Anda di halaman 1dari 14

CTT SKS 1 DERMATOVENEREOLOGY

KULIAH 4 DERMATOSIS ERITROSKUAMOSA

a. Psoriasis vulgaris (3A)


b. Dermatitis seboroik (4A)
c. Pitiriasis rosea (4A)
d. Iktiosis vulgaris (3A)
e. Eritroderma (1A)

Dermatosis eritroskuamosa adalah penyakit yang ditandai dengan lesi eritema dan
skuama.

PSORIASIS
Inflamasi kronik dasar genetic kuat, ditandai
dengan gangguan pertumbuhan,
diferensiasi sel, epidermis, proses biokimia,
imunologi dan vaskuler. Penyebab dasar
belum diketahui dan patogenesisnya
kompleks

Epidemi
Bersifat kronis residitif, pria sama besar
kemungkinannya dengan Wanita, dapat
timbul juga pada anak dibawah 10 thn. Rata rata onset 15-30 tahun. Terdapat
interaksi predisposisi genetic (HLA) dan lingkungan. Dihubungkan dengan celiac
disease, lymphoma, dan penyakit metabolic & kardiovaskuler lain.

Kaitan antara HLA dan Onset


1. Early onset : CW6, B57, dan DR7
2. Late onset : Cw2
3. Gutata dan eritrodermic : B13 dan B17
4. Pustulosa : HLA B-27

PATOGENESIS
1. Genetik :
- Orang tua sehat : 12 persen
- Salah satu psoriasis : 34-39 persen
- Berkaitan dengan HLA tertentu
2. Imunologik
- Proliferasi akibat keterlibatan mediator inflamasi kompleks
- Th 17-IL17 ; keratin 17 mrp lesi psoriasis
- IL 23 meningkatkan proliferasi kertinosit  hyperplasia epidermis
3. Pencetus petogenesisnya adalah stress fisik, infeksi local, trauma, endokrin,
gangguan metabolic, obat, alcohol, dan merokok
HISTOPATOLOGI
- Penebalan epidermis
- Peningkatan dilatasi dan pembuluh darah
dermis berkelok
- Infiltrat mononuclear meningkat
GEJALA
- Bentuk umum psoriasis vulgaris
- Predileksi : scalp, kuku, permukaan ekstensr
tungkai, punggung, area umbilicus dan
sacrum
- Plak eritema batas tegas, dengan skuama
tebal putih keperakan di permukaanya.
Distribusi lesi simetris
- Pada kuku tedapat pitting nail, onikolisis
distal, oil spot atau salmon patches
- Auspitz sign : titik perdarahan saat dilakukan
penggoresan setelah skuama diangkat
- Koebner phenomenon : lesi baru di are a
trauma (perluasan lesi)
- Kaarsvleg phenomenon : skuama seperti
goresan lilin

SEBORRHEIC LIKE PSORIASIS


Keadaan saat terjadinya overlapping psoriasis dengan dermatitis seboroik. Lesi
seboroik pada scalp, wajah, dada, flexura, dan axila. Pada pemeriksaan efloresensi :
plak/macula eritematous tertutup skuama lembut kuning berminyak.

PSORIASIS INVERSA
Bentuk khusus dari psoriasis yang lesinya terdapat di lipatan atau celah dan
permukaan flexor seperti di telinga, axilla, lipat paha, inframammary fold,
umbilicus, lipatan intergluteal, dll
PSORIASIS ARTHRITIS
- Merupakan keterlibatan sendi interphalang distal yang asimetris dengan
kerusakan kuku. Terjadi arthritis mutilans dengan
osteolysis di phalang dan metacarpal. Terdapat
polyarthritis simetris, menyerupai rheumatoid arthritis
dengan claw hand.
- Ankylosing spondylosis atau disertai arthritis perifer
- Oligoarthritis dengan pembengkakan dan tenosynovitis pada
satu atau beberapa sendi.

GUTTATE PSORIASIS
- Lesi papul eruptif ukuran 1-10 mm, merah salmon, menyebar secara
sentripetal, distribusi diskret.
- Diawali dengan infeksi streptokokus betahemolitikus
- Sering di usia dibawah 30 thn
- Terapi : UVB pada dosis erythemogenic
- Jika rekuren diberikan antibiotic dikloksasilin 4x250 mg 10
hari, rifampin 1x600 mg

GENERELIZED PUSTULAR PSORIASIS (VON ZUMBUSCH)


Pasien riwayat psoriasis tipe plak atau arthritis psoriasis. Berupa erupsi kulit yg
muncul tiba tiba, biasanya pada orang yang menghentikan penggunaan
kortikosteorid sistemik.
Gejala :
- Pustul milier nonfolikuler, milier, dengan
dasar eritema
- Tampak sakit berat, demam, komplikasi ke
pneumonia, CHF, dan hepatitis
Efloresensi : bentuk lakes of pus, pada periungual,
telapak tangan, dan pada tepi lesi sebelumnya sudah
ada. Dapat terjadi ulserasi superfisial pada mukosa.
Terapi : acitretin, isotretinoin, siklosporin,
methotrexate

DD PSORIASIS : dermatomyositis, lupus


eritematosus, dermatitis seboroik, pityriasis rosea,
likhen planus, sifilis psoriasiform.

TERAPI :
1. Topikal - Kortikosteorid
- Coal tar 5% - Hidroksiurea
- Anthralin 0,05% - Kortikosteroid
- Tzarotene 0,05%-0,1% - Biologic agent
- Carlcipotriene 3. Fisik
- Emolien - Goeckerman
2. Sistemik - UV B (290-320nm)
- MTX - N UV B (312nm)
- Siklosporin - PUVA
- Retinoid (Asitretinoin) - Photodynami
- Dapson - Excimer laser
- Mikofenolat mofetil - Climatic therapy
Steroid Topikal
Bekerja sebagai antiinflamasi, antiproliferasi, dan vasokonstriktor. Diberikan pada
psoriasis derajat ringan dan sedang. Secara tunggal atau kombinasi
- Proses takidilaksis adalah ketika lesi tidak merespon steroid topical dalam
waktu 4-6 minggu
Side effect : atrofi kulit, striae, telangiektiasis, perioral dermatitis, erupsi akneiformis,
roacea, supresi aksis, hipotalamus pituitary akibat penyerapan secara sistemik

DERMATITIS SEBOROIK
Kelainan berupa lesi papulosukuamosa kronis
pada area dengan jumlah folikel sebasea lebih
dan kelenjar sebasea yang aktif (wjaah, scalp,
presternal, dan intertrigenus).

Epidemi :
Pada infant berupa self limited form. Pada
orang dewasa baru kronis. Lebih sering di laki
laki dibanding perempuan. 3-5% pada dewasa
muda. 1-5% dari keseluruhan populasi.

Etiologi
Belum diketahui secara pasti. Biasanya
dikaitkan dengan Malessezia jamur,
abnormalitas imun, aktivitas sebase dan tingkat kerawanan pasien.
- Genetik : mutase gen ZNF750, mutase C2H2 yang mengkode protein zinc
fiber
- kelainan imunologi, di mana terjadi peningkatan produksi sitokin seperti
IL-1α, IL-1β, IL-4, IL-12, TNF-α, dan IFN-ϒ pada lesi seboroik.
- Faktor Fisik: Perubahan musiman pada kelembaban dan suhu juga dapat
mempengaruhi
- Faktor Mikrobial: Keberadaan ragi Malessezia (Pityrosporum ovale) di
kulit
- Obat-obatan ; griseofulvin, cimetidine, lithium, methyldopa, arsenic, gold,
auranofin
- Keterkaitan dengan penyakit interal seperti Parkinson, HIV/AIDS, DM,
Epilepsi
- Nutrisi : tidak terbukti adanya kaitan dengan defisiensi vitamin

HISTOLOGI
- Akantosis yg teratur pd epidermis dg beberapa penipisan pada daerah
suprapapillary
- Spongiosis derajat bervariasi dan eksositosis limfosit.
- Adanya foliculocentric crutst yang tdd sebaran netrofil, ortokeratosis,
parakeratosis, dan infiltrasi limfosit perivaskuler, fokal yang berdekatan
dengan ostium folikular
GAMBARAN KLINIS
1. Predileksi : scalp, alis mata, kelopak mata, lipatan nasolabial, telinga, area
sternum, axilla, submammary fold, umbilicus, lipat paha, lipatan bokong
2. Efloresensi : macula eritema, tertutup skuama kekuningan berminyak
3. Keluhan gatal banget
TIPE TIPE SEBOROIK
1. Dandruff (pytiriasis sicca)  bentuk ringan, skuamanya kering
2. Pytiriasis steatoides  skuama tebal berminyak
3. Dermatitis seboroik infantile  vertex, skuama kekuningan kecoklatan, oozing
(cradle cap) : keluarnya cairan ke atas lesi
4. Leiner Dermatitis Seboroik
5. Pityriasis amiantacea
6. Dermatitis seboroik HIV/AIDS
DD : psoriasis (skuama lebih tebal dan berlapis, lebih dominan di area
ekstensor),DA (stigmata atopic +), Dermatitis kontak iritan (ada riwayat kontak), tinea
kapitis (KOH positive : visualisasi hifa jamur )

TATALAKSANA BAYI
Bentuk tidak berbahaya nya dapat diobati dengan shampoo, emolien, dan
kortikosteorid topical ringan
Untuk bayi dengan prolonged peradangan di kepala atau area intertriginoius dapat
diterapi dengan kortikosteroid topical (krim atau lotion hidrokortison 1%), diikuti
dengan imidazole topical (krim ketokonazol 2%, losion, atau sampo ketoconazole
1%)

TATALAKSANA DEWASA
Pasien sebaiknya diberitahu bahwa tujuan dari pengobatan adalah mengendalikan
penyakit daripada menyembuhkannya. Dermatitis seboroik pada kulit kepala dapat
diobati dengan menggunakan sampo yang mengandung:
1. Zinc pyrithione
2. Selenium sulfida (1%–2.5%)
3. Imidazol (sampo ketoconazole 1%–2%, krim, losion, atau busa)
4. Ciclopirox (krim, gel, dan sampo)
5. Asam salisilat (sampo, krim)
6. Tar batubara (krim, sampo)

PTYRIASIS ROSEA
Merupakan erupsi papuloskuamosa akut 4 hingga 8 minggu. Diawali dengan herald
patch (macula eritema oval dengan skuama kolaret. Lebih seinrg menyerang remaja
dan usia dewasa muda. Asimptomatis dan flu like syndrome. HHV 7 dan 6 berperan
dalam penyebabnya.

ETIOLOGI
Belum diketahui secra pasti. Masih diteliti apakh disebabkan bakteri, jamur, virus, dll.
PR merupakan viral eksantem akibat reaksi terhadap infeksi HHV 6 dan HHV 7

MANIFESTASI KLINIS
- Asimptomatis, kadang gatal ringan berat
- Flu like syndrome
- Herald patch
- Lesi timbul 4-10 hari, sama dengan lesi pertama,
hanya jumlahnya lebih banyak dan lebih kecil.
- Lesi awal oval tertutup, skuama tipis 
deskuamasi  tersisa pada bagian tepi (collarette of
scaling)

Intinya diawali dengan lesi awal (herald patch  lesi kecil). Distribusi lesi di
area tertutup pakaian, axis panjang dari macula sejajar dengan rusuk
(Christmast tree pattern)

DD : Sifilis sekunder, tinea corporis, psoriasis gutata, pytiriasis lichenoides chronica,


PR-like drug eruption

TERAPI
1. Edukasi terkait dengan proses penyakit
2. Kortikosteorid topical : pasien dengan prutritus
3. Oral Acyclovir 800 mg 5x1 : pasien pada stage awal dengan flu like syndrome
atau penyakit kulit lainnya.
4. Phototherapy tidak untuk semua pasien
ICHTYOSIS VULGARIS
Ichthyosis adalah kelompok penyakit kulit yang heterogen yang ditandai dengan
pengelupasan secara umum. Pengelupasan ini mencerminkan perubahan
diferensiasi pada epidermis. Nama ichthyosis berasal dari bahasa Yunani "ichthys"
yang berarti "ikan," dan merujuk pada kemiripan penampilan kulit dengan sisik ikan.

Iktiosis diturunkan secara autosomal dominan, diduga ada mutase pada gen yang
mengkode profilagrin. Onset pada umur 3 dan 12 bulan

ETIOLOGI
Fillagrin berperan dalam agregasi keratin
intermediet dan retensi kelembaban dalam
stratum korneum. Filamen keratin membentuk
membentuk jaringan atau matriks sel yang
memberikan integritas struktural pada
keratinosit epidermis

Keratinosit matang  korneosit  filamen


keratin runtuh  terhubung dengan lapisan
terkeratinasi
Filagrin disintesis sebagai precursor profilagrin
Studi menunjukkan pada pasien IV tidak ada
profilagrin atau bahkan filaggrin itu sendiri
sehingga kulit gampang pecah.

FISIK DAN GEJALA


1. Skuama putih halus, area luas, tampak dominan pada ekstensor
ekstremitas
2. Area bebas lesi pada fleksura, diaper area
3. Skuama melekat di bagian sentral dengan cracking pada tepi
4. Hiperliniearis palmaris, keratosis pilaris, hipohidrosis dengan intoleransi
panas
5. Dihubungkan dengan atopic

HISTOPATOLOGI
1. Eosinofilik orhokeratosis
2. Lapisan granular berkurang/absen
3. Granul keratohyalin tampak spongy atau terfragmentasi
DD : xerosis parah, x-linked ichtyosis, dan acquired ichtyosis
TERAPI
1. Simptomatis : hidrasi, lubrikasi, dan keratolysis
2. Agen keratolitik bisa menghilangkan sisik tipis hiperkeratotik stratum corneum
3. Krim dan lotion keratolitik (salicylic acis atau hydroxy acid)
4. Urea untuk mengikat air
5. Propilen glikol : dengan atau tanpa oklusi, untuk mengangkat sisik
ERITRODERMA
Berupa dermatitis eksfoliativa. Ditandai dengan macula eritema mencapai 90-100%
permukaan tubuh disertai skuama.

Etiologi
Belum diketahui, jalur bervariasi, melibatkan sel radang spesifik kulit, menghasilkan
eritroderma. Peranan penting pada sitokin, kemokin, dan reseptor.

GEJALA
1. Eritema (pelebaran pembuluh darah)  darah ke kulit meningkat 
kehilangan panas  menggigil
2. Hipotermia, dehidrasi
3. Kehilangan skuama (terkelupas)  hipoproteinemia
4. Eritroderma kronis  gangguan jantung, gangguan mitosis rambut dan kuku
5. Gejala spesifik sesuai dengan penyakit dasar
TATALAKSANA
1. Suportif dan simtomatis (rawat inap dan keseimbangan cairan dan
hemodinamik)
2. Terapi penyakit dasar

First Line
1. Topical
CATATAN KULIAH 5 KELAINAN KELENJAR SEBASEU DAN KELENJAR EKRIN
DR SAYU WIDIAWATI

AKNE VULGARIS
Merupakan inflamasi kronis pada kelenjar pilosebaseus. Ditandai dengan lesi
pleomorfik berupa komedo, papul, pustule, nodul, dan skar acne. Acne dimulai saat
pubertas (merupakan tanda meningkatnya produksi hormone sex).
- Akne neonatal : timbul beberapa hari kelahiran
- Akne infantile : timbul beberapa hari atau 4 mingguan
Primary berada di wajah, leher, badan atas, dan lengan

FAKTOR PREDISPOSISI
Penyebab pasti belum tau. Beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu :
- Intrinsik : genetic, ras, dan hormonal
- Ekstrinsik : stress, iklim/suhu/kelembaban, kosmetik, diet dan obat

MANIFESTASI KLINIS
1. Sebagian besar onsetnya berkembang sekitar pubertas, tapia pada
neonatal dan infantile ada yang muncul bertahap. Pada akne muncul
mendadak ada kecurigaan merupakan hasil dari tumor yang mensekresi
androgen
2. Hiperandrogenisme : Hiperandrogenisme adalah kondisi di mana terdapat
peningkatan kadar hormon androgen, dan dapat menyebabkan jerawat yang
parah, timbul dengan tiba-tiba, atau terkait dengan pertumbuhan rambut yang
berlebihan (hirsutisme) atau periode menstruasi yang tidak teratur.
3. Lesi kutaneus : seringnya da di wajah, kalo di badan itu di area garis tengah.
Lesi hanya 1 tipe dominan disertai tipe lesi lain. Lesi inflamasi atau non.

KLASIFIKASI
1. Komedonal
2. Papulopustular
3. Konglobata
Komedonal tertutup : Berupa komedo tertutup, putih, infundibulum folikel
menggelembung terisi keratin dan sebum, epitel folikel menipis
Komedonal terbuka : berwarna hitam, seperti komedo tertutup, dengan
pengecualian cabang osteum folikel
Papul inflamasi : sel inflamasi akut dan kronis mengelilingi dan infiltrasi folikel,
menjadikan ada gambaran hyperkeratosis infundibular
Nodul : Diisi oleh sel inflamasi akut. Pecahnya folikel karena distensi menimbulkan
respon tubuh granulomatous

DERAJAT AKNE
1. Ringan - Komedo >100
- Komedo <20 - Lesi inflamasi >50
- Lesi inflamasi <15 - Total lesi >125
- Total lesi <30 DD : Untuk komedo tertutup (Milia,
2. Sedang hyperplasia sebasea), untuk komedo
- Komedo 20-100 tertutup (pelebaran pori-pori winer,
- Lesi inflamasi 15-50 favre racouchot syndrome), untuk
- Total lesi 30-125 akne inflamasi (rosacea, dermatitis
3. Berat perioral), akne neonatal (miliaria rubra)
- Kista >5
ERUPSI
AKNEIFORMIS PEMERIKSAAN
Merupakan reaksi Diawal akan ada kecurigaan keterkaitan dengan
peradangan folikular, hiperandrogenisme  dilakukan pemeriksaan lab untuk
ditandai dengan papul menentukan :
dan pustule. Tidak ada - Kadar DHEA yang merupakan precursor
komedo. Berhubungan dari testo dan DHT
dengan obat - Dideteksi Kadar Testo total, testo bebas, dan
glukocortikoid,isoniazid, Rasio LH : FSH nya
vit B komplek dosis - Ketika ada peningkatan DHEAS  curiga
tinggi , phenobarbital, keterkaitan kelenjar adrenal
tetrasikline, iodide, - Ketika rasio LH : FSH >2  curiga polikistik
bromide. Bisa timbul ovarium
mendadak
KOMPLIKASI
1. Makula eritema 3. Masalah psikologi
2. Masalah sosial 4. Skar
5. Hiperpigmentasi paska
inflamasi
Mengobati akne vulgaris membutuhkan kita untuk mengetahui patogenesisnya,
modalitas terapi multiple sebagai kombinasi mengetahui mekanisme obat yang
tersedia, dan dilakukan sejak dini

TERAPI
1. Memperbaikin kerusakan pola keratinisasi folikuler
2. Menurunkan aktivitas kelenjar sebasea
3. Menurunkan populasi bakteri folikuler terutama P. acnes
4. Menekan efek antiinflamasi
Contoh :
1. Antibotik sistemik dan topical (clindamycin, eritromisin, benzoil peroksida,
kombinasi)
2. Retinoid sistemik dan topical (adapalene, tretinoin, tazarotene)
3. Terapi hormone
4. Kortikosteroid
5. Modalitas fisik (ekstraksi, fotodinamik, laser, dermabrasi, bedah scalpel)

DERMATITIS PERIORAL
Untuk dermatitis perioral ini lebih mengarah ke
penggunaan steroid yang tiba tiba dihentikan.
Ketergantungan pada penggunaan kortikosteroid topikal
dapat berkembang ketika pasien secara berulang kali
mengobati ruam yang kambuh. Mungkin ada etiologi
lainnya yg belum diketahui

GEJALA
1. Lesi primer dermatitis perioral berupa papula
eritema, vesikel, dan pustula diskret
berkelompok
2. Lesi simetris sering unilateral di sekitar mulut,
hidung, mata
3. Zona jelas 5 mm di tepi vermilion
DD : Ptyriasis rosea, dermatitis seboroik, dermatitis kontak alergika, dermatitis
kontak iritan, lip licking chellitis

TERAPI
1. Lini pertama b. Doksisiklin 2x50-100
- Metronidazola 2x1 oral
a. Tetrasiklin : 2x250-500 c. Minosiklin 2x50-100 oral
mg oral 2. Lini kedua
- Eritromisin dan klindamisin Semuanya bisa 3x400 oral atau pada
2x1 anak bisa 30-50mg/kg/hari oral dalam
- Preparat sulfur 2x1 3 dosis terbagi.
- Asam Azeleat 2x1

Pencegahannya dengan menghentikan kortikosteroid topical

MILIARIA
tersumbatnya kelenjar keringat → kebocoran duktus kelenjar ekrin → produk kel.
Ekrin ke epidermis atau dermis. Beberapa faktor pencetusnya :
1. Immaturitas ductus ekrin 5. Morvan syndrome
2. Oklusi kulit karena obat/pakaian 6. Obat (kolinergik dan adrenergic)
3. Cuaca panas dan lembap 7. Bakteri
4. Penderita demam tinggi 8. Radiasi

KLASIFIKASI

1. MILIARIA KRISTALINA
Ditandai dengan vesikel dinding tipis (1-2mm) jernih, di
lapisan subkorneal, tidak begejala, bergerombol, biasanya
pada badan, vesikel mudah pecah dan timbul deskuamasi.

2. MILIARIA RUBRA
Pada lipatan dan daerah gesekan, biasanya di musi
panas dan orang dirawat di rs.
- Obstruksi pada lapisan dermis dalam,
- Biasanya di bagian dada atas dan leher
- Papula eritema non folikuler
- Gatal dan membaik jika mandi air dingin

3. MILIARIA PUSTULOSA
Sebelumnya ada dermatitis, kerusakan blok saluran
kelenjar keringat,
- Pustule steril, superficial, non folikuler
- Fleksura, intertriginosa,
- Tirah baring lama
4. MILIARIA PROFUNDA
Milia pada labisan atas (dermal-epidermal junction)
- Papul putih
- Asimtomatis, berlangsung singkat (1 jam setelah overheat)
- Biasanya ada di badan dan ekstremitas
TERAPI
1. Cegah hiperpireksia dengan mengontrol panas badan dan kelembaban,
pakaian longgar, shower rutin
2. Lotion kalamin
3. Salep hidrofilik dan hindari heavy cream
4. Kompres dingin

Anda mungkin juga menyukai