Anda di halaman 1dari 4

Jeremy Eckhart S Parhusip

1930912310090
PR Stase Kulit dan Kelamin
dr. Robiana Muntayani Noor, Sp. KK, FINSDV, FAADV

1. High risk group Inefeksi Menular Seksual


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti:
 LSL (Laki suka Laki)
 Pekerja Seks Komersial dan orang pengguna jasa
 Orang dengan negara lain yang merupakan negara yang memiliki risiko tinggi (sub-
sahara afrika, asia tenggara, amerika latin, etnis non-kulit putih)
 Usia muda
 Penduduk perkotaan
 Orang yang memiliki pasangan lebih dari 1
 Berhubungan dengan tidak menggunakan kondom
 Status sosial ekonomi yang rendah
 Pendidikan rendah
 Orang dengan pekerjaan risiko tinggi ( ABK, Supir Truk)

2. Jalur penularan Tinea


Dalam penularannya, terdapat 3 jalur yang dapat menjadi jalur penularan jamur tinea yaitu
 Antropofilik
Antopofilik merupakan infeksi yang didapatkan dari jalur manusia. Dapat terjadi
disebabkan adanya kontak antar seseorang yang terinfeksi dan yang tidak. Penggunaan
barang yang sama juga dapat menyebabkan adanya perpindahan infeksi.
 Zoofilik
Zoofilik merupakan infeksi dari jalur hewan. Spesies di tularkan bisa dari anjing, kucing,
marmot, kuda, sapi. Penularan dapat terjadi berdasarkan kontak langsung dengan hewan
itu sendiri. Salah satu contohnya adalah M. canis.
 Geofilik
Geofilik merupakan infeksi dari jalur tanah. Dapat berpindah berdasarkan adanya kontak
dengan tanah. Contohya adalah M. gypseum.
3. Fokal Infeksi
Fokal infeksi adalah suatu infeksi lokal yang dapat mencapai daerah sistemik dan yang
biasanya dalam jangka waktu cukup masuk saluran darah. Fokal infeksi menjadi dua, yaitu fokal
infeksi intraoral dan ekstraoral. Fokal infeksi pada penyakit sistemik diduga memengaruhi
proses inflamasi, seperti artritis, neuritis, endokarditis, pankreatitis, pneumonia, asma, penyakit
Hodgkin, dan lain-lain Mekanisme penyebaran fokal infeksi dapat melalui sirkulasi aliran darah,
pembuluh linfatik, respon immunologis, dan aspirasi.
Salah satu faktor risiko psoriasis yang penting adalah fokal infeksi . Fokal infeksi terutama
pada saluran pernapasan atas diketahui sebagai pencetus psoriasis pada 44% pasien. Terdapat
toksin Streptococcus 𝛽-hemolyticus berperan sebagai superantigen yang dapat mengaktivasi
sel T. Superantigen Staphylococcus juga ditemukan pada 17% pasien psoriasis yang mengalami
peningkatan keparahan penyakitnya.
4. Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya disebabkan oleh beberapa hal seperti autoimun,
bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan
skuama kasar, berlapis dan berwarna putih keperakan, disertai fenomena tetesan lilin, auspitz,
dan kobner. Kasus psoriasis semakin sering dijumpai, meskipun penyakit ini tidak menyebakan
kematian namun dapat menyebabkan kerusakan komestik. Terjadinya psoriasis dipengaruhi
beberapa hal seperti faktor genetik. Sekitar 1/3 penderita psoriasis melaporkan terdapat riwayat
keluarga yang juga menderita psoriasis. Selain itu ada faktor imunologik. Dapat disebabkan oleh
karena adanya defek genetik pada psoriasis yang diekspresikan pada salah satu dari tiga jenis sel,
seperti limfosit T, sel penyaji antigen, atau keratinosit.
Terdapat beberapa faktor pencetus lain terjadinya psoriasis :
 Stres psikis
 Infeksi fokal
 Trauma
 Endokrin
 Gangguan metabolic
 Obat
 Alkohol
 Merokok
Terdapat juga gejala klinis psoriasis. Untuk keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada
psoriasis yang menjadi eritroderma. Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Tempat
predileksi pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian
ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral. Pada psoriasis terdapat fenomena
tetesan lilin, auspitz, dan Kobner.
Fenomena tetesan lilin adalah skuama yang berubah warna menjadi putih pada goresan seperti
lilin yang digores. Disebabkan oleh indeks bias. Cara menggores dapat dengan pinggir gelas alas.
Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan karena
papilamatosis. Trauma pada kulit penderita psoriasis, misalnya garukan, dapat menyebabkan
kelainan kulit yang sama dengan psoriasis dan disebut dengan fenomena Kobner.
Jenis psoriasis ada 8 yaitu:
1) Psoriasis Vulgaris
Bentuk ini adalah bentuk psoriasis yang paling lazim, dinamakan pula tipe plak karena
lesi-lesinya berbentuk plak. Tempat predileksinya ada pada kepala, atau ekstremitas.
2) Psoriasis Gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1cm. timbulnya mendadak dan diseminata,
umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran nafas bagian atas sehabis influenza
atau morbili, terutama ada anak dan dewasa muda. Selain itu juga dapat timbul setelah
infeksi yang lain, baik bacterial maupun viral.
3) Psoriasis Inversa
Lsoriasis yang mempunyai tempat predileksi pada daerah flekso sesuai dengan namanya
4) Psoriasis Eksudativa
Bentuk tersebut sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada bentuk ini
kelainannya membasah seperti dermatitis akut.
5) Psoriasis Seboroik
Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis dan dermatitis
seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan agak lunak. Selain
berlokasi pada tempat yang lazim, juga dapat terdapat pada tempat seboroik.
6) Psoriasis Pustulosa Palmoplantar
Bersifat kronik dan residif, mengenai telapak tangan atau kaki atau keduanya. Kelainan
kulit berupa kelompok-kelompok pustule kecil steril, dan dalam, di atas kulit yang
eritematosa, disertai rasa gatal
7) Psoriasis Pustulosa Generalisata Akut
Sebagai faktor provokatif banyak, misalnya obat yang tersering karena pengehentian
kortikosteroid sistemik. Selain itu obat yang dapat menyebabkan penisilin. Penyakit ini
dapat timbul pada penderita yang sedang atau telah menderita psoriasis, dapat pula
muncul pada penderita yang belum pernah menderita psoriasis
8) Eritroderma Psoriatik
Eritroderma psoriatic dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu kuat atau
oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak
tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama tebal yang menyeluruh. Ada kalanya lesi
psoriasis masih tampak samar-samar, yakni lebih eritematosa dan kulitnya lebih
meninggi.

5. Pemeriksaan dan pengobatan Psoriasis


a. Fenomena tetesan lilin (kaarvetsvlek phenomen)
Skuama psoriasis umumnya tebal, berlapis, kering, putih bening, transparat serupa
mika. Bila pada lesi tersebut digores dengan benda berujung agak tajam (pinggiran
kaca objek, ujung kuku, punggung scalpel, atau pensil) maka bagian yang bening
tersebut akan tampak lebih putih daripada sekitarnya, tidak transparan lagi, dan
berbentuk linier sesuai goresan.
b. Fenomena Kobner (fenomena isomorfik)
Bila pada kulit sehat pasien dilakukan goresan atau digaruk berulang-ulang maka
setelah kurang lebih 3 minggu (atau lebih), di tempat goresan/garukan tersebut akan
muncul lesi serupa dengan lesi asal, hal ini disebut fenomena Kobner positif.
c. Fenomena Auspitz
Fenomena Auspitz terjadi pada psoriasis, fenomena tersebut membuktikan adanya
papilomatosis dan akantosis yang menjulang sampai di ujung papila dermis dan
menyentuh lapisan dermis.
Pengobatan psoriasis terdapat beberapa jenis pilihan:
1. Pengobatan topikal
Diberikan untuk psoriasis ringan dengan luas kelainan kulit kurang dari 3%.. dapat
diberikan : Emolien, Kortikosteroid potensi sedang dan kuat, Analog Vitamin D, Tar:
LCD 3-10%
2. Fototerapi/fotokemoterapi
Untuk mengobati psoriasis sedang sampai berat, selain itu juga dipakai untuk mengobati
psoriasis yang tidak berhasil dengan pengobatan topikal. Dapat mengunakan Ultraviolet
B (UVB) broadband (BB), Ultraviolet B (UVB) narrowband (NB), PUVA.
3. Pengobatan sistemik khusus
untuk psoriasis sedang sampai parah (> 10% permukaan tubuh) atau psoriatik arthritis
berat (disertai dengan cacat tubuh). juga dipakai untuk psoriatik eritoderma atau psoriasis
pustulosa. Dapat diberikan Metotreksat (7.5-15 mg setiap minggu), Siklosporin (
2,5mg/kg/BB/hari dipakai sebagai terapi awal, dengan dosis maksimum
4mg/kg/BB/hari), Retinoid, Asitretin (Dosis yang dipakai berkisar 0,5-1 mg/kg/BB/hari.)

6. Drug of choice Kandidiasis


Pada kasus kandidiasis yang sudah didiagnosis berdasarkan beberapa hal seperti anamnesis,
pemeriksaan dermatoventerologi, kerok skuama, pemeriksaan KOH, diberikan beberapa
terapi seperti flukonazol untuk obat sistemik. Diberikan dengan dosis 100-400 mg/hari.
Dapat diberikan juga berdasarkan lesi :

1. Lesi Minimal (seperty cherry)


- Krim ketokonazol 2%
- Krim mikonasol 2%
- Nistatin krim sehari 2x, 3-4 minggu
2. Lesi Luas (jika ada faktor risiko DM)
- Nystatin 3x500 mg, 3-4 minggu
- Ketokonazol 200 mg 3-4 minggu
- Itrakonazol

Anda mungkin juga menyukai