Disusun oleh:
Putu Dewinta Darmada
406152075
Pembimbing:
dr. Emil Rafian Fadly, Sp.KK
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya,
penulis akhirnya dapat menyelesaikan Referat yang berjudul “Penatalaksanaan
Psoriasis Vulgaris dengan Immunosupresan/ Sitostatistika (Metotrexat dan
Siklosporin)” dengan baik. Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas wajib
dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Universitas
Tarumanagara di RSUD Cibinong pada Periode 17 Juli – 19 Agustus 2017.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Psoriasis
Definisi Psoriasis
Psoriasis merupakan penyakit peradangan kronik kulit yang memiliki dasar genetik
yang kuat, dengan karakteristik berupa perubahan pertumbuhan dan diferensiasi sel
epidermis disertai manifestasi vaskuler, juga diduga adanya pengaruh sistem
saraf.4,5 Prevalensi psoriasis mencakup 0,1-11,8% populasi dunia, prevalensi di
Asia 0,4%.5 Menurut Hanseler dan Christopher terdapat 2 tipe psoriasis, tipe 1 bila
onset < 40 tahun dan kaitannya erat dengan faktor genetik serta fenotip yang lebih
parah dari tipe 2. Tipe 2 bila onset > 40 tahun dan kaitan familialnya rendah.4
Etiopatogenesis
Faktor pencetus4,5
Pencetus psoriasis terdiri dari berbagai faktor, yang paling jelas berpengaruh adalah
lingkungan pada pasien dengan predisposisi genetic. Trauma kimiawi, termal,
mekanik (garukan) akan memicu psoriasis melalui mekanisme Koebner. Stress atau
ketegangan emosional juga mempengaruhi psoriasis melalui mekanisme
neuroimunologik. Obat-obatan seperti lithium, beta-bloker, angiotensin-converting
enzyme inhibitor, antimalarial, NSAID, gemfibrozil, beberapa jenis antibiotik juma
dapat membangkitkan psoriasis. Infeksi bakteri (endotoksin) dapat menyebabkan
efek patologik dengan aktivasi sel limfosit T, makrofag, sel Langerhans dan
keratinosit. Obesitas, sindroma metabolic, diabetes mellitus dapat memperparah
kondisi psoriasis.4
Gambaran Klinis
Plak eritematosa diliputi skuama putih disertai titik-titik perdarahan bila skuama
dilepas, berukuran dari seujung jarum sampai dengan plakat menutupi sebagian
besar area tubuh, umumnya simetris. Kulit, kuku, mukosa, dan sendi adalah bagian
tubuh yang terserang. Dapat terjadi Fenomena Koebner, yaitu peristiwa munculya
lesi psoriasis setelah terjadi trauma maupun mikrotrauma pada kulit pasien dengan
psoriasis (garukan, gesekan). Fenomena tetesan lilin, dimana skuama berubah
warna menjadi putih pada goresan seperti tetesan lilin yg digores, disebabkan oleh
berubahnya indeks bias. Geographic tongue, yaitu plak putih yang berkonfigurasi
seperti peta juga dapat ditemukan pada pasien psoriasis. Berdasarkan gambaran
klinisnya, psoriasis dapat dibedakan menjadi; psoriasis vulgaris, psoriasis inversa,
psoriasis gutata, psoriasis pustulosa, eritroderma, psoriasis kuku, psoriasis
arthritis.4
Lesi dimulai berupa makula eritematosa ukuran < 1 cm atau papul yang melebar ke
pinggir dan bergabung menjadi satu, lama kelamaan akan menjadi plak eritematosa
berbatas tegas dgn skuama keperakan. Lingkaran putih pucat yg mengelilingi
psoriasis plakat disebut Woronoff’s ring. Pasien umumnya memiliki keluhan berupa
gatal, rasa terbakar, nyeri. Uji Autspitz tidak spesifik untuk psoriasis, karena dapat
ditemukan pada dermatitis seboroik atau dermatitis kronis lainnya. 4,5
Psoriasis inversa
Letak lesi didaerah lipatan atau intertriginosa (ketiak, lipat siku, lipat lutut, lipat
inguinal, inframammae, perineum) serta tampak lembab dan eritematosa. Psoriasis
di daerah intertriginosa nyaris tidak berskuama, warna merah merona, mengkilap,
batas tegas, mirip infeksi jamur. 4,5
Psoriasis gutata
Khas pada dewasa muda, dimana bentuk yang sering dijumpai berupa lesi papul
eruptif berukuran 1-10 mm tersebar diskret secara sentripetal terutama di badan,
dapat mengenai ekstremitas dan kepala. Pada pasien dengan predisposisi genetik,
infeksi streptokokus beta hemolitikus berupa faringitis, tonsillitis, laryngitis sering
mengawali munculnya psoriasis gutata. 4,5
Gambar 6 Psoriasis gutata5
Psoriasis pustulosa
Eritroderma
Muncul secara bertahap, atau akut dalam perjalanan psoriasis vulgaris, dapat pula
merupakan serangan pertama. Dibedakan menjadi 2 bentuk; 4,5
1.Psoriasis universalis yaitu lesi psoriasis plakat seluruh tubuh tidak diikuti
demam/menggigil,
Psoriasis kuku
Dijumpai pada semua jenis psoriasis, 40-50% kasus, paling sering pada kuku jari
tangan. Dapat berupa pits (sumur2)/ kekuningan/terlepas dari dasarnya, penebalan
kuku hiperkeratotik, abnormalitas kuku berupa sumur2 kuku yang dalam dan dapat
membentuk jembatan-jembatan mengakibatkan kuku hancur/ crumbling dan
splinter hemorrhage. 4,5
Psoriasis artritis
Bermanifestasi di sendi pada 30% kasus. Pasien seringkali datang karena keluhan
sendi, tidak selalu ditemukan kelainan pada kulit. 4,5
Gambar 9 Psoriasis kuku dan artritis5
Diagnosis5,7
Anamnesis
◦ Usia,
Pemeriksaan Fisik
◦ ASTO
◦ Faktor rheumatoid
◦ Ro tulang sendi
Diagnosis banding4,5
• Ujung rete ridge berbentuk gada dan bertaut dengan rete ridge sekelilingnya.
• Topikal
• Ter dan Antralin Coal tar 5%, Antralin (ditranol) 0,05% sekali
sehari, ditingkatkan sampai 1% dengan kontak singkat 15-30
menit/hari
• Sistemik
2.2 Metotrexat
Mekaninesme kerja
Telah dilakukan berbagai studi untuk menggantikan biopsy hati untuk mendeteksi
fibrosis liver. Dua studi terbaru menemukan pro-collagen 3 N-terminal peptide
(PIIINP) sebagai penanda yang berguna dalam kerusakan hepar dan biopsy hepar
dapat dihindari sama sekali apabila didapatkan nilai PIIINP stabil. Penanda lainnya
digunakan untuk mendeteksi fibrosis hepar dengan derajat kesuksesan yang
beragam. Penanda tak langsung (indirek) terhadap fibrosis liver termasuk a2-
makroglobulin, g-globulin, apolipoprotein A1, g-glutamiltransferase dan bilirubin
total. Penanda langsung selain PIIINP yaitu prokolagen I, kolagen tipe IV, laminin,
asam hyaluronat, metalloproteinase jaringan dan inhibitornya. Penanda-penanda ini
masih perlu di uji ci=oba pada pasien dengan psoriasis untuk menemukan
kegunaannya dalam deteksi fibrosis hepar terinduksi MTX. 3
Mekanisme kerja
Peningkatan insiden karsinoma sel skuamosa pada kulit (SCC) terutama pada
pasien yang sebelumnya pernah menerima fototerapi PUVA (psoralen + UV A).
Pada studi kohort besar yang mengevaluasi lebih dari 1200 subjek dengan
penggunaan CsA jangka panjang, terdapat peningkatan risiko kanker kulit
nonmelanoma, terutama SCC, pada pasien yang menerima terapi PUVA
tambahan.3
Metotreksat (MTX) dan Siklosporin A (CsA) merupakan obat yang sangat efektif
dalam tatalaksana psoriasis sebagai monoterapi pada pasien dengan psoriasis
sedang-berat. Namun, guidelines psoriasis tidak menyarankan kombinasi kedua
obat ini, disebabkan peningkatan toksisitas MTX, kedua obat dapat meningkatkan
waktu paruh satu sama lain dan menurunkan kecepatan ekskresi dari tubuh.
Laporan mengenai keamanan obat tersebut bila digunakan sebagai kombinasi untuk
artritis rematik dan psoriasis saat ini mulai bertambah. Menurut penelitian
retrospektif Mohanan S, dkk, kombinasi MTX-CsA aman dan efektif untuk
psoriasis vulgaris stabil dan tidak terdapat adverse event yang serius. Dosis MTX
yang diberikan sebesar 7,5-15mg/minggu disertai pemberian asam folat 5mg
selama 6x/minggu. Dosis siklosporin yang diberikan 3mg/kg/hari. Pemberian MTX
dan CsA pada pasien tidak diberikan bersamaan. Pada 10 pasien, MTX diberikan
lebih awal, kemudian diikuti pemberian CsA setelah pengamatan mendapatkan
respon kurang adekuat dari monoterapi MTX. Sedangkan pada 8 pasien lain dengan
psoriasis yang tak stabil, ketergantungan alcohol, dan tidak menjalani fototerapi
diberikan siklosporin terlebih dahulu, MTX ditambahkan belakangan. Penelitian ini
menganjurkan penggunaan kombinasi MTX-CsA sebagai pilihan terapi psoriasis
vulgaris pada kasus-kasus refrakter. Namun masih dibutuhkan penelitian lebih
lanjut mengingat banyaknya keterbatasan penelitian sebelumnya.11
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Psoriasis merupakan penyakit peradangan kronik kulit yang memiliki dasar genetik
yang kuat, dengan karakteristik berupa perubahan pertumbuhan dan diferensiasi sel
epidermis disertai manifestasi vaskuler. Prevalensi psoriasis di Asia 0,4%.
Patogenesisnya berdasarkan autoimunologik dan genetik. Mekanisme peradangan
pada psoriasis melibatkan berbagai faktor-faktor inflamasi (sitokin, kemokin, faktor
petumbuhan) yang menyebabkan gangguan regulasi keratinosit, sel radang, dan
pembuluh darah, sehingga lesi tampak menebal dan berskuama tebal berlapis.