Anda di halaman 1dari 27

1

REFERAT
“URACHUS”

Dosen Pembimbing
dr. Samuel Zacharias, Sp. B

Disusun oleh :
Try Putra Heny Cendekiawan
42170157

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

RUMAH SAKIT EMANUEL KLAMPOK

PERIODE 9 APRIL – 16 JUNI 2018

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

YOGYAKARTA

2018
2

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah

memberikan hikmat dan limpahan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat

dengan judul “Urachus”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang

senantiasa membantu, mendukung, membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan

referat ini, yaitu:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan berkat, kekuatan dan penyertaan kepada

penulis selama proses penulisan referat.

2. Prof. Dr. jonathan Willy Siagian, Sp.PA selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Kristen Duta Wacana yang senantiasa memberikan dukungan dan doa kepada para

mahasiswa untuk kelancaran penulisan dan beban ilmiah ini.

3. Dr. Samuel Zacharias, Sp.B selaku Dosen Pembimbing Klinik di RS Emanuel Klampok

yang telah membimbing dan memotivasi kami untuk menjadi dokter yang penuh kasih,

terampil dan berwawasan luas melalui referat ini.

4. Dr. Jaka Marjono, Sp.B selaku Dosen Pembimbing Klinik di RS Bethesda Yogyakarta

yang senantiasa membeimbing dan memotivasi kami untuk selalu melayani pasien secara

komperehensif.

5. Kedua orangtua penulis yaitu Basri Wage Saputra dan Heny Suniaty, serta seluruh keluarga

besar penulis yang selalu memberikan semangat, doa dan dukungan baik moril maupun

materil dalam setiap langkah.

6. Seluruh sejawat angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana

yang telah menjadi keluarga dan selalu memberikan rasa kebersamaan dan dukungan selalu

menempuh pendidikan Kedokteran.


3

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu pelaksanaan

dan penyelesaian beban ilmiah ini baik dalam doa maupun dukungan.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada referat ini sehingga kritik

dan saran sangat diharapkan dalam menulis referat yang lebih baik. Semoga referat ini dapat

menjadi manfaat bagi masyrakat luas dan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu

Kedokteran.

Yogyakarta, April 2018

Try Putra Heny Cendekiawan, S.Ked


4

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN……………………………………………………….….i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….……….i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….…...iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….………..1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….……1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..…..2

1.3 Tujuan penelitian………………………………………………………….………3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………..……….4

2.1 Definisi………………………………………………………………...………….4

2.2 Epidemiologi…………………………………………………………………..….5

2.3 Patofisiologi……………………………………………………………..………..6

2.4 Klasifikasi………………………………………………………….……………..7

2.5 Diagnosis……………………………………………………….………………...13

2.6 Penataklasanaan………………………………………………………………….14

2.7 Komplikasi……………………………………………………………………….18

2.8 Prognosis…………………………………………………………...…………….18

BAB III KESIMPULAN………………………………………………….……………19

DATAR PUSTAKA………………………………………………….………………....20
5

Lampiran…………………………………………………………………………………22
6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Secara embriologis, sinus urogenitalis dihubungkan dengan umbilikus melalui allantois.

Pada akhirnya allantois ini mengalami obliterasi menjadi urachus, berupa jaringan fibrus yang

terletak di dalam kavum Retzius, yakni di antara fasia transversalis dan peritoneum. Jaringan

fibrus tersebut menghubungkan apeks buli-buli dengan umbilikus menjadi suatu ligamentum

umbilikalis medius. Obliterasi yang tidak lengkap akan menyisakan beberapa masalah, yaitu

berupa :

1. Persisten (fistula) urachus, yakni lumen urachus tetap terbuka sehingga masih terjadi

hubungan antara buli-buli dengan umbilikus. Tanda klinis yang ditunjukkan adalah berupa

keluarnya urin dari umbilikus. Diagnosis dapat ditegakkan dengan memastikan bahwa

cairan yang keluar adalah urin dengan pemeriksaan kadar kreatinin, pencitraan VCUG,

fistulografi, atau dengan instilasi zat warna ( metilen biru melalui buli-buli ).

2. Kista Urachus, jika obliterasi terjadi pada ujung proksimal ( dekat dengan umbilikus ) dan

ujung distal ( dekat dengan buli-buli ), sedangkan di tengahnya berupa rongga ( kista ).

Kista ini dapat menjadi besar sehingga secara klinis terlihat benjolan di infra-umbilikus,

jika terinfeksi bisa menyebabkan sepsis, dan bisa terbentuk batu di dalam kista.

3. Divertikulum urachus atau divertikulum vesiko-urachus, yakni masih terbukanya urachus

sisi distal. Keadaan ini sering tidak memberikan gejala klinis, hanya saja beberapa kasus

dapat berubah menjadi maligna, yang sering sebagai adenokarsinoma buli-buli. Diagnosa

ditegakkan melalui sistografi atau sistoskopi dan CT scan.


7

4. Sinus urachus, masih terbukanya urachus pada sisi umbilikus yang berupa kantong yang

terbuka pada umbilikus. Tidak jarang sinus urachus memberikan gejala keluarnya cairan

melalui umbilikus, yang jika mengalami infeksi berupa cairan purulen. Diagnosis

ditegakkan dengan sinografi bersamaan dengan sistografi.

Urachus berkembang di bagian atas kandung kemih, keduanya berasal dari kloaka

ventral. Bagian kandung kemih ini lebih menyempit, tetapi tetap dalam bentuk miniatur.

Kondisi ini kemudian dikenal sebagai urachus. Urachus adalah kelumpuhan postpartum

kandung kemih, dan pada orang dewasa adalah struktur berbentuk kerucut melintas dari

apeks kandung kemih, dan melekat pada umbilikus hanya oleh band adventitial berasal dari

arteri umbilikalis yang telah ditarik ke bawah. Seperti kandung kemih, ia memiliki

permukaan peritoneum dan ekstra-peritoneal dan memiliki fasia transversalis di luarnya

dan peritoneum di permukaan dalamnya. Lumen urachus tetap paten sepanjang hidup,

meskipun mungkin dapat terbentuk atau diisi oleh massa sel epitel yang telah terkelupas

atau lepas dari dalam dinding salurannya.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari urachus?

2. Bagaimana epidemiologi dari urachus?

3. Bagaimana patofisiologi dari urachus?

4. Apa saja klasifikasi dari urachus?

5. Bagaimana penegakkan diagnosis dari urachus?

6. Bagaimana tatalaksana dan terapi penyakit urachus?

7. Apa saja komplikasi dan prognosis dari urachus?


8

1.3. TUJUAN PENULISAN

Dokter muda dapat memahami dan menguraikan mengenai urachus meliputi definisi,

klasifikasi, tanda klinis, pemeriksaan penunjang, komplikasi, prognosis dan

penatalaksanaannya.
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Urachus merupakan saluran yang menghubungkan antara allantoic stalk dan vesica

urinaria bagian atas, pada proses normal akan terjadi apoptosis dari sel epitelium urachus

(obliterasi urachus) pada minggu ke 5 - 7 kehamilan sehingga urachus tersebut akan mengalami

involusi membentuk ligamentum umbilicalis mediana. Kelainan urachus akan muncul ketika

proses obliterasi ini tidak sempurna, yang kemudian akan meninggalkan lumen persisten. Bisa

terjadi pada keseluruhan saluran membentuk patent urachus, atau pada sebagian saluran

membentuk sinus urachus, kista atau diverticulum. Urachus merupakan sisa duktal yang

muncul secara embriologis, berasal dari involusi alantois dan kloaka dan memanjang antara

kubah kandung kemih dan umbilikus. Selama perkembangan kehamilan normal, urachus

involutes dan lumennya dilenyapkan, menjadi ligamen umbilical median. Anomali urachal

kongenital dihasilkan dari kegagalan perkembangan urachus untuk sepenuhnya melenyapkan

lumennya, dan mewakili entitas yang jarang dan sering tidak terdiagnosis namun dapat

ditemukan secara melalui pencitraan atau bermanifestasi secara klinis dengan perkembangan

penyakit melalui tanda dan gejala sakit perut atau kencing abnormal nonspesifik.

Urachus merupakan suatu korda fibromuskuler yang berlokasi pada jaringan

ekstraperitoneal anterior dalarn ruang Retzius (antara fasia transversalis sebelah anterior dan

peritoneum parietalis disebelah posterior). Urachus berbentuk saluran yang pada orang dewasa

berukuran panjang 1,2 - 3,9 inci (3 - 10 cm) dan diameter 0.3 - 0.4 inci (8 - 10 mm),

berkembang dari bagian superior sinus urogenital dan menghubungkan fundus vesika urinaria
10

ke umbilicus selarna kehidupan fetal. Urachus adalah normal pada kehidupan embrionik dan

mengalami obliterasi dengan 32 minggu masa gestasi, menyisakan pita fibrous yang pada

orang dewasa dikenal sebagai ligamentum umbilikalis media. Defek pada obliterasi urachus

menimbulkan kelainan bawaan berupa fistula urachus, sinus urachal, divertikulum urachal dan

kista urachal. Sisa urachus dapat memberikan berbagai masalah tidak hanya pada bayi dan

anak-anak tetapi juga pada orang dewasa.

2.2. EPIDEMIOLOGI

Anomali urachal kongenital dua kali lebih umum pada pria seperti pada wanita. Ada empat

jenis anomali urachen kongenital: paten urachus, sinus umbilical-urachal, divertikulum

vesicourachal, dan kista urachal. Sebuah paten urachus adalah murni bawaan dan menyumbang

sekitar 50% dari semua kasus anomali kongenital. Sinus umbilical-urachal (mewakili sekitar

15% dari kasus), divertikulum vesicourachal (sekitar 3% -5%), atau kista urachal (sekitar 30%)

dapat menutup secara normal setelah lahir tetapi kemudian dapat terbuka kembali yang

berhubungan dengan kondisi patologis yang sering terjadi dikategorikan sebagai penyakit yang

didapat. Mayoritas pasien dengan kelainan urologi (kecuali pasien dengan urachus paten) tidak

menunjukkan gejala. Namun, mereka mungkin menjadi simtomatik jika kelainan tersebut

dikaitkan dengan infeksi. Kejadian anomali urologi yang dilaporkan adalah kurang lebih satu

dari 5000 populasi untuk orang dewasa, dengan tingkat signifikan lebih rendah dari satu dalam

150.000 populasi di antara bayi. Prevalensi kejadian lebih tinggi pada pria dibandingkan

wanita. Anomali urachus tidak terduga, namun sering terdeteksi secara kebetulan dan lebih

sering ditemukan dengan penggunaan pencitraan. Pada pasien yang telah menjalankan operasi

dan terapi serta mengontrol infeksi paska pengangkatan kelainan urachal, pasien dapat
11

diharapkan untuk tidak memiliki lagi masalah dengan urachus. Walaupun ada risiko kecil

infeksi lokal (<10%) setelah pengangkatan urachus, tetapi dapat diobati hanya dengan

penggunaan antibiotik yang tepat.

2.3. PATOFISIOLOGI

Urachus merupakan sisa embriologi dari involusi allantois dan ventral kloaka, akan tetapi

masih terdapat kontroversi mengenai kontribusi pasti dari allantois dan ventral kloaka terhadap

terbentuknya urachus. Allantois sendiri muncul pada hari ke-16 setelah konsepsi sebagai

kantong yang bermuara pada dinding kaudal yolk sac, menghubungkan sinus urogenital

dengan umbilikus, berfungsi sebagai vesika urinaria embrionik pada awal pembentukan darah

dan pembentukan ginjal definitif. Normalnya, bagian ekstra embrional allantois mengalami

degenerasi selama bulan kedua masa gestasi. Adakalanya, sisa allantois ini ditemukan pada

proksimal umbilicus dan dapat dilihat antara arteri umbilikalis pada pemeriksaan patologik

fetus selama masa gestasional ini. Bagian intra embrionik allantois membentuk hubungan dari

umbilikus hingga ke sinus urogenital. Antara bulan ke 4 - 5 gestasional, vesika urinaria mulai

mengalami desensus ke depan bawah rongga pelvis dan menginduksi involusi allantois,

menyebabkan umbilical cord bertambah panjang dan allantois mengalami involusi membentuk

urachus. Setelah kelahiran, urachus menjadi pita fibrous yang pada orang dewasa dikenal

sebagai ligamentum umbilikalis media.


12

2.4. KLASIFIKASI

Kelainan / kegagalan proses yang secara normal terjadi pada urachus ini pada masa

kehamilan mengakibatkan terjadinya kelainan secara kongenital pada urachus / congenital urachal

remnant abnormalitie :

A. Patent Urachus

Tipe dari kelainan patent urachus yaitu :

1. Urachus sama sekali tidak menutup sehingga terdapat saluran antara kandung kemih

dengan umbilicus. Tanda klinis terdapat iritasi pada kulit disekitar pusar karena urin juga

keluar melalui umbilicus, dapat terjadi sistitis ringan.

2. Urachus tidak menutup pada bagian dalam sehingga terbentuk sinus / divertikulum pada

kandung kemih. Tipe ini yang paling sering ditemukan pada anjing dan kucing. Tanda

klinis terdapat sistitis kronis yang sulit disembuhkan, terjadi stasis urin pada divertikulum

menyebabkan infeksi persisten atau pembentukan kalkuli.

3. Urachus tidak menutup dan membentuk sinus pada umbilicus, sedangkan kandung

kemih normal. Tanda klinis terjadi infeksi persisten dan pembengkakan di daerah

umbilicus pada anjing muda.

4. Urachus tidak menutup pada salah satu bagian saluran dan membentuk kista yang tidak

berhubungan dengan kandung kemih maupun umbilicus. Tanda klinis menunjukkan

ukuran kista bervariasi dan berisi cairan, kista yang terinfeksi dapat mengalami ruptura

sehingga terjadi peritonitis. Jika tidak terjadi infeksi jarang menimbulkan tanda klinis.

Diagnosa terhadap patent urachus dengan dilakukan pemeriksaan klinis (hanya dapat

dilakukan pada tipe 1) dan peneguhan dengan pemeriksaan radiografi. Terapi bertujuan
13

untuk memperbaiki kondisi agar keadaan tidak menjadi lebih parah maka dapat dilakukan

tindakan operatif.
14

Urachus Paten juga dikenal sebagai fistula urachal, adalah gangguan kongenital

yang disebabkan oleh persistensi allantois. Biasanya, segel urachus menjadi ligamentum

umbilikalis median. Sedangkan dalam hal ini, urachus tetap terbuka dan urin mengalir dari

kandung kemih melalui pembukaan di umbilikus. Ini terjadi ketika urachus tidak menutup

dan ada hubungan antara kandung kemih dan umbilikus. Kebocoran urin melalui umbilikus

adalah tanda utama dari urachus paten. Urachus paten dapat menyebabkan sejumlah urin

yang jelas bocor ke umbilikus.

B. Urachal Cyst

Kista urachal terjadi jika urachal menutup pada daerah umbilikus dan vesika

urinaria akan tetapi, diantara kedua area tersebut saluran urachus tetap paten. Lumen sisa

ini kemudian terisi cairan dan membentuk kista. Kista urachal ditemukan pada 30 % dari

keseluruhan kasus kelainan urachus dengan insiden yang rendah (kira-kira 1/5000

kelahiran) dan 3:1 predominan pada laki-laki. Umumnya, kista urachal terjadi pada

sepertiga distal urachus, berukuran kecil dan asimptomatik, tidak terdeteksi hingga terjadi

komplikasi (misalnya infeksi) yang menimbulkan gejala klinik.

Kista non infeksi dapat menimbulkan gejala jika semakin membesar atau

ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan rutin atau pemeriksaan lain (misalnya

hidronefrosis prenatal dan infeksi saluran kemih). Kista urachal dengan infeksi

memberikan gejala klinis berupa demam, nyeri perut bawah daerah midline, keluhan buang

air kecil dengan atau tanpa infeksi saluran kemih dan kadang - kadang teraba adanya massa

lunak suprapublik dengan kulit yang eritem di atasnya.


15

Infeksi sekunder ini dapat berasal dari fokal infeksi dari umbilikus atau kandung

kemih, melalui hematogen, limfatik atau trauma tumpul abdomen. Staphylococcus aureus

merupakan organisme yang paling sering menyebabkan infeksi pada kista urachal. Infeksi

kista urachal lebih sering ditemukan pada orang dewasa dibanding anak-anak. Pemeriksaan

USG merupakan pemeriksaan untuk pilihan mendiagnosis kista urachal. Keberhasilan

diagnostik dengan USG adalah 75 – 100 %. Pada gambaran USG tampak massa

ekstraperitoneal di antara umbilikus dan vesika urinaria, midline dan kistik. Jika terdapat

infeksi, USG Scan atau MRI umumnya tidak diperlukan, akan tetapi dapat digunakan

dalam menentukan ukuran dan lokasi kista. CT Scan dan MRI digunakan untuk

mengevaluasi adanya perluasan sekunder proses inflamasi pada struktur di sekitar kista

urachal. Pemeriksaan penunjang lain seperti uretrosistografi, kegunaannya masih

diragukan.
16

C. Urachal Sinus

Sinus urachal ditemukan pada 15 % kasus kelainan urachus. Pada sinus urachal,

saluran urachus tertutup parsial dengan saluran sisa membuka ke umbilikus. Bagian distal

dari urachus terisi oleh sel epitel deskuamasi, dan tidak terdapat hubungan dengan vesika

urinaria. Atau dapat pula terjadi akibat kista urachus yang membuka saluran drainase ke

arah umbilikus. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan adanya drainase yang intermiten

dari umbilikus (dapat berupa serous atau serosangiunous). Sinus urachal sering

menimbulkan infeksi pada umbilikus, menyebabkan timbulnya cairan dari umbilikus.

Anak sering mengeluhkan adanya pembengkakan periumbilikal, umbilikus yang lembab

basah atau adanya jaringan granulasi pada umbilikus. Akibat misdiagnosis dengan jaringan

granulasi, sering anak ini akan mengalami terapi kauterisasi dengan perak nitrat berulang

kali biasa setelah pemotongan sisa korda umbilikus. Diagnosis sinus urachal mungkin

sukar dibedakan dari granuloma umbilikus atau sinus umbilikus. Fistulogram mungkin

akan sangat membantu. Harus pula dibedakan dengan persisten duktus omphalomesenterik

melalui pemeriksaan sonogram.


17

D. Vesicourachal Diverticulum

Divertikulum urachal terjadi 3 - 5 % anomali urachal. Divertikel vesikourachal

merupakan kantung bermuara pada apeks vesika urinaria yang disebabkan karena

penutupan yang tidak sempurna urachus proksimal. Umumnya pasien dengan divertikulum

vesikourachal tidak memberikan keluhan karena aliran urin pada divertikulum mengalir

baik seiring dengan pengosongan vesika urinaria. Divertikulum vesikourachal sering

ditemukan secara tidak sengaja. Divertikulum vesikourachal mungkin tidak menyebabkan

penyulit, akan tetapi kadang-kadang ukurannya menjadi lebih besar dan pengosongan urin

didalamnya menjadi jelek, menimbulkan infeksi saluran kemih yang rekuren atau

pembentukan batu didalamnya.


18

2.5. DIAGNOSIS

A. Tanda Klinis

Tanda yang sering muncul pada bayi yang mengalami kelainan urachus meliputi :

– granulasi pada daerah periumbilical

– adanya ekskresi urine pada urachus

– terdapat nyeri (bayi selalu rewel)

– keluarnya cairan purulen dari urachus

– bengkak dan kemerahan pada daerah disekitar urachus

Pada kelainan urachus dapat terjadi infeksi yang menyebar baik secara hematogen atau

limfatik, pada kista urachus dapat terjadi infeksi serta terbentuk abses yang dapat mengalami

ruptur pada cavitas peritonealis. Granuloma umbilicalis umumnya muncul berupa jaringan merah

muda yang rapuh, seringnya berhubungan dengan respons inflamasi lokal disekitar kulit dan

mungkin berhubungan dengan kelainan pada urachus ataupun pada ductus vitellin

(omphalomesentericus). Terapi awal dengan memakai silver nitrat.

B. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan untuk mendiagnosis kelainan pada urachus dapat digunakan:

- Fistulografi dengan kontras yang biasanya digunakan untuk membedakan antara fistula

urachus atau sinus urachus.


19

- Pada pemeriksaan ini kontras dimasukan melalui mulut fistula kemudian diamati

perjalanan kontras tersebut, jika kontras memasuki vesica urinaria diagnosis mengarah ke

kelainan urachus.

- Indigo carmine merupakan bahan pewarna yang bisa disuntikkan ke dalam saluran fistula

kemudian observasi perubahan warna pada urin untuk menentukan diagnosisnya.

- Selain itu dapat juga dilakukan cystoscopy, USG, MRI dan CT scan.

- Keunggulan dari cystoskopi adalah dapat mengetahui posisi pembukaan fistula dari vesica

urinaria

- Sedangkan USG memiliki kelebihan jika kelainan berupa kista maka bentuk anatomi dapat

diketahui secara pasti walaupun pemeriksaan ini jarang dilakukan.

2.6. PENATAKLASANAAN

Tatalaksana dan terapi yang biasa dilakukan pada kelainan urachus adalah pembedahan

yang umumnya disarankan untuk mencegah komplikasi infeksi dan kerusakan kulit. Untuk sinus

dan kista urachus dilakukan eksisi melalui infraumbilical, sedangkan untuk fistula sebaiknya

dilakukan eksisi lengkap dari umbilicus, urachus, dan vesica urinaria bagian ventral. Selain itu

jahitan sederhana pada kelainan urachus memiliki tingkat rekurensi yang tinggi.

Penanganan bedah adalah penanganan utama dari kelainan urachus, pada kelaianan paten

urachus pada neonatus, dapat menutup secara spontan bila tidak terjadi obstruksi vesika urinaria,

dan divertikulum dengan mulut lebar. Indikasi operasi pada kelainan urachus adalah paten urachus

persisten (karena resiko rekuren infeksi, pembentukan batu, drainase cairan persisten dari
20

umbilikus, ekskoriasi, dan nyeri), kista urachus yang simptomatis (berukuran besar atau infeksi),

dan sinus urachus yang simptomatis.

Eksisi merupakan penanganan terpilih untuk kelainan urachus. Sejauh ini pendekatan

tradisional dengan eksisi total urachus dilakukan melalui insisi curvilinear hipogastrik (bay ) atau

insisi transversal infraumbilikal (anak yang lebih tua) memberikan penanganan yang adekuat.

Penanganan bedah dilakukan dengan eksisi radikal sisa urachus termasuk ligamentum

umbilikalis medialis sama halnya dengan peritoneum yang bersebelahan dengan umbilicus hingga

fundus vesika urinaria dengan sedikit fragmen fundus vesika urinaria pada insersi urachus

diangkat. Mukosa hendaknya tidak ditinggalkan pada umbilicus. Hal ini dilakukan untuk

mencegah rekurensi, pembentukan batu, dan mencegah timbulnya malignansi adenokarsinoma.


21

Eksisi primer merupakan penanganan terpilih untuk kista urachal tanpa infeksi. Untuk kista

yang berukuran kecil dan asimptomatik yang ditemukan secara tidak sengaja, hendaknya

diobservasi terlebih dahulu dengan USG serial. Pada kasus kista urachal yang terinfeksi, umumnya

diberikan antibiotik terlebih dahulu untuk menenangkan dan membatasi proses infeksi sehingga

mengurangi komplikasi sete1ah operasi.

Setelah infeksi kista tertangani, dilakukan pembedahan untuk membuang seluruh sisa

urachus. Pada bayi atau anak-anak, insisi pfannenstiel dapat digunakan dan lagi jarak dari dasar

umbilicus dan fundus vesika urinaria pada bayi sangat pendek. Penanganan kista urachal dengan

drainase kista tidak adekuat dapat menimbulkan resiko adenokarsinoma pada sisa urachus yang

tidak direseksi walaupun insidennya sangat rendah.

Komplikasi postoperative yang biasa muncul adalah drainase urin persisten, yang dapat

ditangani dengan memasang dauer kateter. Infeksi, yang umumnya bersifat superfisial dan

berespon baik dengan antibiotik. Sinus urachus dapat diobservasi terlebih dahulu pada 4 -8 minggu

awal kehidupan. Jika menetap maka dilakukan koreksi bedah. Koreksi bedah harus meliputi

seluruh saluran urachus dari umbilicus hingga fundus vesika urinaria. Pada bayi dan anak-anak,

operasi ini dapat dilakukan dengan sangat mudah melalui pendekatan insisi pfannenstiel.

Pada bayi, jarak dari fundus vesika urinaria ke dasar umbilicus sangat dekat. Rencana

pembedahan dilakukan setelah penanganan infeksi yang adekuat karena struktur intraperitoneal

dapat melekat pada urachus selama proses inflamasi tersebut. Pada fistula urachus, observasi

dilakukan terlebih dahulu pada beberapa bulan awal kehidupan karena pada beberapa kasus dapat

mengalami resolusi spontan. Koreksi bedah diharuskan jika menetap setelah 2 bulan. Jika terdapat

obstruksi saluran keluar vesika urinaria harus dikoreksi terlebih dahulu karena hal ini mungkin

menjadi penyebab patensi urachus yang menetap.


22
23

2.7. KOMPLIKASI

Komplikasi serius dari kista urachal yang terinfeksi adalah ruptur kista ke dalam rongga

peritoneum, proses inflamasi kista yang meluas sehingga melibatkan usus didekatnya dan

pembentukan fistula enterocutaneus. Pada divertikulum urachal, pembesaran ukuran dan

pengosongannya yang terganggu dapat menimbulkan infeksi saluran kemih yang rekuren atau

pembentukan batu.

Resiko timbulnya keganasan di masa datang pada sisa urachus telah diketahui baik

timbulnya keganasan pada sisa urachus kiranya disebabkan oleh inflamasi dan infeksi kronik

keganasan urachal terhitung hanya berkisar 1 persen hingga 10 persen dari kanker pada orang

dewasa. Keganasan urachal pada umumnya berupa adenokarsinoma walaupun karsinoma sel

transisional, karsinoma sel squamos dan sarkoma telah dilaporkan. Keseluruhan adalah neoplasma

yang jarang dan pada umumnya ditemukan pada dewasa tua. Karsinoma urachal ditemukan

tersering pada lokasi peralihan ligament urachal dan fundus urinaria.

2.8. PROGNOSIS

Kelainan sisa urachus umumnya tidak memiliki morbiditas dan mortalitas yang signifikan.

Kecuali jika kelainan kongenital serius ditemukan bersama dengan sisa urachus, prognosisnya

adalah jelek. Pasien dengan kelainan sisa urachus yang sudah dioperasi lazimnya sangat baik Pada

umumnya anak mengalami pemulihan dengan cepat. Komplikasi kelainan sisa urachus berupa

adenokarsinoma memberikan prognosis yang jelek.


24

BAB III

KESIMPULAN

Urachus merupakan saluran yang menghubungkan antara allantoic stalk dan vesica

urinaria bagian atas, pada proses normal akan terjadi apoptosis dari sel epitelium urachus (

obliterasi urachus ) pada minggu ke 5 - 7 kehamilan sehingga urachus tersebut akan mengalami

involusi membentuk ligamentum umbilicalis mediana. Kelainan pada urakus terdiri dari fistula

urachus, kista urachus, divertikulum urachus dan sinus urachus. Tanda klinis yang sering muncul

pada bayi yang mengalami kelainan urachus meliputi granulasi pada daerah periumbilical, adanya

ekskresi urine pada urachus, terdapat nyeri, keluarnya cairan purulen dari urachus, bengkak dan

kemerahan pada daerah disekitar urachus.

Terapi urachus yaitu pembedahan dengan melakukan eksisi urakus, dengan mencari

seluruh sisa urachus dari fundus buli-buli hingga umbilikus. Jika terjadi degenerasi maligna

dilakukan operasi radikal. Kelainan sisa urachus umumnya tidak memiliki morbiditas dan

mortalitas yang signifikan. Kecuali jika kelainan kongenital serius ditemukan bersama dengan sisa

urachus, prognosisnya adalah jelek. Pasien dengan kelainan sisa urachus yang sudah dioperasi

lazimnya sangat baik. Pada umumnya anak mengalami pemulihan dengan cepat. Komplikasi

kelainan sisa urachus berupa adenokarsinoma memberikan prognosis yang jelek.


25

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunicardi FC, Anderson DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB, et al.

Pediatric Surgery. In: Schwartz’s Principles of Surgery. 9th edition. McGraw Hill; 2010.p.

2777-2780

2. Cilley RE. Disorders of the umbilicus. In: Fletcher J, ed. Pediatric surgery. 7th ed.

Philadelphia, Pa: Elsevier, 2012; 961–972.

3. Copp HL, Wong IY, Krishnan C, Malhotra S, Kennedy WA. Clinical presentation and

urachal remnant pathology: implications for treatment. J Urol 2009;182(4 suppl): 1921–

1924.

4. Mahmoud N, Rombeau J, Ross HM, et al.In: Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM,

Mattox KL, editors. Pediatric Surgery. Sabiston Textbook of Surgery The Biological Basis

of Modern Surgical Practice. 17th edition. Elsevier Saunders; 2004.p.1746-8.

5. McCollum MO, Macneily AE, Blair GK Surgical implications of urachal remnants:

Presentation and management.J Pediatr Surg. 2003 May;38(5):798-803.

6. Oldham K, Colombani P, Foglia R, Skinner M. principles and Practice of Pediatric

SurgeryVol.2. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.p. 1395-1434

7. Severson CR. Enhancing nurse practitioner understanding of urachal anomalies. J Am

Acad Nurse Pract 2011;23(1):2–7

8. Sjamsuhidajat R. De Jong W. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2005.hlm. 668-70.


26

9. Ueno T, Hashimoto H, Kanamauro H Urachal anomalies: ultrasonography and management. J

Pediatr Surg. 2003 Aug;38(8):1203-7.

10. Young RH. Nonneoplastic disorders of the urinary bladder. In: Bostwick DG, Cheng L,

eds. Urologic surgical pathology. 3rd ed. Philadelphia, Pa: Elsevier, 2014; 194–226.
27

LAMPIRAN

Gambar 1 : Patent Urachus

Gambar 2 : Urachal Cyst

Gambar 3 : Urachal Sinus

Gambar 4 : Vesicourachal Diverticulum

Gambar 5 : Diagnostic and treatment algorithm for various umbilical disorder

Gambar 6 : Surgical prognosis umbilical disorder

Anda mungkin juga menyukai