaran urin sampai 12%. Obat ini mempunyai toleransi baik dan tidak
mempunyai efek samping yang bermakna.
Obat anti androgen lain yang juga bekerja pada tingkat prostat ialah
obat yang mempunyai mekanisme kerja sebagai inhibitor kompetitif terhadap
reseptor DHT sehingga DHT tidak dapat membentuk kompleks DHTReseptor.
Contoh obatnya ialah :
- Cyproterone acetate 100 mg 2 kali/hari
- Flutamide
- medrogestone 15 mg2 kali/hari
- Anandron
Obat ini juga tidak menurunkan kadar testosteron pada darah, sehingga libido
tidak menurun. Golongan gestagen dan ketokonazole, obat-obat ini
mempunyai khasiat :
- mengurangi enzim dehidrogenase dan isomerase yang
berguna untuk metabolisme steroid
- menekan LH dan FSH,
- menjadi saingan testosteron untuk 5 alpha reduktase
sehingga DHT tidak terbentuk.
Contoh obatnya adalah Megestrol acetat 160 mg empat kali sehari dan MPA
300-500 mg/hari. Kesulitan pengobatan konservatif ini adalah menentukan
berapa lama obat harus diberikan dan efek samping dari obat.
Operatif
a) Prostatektomi terbuka
Transperineal
Keuntungan :
Dapat langssung pada fossa prostat
Pembuluh darah tampak lebih jelas
Mudah untuk pinggul sempit
Langsung biopsi untuk karsinoma
Kerugian :
Impotensi
Inkontinensia
Bisa terkena rektum
Perdarahan hebat
Merusak diagframa urogenital
b) Endourologi
- Trans urethral resection (TUR)
Yaitu reseksi endoskopik malalui uretra. Jaringan yang direseksi hampir
seluruhnya terdiri dari jaringan kelenjar sentralis. Jaringan perifer ditinggalkan
bersama kapsulnya. Metode ini cukup aman, efektif dan berhasil guna, bisa
terjadi ejakulasi retrograd dan pada sebagaian kecil dapat mengalami impotensi.
Hasil terbaik diperoleh pasien yang sungguh membutuhkan tindakan bedah.
Untuk keperluan tersebut, evaluasi urodinamik sangat berguna untuk
membedakan pasien dengan obstruksi dari pasien non-obstruksi. Evaluasi ini
berperan selektif dalam penentuan perlu tidaknya dilakukan TUR. Suatu
penelitian menyebutkan bahwa hasil obyektif TUR meningkat dari 72% menjadi
88% dengan mengikutsertakan evaluasi urodinamik pada penilaian pra-bedah
dari 152 pasien. Mortalitas TUR sekitar 1% dan morbiditas sekitar 8%.
Saat ini tindakan TUR P merupakan tindakan operasi paling banyak dikerjakan
di seluruh dunia. Reseksi kelenjar prostat dilakukan trans-uretra dengan
mempergunakan cairan irigan (pembilas) agar supaya daerah yang akan direseksi
tetap terang dan tidak tertutup oleh darah. Cairan yang dipergunakan adalah
berupa larutan non ionik, yang dimaksudkan agar tidak terjadi hantaran listrik
pada saat operasi. Cairan yang sering dipakai dan harganya cukup murah adalah
H2O steril (aquades). Salah satu kerugian dari aquades adalah sifatnya yang
Invasif minimal
a) Trans urethral microwave thermotherapy (TUMT)
Cara memanaskan prostat sampai 44,5C 47C ini mulai diperkenalkan dalam
tiga tahun terakhir ini. Dikatakan dengan memanaskan kelenjar periuretral yang
membesar ini dengan gelombang mikro (microwave) yaitu dengan gelombang
ultarasonik atau gelombang radio kapasitif akan terjadi vakuolisasi dan nekrosis
jaringan prostat, selain itu juga akan menurunkan tonus otot polos dan kapsul
prostat sehingga tekanan uretra menurun sehingga obstruksi berkurang. Prinsip
cara ini ialah memasang kateter semacam Foley dimana proximal dari balon
dipasang antene pemanas yang baru dipanaskan dengan gelombang mikro
melalui kabel kecil yang berada didalam kateter. Pemanasan dilakukan antara 1-3
jam. Dengan cara pengobatan ini dengan mempergunakan alat THERMEX II
diperoleh hasil perbaikan kira-kira 70-80% pada symptom obyektif dan kira-kira
50-60% perbaikan pada flow rate maksimal. Mekanisme yang pasti mengenai
efek pemanasan prostat ini belum semuanya jelas, salah satu teori yang masih
harus dibuktikan ialah bahwa dengan pemanasan akan terjadi perusakan pada
reseptor alpha yang berada pada leher vesika dan prostat.
Di Jakarta telah tersedia dua macam alat yaitu Prostatron yang menggunakan
gelombang mikro dan dipanaskan selama satu jam. Cara ini disebut dengan Trans
Urethral Microwave Treatment (TUMT). Sedangkan alat yang lain menggunakan
radio capacitive frequency yang dapat memanaskan prostat sampai 44,5C
47C selama 3 jam (TURF). Pengobatan di RS. Pondok Indah pada 112 kasus
yang diobati dengan cara ini didapatkan hasil: perbaikan symptom score pada
79 penderita (75%) dan perbaikan pada sisa kencing pada 62 penderita (60%)
tetapi perbaikan pada maximal flow rate hanya ditemukan pada 55 penderita
(50%). Cara pengobatan hypertermia ini masih memerlukan penelitian lebih
lanjut mengenai cara kerja dasar klinikal, efektifitasnya serta side efek yang
mungkin timbul.
Cara kerja TUMT ialah antene yang berada pada kateter dapat memancarkan
microwave kedalam jaringan prostat. Oleh karena temperatur pada antene akan
tinggi maka perlu dilengkapi dengan surface costing agar tidak merusak mucosa
ureter. Dengan proses pendindingan ini memang mucosa tidak rusak tetapi
penetrasi juga berkurang.
Kontrol berkala
Setiap pasien hiperplasia prostat yang telah mendapatkan pengobatan perlu
dikontrol secara teratur untuk mengetahui perkembangan penyakitnya. Jadwal
kontrol tergantung pada tindakan apa yang sudah dijalaninya.
Pasien yang hanya mendapatkan pengawan (watchfull waiting) dianjurkan
kontrol setelah 6 bulan, kemudian setiap tahun untuk mengetahui apakah terjadi
perbaikan klinis. Penilaian dilakukan dengan pemeriksaan skor IPSS, uroflometri,
dan residu urine pasca miksi.
Pasien yang mendapatkan terapi penghambat 5-reduktase harus dikontrol
pada minggu ke-12 dan bulan ke-6 untuk menilai respon terhadap terapi.
Kemudian setiap tahun untuk menilai perubahan gejala miksi. Pasien yang
menjalani pengobatan penghambat -adrenergik harus dinilai respons terhadap
pengobatan setelah 6 minggu dengan melakukan pemeriksaan IPSS, uroflometri,
dan residu urine pasca miksi. Kalau terjadi perbaikan gejala tanpa menunjukkan
penyulit yang berarti, pengobatan dapat diteruskan. Selanjutnya kontrol dilakukan
setelah 6 bulan dan kemudian setiap tahun. Pasien setelah menerima pengobatan
secara medikamentosa dan tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan, perlu
dipikirkan tindakan pembedahan atau terapi intervensi yang lain.
Setelah pembedahan, pasien harus menjalani kontrol paling lambatt 6
minggu pasca operasi untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyulit.
Kontrol selanjutnya setelah 3 bulan untuk mengetahui hasil akhir operasi.
LO 3.8 Komplikasi
Dilihat dari sudut pandang perjalanan penyakitnya, hiperplasia prostat dapat
menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
Inkontinensia Paradoks
Hidroureter
Hidronefrosis
Gagal Ginjal
LO 3.9 Pencegahan
Aktivitas sehari-hari
Immobilisasi (kurang aktivitas) dan udara dingin dapat meningkatkan risiko
retensi urin. Jadi menjaga tetap hangat dan latihan (olahraga) akan sangat
berguna. Selain itu para pria harus meluangkan waku untuk berkemih saat
mulai terasa, meskipun tidak kebelet.
Faktor Diet
Menghindari alkohol, kopi dan mengurangi minum setelah makan malam
untuk mengurangi nokturia (kencing malam hari). Ada beberapa bukti ilmiah
bahwa teh hijau yang mengandung flavonoids, suatu zat kimia yang mungkin
baik untuk prostat.
Latihan Kegel
Latihan Kegel atau otot dasar panggul, akan membantu mencegah kebocoran
urin. Latihan ini akan memperkuat otot dasar panggul yang menyokong
kandung kemih dan menutup sfingter (lubang). Saat berkemih, pasien
berusaha untuk mengkontraksikan otot sampai alirannya melambat atau
terhenti, kemudian lepaskan lagi. Latihan yang baik 5-15 kali kontraksi,
masing-masing ditahan sekitar 10 detik, 3-5 kali sehari.
Zat zat gizi yang juga amat penting untuk menjaga kesehatan prostat di
antaranya adalah:
a) Rukhshah Isqath
Jika seseorang diwajibkan melaksanakan rukhshah tersebut lantaran hukum azimah
telah gugur. Misal : Wajib makan bangkai dalam keadaan terpaksa, jika tidak ia bias
mati.
b) Rukhshah Tarfih
Jika hukum rukhsah dan hukum azimah masih dapat dilakukan semuanya. Misal :
Memakan harta orang lain ketika sangat lapar masih dapat dilaksanakan hukum
azimah. Jika ia bersabar dan tidak makan harta orang,hingga ia mati ,maka tidak
berdosa. Kerena haramnya makan harta orang lain selalu ada pada hukum azimah.
Dienul Islam mengatur hubungan antar manusia tak terkecuali hubungan antara
laki-laki dan perempuan. Pada Al-quran, sunah Rasulullah SAW, serta pendapat para
ulama dapat diketahui bahwa antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim
terdapat batasan-batasan dalam berinteraksi, seperti adanya larangan untuk
besentuhan (bersalaman) , larangan untuk berdua-duaan (berkhalawat).
Dari beberapa madzhab yang ada antara lain dari Madzhab Hanafi, Madzhab
Maliki,Madzhab SyafiI, dan Madzhab Hanbali dapat diketahui bahwa Rasulullah pun
sangat menjaga hubungan dengan kaum hawa.
Walaupun saat ini mungkin masih banyak kaum muslimin yang tidak terlalu
memperhatikan hal tersebut karena alasan tata krama dan kesopanan. Tapi bagaimana
pun memang selayaknya kita sebagai kaum muslimin menjalankan sunnah Rasulullah
SAW yang merupakan rahmatan lil alamin.
Pada kenyataannya di masyarakat saat ini, khususnya pada tempat pelayanan
kesehatan, banyak sekali interaksi antara tenaga kesehatan dan pasiennya yang sering
bertolak belakang dengan aturan yang ada dalam islam mengenai hubungan anara
laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim. Misalnya saja pada prosedur
pemeriksaan pasien yang mengharuskan pasien membuka auratnya dan disentuh
(untuk pemeriksaan) oleh tenaga kesehatan. Contohnya yaitu pemeriksaan fisik oleh
dokter, pemasangan kateter oleh perawat, operasi alat vital oleh tim dokter, serta
tindakan medis lainnya.
Akan tetapi, Islam bukanlah agama yang monoton. Islam juga telah mengatur
semua yang akan dihadapi oleh anak cucu Adam. Dalam islam juga telah dijelaskan
bahwa Islam memang mengenal darurat yang akan meringankan suatu hukum. Ada
kaidah Idzaa dhoogal amr ittasi (jika kondisi sulit, maka Islam memberikan
kemudahan dan kelonggaran). Bahkan Kaedah lain menyebutkan: Kondisi darurat
menjadikan sesuatu yang haram menjadi mubah.
Disamping hal itu, pihak institusi kedokteran terkait pun telah membuat suatu
kode etik atau aturan-aturan yang dapat mengatur tindakan tenaga kesehatan agar
dalam menjalankan tugasnya tetap mampu mencerminkan diri sebagai tenaga
kesehatan yang islami. Mereka juga harus memiliki sikap-sikap yang dapat
Zuhroni, dkk. 2003. Islam untuk disiplin ilmu kesehatan dan kedokteran 2.
Jakarta
Junqueira, Luiz. 2007. Histologi Dasar Teks dan Atlas Ed. 10. Jakarta: EGC
Sofwan, Achmad. 2016. Systema Urogenitale (Apparatus Urogenitalis).
Jakarta: FK YARSI
www.proteinatlas.org (Diakses pada tanggal 2016-04-12 20.39 WIB)
http://umm.edu/health/medical/reports/articles/benign-prostatic-hyperplasia
(Diakses pada tanggal 10 April 2016 20.45 WIB)
Gunawan, Sulistia Gan, dkk. 2009. Farmakologi dan Terapi Ed. 5. Jakarta:
FKUI
Robin, Cofran (2005). Buku Ajar Patologi, Edisi 7 vol.2, Elsuier Saunders,
Philadelphia.EGC