Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

Oleh :
Muhammad Reza Fauzy
130100038

Supervisor :
dr. Syahril Rahmat Lubis, SpKK (K)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017
1. Jelaskan defenisi, etiologi, gejala klinis, dan penatalaksanaan dari Squamous
Cell Carcinoma ?

Jawaban :

- Definisi
Tumor ganas kulit yang berasal dari sel heratinosit, dapat bermetastasis
dan berkembang dari ulhus atau radang hironik, prakanker atau
rangsangan karsinogen tertentu.

- Etiologi
Penyebab SCC paling sering adalah sinar matahari. Penyebab lainnya
yaitu sinar radiasi, panas kronik, granuloma, kronik, misalnya lupus
vulgaris, lupus eritematosus, sifilis, ulkus dan radang kronik, misalnya
sinus dari osteomeutis, hidradenips supurativa, parut luka bakar dan
keadaan immunosepresi, karsinogen yang dapat menyebabkan SCC, antara
lain bahan kimia hhidrokarbon polisikik aromatic, arsen dan ulrus
papihoma humanus (HPU) terutama tipe 16 dan 18.

- Gejala Klinis
Secara klinis, SCC berupa plak atau tumor eraba padat verukosa atau
berbenjol-benkol dan berulhus. Tapi tumor tidak jelas, dapat melebihi
batas yang terlihat. Lokasi tumor tergantung penyebabnya. Bila
penyebabnya sinar matahari, lokasi tersering misalnya wajah dan lengan
bawah. Karsinogen zat kimia pada penyapu cerobong asap menyebabkan
tumor pada shrotum. Lokasi SCC di tungkai, disebabkan sering terjadi
luka dan jaringan parut dari trauma kronik.

- Penatalaksanaan
Nonmedikamentosa : menghindari sinar matahari dan karsinogen
penyebab SCC medikamentosa.
1. Bedah scalpel dengan irisan 5-10 mm diluar batas tumor.
2. Bedah listrik akan bedah beku pada tumor yang berukuran kecil dan
berbatas tegas
3. Bedah Mohs untuk pengangkatan secukupnya, tapi lengkap (tepi bebas
tumor)
4. Radioterapi atau kemoterapi untuk yang tidak dapat dioperasi atau
metastasis.
5. Sitotastik : S-fluorourasil intralesi untuk pasien yang menolak operasi.

2. Terangkan secara imunologi dan skematis cara masuk basil kusta ke tubuh
manusia?

Jawaban :

Cara masuk hasil kusta ketubuh manusia :


Ditularkan dari penderita kusta tipe MB dengan cara penularan langsung
(kontak yang lama dan erat)

Cara masuk M.Leprae kedalam tubuh manusia belum dketahui dengan jelas
beberapa penelitian menyebutkan paling sering melalui kulit yang lecet atau
luka dikulit dan melalui mukosa nasal (saluran nafas).

M. Leprae merupakan parasite obligat intraselluar yang terutama terdapat pada


sel makrotag disekitar pembuluh darah superfisal pada dermis atau sel saluran
di jaringan saraf.

Kuman M. Leprae mauk ketubuh

Tubuh mengeluarkan makrotag yang berasal dari sel monosit darah, sel
mononuclear dan histrovit untuk manfagositnya.

Kemampuan fasositosis tergantung pada system imunitas tubuh.


Pertumbuhan M.Leprae pada sel schwan

Terjadi gangguan imunitas tubuh didalam sel schwan, menyebabkan kuman


berimigrasi dan beraktivitas.

Aktivitas regeneasi saraf berkurang dan terjadi kerusakan saraf yang prograsif.

3. Terangkan cardinal sign dari kusta dan skabies!

Jawaban :

- Kusta
1. Adanya bercak kulit yang mati rasa, bisa bercak hipopigmentasi,
eritematosa plak infiltrate atau modul-modul.
2. Adanya penebalan saraf tepi, dapat disertai rasa nyeri dan gangguan
fungsi saraf yang dikenai.
a. Saraf sensorik : mati rasa
b. Saraf motoric : parese dan paralisis
c. Saraf otonom : kulit kering, retak-retak, edema
3. Di jumapi BTA pada hapusan jaringan kulit

- Shabies
1. Pruritus nocturnal
2. Penyakit ini menyerang sekelompok manusia
3. Adanya terowongan (kutikulus) pada tempat prediteksi berwarna putih
atau keabuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang
1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel.
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling menunjang diagnose.
Selain tungau dapat ditemukan telur dan kotoran (skibala)
4. Terangkan patogenisis, etiologi, gambaran klinis dan penatalaksanaan dari
entroderma?

Jawaban :

- Patogenesis
Mekanisme terjadinya SJS belum sepenuhnya diketahui. Pada SSJ terjadi
reaksi sitotolisik terhadap keratinosit sehingga menyebabkan apoptosis
yang luas. Reaksi sitotoksik yang terjadi melibatkan sel Na dan sel limfosit
T CD8+ yang spesifik terhadap obat penyebab berbagai sitolin terlibat
dalam pathogenesis penyakit ini, yaitu : 16-6, TNF-X, IN-x. IL-18, Fas-L

- Etiologi
Sebagian besar disebabkan karena alrgi obat-obat yang sering
menyebabkan SSJ adalah Suffonamida, anti koluulsan aromatik,
alupuritiol, arti inflamasi nonsteroid dan neverafin. Infeksi juga dapat
menjadi penyebab SSJ, namun tidak sebanyak pada kasus eritema
multiforme, misalnya infeksi virus dan mycoplasma.

- Gambaran klinis
Gejala timbul dalam waktu 8 minggu setelah awal pejanah obat. Sebelum
terjadi lesi kulit, dapat timbul gejala nonspesifik, seperti demam, sakit
kepala, batuk, pilek, malaise selama 1-3 hari, lesi kulit tersebar secara
simetris pada wajah, badan dan bagian prolisimal, ekstremitas, berupa
macula erifematosa atau propurik. Dengan bertambahnya waktu, lesi kulit
meluas dan bekembang menjadi nekrofik sehingga terjadi bola kendor
dengan tanda nikrolisly positif keparahan dan diagnosis pada luasnya
permukaan tubuh yang mengalami epidermolisis.

- Penatalaksanaan
Membutuhkan tatalaksana optimal berupa : deteksi dini dan penghentian
obat tersangka, perawatan suportif diumah sakit.
Perawatan suportif mencakup :
Mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit, suhu lingkungan yang
optimal 28 30 oC nutrisi sesuai dengan kebutuhan, perawatan kulit
secara aseptic dan debridement, perawatan mata atau mukosa mulut.
Penggunaan hortikostreoid sistematik sampai saat ini, hasilnya masih
beragam sehingga penggunaanya belum dianjurkan.

5. Terangkan pathogenesis, etiologi, gambaran klinis dan penatalaksanaan dari


entroderma?

Jawaban :

- Pathogenesis
Pathofisidogi dan Pathogenesis evitoderma belum jelas, yang dapat
diketahui ialah akibat suatu agreat dalam tubuh, maka tubuh beraksi
berupa pelebaran pembuluh darah kapiler (eviterma) yang universal.
Kemungkinan berbagai sitolkin berperan. Evitema berarti terjadi pelebaran
pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah kekulit meningkat
sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya pasien merasa dingin
dan menggigil.

- Etiologi
Dapat disebabkan akibat dan alergi obat sistematik, akibat perluasan
penyakit kulit, akibat penyakit sistematik termasuk keganasan.

- Gambaran klinis
Sesuai defenisi yang mutlak harus ada eritema, sedangkan slurama tidak
selalu terdapat, misalnya pada eritoderma karena alergi obat sistematik,
pada mulanya tidak disertai sluama, baru kemudian pada stadium
penyembuhan timbul skuama. Pada eritoderma kronik, eritema tidak
begitu jelas karena bercampur dengan hiperpigmentasi.
- Penatalaksanaan
Nonmedikamentosa : obat yang diduga sebagai penyebab harus
diberhentikan
Medikamentosa : umumnya pengobatan entoderma adalah bortikostereoid,
pada golongan I, yang disebabkan oleh alergi obat secara sistematik, dosis
predaison 4 x 10 mg. Pada golongan II akibat perluasan penyakit kulit juga
di berikan kortikosteroid. Dosis mula prednisone 4 x 10 5 mg/hari. Pada
pengobatan dengan kortikosteroid jangka lama, yakni > 1 bulan lebih baik
gunakan metilprednisolon karena efeknya lebih sedikit.
Pada evitoderma kronis diberikan diet tinggi protein, karena terlepasnya
skwarma mengurangi radiasi akibat vasodilator oleh eviterma, misalnya
dengan salap kanolin 10 % atau krim urea 10 %.

6. Terangkan pathogenesis, etiologi, gambaran klinis dan penatalaksanaan dari


dermatitis alopi.

Jawaban :

- Pathogenesis

Lingkungan Genetic

Alergen + superantigen
(Alergen tipe I dan LU Kelembapa rendah Iktosis

Iritan
Kulit kering
Stress psikologik
Sawar kulit

Trauma Gangguan epidermis

Infeksi Sel lipid (seramid)


Sel Langerhans +
peretragi alersen
Perubahan Imunologik

Inflamasi + Proliferasi Epidermis

Profus Dermatitis Apotik Komplikasi infeksi


- Etiologi
Factor Internal : Faktor predisposisi genetic yang
menghasilkan disfungsi sawar kulit serta
perubahan pada sistem imun.
Factor Elisternal : Faktor Higiene

- Gambaran Klinis
DA Fase Intantial : Usia (2 bulan 2 tahun) predileksi di wajah di
ikuti kedua pipi dan tersebar simetris. Lesi meluas ke dahi, kulit
kepala, telinga, leherr dan pergelangan tangan.
Mulai merangkak predileksi didaerah ekstensor, misalnya
lutut, siku atau tempat mengalami trauma.
DA Fase Anak : Usia (2-10 tahun) tempat predileksi cubiti dan
popliteal, fleksor pergelangan tangan, kelopak mata dan leher dan
tersebar simetris. Kulit pada lesi cenderung lebih kering.
Hiperkeratosis, Hiperfigmentasi, Erosi, Ekskroriasi, Krusta, dan
Skuama.
DA Fase Remaja dan Dewasa : Usia (> 13 Tahun) Predileksi kedua
telapak tangan, jari-jari, pergelangan tangan, bibir, Skalp, dan
puting susu. Plak hiperfigmentasi, hyperkeratosis, dikenifikasi,
ekskroriasi dan skuama

- Penatalaksanaan
Efektivitas obat sistemik yang aman, bertujuan untuk mengurangi rasa
gatal, reaksi alergi dan inflamasi. Sebagai terapi sistemik dapat diberikan
Antihistamin dan Kortikosteroid.

Jenis Terapi Topikal :


Kortikosteroid : Bahan Vehikulum disesuaikan dengan fase dan
kondisi kulit.
Pelembab : digunakan untuk mengatasi gangguan sawar kulit.
Obat Penghambat Kalsineurin : Takrolimus atau Pimekrolimus

Anda mungkin juga menyukai