Anda di halaman 1dari 24

REFLEKSI KASUS

DERMATITIS NUMULARIS
Dosen Pembimbing:

Dr. Trijanto Agung Nugroho, M.Kes, Sp.KK

Disusun Oleh:
Try Putra Heny Cendekiawan
4210157
LATAR BELAKANG
Dermatitis numular adalah peradangan pada kulit yang
merupakan respon terhadap pengaruh faktor eksogen
dan atau faktor endogen, suatu peradangan dengan
lesi yang menetap, dengan keluhan gatal. Lesi awal
berupa papul disertai vesikel yang biasanya mudah
pecah. Dermatitis numularis adalah dermatitis
berbentuk lesi mata uang (koin) atau lonjong, berbatas
tegas, dengan efloresensi berupa papulovesikel,
biasanya mudah pecah sehingga basah
(oozing/madidans).
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini pada orang dewasa lebih
sering terjadi pada pria daripada wanita.
Usia puncak awitan pada kedua jenis
kelamin antara 55 dan 65 tahun, pada
wanita usia puncak terjadi juga pada usia
15 sampai 25 tahun. Dermatitis numularis
tidak biasa ditemukan pada anak, bila
ada timbulnya jarang pada usia sebelum
satu tahun, umumnya kejadian meningkat
seiring dengan meningkatnya usia.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana cara mendiagnosis dermatitis
numularis dengan tepat ?
Bagaimana patofisiologi dermatitis numularis ?
Bagaimana tatalaksana pasien dengan
dermatitis numularis ?
IDENTITAS PASEIN
Nama : Sdr. ES
Usia : 28 tahun
Jenis kelamin : laki- laki
Pekerjaan : Buruh
No. rekam medic : 48XXX
Kunjungan ke klinik : 29 November 2017
ANAMNESA
KELUHAN UTAMA:
Gatal pada beberapa bagian tubuh seperti pada seluruh ekstrimitas atas dan
bawah, area pinggang kiri, leher, dan dahi pasein selama 2 bulan lamanya.
RPS:
Pasein mengeluhkan gatal yang terus menerus dirasakan selama 2 bulan
terakhir pada beberapa region tubuh. Awalnya lesi muncul pertama kali
berupa plenting berair di kaki bagian kiri. Kemudian dalam beberapa hari lesi
semakin menyebar ke beberapa bagian region tubuh. Lesi terasa sangat
gatal serta perih saat plenting-plenting cairnya pecah.
RPD:
Keluhan serupa : (-)
Hipertensi : (+) TBC : (-)
Asma : (-) DM : (-)
Riwayat Alergi :
Pasien menyangkal adanya riwayat alergi.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien menyangkal adanya keluhan serupa, riwayat
alergi, dan penyakit metabolik pada anggota keluarga. Di
lingkungan rumah dan sekitarnya juga tidak ada yang
mengalami hal serupa.
Life Style :
Pasein mengaku bekerja sebagai seorang buruh, setiap
selesai bekerja pasein mengaku bahwa setiap hari mandi
sebanyak 2 kali sehari. Untuk pola makan, pasien
mengaku makan 3 kali sehari seimbang untuk lauk-pauk
nya .
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis, E4V5M6
Vital sign : 133/88 mmHg
Kepala :
Didapatkan adanya lesi ujud kelainan kulit pada bagian dahi hingga ke leher bagian
tengkuk
Leher :
Ada ujud kelaianan kulit terlihat pada bagian tengkuk pasein
Thorax :
Tidak ada kelainan, semua DBN
Abdomen :
Ditemukan adanya lesi ujud kelaianan kulit pada bagian pinggang bagian kiri pasein
Ekstremitas :
Ditemukan adanya ujud kelainan kulit pada ekstremitas atas dan bawah yang simetrik
Terdapat lesi plak eritematosa
berbentuk atau seukuran koin
dengan batas yang tegas,
terbentuk dari papul disertai
adanya lesi yang berupa seperti
skuama dan likenifikasi yang
menyebar secara simetris. Dan
jumlah lesi multiple dengan
distribusi yang tidak merata pada
bagian tubuh.
DIAGNOSA BANDING

Dermatitis numularis
Psoriasis
Impetigo
DIAGNOSA UTAMA
Dermatitis numularis
TERAPI
Cetirizine 10 mg
Cetirizine adalah obat yang termasuk dalam golongan antihistamin,
mekanisme kerjanya adalah menghalangi zat kimia dalam tubuh
yang disebut histamin. Histamin adalah mediator kimia yang sering
muncul pada reaksi peradangan dan alergi, memiliki efek pada tubuh
berupa kemerahan pada kulit, gatal dan pembengkakan.
Inerson 15 mg
Inerson adalah obat berbentuk cream yang mengandung
desoximetasone, digunakan untuk mengobati kulit gatal, merah,
meradang akibat eksim, alergi, psoriasis, dan sebagainya.
Asam fusidat 2%
Asam fusidat atau fusidic acid adalah obat untuk mengobati infeksi
kulit karena bakteri staphylococcus. Mekanisme kerja obat ini
adalah dengan menghentikan pertumbuhan bakteri penyebab
infeksi.
PROGNOSIS
Prognosis ad vitam : bonam
Prognosis ad functionam : dubia ad bonam
Prognosis ad sanationam : dubia
DEFINISI
Dermatitis numular merupakan suatu peradangan dengan lesi yang menetap,
dengan keluhan gatal, yang ditandai dengan lesi berbentuk uang logam,
sirkular atau lesi oval berbatas tegas

Lesi awal berupa papul disertai vesikel yang biasanya mudah pecah sehingga
basah (oozing).
ETIOLOGI
Staphylokokkus dan mikrokokus diketahui sebagai
penyebab langsung melalui mekanisme hipersensitivitas.

Trauma lokal seperti gigitan serangga dan kontak


dengan bahan kimia mungkin dapat mempengaruhi
timbulnya dermatitis nummular.

Penyakit ini umumnya cenderung meningkat pada


musim dingin, juga dihubungkan dengan kondisi kulit
yang kering
PATOFISIOLOGI

Alergen masuk dan Faktor usia yang


Adanya fissura
mempengaruhi lebih tua sensitive
pada permukaan peradangan pada dengan bahan
kulit kering&gatal kulit pencetus alergi
Menyebabkan Terutama oleh
Barrier pada kulit peningkatan bahan-bahan
yang lemah terjadinya yang mengandung
dermatitis metal
Pelepasan histamine Menimbulkan gatal
Peran mast
dan mast cell pada area yang
cell/peningkatan
berinteraksi dengan terjadi perningkatan
mast cell
neural C-fibers mast cell
Neuropeptide ini Neuropeptide
Substansi P dan
stimulasi pelepasan berpotensi pada
Kalsitosin serat
sitokin dan memicu mekanisme
peptide meningkat
inflamasi degranulasi sel mast
Mengakibatkan
menurunnya
Menunjukkan aktivitas
Sel mast di dermis kemampuan enzim
enzyme chymase
menekan proses
inflamasi
TATALAKSANA
1. Pasien disarankan untuk menghindari faktor yang mungkin memprovokasi
seperti stres dan fokus infeksi di organ lain.
2. Farmakoterapi yang dapat diberikan, yaitu:
b. Topikal (2 kali sehari)
Kompres terbuka dengan larutan permanganas kalikus 1/10.000,
menggunakan 3 lapis kasa bersih, selama masing-masing 15-20 menit/kali
kompres (untuk lesi madidans/basah) sampai lesi mengering.
Kemudian terapi dilanjutkan dengan kortikosteroid topikal: Desonid krim
0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon asetonid
krim 0,025%) selama maksimal 2 minggu.
Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat
diberikan golongan Betametason valerat krim 0,1% atau Mometason furoat
krim 0,1%).
Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik
topikal atau sistemik bila lesi meluas.
c. Oral sistemik
Antihistamin sedatif:klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari
selama maksimal 2 minggu atau setirizin 1 x 10 mg per hari
selama maksimal 2 minggu.
Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg per hari selama
maksimal 2 minggu.
d. Jika ada infeksi bakteri dapat diberikan antibiotik topikal
atau antibiotik sistemik bila lesi luas.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda S, Sularsito SA. Dermatitis. Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2009.
Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2013. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. Jakarta. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
James, W.D., Berger, T.G., Elston, D.M. 2000. Andrews
Diseases of the Skin: Clinical Dermatology. 10th Ed.
Canada. Saunders Elsevier.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin.2011.Pedoman Pelayanan Medik. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai